Anda di halaman 1dari 15

IDENTIFIKASI KASUS

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Kasus Remaja yang
diampu oleh Dr. Nani M Sugandhi, M. Pd. dan Tri Lestari, M. Pd.

Disusun oleh:
Dina Rizky Utami 1701700
Eka Astri Devi 1704006
Fitrah Farhataeni 1700580
Nabila Asrafidhia S 1703024
Popy Mayasari Afendy 1705305
Widia Astuti 1706097

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam perkembangan dan kehidupan setiap manusia sangat mungkin
timbul berbagai permasalahan. Baik yang dialami secara individual, kelompok,
dalam keluarga, lembaga tertentu atau bahkan bagian masyarakat secara lebih
luas. Idealnya individu yang mengalami masalah secara sukarela datang
meminta/bertanya kepada konselor (guru/pembimbing) untuk memperoleh
bantuan dalam rangka memecahkan masalah/kesulitan yang dirasakan atau
dialaminya. Namun pada umumnya, masih banyak yang merasa enggan untuk
secara sukarela meminta bantuan layanan bimbingan. Berbagai alasan yang
mungkin mendasarinya, antara lain: perasaan malu kalau masalah pribadinya
diketahui orang lain, tidak atau kurang percaya/yakin kepada konselor bahwa
memang mampu menjaga kerahasiaan (kompidensial) masalah pribadinya, atau
kasus yang bersangkutan tidak atau mampu menyadari bahwa dirinya itu
sedang menghadapi masalah atau kasus tersebut mencoba melakukan
mekanisme pertahanan diri meskipun sadar akan masalah yang dihadapinya
tetapi ia berusaha melupakannya (repression) yang pada hakekatnya
merupakan penipuan pada diri sendiri (self the ception) karena cara tersebut
tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya secara realistik.
Untuk dapat memahami peserta didik secara lebih mendalam, maka
seorang pembimbing atau konselor perlu mengumpulkan berbagai keterangan
atau daa tentang peserta didik yang meliputi berbagai aspek. Dalam rangka
mencari informasi tentang sebab-sebab timbulnya masalah serta untuk
menentukan langkah-langkah penanganan masalah tersebut maka diperlukan
adanya suatu teknik atau metode pengumpula data maupun fakta-fakta yang
terkair dengan permasalahan yang ada. Untuk mengetahui kondisi dan keadaan
peserta didik metode dan pendekatan yang digunakan salah satunya yaitu studi
kasus (Case Study).
Identifikasi kasus merupakan langkah awal untuk menemukan peserta
didik yang diduga memerlukan layanan bimbingan dan konseling. Pada tahap
ini, dilakukan identifikasi terhadap apa yang akan dijadikan subjek studi kasus.
Dalam langkah ini dapat digunakan berbagai teknik pengumpulan data, seperti
analisis raport, analisis dokumentasi, wawancara dengan konselor, sosiometri
atau instrumen lain yang tersedia dan dibutuhkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan studi kasus?
2. Apa tujuan dari studi kasus?
3. Pendekatan apa yang digunakan dalam studi kasus?
4. Bagaimana contoh Studi kasus?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui studi kasus
2. Untuk memahami tujuan studi kasus
3. Untuk mengetahui pendekatan dalam studi kasus
4. Untuk mengetahui contoh studi kasus
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Studi Kasus


Kamus Psikologi [ CITATION Kar00 \l 1033 ] menyebutkan dua pengertian
tentang studi kasus (case study), yang pertama Studi kasus merupakan suatu
penelitian (penyelidikan) intensif, mencakup semua informasi relevan terhadap
seseorang atau beberapa orang biasanya berkenaan dengan satu gejala
psikologis tunggal. Kedua, studi kasus merupakan informasi historis atau
biografis tentang seorang individu, seringkali mencakup pengalamannya dalam
terapi.
Studi kasus adalah suatu metode untuk memahami individu yang
dilakukan secara integrative dan komprehensif agar diperoleh pemahaman
yang mendalam tentang individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya
dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan
diri yang baik [ CITATION Rah11 \l 1033 ]. Sedangkan W.S Winkel & Sri Hastuti
(2006) menyatakan bahwa studi kasus dalam rangka pelayanan bimbingan
merupakan metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan siswa
secara lengkap dan mendalam, dengan tujuan memahami individualitas siswa
dengan baik dan membantunya dalam perkembangan selanjutnya.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat dikatakan bahwa studi kasus
adalah suatu studi atau analisa komprehensif yang dilakukan secara integrative
menggunakan berbagai teknik, bahan dan alat, mengenai gejala atau
karakteristik berbagai jenis masalah atau tingkah laku yang menyimpang, baik
individu atau kelompok.
Sebagai sebuah layanan profesional, konseling tidak dapat dilakukan
secara sembarangan, namun harus dilakukan secara tertib berdasarkan prosedur
tertentu, yang secara umum terdiri dari enam tahapan sebagai, yaitu: (a)
Identifikasi kasus; (b) Identifikasi masalah; (c) Diagnosis; (d) Prognosis; (e)
Treatment; (f) Evaluasi dan Tindak Lanjut.
B. Tujuan Studi Kasus
Pada dasarnya peneliti yang menggunakan metode penelitian studi kasus
bertujuan untuk memahami objek yang ditelitinya, secara khusus penelitian
studi kasus bertujuan untuk menjelaskan dan memahami obyek yang diteliti
secara khusus sebagai suatu kasus. Stake (2005) menyatakan bahwa penelitian
studi kasus bertujuan untuk mengungkapkan kekhasan atau keunikan
karakteristik yang terdapat di dalam kasus yang diteliti. Sedangkan Yin (2009)
menyatakan bahwa tujuan penggunaan penelitian studi kasus adalah tidak
sekedar untuk menjelaskan seperti apa obyek yang diteliti, tetapi juga untuk
menjelaskan bagaimana keberadaan dan mengapa kasus tersebut dapat terjadi.
Dengan kata lain penelitian studi kasus bukan sekedar menjawab pertanyaan
penelitian tentang “apa” obyek yang diteliti, tetapi lebih menyeluruh dan
komprehensif lagi adalah tentang “bagaiamana” dan “mengapa” obyek tersebut
terjadi dan dapat dipandang sebagai suatu kasus. Oleh karena itu, segala
sesuatu yang berkaitan dengan kasus, seperti sifat alamiah kasus, kegiatan,
fungsi, kesejarahan, kondisi lingkungan fisik kasus, dan berbagai hal lain yang
berkaitan dan memengaruhi kasus harus diteliti, agar tujuan untuk menjelaskan
dan memahami keberadaan kasus tersebut dapat tercapai secara menyeluruh.
C. Fungsi Studi Kasus
Studi kasus dalam layanan bimbingan dan konseling di sekolah memiliki
fungsi sebagai alat yang digunakan dalam usaha konselor melakukan
pemahaman terhadap individu yang mengalami suatu permasalahan atau
mengalami kasus tertentu guna membantu peserta didik dalam memahami
kamampuan dirinya dan lingkungan untuk menuntaskan permasalahan yang
ada.
D. Pendekatan dalam Studi Kasus
Pendekatan dalam studi kasus dilaukan oleh konselor agar kliennya mau
menceritakan mengenai permasalahannya. Nurihsan (2006) merumuskan
empat pendekatan, antara lain:
1. Pendekatan krisis
Pendekatan krisis disebut juga dengan pendekatan kuratif, merupakan
upaya bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami krisis
atau masalah. Dalam pendekatan ini, konselor menunggu individu yang
datang selanjutnya mereka akan memberikan bantuan sesuai dengan
masalah yang dirasakan oleh individu.
2. Pendekatan remedial
Pendekatan Remedial merupakan pendekatan bimbingan yang diarahkan
kepada individu yang mengalami kelemahan atau kekuarangan. Tujuannya
adalah untuk membantu memperbaiki kekurangan/kelemahan yang dialami
individu. Dalam pendekatan ini, guru pembimbing memfokuskan
tujuannya pada kelemahan-kelemahan individu dan selanjutnya berupaya
untuk memperbaikinya.
3. Pendekatan preventif
Pendekatan preventif merupakan pendekatan yang diarahkan pada
antisipasi masalah-masalah umum individu, mencegah jangan sampai
masalah tersebut menimpa individu. Pembimbing memberikan upaya
seperti informasi dan keterampilan untuk mencegah masalah tersebut.
4. Pendekatan perkembangan
Pendekatan perkembangan menekankan pada pengembangan potensi dan
kekuatan yang ada pada individu secara optimal.
Identifikasi kasus merupakan langkah awal yang dilakukan guru BK untuk
menemukan peserta didik yang diduga memerlukan layanan bimbingan dan
konseling. Pada taraf usia atau kelas dan kesadaran tertentu, siswa secara
sukarela datang atau bertanya kepada guru BK untuk memperoleh bantuan
pemecahan masalah/kesultan yang dirasakan atau yang dialaminya.
Seperti kata Robinson (dalam Makmun, 2003), masih banyak yang merasa
enggan secara sukarela meminta bantuan layanan bimbingan. Berbagai alasan
seperti perasaan malu kalau masalah pribadinya diketahui oleh orang lain,
kurang yakn atau percaya bahwa guru BK mampu menyimpan kerahasiaan
pribadinya (confidential). Atau, memang individu yang bersangkutan kurang
mampu menyadari bahwa dirinya sedang mengalami suatu masalah.
Robinson [ CITATION Mak03 \l 1033 ] memberikan beberapa pendekatan
yang dapat dilakukan untuk mendeteksi peserta didik yang diduga
membutuhkan layanan bimbingan dan konseling, yakni :
1. Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua
peserta didik secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat
ditemukan peserta didik yang benar-benar membutuhkan layanan konseling.
Cara ini juga sangat tepat untuk mengurangi kelemahan-kelemahan seperti
rasa malu, kurang percaya diri, dan sebagainya karena pada dasarnya semua
peserta didik memperoleh perilaku yang serupa.
2. Maintain good relationship; pendekatan ini dikenal juga sebagai open door
policy,dimana diciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga
tidak terjadi jurang pemisah antara guru pembimbing dengan peserta didik.
Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas
pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan
ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya. Dengan cara
demikian jurang pemiah hubungan peserta didik dan guru itu diperkecil
sehingga akrab satu sama lain. Dengan terciptanya keakraban dan saling
pengertian, setiap saat peserta didik mengalami masalah/kesulitan akan
secara terbuka meminta bantuan guru atau pembimbingnya.
3. Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang
menimbulkan ke arah penyadaran peserta didik akan masalah yang
dihadapinya. Misalnya dengan jalan:
a. Mengadministrasikan tes inteligensi, tes bakat, tes minat pretest atau
post test dan sebagainya hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis
bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.
b. Mengadakan orientasi studi yang membicarakan dan memperkenalkan
karakteristik perbedaan individual, perbedaan karakteristik nerbagai
program/bidang studi beserta implikasinya bagi cara belajar-mengajar
termasuk kesulitan-kesulitannya sehingga dapat dieklplorasi
kemungkinan jalan keluarnya.
c. Mengadakan diskusi mengenai suatu masalah, misalnya beberapa
kesulitan dalam mempelajari bahasa asing sehingga dalam diskusi
tersebut diharapkan secara spontan, individu-individu yang
mengalami hal-hal yang bersamaan dapat mendikusikannya, dan
akhirnya akan sampai kepada perlunya bantuan guru bidang studi
yang bersangkutan.
4. Melakukan analisis terhadap hasil belajar peserta didik, dengan cara ini
bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang
dihadapi peserta didik.
5. Melakukan analisis sosiometris, dengan memilih teman terdekat diantara
semua peserta didik, (dengan variasi kalau perlu siapa yang paling disenangi
atau sebaliknya) cara ini dapat ditemukan peserta didik yang diduga
mengalami kesulitan penyesuaian sosial.
E. Contoh Identifikasi kasus:
Dalam penyusunan studi kasus, identifikasi siswa yang berkasus (klien)
merupakan tahap awal yang harus dilalui di dalam proses penyusunan studi
kasus. Pada saat ini konselor mengamati klien yang mengalami lambat dalam
belajar dan terlalu manja. Klien tersebut diterima di SMP NEGERI 1 MARBO
sebagai siswa kelas 1 pada tahun ajaran 2009/2010. Dia selalu rutin masuk
sekolah dan mematuhi peraturan yang ada di sekolah. Pada saat pembelajaran
dia termasuk anak yang aktif. Hampir semua pertanyaan guru dijawab tetapi
sebagian jawaban salah. Pada saat menerangkan dia lebih banyak berbicara
sendiri daripada memeperhattikan penjelasan guru. Ayah Nabila bekerja
sebagai Pegawai Negeri Sipil, pulang kerja sore hari, kadang juga lembur atau
piket, sehingga ayahnya kurang bisamemeperhatikan Nabila. Dia di rumah
diperhatikan oleh kakek, nenek, ibu dan saudara-saudaranya. Untuk belajar dia
selalu diingatkan oleh ibunya jika tidak diingatkan dia tidak belajar. Ibunya
selalu menemani saat ia belajar, tetapi ibunya juga harus mengawasi adiknya
yang masih kecil. Di rumah dia termasuk anak yang dimanja. Semua
keinginanya selalu dituruti orang tuanya atau oleh kakek neneknya. Apabila
tidak dituruti dia menangis dan marah. Pada waktu berangkat sekolah dia sellu
diantar dan saat pulangnya dia pun di jemput. Kebiasaan orang tua Nabila yang
selalu memanjakanya itu memebuat Nabila manja dan maunya sendiri.

Contoh Format Pelaksanaan Identifikasi Kasus

Data Siswa
Nama                                       : Desty
Tempat Tanggal Lahir             : 
Agama                                     : 
Anak ke                                   : 1 (satu)
Jumlah Saudara                       : 1 (satu)
Pekerjaan Orang Tua              
            * Ayah                         : Swasta
            * Ibu                           : Swasta
Alamat Rumah           : 
1. Melaksanakan Identifikasi Kasus
a. Prestasi belajar standar
b. Pemahaman terhadap teori kurang
2. Melaksanakan Diagnosis
a. Tujuan dilakukan diagnosis adalah untuk mengetahui secara tepat
masalah apa yang dihadapi oleh Desty. Serta dapat menemukan
penyebab atau latar belakang yang menyebabkan prestasi belajarnya
standar dibandingkan dengan teman-temannya yang lain. Oleh karena
itu apapun penyebab standarnya prestasi Desty pasti ada jalan keluar
yang bisa dilakukan atau membantu Desty memecahkan masalah yang
sedang dihadapinya.
b. Teknik wawancara
Melakukan Observasi (pengamatan) terhadap prestasi belajar yang
standar dan juga pemahaman terhadap teori-teori. Dengan melakukan
observasi kepada Desty, diharapkan mendapat petunjuk yang pasti
tentang masalah apa yang sebenarnya dihadapi oleh Desty sehingga
prestasi belajarnya standar dan juga pemahan terhadap teori kurang,
dengan mengetahui masalah yang hadapi oleh Desty maka akan
membantu menyelesaikan ataupun membantu memberikan jalan keluar
dari masalah yang sekarang dihadapinya tersebut.
c. Prosedur Belajar Desty
Melihat hasil dari setiap mata pelajaran. Dengan begitu maka
dapat disimpulkan pada mata pelajaran apa Desty mengalami kesulitan
dalam teori yang diajarkan di dalam kelas sehingga nilainya standar.  
1) Melihat hasil belajar Desty pada setiap mata pelajarannya.
2) Melakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang di
lakukan guru pada bidang studi yang nilainya Desty sangat standar
dari teman-temannya yang lain.
3) Melakukan observasi kepada Desty sendiri.
d. Berusaha mengungkapkan latar belakang
Melakukan wawancara kepada orang-orang yang dekat dengan Desty
seperti orang tua, wali kelas, dan teman-temannya. Dengan begitu maka
akan lebih jelas apa penyebab Desty kurang memahami teori yang
dijelaskan oleh guru di kelasnya.
3. Melaksanakan Prognisis
a. Tujuan dari prognosis ini adalah untuk menetapkan macam dan teknik
pemberian bantuan yang tepat kepada Desty yang mengalami kesulitan
dalam menerima teori-teori pelajaran yang diajarkan gurunya di kelas.
b. Teknik.
1) Desty dipanggil untuk diajak wawancara. Kemudian jelaskan
maksud dipanggilnya Desty ke ruang BK dan tanyakan kenapa
prestasi belajarnya standar dibandingkan dengan teman-temannya
yang lain.
2) Maka kita akan mengetahui penyebab dari prestasi standar yang
dialami oleh Desty.
c. Prosedur
Melihat latar belakang Desty yang orientasi hidupnyua adalah
everything is fun, teman-teman adalah segala-galanya, dan senang
bergaul dengan teman-temannya menyebabkan prestasi belajarnya
standar dari teman-temannya. Maka dari Desty perlu diberikan
bimbingan untuk dapat memperbaiki prestasi belajar.     
4.   Melaksanakan Langkah Pemberian Bantuan
a. Tujuan
Tujuan melaksanakan lanngkah pemberian bantuan kepada Desty
adalah agar Desty mampu mengatasi masalahnya yaitu tentang
prestasi belajarnya yang standar. Dengan demikian, maka diharapkan
prestasi belajar dapat diperbaiki dan berhasil mencapai hasil belajar
yang optimal, meskipun Desty senang bergaul dan teman-teman
adalah segala-galanya serta orientasi hidupnya everything is fun tidak
mempengaruhi prestasi belajarnya.
b. Teknik
Memilih salah satu teknik pemberian bantuan yang tepat untuk
membantu Desty dalam memecahkan masalahnya yaitu tentang
prestasi belajar yang standar, maka hal yang dapat saya lakukan
adalah:
1) Memberikan konseling kepada Desty agar mengutamakan 
pelajaran  supaya prestasi belajar dan minat belajar Desty
meningkat. Dengan begitu Desty yang orientasi hidupnya adalah
everything is fun tetap menomor satukan pendidikannya dan terus
meningkatkan prestasi belajarnya.
5. Melaksanakan Tindak Lanjut
a. Tujuan
Untuk mengetahui sejauh mana hasil pemberian bantuan yang
dilakukan konselor kepada Desty dapat berjalan lancar atau tidak. Maka
perlu tindak lanjut dari konselor yang telah dilakukan untuk dapat
mengetahui hasil dari bimbinngan tersebut dapat membantu Desty
memperbaiki prestasi belajarnya atau tidak.
b. Teknik
Setelah melakukan tidak lanjut terhadap pemberian bimbingan kepada
Desty maka perlu teknik untuk mengetahui hasilnya yaitu dengan
melihat hasil tes belajar Desty setelah beberapa waktu diberikan
bimbingan, banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengetahui
kemajuan yang dialami Desty yaitu dengan melakukan pengamatan
terhadap hasil tes Desty dan juga perubahan prestasi belajar yang
dialami Desty setelah pemberian bimbingan.
c. Prosedur
1) Mewawancarai Desty tentang perubahan prestasi belajar Desty dari
waktu ke waktu. Dengan mewawancarai Desty, maka dapat
diketahui hal apa saja yang didapat Desty tentang perubahan prestasi
belajarnya setelah diberikan bimbingan.
2) Mewawancarai wali kelas Desty untuk mengetahui perubahan yang
dialami Desty selama ini. Dengan begitu dapat diketahui seberapa
besar kemajuan belajar Desty setelah dilakukan bimbingan terhadap
Desty. Oleh karena itu orientasi hidup Desty yang everything is fun
tidak mempengaruhi prestasi belajar Desty di sekolah.
3) Mengadakan pengamatan atau observasi terhadap Desty. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui kemajuan apa saja yang didapatkan
oleh Desty setelah diberikan bimbingan. Prestasi belajar yang
standar Desty dapat diketahui ada perubahannya atau tidak.
6. Melaksanakan Pendekatan
Pendekatan ini perlu dilakukan kepada Desty agar Desty dapat
memprerbaiki prestasi belajarnya. Dengan begitu prestasi belajarnya di
sekolah akan meningkat. Oleh karena itu pendekatan ini perlu dilakukan
kepada Desty karena dengan pendekatan kepada Desty maka akan
memberikan motivasi atau dorongan kepada Desty untuk terus memperbaiki
prestasi belajarnya. Motivasi, dan bimbinngan sangat perlu diberikan
kepada Desty yang orientasi hidupnya adalah everything is fun, teman-
teman adalah segala-galanya serta bersenang-senang dengan teman-
temannya. Dengan motivasi dan bimbingnan yang diberikan kepada Desty
maka diharapkan Desty dapat memperbaiki prestasi belajarnya di sekolah,
serta dapat bersaing dengan teman-teman yang lain di sekolah tentang
prestasi belajar.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Studi kasus menjadi berguna apabila seseorang/peneliti ingin memahami
suatu permsalahan atau situasi tertentu dengan amat mendalam dan dapat
mengidentifikasi kasus melalui beberapa fenomena yang terjadi. Suatu kasus
dapat berupa orang, peristiwa, program, maupun insiden unik yang sedang
terjadi.
Konselor harus memiliki wawasan yang luas tentang berbagai masalah
yang terkandung dalam sebuah kasus. Wawasan itu mencakup konsep atau
rincian setiap masalah serta kemungkinan sebab-akibat yang harus didapatkan
oleh konselor. Seorang konselor diharuskan memiliki wawasan, pemahaman,
dan penyikapan terhadap kasus pada umumnya, dan pemahaman cara-cara
penanganan masalah yang terkandung dalam setiap kasus.
B. Saran
Sebagai seorang konselor diharapkan mampu memahami berbagai masalah
yang terkandung dalam sebuah kasus dengan memperbanyak wawasan
mengenai cara-cara penanganan masalah atau kasus agar mempermudah dalam
menyelesaikan permasalahan.
Daftar Pustaka

Kartini, Kartono, & Dali, G. (2000). Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya.
Makmun, A. S. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya Remaja.
Nurihsan, A. J. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.
Pusat Penelitian Ilmu Sosial dan Budaya. (2016, September 19). IDENTIFIKASI
MASALAH, BATASAN MASALAH, DAN RUMUSAN MASALAH.
Retrieved from Pusat Penelitian Ilmu Sosial dan Budaya:
http://ppisb.unsyiah.ac.id/berita/identifikasi-masalah-batasan-masalah-
dan-rumusan-masalah
Rahardjo, S., & Gudnanto. (2011). Pemahaman Individu Teknik Non Tes. Kudus:
Nora Media Enterprise.
Stake, R. E. (2005). Case Study Methods in Educational Research: Seeking Sweet
Water. In R. M. Jaeger (Ed.) Complementary methods for research in
education, 2nd Edition. Washington DC: American Educational Research.
Winkel, W., & Hastuti, S. (2004). Bimbingan dan Konseling Di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Yin, R. K. (2009). Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: Raja Grafindo.

Anda mungkin juga menyukai