Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENGEMBANGAN PESERTA DIDIK

“PERBEDAAN INDIVIDU DAN IMPLEMENTASINYA BAGI PENYELENGARAAN


PENDIDIKAN”

Dosen Pengampu :
Dra. Ni Wayan Suniasih, S.Pd., M.Pd.
Anak Agung Ayu Dewi Sutyaningsih, M.Pd.

Oleh Kelompok III :

Gusti Ayu Nyoman Nila Mahawati (NIM 2211031651)


Ni Putu Abelia Virgayanti (NIM 2211031656)
Ni Luh Yuni Rahayu (NIM 2211031663)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema
dari makalah kami yaitu “Perbedaan Individu Dan Implementasinya Bagi Penyelenggaraan
Pendidikan”.
Pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
mata kuliah Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yaitu Pengembangan Peserta
Didik yang tekah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga mengucapkan terimaka kasih
kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalh ini.
Kami jauh dari kata sempurna , dan ini merupakan Langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan
saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi
saya kami khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Denpasar, 18 Semptember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………i
Daftar Isi………………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………2
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………...2
1.4 Manfaat………………………………………………………………………...…..2
1.5 Metode…………………………………………………………………………......2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………...3
2.1 Pengertian Aspek Individu…………………………………………………...……3
2.2 Implementasi Sebagai Penyelenggara Pendidikan dan Pembelajaran……….……7
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………8
3.1 Kesimpulan……………………………………………...…………………………8
3.2 Saran……………………………………….………………………………………8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………....9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap individu yang terlahir di dunia berbeda satu sama lain, tidak ada individu yang sama
persis di dunia baik dalam fisik maupun psikis-nya. Masing-masing individu memiliki fisik,
sifat, perilaku, kebiasaan-kebiasaan yang beragam. Bahkan perbedaan-perbedaan akan selalau
ada meskipun pada individu yang terlahir kembar identik sekalipun.
Perbedaan individu sesungguhnya merupakan sebuah kodrat atas kehendak Tuhan Yang
Maha Kuasa. Menurut catatan sejarah manusia, Tuhan menciptakan manusia pertama kali
bernama Adam yang berjenis kelamin laki-laki. Selain itu, Tuhan menciptakan Hawa yang
berjenis kelamin perempuan.
Setiap orang itu memiliki keunikan masing-masing, tidak ada dua orang yang sama
manusia satu pasti berbeda dari yang lain. Dengan perkataan lain, antara orang yang satu
dengan orang yang lain terdapat perbedaan individual dan perbedaan perseorangan. Sebuah
contoh yaitu pandangan kita ibaratkan ke dalam kelas, kita bertemu dengan berbagai perbedaan
individual, kita bertemu dengan anak-anak yang seusia dan sebaya itu berbeda- beda, baik
tampangnya, kemampuannya, wataknya dan temperamennya, minat, sikap dan lain sebagainya.
Ada banyak yang berpendapat bahwa perbedaan tersebut berasal dari faktor keturunan
sementara yang lain berpendapat bahwa perbedaan tersebut berasal dari lingkungan. Faktor
keturunan biasanya menentukan karakteristik seorang individu. Begitupun dengan tingkah laku
ditentukan oleh faktor keturunan namun tingkah laku yang diturunkan dapat mengalami
modifikasi karena adanya pengaruh faktor lingkungan.
Banyak lagi faktor yang mempengaruhi karakteristik dan kemampuan seseorang.
diantaranya adalah status sosial keluarga, faktor budaya, faktor praktek mendidik anak, faktor
urutan kelahiran, anak-anak yang orang tuanya bercerai, dan masih banyak lagi. Adanya
perbedaan individual itu menyebabkan perlakuan kita terhadap Guru sebagai organizer dalam
proses belajar mengajar menghadapi peserta didik yang terdiri dari berbagai karakter, bakat,
minat serta kemampuan. Oleh karena itu, agar proses belajar mengajar dapat tercapai dengan
baik, maka sangat perlu untuk mengetahui perbedaan indvidual dalam diri peserta didik.
Menurut catatan sejarah manusia, Tuhan juga menciptakan manusia pertama kali bernama
Adam yang berjenis kelamin laki-laki. Selain itu, Tuhan menciptakan Hawa yang berjenis
kelamin perempuan. Perbedaan tersebut tentu berpengaruh dalam proses pembelajaran di kelas
yang mereka ikuti. Misalnya ada siswa yang mampu memahami materi pelajaran dengan cepat
dan ada pula siswa yang kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Oleh sebab itu, sebagai
seorang tenaga pendidik, diharapkan mampu memahami dan mengerti perbedaan-perbedaan
yang ada pada siswa. Hal tersebut sangat penting karena dengan mengetahui perbedaan-
perbedaan pada individu diharapkan dapat menunjang proses pembelajaran di dalalm kelas
agar lebih efektif dan efisien.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu aspek-aspek perbedaan individu?
2. Bagaimana perbedaan individu dan implikasi bagi penyelenggara pendidikan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari perbedaan individu
2. Untuk mengetahui aspek-aspek perbedaan individu
3. Untuk mengetahui implementasi apa yang harus dilakukan sebagai penyelanggara
pendididik
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa dapat memahami perbedaan individu dalam berbagai aspek-aspek tertentu
2.Mahasiswa dapat mengaitkan perbedaan individu dan implikasi bagi penyelenggara
pendidikan dan pembelajaran.

1.5 Metode
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode Kooperatif tipe TPS
(Think-Pair- Share), Presentasi dan diskusi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aspek-Aspek Individu

Peserta didik adalah manusia dengan segala fitrahnya. Mereka mempunyai kebutuhan
dasar yang perlu dipenuhi, kebutuhan akan rasa aman, mendapatkan pengakuan, dan
mengaktualisasi dirinya. Dalam tahap per- kembangannya, siswa berada pada periode
perkembangannya yang sangat pesat dari segala aspek.
Memahami perbedaan siswa adalah upaya yang membutuhkan usaha yang tidak ada
habisnya. Peserta didik atau siswa menjadi sasaran utama pelaksanaan sistem pendidikan.
Sistem pendidikan yang dilaksanakan diharapkan mampu menghasilkan insan yang berkualitas
dari peserta didik atau siswa yang melaksanakan pembelajaran dalam sistem pendidikan yang
diterapkan. Namun terkadang, penerapan proses pembelajaran yang seragam tidak mampu
mengakomodir keunikan yang ada pada masing-masing siswa yang ada di suatu kelas. Dengan
kata lain tidak mampu memunculkan potensi semua anak didik yang tergabung dalam suatu
kelas, karena sulitnya untuk memulai dari yang mana dan fokus pada apa. Untuk memudahkan
proses belajar maka sering diambil jalan pintas oleh guru dengan menyamakan semua potensi
siswa. Pada hal, setiap individu peserta didik adalah unik, limited edition, masing-masing
memiliki kemampuan ataupun tingkatan serta karakter masing-masing.
Dikarenakan para peserta didik memiliki karakter dan perbedaannya masing-masing,
maka guru seharusnya dapat menentukan bagaimana perlakuan yang berbeda yang harus
diterapkan pada masing- masing peserta didik, guru juga harus memperhatikan masing-masing
siswa sehingga guru bukan hanya mampu memberikan perlakuan secara umum pada tiap
kelompok atau tingkatan belajar, namun juga guru mampu memberikan perlakuan khusus yang
tepat pada masing-masing individu terutama individu yang memiliki
karakter/sifat/kecerdasan/kebiasaan yang berbeda dengan karakter peserta didik pada
umumnya. Berikut ini beberapa aspek perbedaan individual peserta didik, yaitu mencakup :
1. Perbedaan Intelektual
Inteligensi adalah salah satu kemampuan mental, pikiran atau intelektual dan merupakan
bagian dari proses-proses kognitif pada tingkatan yang lebih tinggi. Secara umum inteligensi
dapat dipahami sebagai kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi yang baru secara cepat
dan efektif, kemampuan untuk menggunakan konsep yang abstrak secara afektif, dan
kemampuan untuk memahami hubungan dan mempelajarinya dengan cepat.
Peserta didik adalah manusia dengan segala fitrahnya. Mereka mem- punyai kebutuhan
dasar yang perlu dipenuhi, kebutuhan akan rasa aman, mendapatkan pengakuan, dan
mengaktualisasi dirinya. Dalam tahap per- kembangannya, siswa berada pada periode
perkembangannya yang sangat pesat dari segala aspek. Para ahli mendefinisikan dan
merumuskan istilah inteligensi secara beragam, namun sebagian besarnya sepakat bahwa
definisi dan rumusan istilah inteligensi memiliki sejumlah kualitas tertentu sebagai berikut :
a. Bersifat adaptif, artinya dapat digunakan secara fleksibel untuk merespons berbagai situasi
dan masalah yang dihadapi.
b. Berkaitan dengan kemampuan belajar, orang yang inteligen dibidang tertentu dapat
mempelajari informasi-informasi dan perilaku-perilaku baru dalam bidang tersebut secara
lebih mudah dibandingkan orang yang kurang inteligen.
c. Istilah inteligensi juga merujuk pada penggunaan pengetahuan yang sebelumnya telah
dimiliki untuk menganalisis dan memahami situasi-situasi baru secara efektif.
d. Istilah inteligensi melibatkan interaksi dan koordinasi yang kompleks dari berbagai proses
mental.
e. Istilah inteligensi terkait dengan budaya tertentu (culturespecific). Perilaku yang dianggap
inteligen dalam suatu budaya tertentu tidak selalu dianggap perilaku yang inteligen dalam
budaya lain.
Inteligensi diyakini sebagai unsur penting yang sangat menentukan keberhasilan belajar
peserta didik dalam proses pendidikan sekolah, Namun inteligensi merupakan salah satu aspek
perbedaan individual yang perlu dicermati. Setiap peserta didik memiliki inteligensi yang
berlainan, ada anak yang memiliki inteligensi tinggi, sedang dan rendah. Dengan adanya
perbedaan individual dalam aspek inteligensi ini, maka guru di sekolah akan mendapati anak
dengan kecerdasan yang luar biasa, anak yang mampu memecahkan masalah dengan cepat,
mampu berpikir abstrak dan kreatif. Sebaliknya, guru juga akan menghadapi anak-anak yang
kurang cerdas, sangat lambat dan bahkan hampir tidak mampu mengatasi suatu masalah yang
mudah sekalipun.

2. Bakat dan Minat


Bakat dan minat ini berasal dalam diri masing-masing siswa dan sangat penting untuk
digali dan ditemukan sehingga mampu dioptimalkan sebagai kemampuan yang dapat
dikembangkan. Misal seorang siswa lebih mampu untuk mempelajari pelajaran matematika ini
adalah bakat, atau siswa sangat menyukai pelajaran praktik fisika ini adalah minat.

3. Fisik-Motorik
Perbedaan individual dalam fisik tidak hanya terbatas pada aspek-aspek yang teramati
oleh panca indra, seperti: bentuk atau tinggi badan, warna kulit, warna mata atau rambut, jenis
kelamin, nada suara atau bau keringat, melainkan juga mencakup aspek-aspek fisik yang tidak
dapat diamati melalui panca indra, tetapi hanya dapat diketahui setelah diadakan pengukuran,
seperti usia, kekuatan badan atau kecepatan lari, golongan darah, pendengaran, penglihatan dan
sebagainya. Aspek fisik lain dapat dilihat dari kecakapan motorik, yaitu kemampuan
melakukan koordinasi kerja sistem saraf motorik yang menimbulkan reaksi dalam bentuk
gerakan-gerakan atau kegiatan secara tetap, sesuai antara rangsangan dan responnya. Dalam
hal ini, akan ditemui pada anak yang cekatan dan terampil, tetapi ada pula anak yang lamban
dalam mereaksi sesuatu. Kemampuan motorik dipengaruhi oleh kematangan pertumbuhan fisik
dan tingkat kemampuan berpikir. Karena kematangan pertumbuhan fisik dan kemampuan
berfikir setiap orang berbeda-beda, maka hal itu membawa akibat terhadap kecakapan motorik
masing-masing, dan dengan demikian kecakapan motorik setiap individu akan berbeda-beda
pula.
4. Aspek Afektif
Afektif mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap peserta didik, yang juga
perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran. Aspek afektif tersebut dapat terlihat selama
pembelajaran, terutama ketika siswa bekerja kelompok. Oleh karena itu, selama pembelajaran,
guru senantiasa terus memantau dan mengamati aktivitas siswanya individu dan Karak-
teristiknya dari perkembangan anak tersebut yang dapat dilihat dari tiga aspek antara lain :
1. Individu
Manusia adalah mahluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut. Sebagaimana diketahui,
manusia adalah mahluk yang berfikir atau homo sapiens, mahluk yang berbentuk atau homo
faber, mahluk yang dapat dididik atau homo educandum, dan seterusnya merupakan pandangan-
pandangan tentang manusia yang dapat digunakan untuk menetapkan cara pendekatan yang akan
dilakukan terhadap manusia tersebut. Uraian tentang manusia dengan kedudukannya sebagai
peserta didik haruslah menempatkan manusia sebagai pribadi yang utuh. Dalam kaitannya
dengan kepentingan pendidikan, akan lebih ditekankan hakekat manusia sebagai kesatuan sifat
mahluk individu dan mahluk sosial. Individu berarti tidak dapat dibagi (undivided) dan tidak
dapat dipisahkan. Keberadaannya sebagai mahluk yang pilah, tunggal, dan khas. Seseorang
berbeda dengan orang lain karena ciri-cirinya yang khusus tersebut.
2. Karakteristik Individu
Setiap individu mempunyai ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan
karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan; karakteristik bawaan merupakan
karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun
faktor sosial psikologis. Pada masa lalu, terdapat keyakinan serta kepribadian terbawa
pembawaan (heredity) dan lingkungan. Hal tersebut merupakan dua faktor yang terbentuk
karena faktor yang terpisah, masing-masing mempengaruhi kepribadian dan kemampuan
individu bawaan dan lingkungan dengan caranya sendiri-sendiri. Akan tetapi, makin disadari
bahwa apa yang dirsakan oleh banyak anak, remaja, atau dewasa merupakan hasil dari perpaduan
antara apa yang ada di antara faktor- faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh lingkungan.
Natur dan nurture merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik-
karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosio- nal pada setiap tingkat
perkembangan. Sejauh mana seseorang dilahir- kan menjadi seorang individu ata sejauh mana
seseorang dipengaruhi subjek penelitian dan diskusi. Karakteristik yang berkaitan dengan
perkembangan faktor biologis cenderung lebih bersifat tetap, sedangkan karakteristik yang
berkaitan dengan sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
3. Aspek Perkembangan Individu

Perkembangan-perkembangan dasar atau esensi dari lingkungan belajar-mengajar yang


sehat adalah suasana belajar yang secara nyata dapat menumbuhkan munculnya perasaan yang
terdapat antara siswa dan guru di dalam kelas. Perasaan-perasaan yang mendasari transaksi
belajar mengajar tersebut tergantung pada peran guru dalam mencipta- kan situasi belajar yang
kondusif dan sehat adalah situasi belajar yang dapat menumbuhkan perasaan dekat antara guru
dan anak, merasa saling membutuhkan, saling menghargai, dan sebagainya. Dengan perasaan
salaing memperhatikan yang terdapat antara guru dan anak dalam proses belajar mengajar, sikap
guru yang merupakan cerminan perasaan yang melandasi transaksi belajar mengajar diantaranya
adalah: penerimaan (acceptance), sikap ini meliputi pengenalan dan pengakuan terhadap
berbagai kemampuan dan keterbatasan mental, emosi, fisik, dan sosial yang dimiliki anak. Rasa
aman, rasa ini merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu memperoleh pemenuhan
sehingga dalam proses belajar mengajar diperlukan pula adanya rasa disayangi dan diterima oleh
kelompok dan guru. Pemahaman akan adanya indivi- dualitas (differences), pemahaman
pendidik bahwa tidak ada manusia yang sama serta perilaku siswa selalu bersifat unik
menjadikan diperlu- kan kesabaran dalam menghadapi berbagai perilaku anak.
5. Moral
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan kemampuan seseorang
untuk mengetahui baik dan buruk suatu perbuatan, kesadaran untuk melakukan perbuatan baik,
kebiasaan melakukan baik, dan rasa cinta terhadap perbuatan baik. Moral berkembang sesuai
dengan usia anak. Moral berasal dari bahasa Latin mores, kata mores berasal dari kata mos yang
berarti kesusilaan, tabiat, atau kelakuan. Sjarkawi (2006: 34) menyatakan moral adalah nilai
kebaikan manusia sebagai manusia. Moral memandang bagaimana manusia harus hidup sebagai
manusia yang baik. Perbedaan kebaikan moral dengan kebaikan lainnya adalah kebaikan moral
adalah kebaikan manusia sebagai manusia. Kebaikan moral mengandung nilai-nilai yang
universal tentang kemanusiaan. Sedangkan kebaikan lainnya merupakan kebaikan yang
dikaitkan dengan status seseorang, misalnya status sebagai siswa, suami, istri, dan lain-lain.
Selanjutnya Sjarkawi (2006: 35) menjelaskan moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas
adalah segala yang berkaitan dengan urusan sopan santun.
Moralitas dipengaruhi cara berpikir seseorang tentang moral. Turiel (2007) menyatakan ada
perbedaan antara moralitas dan konvensi sosial bagi anak. Menurutnya perilaku moral, seperti
memukul seseorang tanpa alasan, memiliki efek intrinsik (misalnya kejahatan) terhadap
kesejahteraan orang lain. Inti dari ciri kognisi moral berpusat pada pertimbangan terhadap efek
perilaku tertentu terhadap kesejahteraan orang lain. Konvensi sosial tidak memiliki konsekuensi
interpersonal. Misalnya ketika memberi panggilan “profesor” atau bapak atau ibu kepada dosen
atau menggunakan nama mereka. Konvensi sosial hanya berkaitan dengan koordinasi sejumlah
perilaku yang memperlancar fungsi sosial kelompok tertentu. Dari berbagai penjelasan di atas
dapat disimpulkan bahwa moral merupakan nilai-nilai luhur yang disepakati oleh semua orang
baik dalam kelompoknya maupun dalam kelompok orang lain. Oleh sebab pentingnya posisi
moral dalam kehidupan, maka para psikolog tertarik meneliti perkembangan moral pada diri
manusia.
6. Sifat-sifat Kepribadian
Istilah kepribadian berasal dari bahasa Latin “persona”, atau topeng yang dipakai orang
untuk menampilkan dirinya pada dunia luar, tetapi psikologi memandang kepribadian lebih dari
sekedar penampilan luar. Jess Feist & Gregory J. Feist (2009: 86) mengatakan bahwa
”Kepribadian mencakup sistem fisik dan psikologis meliputi perilaku yang terlihat dan pikiran
yang tidak terlihat, serta tidak hanya merupakan sesuatu, tetapi melakukan sesuatu. Kepribadian
adalah substansi dan perubahan, produk dan proses serta struktur dan perkembangan”. Menurut
Sukmadinata (2003: 136) kepribadian merupakan keterpaduan antara aspek-aspek kepribadian,
yaitu aspek psikis seperti, kecerdasan, bakat, sikap, motif, minat, kemampuan, moral, dan aspek
jasmaniah seperti postur tubuh, tinggi dan berat badan, indra, dan sebagainya.

7. Sosial Emosional
Perkembangan sosial dan emosional pada anak merupakan kondisi emosi dan kemampuan anak
merespon lingkungannya di usia sebelumnya. Para ahli juga sepakat bahwa perkembangan
sosial-emosional anak bertujuan untuk mengetahui bagaimana dirinya, bagaimana cara
berhubungan dengan orang lain yaitu teman sebaya dan orang yang lebih tua darinya.
Bertanggung jawab akan diri sendiri maupun orang lain dan berperilaku sesuai dengan pro-
sosial. Hurlock mengungkapkan bahwa perkembangan sosial merupakan kemampuan
berperilaku sesuai dengan tuntutan sosial dan menjadi individu yang mampu bermasyarakat.
Untuk menjalani kehidupan bermasyarakat diperlukan 3 proses yaitu:
a. Belajar untuk bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima di dalam
bermasyarakat.
b. Belajar bagaimana memainkan peran sosial dalam bermasyarakat.
c. Mengembangkan sikap dan tingkah laku terhadap individu lain dan aktivitas
sosial bermasyarakat.
2.2 Implementasi Sebagai Penyelenggara Pendidikan dan Pembelajaran
Seorang pendidik hendaknya memiliki pengetahuan yang memadai tentang aspek-aspek
perkembangan peserta didik, pengetahuan ini akan sangat membantu untuk mengenal setiap
individu peserta didik dalam mempermudah dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Para
pendidik hendaknya mengetahui kemampuan daya serap (intelektual) peserta didik.
Kemampuan ini akan bermanfaat bagi penetapan materi pendidikan yang sesuai dengan tingkat
kemampuan peserta didik. Bila pendidik memaksakan materi di luar kemampuan peserta
didiknya, maka akan menyebabkan kelesuan mental dan bahkan kebencian terhadap ilmu
pengetahuan yang diajarkan. Bila ini terjadi, maka akan menghambat proses pencapaian tujuan
pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan antara materi pelajaran yang sulit dan
mudah dalam cakupan materi pendidikan. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang pendidik
hendaknya mampu menggunakan metode mengajar yang efektif dan efisien. Perbedaan individu
dapat diaplikasikan dalam beberapa cara yaitu menggunakan pelayanan pendidikan sesuai
dengan potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki oleh peserta didik dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran eklektif dan fleksible, menggunakan kombinasi
cooperative learning, menggunakan alat-alat multi sensori untuk mempraktekan dan
memperoleh informasi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kita sebagai tenaga pengajaar yang mengharuskan kita untuk mengenal anak yang berarti kita
juga harus belajar untuk mengenal respons dan tingkah lakunya dalam bermacam-macam situasi
yang ada. Mengenal tidak hanya berarti atau meliputi pengumpulan data-data dan tingkah laku
tentang anak, karena data itu sendiri hanya dapat dipergunakan dengan baik jika berhubungan
dengan situasi dan waktu dimana fakta-fakta tersebut telah diperoleh. Perbedaan individual para
siswa-siswa yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pengajaran dikelas adalah faktor-
faktor yang menyangkut kesiapan anak untuk menerima pengajaran di kelas yang akan diberikan
oleh kita sebagai tebaga pendidik karena perbedaan tersebut akan menentukan sistem pendidikan
secara keseluruhan kelak. Perbedaan-perbedaan tersebut harus diselesaikan dengan pendekatan
individualnya juga, tetapi tetap disadari bahwa pendidikan tidak semata-mata bertujuan untuk
mengembangkan individu sebagai individu, tetapi juga dalam kaitannya dengan pola kehidupan
masyarakat yang bervariasi adanya.
3.2 Saran
Kita sebagai seorang tenaga pendidik hendaknya belajar untuk memahami mengenai apa itu
perkembangan individu dan juga belajar untuk mengimplementasikannya kepada setiap siswa-
siswa kita yang dimana itu memberikan manfaat agar proses belajar mengajar dapat dilakukan
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, N. (2019). Variabel Dalam Penelitian Pendidikan. Jurnal Teknodik, 6115,


196–215. https://doi.org/10.32550/teknodik.v0i0.554
Luis, F., & Moncayo, G. (n.d.). Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.
Priatna, B. A. (n.d.). Variabel penelitian.

Jannah, M. (2008). Hubungan Antara Keterampilan Sosial dengan Penerimaan Teman


Sebaya Pada Siswa Kelas VII di MTs Muhammadiyah 1 Malang. Jurnal Penelitian
Humaniora, 9(1), 179–191.
S, I. D. A. (2009). Variabel Penelitian & Definisi Operasional. Prodi DIII Kebidanan
Poltekkes Surakarta, (2008), 1–17.

Anda mungkin juga menyukai