LAPORAN BAB
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Literasi ICT dan Media Bimbingan dan Konseling
yang diampu oleh:
Prof. Dr. Ahman , M.Pd.
Dadang Sudrajat, M.Pd.
Oleh:
Dea Fikri Leila Q. 1700067
Deti Karuniasari Hamzah 1703720
Fitriyani 1705816
Isnaeni Solehah 1700304
A. Identitas Buku
1. Judul Buku :Media Literacy In Schools: Practice, Production And Progression
2. Penulis : Andrew Burn and James Durran
3. Halaman : 205 Lembar
4. Tahun : 2007
5. No. Laporan : ISBN-978-1-4129-2215-9
ISBN-978-1-4129-2216-6 (pbk)
6. Penerbit : Paul Chapman Publishing
B. Garis Besar Isi Bab
Buku ini dimaksudkan sebagai pengantar dari media literasi dan bagaimana seorang
pendidik dapat mengajarkannya ke peserta didik serta didukung oleh pihak sekolah.
Tujuannya adalah untuk memberikan dasar dalam memahami media literasi, tren saat ini di
bidang ini, dan kebutuhan potensial yang akan dihadapi siswa di masa depan. Buku ini
dirancang untuk membantu tim berbasis distrik atau situs memahami media literasi dan
bagaimana hal itu dapat memengaruhi kurikulum di sekolah. Buku ini dapat dijadikan
referensi bagi pendidik dan calon pendidik dalam memberikan pengajaran dan pembelajaran
berbasis teknologi dengan memanfaatkan media literasi yang ada di sekolah. Dalam buku ini
juga membahas upaya-upaya peningkatan pembelajaran dan upaya-upaya pemecaham
permasalahan yang berkaitan dengan teknologi terutama media literasi. Dalam bab ini
membahas proses pembuatan animasi dan gambar bergerak yang menarik perhatian peserta
didik agar lebih fokus dalam menerima pembelajaran dikelas
BAB II
ISI RESUME BUKU
BAB III
PEMBAHASAN
Perkembangan teknologi dan perubahan sosial yang kini kita alami mempengaruhi apa
yang kita ketahui dan bagimana kita berkomunikasi dengan yang lain (Borton, 2007:1). Media,
baik cetak maupun non-cetak (digital) terus menerus berkembang dan menyuguhi beragam
informasi yang mampu diakses dengan sangat mudah oleh siapa saja. Penetrasi berbagai media
membawa kita pada gaya hidup yang menantang kita untuk mampu menyikapi bagaimana
mengkonsumsi media. Pembelajaran literasi melalui proyek media cetak berbasis karakter
merupakan salah satu solusi untuk menjawab tantangan tersebut. Pembelajaran dipandang
mampu menghasilkan produk yang baik. Pembelajaran adalah kemampuan mengorganisasikan
proses belajar untuk mencapai pengetahuan otentik dan tahan lama. Proses pembelajaran
meliputi, pertama, masukan mentah, yaitu siswa/subjek belajar. Kedua, masukan alat, yang
terdiri dari tenaga, fasilitas, kurikulum, sistem administrasi, dan lain-lain. Ketiga, lingkungan,
termasuk di dalamnya keluarga, masyarakat, dan sekolah. Keempat, proses pengajaran,
merupakan interaksi antara unsur, instrumental dan pengaruh lingkungan. Kelima, hasil langsung
yang merupakan tingkah laku siswa setelah belajar, dan keenam, hasil akhir merupakan sikap
dan tingkah laku siswa setelah di masyarakat (Syaodih, Hartati, & Handayani, 2015). Penyajian
informasi dapat dikomunikasikan menggunakan alat bantu seperti hardcopy, CD/DVD, atau
komputer. Pembuatan dan penyajian informasi dengan komputer berbasis multimedia dilengkapi
dengan kemampuan menyajikan animasi, suara dan interactive link, sehingga lebih komunikatif.
Bidang informasi dan komunikasi diantaranya berkaitan dengan jaringan dan internet yang
membantu dalam pembuatan website yang menarik, informatif, dan interaktif. Alat ini dapat
bekerja sepanjang waktu, bahkan saat tengah malam, dimana tenaga konvensional tidak tersedia
dikarenakan waktu yang terbatas (Munir, 2012)Gerakan literasi digital di kelas kegiatan literasi
sekolah sekarang sudah mulai bergeser dari literasi baca tulis konvensional dengan menggunakan
media cetak ke media elektronik yang lazim disebut literasi digital (Puspito, 2017).
Program-program berkaitan dengan literasi media telah dilakukan dengan mengambil
titik fokus yang berbeda-beda. Beberapa program menitikberatkan pada analisa media dengan
cara memberikan keterampilan mengenai pemahaman dan upaya interpretasi dalam suatu pesan
media. Ada pula program literasi media yang berdasarkan pada keterampilan produksi media,
biasanya menitik beratkan pada penguatan komunitas. Jenis program yang lainnya menggunakan
literasi media sebagai cara untuk memahami infrastruktur ekonomi media massa, sebagai kunci
dalam konstruksi sosial pengetahuan umum. Dalam praktik pembelajaran media di kelas,
meskipun belum terencana secara sistematis di dalam kurikulum, metode pembelajaran adalah
dilakukan secara mandiri dan integrasi. Salah satu metode mandiri yang dikembangkan dengan
memutar CD mengajarkan melalui lagu, cerita dan pesan . Ada beberapa tahap yang dilakukan
dalam penggunaan metode kreatif. Hal pertama yang dilakukan yakni penyelidikan latar
belakang sosial dan jenis media yang sering digunakan peserta. Ini diketahui melalui diskusi
kelompok terfokus, wawancara, dan meminta peserta untuk menuliskan pengalaman bermedia
mereka. Dengan demikian bisa diketahui sejauh mana keterlibatan peserta dengan media,
meliputi jenis dan bentuk media yang paling sering diakses, besarnya paparan media, dan
dampak media dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penyelidikan tersebut dikaji dan diperkaya
dengan tinjauan pustaka sebagai dasar untuk menentukan tema yang nantinya akan
mempengaruhi susunan materi yang akan dibahas (Hendriyani & Guntaro, 2018).
Jenis literasi yang digunakan dalam pembuatan film animasi ini adalah gabungan antara
literasi dasar dan literasi media. Literasi dasar merupakan kemampuan mendengar, berbicara,
membaca, menulis, dan menghitung yang berkaitan langsung dengan kemampuan analisis untuk
memperhitungkan, mempersiapkan informasi, mongkomunikasikan, serta menggambarkan
informasi berdasarkan pemahaman. Literasi media merupakan kemampuan untuk mengetahui
berbagai bentuk media yang berbeda, dengan adanya literasi media tentunya dapat
dimudahkannya proses pendidikan untuk anak sekolah dasar. Untuk itu di butuhkan suatu media
yang sederhana dan mudah dimengerti. Media audio visual khususnya animasi untuk
menyampaikan pesan yang bisa dimanfaatkan, serta pesan yang terkandung dalam animasi akan
lebih cepat dan mudah menarik minat anak-anak. Dunia anak adalah dunia yang penuh dengan
warna, dengan demikian kebanyakan anak akan lebih memilih hiburan yang bercorak animasi
dibandingkan dengan hiburan yang bersifat nyata seperti sinetron atau yang lain. Karena dalam
dunia animasi akan banyak ditemui berbagai karakter atau tokoh baru, unik, lucu, dan setting
yang berbeda dari kehidupan nyata, sehingga diharapkan akan merangsang kreativitas anak agar
dapat lebih berkembang ke arah yang lebih baik lagi (Prataama & Ardoni, 2018).
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Urutan pembuatan film animasi diajukan oleh Kress dan van Leeuwen (2001):
interpretasi, wacana, desain, produksi, distribusi. Kedengarannya agak aneh untuk
memasukkan interpretasi dalam proyek di mana penekanannya sangat kuat pada produksi
teks anak-anak sendiri. Dalam kasus proyek ini, sementara di satu sisi anak-anak mungkin
secara harfiah menafsirkan teks-teks sastra seperti Red Riding Hood, mengubahnya menjadi
bentuk audiovisual, mereka juga, seperti yang akan kita lihat, menggabungkan unsur-unsur
desain visual dari wacana animasi populer. Literasi mengacu pada kemampuan untuk terus
mengubah pekerjaan digital, untuk terus meningkatkannya melalui semacam 'pengeditan'
yang telah lama menjadi fitur pekerjaan menulis yang efektif dalam bahasa Inggris. Umpan
balik adalah kapasitas alat penulis untuk menunjukkan karya yang diedit secara real time
seperti yang diubah oleh penulis, sehingga dimasukkan ke dalam siklus perbaikan.
Konvergensi adalah kemampuan membuat paket untuk menangani mode yang berbeda
(seperti gambar bergerak, desain grafis, musik, ucapan) semuanya dalam satu perangkat
lunak, baik dengan mengimpor bahan yang dibuat dalam paket komposisi digital lainnya,
atau membuat dan mengedit materi tersebut dalam satu paket multiguna. Media, baik cetak
maupun non-cetak (digital) terus menerus berkembang dan menyuguhi beragam informasi
yang mampu diakses dengan sangat mudah oleh siapa saja. Penetrasi berbagai media
membawa kita pada gaya hidup yang menantang kita untuk mampu menyikapi bagaimana
mengkonsumsi media. Pembelajaran literasi melalui proyek media cetak berbasis karakter
merupakan salah satu solusi untuk menjawab tantangan tersebut.
B. Rekomendasi
Literasi media dengan animasi ini bisa digunakan dalam sekolah-sekolah sebagai
pendukung dan pembelajaran, peserta didik mampu mengaplikasikannya dalam
pembelajaran di kelas maupun di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Hendriyani, & Guntaro. (2018). Gerakan Literasi Media di Indonesia. Yogyakarta: Rumah
Sinema.
Munir. (2012). MULTIMEDIA Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan . Bandung : 2012.
Prataama, D. R., & Ardoni. (2018). PEMBUATAN FILM ANIMASI SEBAGAI MEDIA
PENDIDIKAN LITERASI BAGI ANAK SEKOLAH DASAR. Jurnal Ilmu Informasi
Perpustakaan dan Kearsipan , 1-11.
Puspito, D. (2017). IMPLEMENTASI LITERASI DIGITAL DALAM GERAKAN LITERASI
SEKOLAH. Konferensi Bahasa dan Sastra II International Conference on Language,
Literature, and Teaching , 304-399.
Syaodih, Hartati, & Handayani. (2015). Membangun Imajinasi dan. PROSIDING SEMINAR
NASIONAL PENDIDIKAN DASAR UPI.