Anda di halaman 1dari 19

BIMBINGAN DAN KONSELING BELAJAR DI SD

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Bimbingan di SD


Nuraini, M.Pd.

Disusun Oleh:
Army Dwi Putri Wulandari 1601015044
Gina Syarifah Awaliyah 1601015108
Indri Puji Lestari 1601015048
Nur Rizqillah Al-Maulidah 1601015116
Kelas 2D

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya
kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan pokok
bahasan Bimbingan dan Konseling Belajar di SD. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan di SD.

Makalah ini merupakan hasil dari tugas mandiri bagi para mahasiswa, untuk
belajar dan mempelajari lebih lanjut tentang mengembangkan strategi dan metode
pembelajaran. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menumbuhkan proses belajar
cara berkelompok kepada mahasiswa, agar kreativitas dan penguasaan materi kuliah
dapat optimal sesuai dengan yang diharapkan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan
dan pengembangan penyusunan tugas makalah selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan senantiasa menjadi pedoman dalam belajar untuk meraih
prestasi yang gemilang.

Jakarta, 4 April 2017

Penyusun

Kelompok 7
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI..........................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3

A. Definisi Masalah Belajar............................................................................3


B. Problematika Belajar Peserta Didik di SD..................................................7
C. Kriteria Peserta Didik yang Mengalami Masalah Belajar...........................8
D. Faktor-Faktor yang dapat Mempengaruhi Belajar.....................................11
E. Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar di SD..........................
F. Orientasi Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar di SD......................
G. Aplikasi Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar di SD......................15

BAB III PENUTUP.............................................................................................16

SIMPULAN...........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia di


Indonesia adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu salah satunya
didukung oleh pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong dirinya
sendiri dalam mengambil keputusan demi mencapai cita-citanya. Pelayanan
bimbingan konseling di sekolah dasar mengacu pada perkembangan siswa yang
tengah beradaptasi dengan lingkungan yang lebih luas dan belajar bersosialisasi
dengan mengenal berbagai aturan, nilai, dan norma-norma yang ada.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam
membentuk pribadi siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat. Materi bimbingan konseling di SD termuat ke dalam empat bidang
bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan
bimbingan karir. Bimbingan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik
baik secara individu maupun kelompok, agar siswa mampu belajar mandiri dan
berkembang secara optimal dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi,
kehidupan sosial, kemampuan belajar dan perencanaan karir melalui berbagai jenis
layanan dan kegiatan pendukung.
Pentingnya BK di sekolah dasar didasari atas banyak kasus kenakalan dan
kriminalitas yang dilakukan oleh anak-anak sekolah dasar serta permasalahan yang
terjadi membuat perkembangan mereka baik dalam akademis, pribadi maupun
hubungan sosial menjadi terhambat. Guru sekolah dasar memegang peranan dan
memikul tanggung jawab untuk memahami anak dan membantu perkembangan sosial
dan pribadi anak.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja problematika belajar peserta didik di SD?
2. Apa saja kriteria peserta didik yang mengalami masalah dalam
pembelajaran?
3. Apa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar?
4. Apa saja tujuan layanan bimbingan dan konseling belajar di SD?
5. Bagaimana orientasi layanan bimbingan dan konseling belajar di SD?
6. Bagaimana aplikasi layanan bimbingan dan konseling belajar di SD?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui problematika yang terjadi pada peserta didik di SD dalam
pembelajaran.
2. Mengetahui kriteria peserta didik yang mengalami masalah dalam
pembelajaran.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
4. Mengetahui tujuan layanan bimbingan dan konseling belajar di SD
5. Mengetahui orientasi layanan bimbingan dan konseling belajar di SD
6. Mengetahui dan memahami aplikasi layanan bimbingan dan konseling
belajar di SD.

BAB II
BIMBINGAN DAN KONSELING BELAJAR DI SD
A. Definisi Masalah Belajar
Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang
melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan ada pula yang
mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan. Prayitno (1985)
mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya,
menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri atau orang lain, dan perlu dihilangkan.
Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pengertian belajar dapat didefinisikan suatu proses yang dilakukan individu


untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Sedangkan menurut Anita (1995:196)Belajar adalah proses perubahan pengetahuan
atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi
antara individu dengan lingkungannya .

Jadi masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid
akan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.Kondisi tertentu itu dapat
berkenaan dengan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga
berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-
masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murud-murid yang lambat saja dalam
belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas.

B. Problematika Belajar Peserta Didik di SD

Menurut Tohirin (2007: 111) siswa di sekolah dan madrasah sebagai manusia
(individu) dapat dipastikan memiliki masalah, akan tetapi kompleksitas masalah-
masalah yang dihadapi oleh individu yang satu dengan yang lainnya tentulah
berbeda-beda. Masalah-masalah yang dialami siswa jika dilihat dari sudut pandang
disiplin ilmu tentulah sangat beragam, berikut beberapa masalah dari sudut psikologi,
sosiologi, dan ilmu ekonomi.
1. Perkembangan Individu

Setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa hereditas tertentu. Hal


ini berarti bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orang
tuanya. Karakteristik tersebut menyangkut fisik dan psikis atau sifat-sifat mental.
Hereditas merupakan aspek bawaan dan memiliki potensi untuk berkembang.
Seberapa jauh perkembangan individu itu terjadi dan bagaimana kualitas
perkembangannya, bergantung kepada kualitas hereditas dan lingkungan yang
mempengaruhinya. Lingkungan merupakan factor penting disamping hereditas yang
menentukan perkembangan individu.

Perkembangan dapat berhasil dengan baik, jika faktor-faktor tersebut bisa


saling melengkapi. Untuk mencapai perkembangan yang baik harus ada asuhan
terarah. Asuhan dalam perkambangan dengan melalui proses belajar itu dinamakan
dengan pendidikan.

2. Masalah Perbedaan Individu

Masalah perbedaan individu ini termasuk dalam hal-hal berikut: kecerdasan,


kecakapan, hasil belajar, bakat, sikap, kebiasaan, pengetahuan, kepribadian, cita-cita,
kebutuhan, minat, pola-pola dan tempo perkembangan, ciri-ciri jasmaniah, dan latar
belakang lingkungan.

Syaiful Bahri Djamarah (2000:55) mengklasifikasikan perbedaan individual


anak didik menjadi tiga aspek, yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.

a. Perbedaan biologis

Di dunia ini tidak ada seorang pun yang memiliki jasmani yang persis sama,
meskipun dalam satu keturunan. Aspek biologis tidak bisa dianggap sebagai aspek
yang tidak penting. Perbedaan biologis akan mempengaruhi peserta didik dalam
berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan teman-temannya. Perbedaan warna kulit
misalnya, seorang peserta didik yang berkulit hitam akan menjadi perbandingan bagi
teman-teman yang lainnya. Bahkan akan menjadi bahan ejekan bagi sebagian peserta
didik.

b. Perbedaan intelektual

Inteligensi merupakan salah satu aspek yang selalu aktual untuk dibicarakan
dalam dunia pendidikan. Keaktualan itu dikarenakan inteligensi adalah unsur yang
ikut mempengaruhi keberhasilan belajar anak didik. Inteligensi adalah kemampuan
untuk memahami dan beradaptasi dengan situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
kemampuan untuk menggunakan konsep yang abstrak secara efektif, dan kemampuan
untuk memahami hubungan dan mempelajarinya dengan cepat.

c. Perbedaan psikologis

Di sekolah perbedaan aspek psikologis ini tak dapat dihindari, disebabkan


pembawaan dan lingkungan anak didik yang berlainan antara yang satu dengan yang
lainnya. Dalam pengelolaan pengajaran, aspek psikologis sering menjadi ajang
persoalan, terutama yang menyangkut masalah minat dan perhatian peserta didik
terhadap bahan pelajaran yang diberikan.

3. Masalah Kebutuhan Individu

Dalam hal memperoleh kasih sayang, memperoleh harga diri, memperoleh


penghargaan yang sama, ingin dikenal, memperoleh prestasi dan posisi, untuk
dibutuhkan orang lain, merasa bagian dari kelompok, rasa aman dan perlindungan
diri, dan untuk memperoleh kemerdekaan diri.
4. Masalah Penyesuaian Diri dan Kelainan Tingkah Laku.

Kegiatan atau tingkah laku pada hakikatnya merupakan cara pemenuhan


kebutuhan. Banyak cara yang dapat ditempuh individu untuk memenuhi
kebutuhannya, baik secara wajar maupun yang tidak wajar, cara yang disadari
maupun cara yang tidak disadari. Yang penting untuk dapat memenuhi kebutuhan ini,
individu harus dapat menyesuaikan antara kebutuhan dengan segala kemungkinan
yang ada dalam lingkungan, disebut sebagai proses penyesuaian diri. Individu harus
dapat menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungan baik lingkungan sekolah, rumah
maupum masyararakat.

5. Masalah Belajar.

Belajar merupakan kegiatan inti. Pendidikan itu sendiri dapat diartikan


sebagai bantuan perkembang-an melalui kegiatan belajar. Secara psikologis belajar
dapat diartikan sebagai proses memperoleh perubahan tingkah laku (baik dalam
kognitif, afektif, maupun psikomotor) untuk memperoleh respons yang diperlukan
dalam interaksi dengan lingkungan secara efisien.

Kegitatan belajar dapat menimbulkan berbagai masalah baik bagi pelajar itu
sendiri maupun bagi pengajar. Misalnya bagaimana menciptakan kondisi yang baik
agar berhasil, memilih metode dan alat-alat sesuai dengan jenis dan situasi belajar,
membuat rencana belajar bagi siswa, menyesuaikan proses belajar dengan keunikan
siswa, penilaian hasil belajar, diagnosis kesulitan belajar, dan sebagainya. Bagi siswa
sendiri, masalah-masalah belajar yang mungkin timbul misalnya pengaturan waktu
belajar, memilih cara belajar, menggunakan buku-buku pelajaran, belajar
berkelompok, mempersiapkan ujian, memilih mata pelajaran yang cocok, dan
sebagainya.

C. Kriteria Peserta Didik yang Mengalami Masalah Belajar


Menurut Sumadi Suryobroto (1984), kesulitan belajar dapat diketahui atas dasar :

1. Grade Level yaitu apabila anak tidak sampai naik kelas dua kali.
2. Age Level yaitu apabila anak yang umurnya tidak sesuai dengan kelas yang
seharusnya. Misalnya anak umur 10 tahun baru kelas 2 SD karena mengalami
kesulitan belajar.
3. Intelegency Level yaitu terjadi pada anak yang mengalami under achiever.
4. Genreral Level yaitu apabila anak yang secara umum dapat mencapai prestasi
sesuai dengan harapan tetapi ada beberapa mata pelajaran yang tidak dapat
dicapai sesuai dengan kriteria atau sangat rendah.

Menurut, Muh. Surya (dalam Halen. 2005:120) menyebutkan ada beberapa


kriteria/ciri tingkah laku yang merupakan manifestasi dari gejala kesulitan belajar,
antara lain sebagai berikut:

1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Mungkin
murid yang selalu berusaha dengan giat tapi nilai yang dicapai selalu rendah.
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar, ia selalu tertinggal dari
kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas dengan waktu yang tersedia.
4. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh,
menentang, berpura-pura, dll.
5. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang
terlambat, tidak mengerjakan tugas rumah, mengganggu teman baik di dalam
maupun di luar kelas, dsb.
6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah
tersinggung, kurang gembiara dalam menghadapai situasi tertentu, misalnya
dalam menghadapi nilai rendah tidak merasa sedih atau menyesal.
Dengan adanya ciri-ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut dapat
dipahami adanya beberapa manifestasi dari gejala kesulitan belajar yang dialami
peserta didik. Dari gejala-gejala yang termanifestasi dalam tingkah laku peserta didik,
berarti pendidik atau guru di harapkan dapat memahami dan mengidentifikasikan
mana siswa yang mengalami kesulitan belajar dan mana yang tidak. Apabila pendidik
dapat memahami secara mendalam tentang ciri-ciri siswa yang mengalami kesulitan
belajar, dimungkinkan tidak akan salah langkah dalam memberikan pelayanan dan
bimbingan belajar siswa. Hal ini sangat penting karena tanpa adanya pemahaman dari
guru atau pendidik secara maksimal maka peserta didik dalam belajar tidak akan
berhasil dengan baik.

D. Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Belajar

Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan menjadi dua


golongan, yakni faktor yang berasal dalam diri siswa (internal) dan faktor di luar
diri siswa (eksternal).
1. Faktor Internal

a. Keadaan Fisik
Ada tiga kelompok penyebab timbulnya masalah yang berkaitan dengan
keadaan fisik
1) Keadaan indera persepsinya
Keberadaan indera merupakan penyebab langsung permasalahan pada
siswa, misalnya siswa yang mengalami gangguan pada indera
penglihatan, akan muncul berbagai masalah yang berkaitan dengan
persepsi mata, maka proses dalam pembelajaran akan terganggu.
2) Perkembangan fisik
Perkembangan fisik merupakan sumber permasalahan bagi siswa,
misalnya anak yang terlalu kecil karena perkembangan fisiknya
terganggu, akan mengalami gangguan penyesuaian, demikian pula
halnya mereka yang terlalu besar. Kejadian ini sering menjadi sumber
masalah, karena lingkungan anak sekitarnya mengejek kehadirannya.
3) Kesehatan siswa
Karena sakit, seseorang yang sakit mengalami kelemahan fisik (saraf
sensoris dan motorisnya lemah), akibatnya rangsangan yang diterima
tidak dapat diteruskan ke otak, sehingga anak mudah capek,
mengantuk, pusing, daya konsentrasi hilang, dan kurang semangat.

b. Keadaan Psikologis
Banyak sumber permasalahan yang disebabkan oleh keadaan psikologis anak,
diantaranya sebagai berikut:
1) Kurangnya kemmpuan dasar (intelegensi)
2) Kurangnya pengamalan berfantasi
3) Kurangnya perhatian, konsentrasi terhadap kegiatan yang terjadi di
sekolah maupun dilingkungan anak
4) Bakat yang tidak sesuai dengan lingkungan anak
5) Tidak adanya minat dalam diri anak
6) Sikap yang tidak sesuai dengan hati nuraninya
7) Tidak adanya kemauan dalam diri anak.

2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan keluarga
1) Cara mendidik anak, orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan

anaknya akan menjadi penyebab kesulitan belajar. Orang tua yang kejam
terhadap anaknya akan menimbulkan anak tidak tentram dan tidak senang
di rumah sehingga akan pergi dari rumah untuk mencari teman sebaya dan
lupa belajar. Orang tua yang lemah dan suka memanjakan anak
mengakibatkan anak tidak mempunyai kemauan dan kemampuan.
2) Hubungan orang tua dan anak, kasih sayang dari orang tua, perhatian atau
penghargaan pada anak-anak menimbulkan mental yang sehat bagi anak.
3) Contoh atau bimbingan dari orang tua, segala yang diperbuat orang tua

tanpa disadari akan ditiru oleh anak-anaknya.


4) Suasana rumah, suasana keluarga yang sangat ramai atau gaduh tidak
mungkin dapat belajar dengan baik. Anak akan selalu terganggu
konsentrasinya, sehingga sukar untuk belajar. Untuk itu hendaknya
suasana di rumah selalu dibuat menyenangkan, tentram, damai, harmonis
agar anak betah di rumah.

b. Lingkungan sekolah

1) Kondisi kurikulum
Keadaan kurikulum yang sering berubah akan timbulnya masalah serius
bagi siswa. Seyogyanya perubahan kurikulum diterapkan dengan cukup
hati-hati dengan memperhatikan aspek kesiapan siswasebagai subyek
belajar. Selain itu, isi kurikulum sendiri hendaknya benar-benar sesuai
dengan perkembangannya.
2) Hubungan guru dengan siswa
Guru hendaknya memahami karakter dari masing-masing siswa, dan tidak
membeda-bedakan siswa manapun.
3) Hubungan antar siswa
Keadaan latar belakang siswa yang berbeda sering menjadi penyebab
timbulnya hubungan kurang harmonis, untuk itu guru hendaknya lebih
giat dalam membantu siswa untuk saling menyesuaikan diri.

E. Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar di SD


Tujuan Layanan Bimbingan Belajar:
1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan tingkat sekolahnya
serta kehidupannya di masa yang akan datang.
2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik
secara optimal.
3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat
4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian
dengan lingkungan pendidikan masyarakat maupun lingkungan kerja.

F. Layanan Orientasi Bimbingan dan Konseling Belajar di SD


Layanan Orientasi Kelas I dan II
Layanan orientasi dan informasi di Kelas I dan II SD terutama
diselenggarakan terhadap orang tua siswa agar para orang tua itu memahami kondisi
dan tuntutan sekolah. Dengan pemahaman seperti itu orang tua diharapkan akan
bekerja sama dan membantu sekolah demi keberhasilan pendidikan anak-
anak mereka.
Layanan orientasi yang diberikan kepada orang tua diselenggarakan melalui
pertemuan langsung antara para orang tua dengan Guru Kelas, minimal pada setiap
awal catur wulan pertama; sedangkan yang langsung diberikan kepada siswa dapat
dilakukan melalui berbagai cara dan/atau bentuk kegiatan :
1. Dalam kegiatan di luar kelas, seperti dalam upacara, ketika berbaris hendak
memasuki ruang kelas, ketika menyelenggarakan kegiatan ekstra-kurikuler,
dsb.
2. Dalam kegiatan di kelas, seperti pengaturan duduk dengan tertib, berdoa
sebelum mulai pelajaran, mengikuti pelajaran, cara yang baik bertanya kepada
guru, menjawab pertanyaan kawan dan merespon secara baik jawaban kawan,
memakai alat belajar, dsb.
3. Dalam penyelenggaraan mata pelajaran tertentu, seperti tata cara pergaulan
diinfusikan dalam pelajaran PMP, Bahasa Indonesia; gambaran tentang
perlunya bekerja diinfusikan ke dalam pelajaran Bahasa Indonesia, IPS yang
menyangkut lingkungan sosial, Berhitung, dsb.
4. Dalam kesempatan khusus yang sengaja diadakan oleh guru, seperti
penjelasan tentang kegiatan belajar sehari-hari, pekerjaan rumah, tugas-tugas
piket harian, dsb.
5. Dalam kesempatan insidentil kepada siswa tertentu tentang sesuatu hal yang
timbul waktu itu, seperti mengucapkan salam, cara memasuki ruangan,
kerapihan dan kebersihan pakaian, memakai kamar kecil, dsb. (Cara-cara dan
bentuk kegiatan tersebut dapat bervarasi dan dimodifikasi sesuai dengan
materi bimbingan yang diberikan dan kondisi yang ada pada waktu itu).
Cara-cara dan bentuk kegiatan tersebut di atas bervariasi dan dimodifikasi
sesuai dengan materi yang diberikan dan kondisi serta kelengkapan yang ada pada
waktu itu.

Layanan Orientasi Kelas III dan IV


Materi layanan orientasi dan informasi bidang bimbingan belajar di Kelas III
dan IV SD pertama-tama merupakan pemantapan dari materi pelayanan di kelas
sebelumnya lebih jauh, materi tersebut ditingkatkan dan diperluas sehingga mencakup
pokok-pokok berikut :
1. pemantapan materi di Kelas I dan II.
2. Informasi tentang mata pelajaran dan kegiatan lainnya yang perlu
dikembangkan di Kelas III atau Kelas IV.
3. Informasi tentang pengaturan jadwal kegiatan belajar (baik di sekolah
maupun di rumah), kegiatan olah raga, latihan keterampilan, dan kegiatan
ekstra kurikuler, sesuai dengan tingkat kelasnya (Kelas III atau Kelas IV).
4. Informasi tentang fasilitas sumber dan alat bantu belajar termasuk alat olah
raga, yang ada di Kelas III atau Kelas IV dan bagaimana memanfaatkannya.
5. Informasi tentang bagaimana mencatat secara baik materi pelajaran dari guru.
6. Informasi tentang bagaimana mempersiapkan diri dan mengikuti pelajaran di
dalam kelas, belajar sendiri, belajar kelompok, dan mengerjakan tugas-tugas.
7. Informasi tentang syarat-syarat naik kelas dan apa akibatnya kalau tidak naik
kelas.

Berbeda dari keadaannya di Kelas I dan Kelas II, materi orientasi dan
informasi di Kelas III dan Kelas IV lebih meluas dan mendalam. Informasi tentang
keadaan sekolah bersifat pendalaman mengikuti pengalaman siswa di kelas-kelas
sebelumnya. Seiring dengan hal tersebut, peranan orang tua tidak lagi sepenting
ketika para siswa baru saja memasuki SD. Di Kelas III dan IV informasi dapat
langsung diberikan oleh Guru Kelas kepada siswa dan siswa itu langsung menerima
dan memahami berbagai informasi itu sesuai dengan tingkat kemampuan mereka.
Lebih jauh, karena pemahaman siswa sudah bertambah luas dan kemampuan
berbicarapun telah meningkat. maka untuk sesama siswa sudah dapat dimulai
kegiatan saling memberikan informasi. Misalnya informasi tentang kebersihan
lingkungan sekolah, tentang temannya yang sakit, tentang keadaan keluarga, tentang
keadaan lingkungan rumahnya. dsb. Informasi Langsung diberikan oleh siswa untuk
siswa itu dan kemudian dikoreksi (kalau ada yang keliru), diperjelas, di perluas, dan
dipercaya Guru Kelas.

Layanan Orientasi Kelas V dan VI


Materi layanan orientasi dan informasi di Kelas V dan VI lebih luas dan
berkembang daripada hal yang sama di kelas-kelas sebelumnya. Materi bimbingan
belajar meliputi pokok-pokok berikut :
1. Pemantapan materi di Kelas III dan IV
2. Orientasi belajar di Kelas V (baru) dan Kelas VI (baru)
3. Informasi tentang mata pelajaran dan kegiatan lainnya yang perlu
dikembangkan di Kelas V atau VI.
4. Informasi tentang pengaturan jadwal kegiatan belajar (baik di sekolah.
maupun di rumah). kegiatan olah raga, latihan keterampilan, pelajaran
tambahan, dan kegiatan ekstra-kurikuler. sesuai dengan tingkatan kelasnya
(Kelas V atau Kelas VI).
5. Informasi tentang fasilitas sumber dan alat bantu belajar, termasuk alat-alat
olah raga, yang ada di Kelas V atau VI, dan bagaimana memanfaatkannya.
6. informasi tentang bagaimana mencatat materi pelajaran dari guru secara
efektif dan efisien, serta bagaimana membuat ringkasan pelajaran.
7. Informasi tentang bagaimana belajar di tempat latihan keterampilan, dan di
lapangan olah raga.
8. Informasi tentang bagaimana membaca buku secara efektif dan efisien,
meringkas buku, dan belajar di perpustakaan.
9. Informasi bagaimana mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian, menjawab
soal-soal ujian.
10. informasi tentang syarat-syarat memasuki dan mendaftarkan diri
untuk masuk SLTP atau sekolah yang sederajat.
11. Informasi tentang sekolah lanjutan yang dapat dimasuki oleh lulusan
SD pada umumnya dan orientasi keadaan sekolah-sekolah tersebut yang
terdapat di sekitar SD yang bersangkutan.

G. Aplikasi Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar di SD


Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling yaitu kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang klien,
tentang lingkungan klien, dan lingkungan yang lebih luas. Pengumpulan data ini
dapat dilakukan dengan berbagai instrument baik tes maupun non tes.

Aplikasi instrumentasi dalam bimbingan belajar

1. Tujuan belajar dan latihan.


2. Sikap dan kebiasaan belajar
3. Kemampuan keterampilan teknis belajar
4. Kegiatan dan disiplin belajar serta berlatih secara efektif, efisien dan produktif
5. Penguasaan materi pelajaran dan latihan atau keterampilan
6. Pengenalan dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial, dan budaya disekolah dan
lingkungan sekitar
7. Orientasi belajar disekolah menengah atau leih tinggi.
BAB III
PENUTUP
1. SIMPULAN
Problematika belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid
akan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.Kondisi tertentu itu dapat
berkenaan dengan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga
berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-
masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murud-murid yang lambat saja dalam
belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas.

Jenis-jenis masalah belajar di Sekolah Dasar dapat dikelompokkan kepada


murid-murid yang mengalami keterlambatan akademik, kecepatan dalam belajar,
sangat lambat dalam belajar, kurang motivasi dalam belajar, bersikap dan kebiasaan
buruk dalam belajar dan sering tidak sekolah. Guru dapat mengidentifikasi murid
yang diperkirakan mengalami masalah belajar melalui tes hasil belajar, tes
kemampuan dasar, skala pengungkapan sikap dan kebiasaan belajar. Oleh karena itu,
untuk membantu murid dalam mengatasi masalah belajar bisa dengan pengajaran
perbaikan, kegiatan pengayaan, peningkatan motivasi belajar, dan peningkatan
keterampilan belajar.

2. SARAN
Problematika dalam pembelajaran pasti ada, baik itu dari pendidik maupun
dari peserta didik, dengan pembuatan makalah ini kita dapat mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar, tujuan, orientasi, serta aplikasi. Semoga pendidik dapat
mengaplikasikan ke dalam kehidupannya sehari-hari sesuai dengan tanggungjawab
dan pedomannya, dan peserta didik dapat mengasah potensi sesuai dengan minat dan
bakatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adhiputra, dan Anak Agung Ngurah. 2013. Bimbingan dan konseling Aplikasi di
Sekolah Dasar dan Taman Kanak-Kanak. Yogyakarta: Graham Ilmu.
Samino, dan Saring marsudi. 2012. Layanan Bimbingan Belajar (pedoman bagi
pendidik dan calon pendidik). Solo: Fairuz Media.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Integrasi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
http://pendidiksd.blogspot.co.id/2015/12/masalah-belajar-pada-peserta-didik.html. 26
Maret 2017 pukul 13:00 WIB.
http://www.rumahbangsa.net/2014/07/masalah-yang-dihadapi-siswa-sekolah.html. 26
Maret 2017 pukul 13:45 WIB.

Anda mungkin juga menyukai