PENDAHULUAN
Pemelajaran bahasa Indonesia merupakan pemelajaran yang tidak pernah lepas dari
empat keterampilan yakni keterampilan membaca, keterampilan menyimak, keterampilan
menulis, dan keterampilan berbicara. Pada dasarnya pemelajaran bahasa bertujuan
membentuk dan mengembangkan keterampilan komunikasi pada peserta didik, baik
berupa lisan ataupun tulisan.
Allah SWT menurunkan sebuah ayat yang menjadi kaidah umum dalam keterampilan
menulis surat Al-alaq (4-5) :
)5( سانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم ِ ْ ) َعلَّ َم4( علَّ َم بِ ْالقَلَ ِم
َ اْل ْن َ الَّذِي
Artinya “Yang mengajar manusia dengan pena (4) Dia mengajarkan kepada manusia
apa yang belum diketahuinya (5)”.
Membaca dan menulis adalah dua kegiatan yang saling berkaitan satu sama lainnya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa Islam sejak awal sudah menyerukan kepada manusia
untuk membaca dan menulis, sebab wahyu Tuhan pun tidak bisa diterima tanpa dibaca
terlebih dahulu, dan ia tak akan bisa dinikmati oleh generasi selanjutnya jika tidak ada
dokumentasi dalam bentuk tulisan.
Penggunaan media yang tepat dapat membuat siswa termotivasi dalam proses
pembelajaran bahasa Indonesia. Siswa akan lebih tertarik bila menggunakan
media yang bersifat visual antara lain dapat berbentuk peta (maps), diagram, poster,
komik, dan media pembelajaran visual lainnya. Poster ini memiliki nilai dan pesan yang
dapat membantu proses penyampaian maksud dari materi ajar yang disampaikan terutama
pada materi ajar Pendidikan Kewarganegaraan. Selain itu media poster dapat membantu
siswa lebih termotivasi dalam melakukan proses belajar di kelas sehingga siswa menjadi
semakin kritis.
E-book merupakan sebuah buku yang hanya dapat di buka melalui media elektronik
seperti komputer. Kelahiran ebook sendiri merupakan sebuah permintaan dari banyak
kalangan masyarakat khususnya bagi orang yang gemar membaca. Setiap pembaca sering
kali merasa kesulitan ketika mencari kata yang diinginkan. Mereka terpaksa mencari kata
tersebut dengan cara manual, yaitu melihat isi teks dari halaman ke halaman berikutnya.
Dan hal ini benar-benar menyulitkan bagi mereka dan tentunya akan memakan banyak
waktu dan berharap ada sebuah cara untuk membantu menyelesaikan permsalahan ini.
Maka kemudian diluncurkanlah sebuah aplikasi untuk membantu mempermudah seorang
pembaca dalam mencari kata tersebut. Aplikasi tersebut telah diluncurkan yaitu salah
satunya adalah adobe reader. Dengan adanya adobe reader maka pembaca ebook
mendapatkan kemudahan yang dilengkapi dengan fasilitas pencarian kata seperti yang
diinginkan. Maka dengan alasan inilah mengapa penulis bermaksud untuk membuat
sebuah aplikasi pencarian kata dan menginformasikan di mana saja kata itu berada seperti
halnya adobe reader.
Cerita rakyat adalah salah satu budaya Indonesia yang menambah keragaman budaya
di negeri kita dan patut dilestarikan. Setiap daerah di Indonesia pada umumnya
mempunyai cerita rakyat yang berbeda-beda, dan juga pasti ada makna yang dapat dipetik
dari setiap cerita tersebut yang berfungsi sebagai saranan penyampaian nilai budaya.
Cerita rakyat juga merupakan salah satu sarana dalam menyampaikan amanat dari suatu
generasi ke generasi selanjutnya.
Folklore secara bahasa berasal dari kata Folk dan Lore, folk Artinya Rakyat, dan lore
adalah kebudayaan, dapat diartikan bahwa folk adalah sekelompok orang yang memiliki
ciri fisik, sosial dan kebudayaan. dan lore artinya adat/khazanah yang diwariskan secara
turun temurun, melalui contoh dan perbuatan. Dapat didefinisikan bahwa folklore adalah
sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun temurun, di
antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam
bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu
pengingat (mnemonic device), (Ceruvand, dalam James Danandjaja 1984).
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka fokus masalah dalam
penelitian yaitu bagaimana penerapan media buku besar dan e-book untuk pembelajaran
Agar penelitian ini dapat terarah, maka peneliti merumuskan masalah dalam
penelitian yaitu:
1. Bagaimana materi media e-book dan poster dalam menulis ulang cerita bagi penutur
asing tingkat B2?
2. Bagaimana respon pembelajar dan pengajar BIPA terhadap materi e-book dan
poster?
Tujuan umum dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui hasil
dari penerapan media e-book dan poster pada BIPA Tingkat B2 terhadap menulis
ulang cerita folklor.
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang judul Tesis “Penerapan Media E-Book dan
Poster Folklor dalam Menulis Ulang Cerita BIPA Tingkat B2” rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
LANDASAN TEORI
bahwa kata media berasal dari bahasa Latin yaitu medius yang berarti tengah,
perantara atau pepengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau
Maka dari itu guru harus bisa menentukan media pembelajaran yang tepat dan
sesuai.
bahwa media adalah pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan
untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku,
video, film, gambar dan komputer. Diantara media pendidikan, gambar atau foto
Menurut Levie dan Lentz dalam buku Media Pembelajaran Manual dan Digital
(2011:21) menyatakan bahwa ada empat fungsi media pembelajaran, yaitu (a)
fungsi atensi, b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris.
a) Fungsi atensi media adalah inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian
siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna
sesuai pembelajaran.
b) Fungsi afektif dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar teks
siswa.
memahami pembelajaran.
yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah
Menurut Kemp dan Dayton dalam buku Media Pembelajaran Manual dan
Digital (2011: 23) menyatakan bahwa media pembelajaran dapat memenuhi tiga
fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau
kelompok yang berjumlah besar yaitu dalam hal (1) memotivasi minat dan
Berdasarkan fungsi dari para ahli dapat disimpulkan bahwa fungsi media
dalam pembelajaran adalah sebagai alat bantu, alat penyalur pesan, alat
penguatan, dan dapat mewakili guru menyampaikan informasi secara lebih teliti,
bahwa hal pertama yang harus dilakukan guru dalam penggunaan media secara
kelompok belajarnya. Karaketristik ini antara lain adalah kematangan anak dan
usia perkembangannya.
1) Media tradisional
(b) Visual yang tak diproyeksikan seperti gambar, poster, foto, charts, grafik,
(e) Visual dinamis yang diproyeksikan seperti film, televisi dan video
(f) Cetak seperti buku teks, modul, workbook, majalah ilmiah, lembaran lepas
(hand-out)
Compact (video)
merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis,
Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui
Senada dengan Suparno dan Yunus dalam buku Keterampilan Dasar Menulis
melibatkan unsur penulis sebagai penyampaian pesan, pesan atau isi tulisan,
orang lain.
Menurut Hugo Hartig dalam Tarigan (2008: 25) merangkum tujuan menulis
sebagai berikut:
Seseorang tidak akan dapat menulis secara tepat guna kalau dia percaya,
baik secara sadar maupun tidak secara sadar bahwa pembaca atau
dengan mencapai keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal,
kesenian.
berikut:
bentuk tulisan.
Menurut Keraf dalam buku Argumentasi dan Narasi (2003 : 136) menyatakan
memberi arti kepada sebuah kejadian atau serentetan kejadian ahar pembaca
Berdasarkan kelima ciri tersebut maka suatu narasi harus berisi tentang
atau imajinasi. Dalam cerita tersebut harus bernilai keindahan, terdapat sebuah
menyatakan bahwa narasi terbagi menjadi dua macam, yaitu narasi ekspositoris
a. Narasi ekspositoris
dari kecil sampai saat ini atau sampai terakhir dalam kehidupannya.Karangan
narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku
b. Narasi sugestif
a. Tema
amanat.
b. Alur
Alur merupakan kerangka dasar yang sangat penting dalam kisah. Alur
dan bagaimana situasi dan perasaan karakter (tokoh) yang terlibat dalam
c. Penokohan
pemberian sifat pada pelaku dalam suatu cerita. Sifat yang diberikan itu akan
lainnya.
d. Latar
Latar ialah tempat dan atau waktu terjadinya perbuatan tokoh atau
a)sudut pandang orang pertama yaitu penulis menempatkan diri sebagai tokoh
menjadi salah satu pelaku, tetapi bukan sebagai pelaku utama. c) sudut
pandang orang ketiga, yaitu penulis berperan sebagai sutradara pada cerita
yaitu: tema (ide yang mendasari cerita), alur (rangkaian peristiwa), penokohan
(karakteristik setian tokoh), latar (tempat dan waktu terjadinya peristiwa), dan
skema alur
4) Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir
cerita
5) Rincian peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai
pendukung cerita
karangan narasi merupakan bagian dari tes kebahasaan yang sangat penting
grammar (tata bahasa dan pola kalimat yang digunakan dalam karangan narasi),
style (gaya: pilihan struktur dan kosakata), dan mekanik (ejaan). Berikut penilaian
menulis narasi:
Tabel 2.2
Aspek Penilaian Menulis Narasi
Aspek Skor Kriteria
Penilaian
Isi 27-30 Sangat baik-Sempurna: padat informasi, substansif,
pengembangan tesis tuntas, dan relevan dengan
permasalahan dan tuntas.
22-26 Cukup-Baik: informasi cukup, substansi cukup,
pengembangan tesis terbatas, dan relevan dengan
masalah tetapi tidak lengkap.
17-21 Sedang-Cukup: informasi terbatas, substansi kurang,
pengembangan tesis tidak cukup dan permasalahan
tidak cukup.
13-16 Sangat-Kurang: tidak berisi, tidak ada substansi,
tidak ada pengembangan tesis, dan tidak ada
permasalahan
Organisasi 18-20 Sangat baik-Sempurna: ekspresi lancar, gagasan
Isi diungkapkan dengan jelas, padat, tertata dengan baik,
urutan logis, dan kohesif.
14-17 Cukup-Baik: kurang lancar, kurang terorganisir tetapi
ide utama terlihat, bahan pendukung terbatas, dan
urutan logis tetapi tidak lengkap. Sedang-Cukup:
10-13 tidak lancar, gagasan kacau, terpotongpotong, urutan
dan pengembangan tidak logis.
Sangat Kurang: tidak komunikatif, tidak terorganisir
7 -9 dan tidak layak nilai.
Kosakata 18-20 Sangat baik-Sempurna: pemanfaatan potensi kata
canggih, pilihan kata dan ungkapan tepat, dan
menguasai pembentukan kata.
14-17 Cukup-Baik: pemanfaatan potensi kata agak
canggih, pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang
kurang tepat tetapi tidak mengganggu. Sedang-
Cukup: pemanfaataan potensi kata terbatas, sering
10-13 terjadi kesalahan penggunaan kosa kata dan dapat
merusak makna.
Sangat Kurang: pemanfaatan potensi kata asal-
7-9 asalan, pengetahuan tentang kosa kata rendah, dan
tidak layak nilai
Penggunaan 22-25 Sangat baik-Sempurna: konstruksi kompleks tetapi
Bahasa efektif dan hanya terjadi sedikit kesalahan
penggunaan bentuk kebahasaan
18-21 Cukup-Baik: konstruksi sederhana tetapi efektif,
kesalahan kecil tetapi konstruksi kompleks, dan terjadi
sejumlah kesalahan tetapi makna tidak kabur.
11-17 Sedang-Cukup: terjadi kesalahan serius dalam
konstruksi kalimat dan makna membingungkan atau
kabur.
Sangat Kurang: tidak menguasai aturan sintaksis,
5-10
terdapat banyak kesalahan, tidak komunikatif, dan tak
layak nilai.
Mekanik 5 Sangat baik-Sempurna: menguasai aturan penulisan
dan hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan.
Cukup-Baik: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan
4 tetapi tidak mengaburkan makna. Sedang-Cukup:
sering terjadi kesalahan ejaan dan makna
3 membingungkan atau kabur.
Sangat Kurang: tidak menguasai aturan penulisan,
2 terdapat banyak kesalahan ejaan, tulisan tidak
terbaca, dan tidak layak nilai.
2.1.4 Folklor
Secara etimologi kata “foklor” adalah pengindonesiaan kata bahasa
Inggris folklore. Kata ini adalah kata majemuk, yang berasal dari dua kata
dasar folk dan lore. Folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri
pengenal fisik, sosial, dan budaya sehingga dapat dibedakan dari
kelompok-kelompok lainnya. Ciri-ciri pengenal itu antara lain dapat
berwujud warna kulit, bentuk rambut yang sama, mata pencaharian yang
sama, bahasa yang sama, taraf pendidikan yang sama, dan agama atau
kepercayaan yang sama. Namun, yang lebih penting lagi adalah bahwa
mereka telah memiliki suatu tradisi, yakni kebiasaan yang telah mereka
warisi turun temurun, sedikitnya dua generasi, yang dapat mereka akui
sebagai milik bersama mereka. Di samping itu, mereka menunjukkan
identitas kelompok mereka sendiri (Dundes, 1965:2). Jadi folk adalah
sinonim dari kolektif, yang juga memiliki ciri-ciri pengenal fisik atau
kebudayaan yang sama serta mempunyai kesadaran kepribadian
sebagai kesatuan masyarakat. Sedangkan lore adalah kebiasaan folk, yaitu
sebagian kebudayaannya, yang diwariskan secara turun-temurun secara
lisan atau melalui suatu contoh yang disertai gerak isyarat atau alat
pembantu pengingat (mnemonic device).
Dari uraian di atas dapat didefinisikan bahwa folklor adalah sebagian
kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan secara turun-
temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi
yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan
gerak isyarat atau alat bantu pengingat (mnemonic device). Folklor merupakan
cermin diri dan kebiasan manusia secara kolektif, maka dengan mengungkap
folklor sama halnya mencari jati diri manusia.
Barnouw (1982:241) juga menyatakan bahwa meneliti folklor akan
sampai pada “the enjoyment of life”. Hal itu berarti bahwa satu kenikmatan
hidup d antaranya adalah mempelajari folklor. Folklor memiliki ruang lingkup
yang sangat luas seiring dengan banyaknya domain yang menjadi bagian dari
perkembangan budaya itu sendiri. Bruvand dalam Danandjaja (1997:21-22)
menyatakan, folklor dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar
berdasarkan tipenya, yaitu:
1) Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya memang murni lisan.
Bentuk-bentuk (genre) folklor yang termasuk ke dalam bentuk ini
antara lain:
a) Bahasa rakyat (folk spech)
seperti logat, julukan, pangkat tradisional dan title kebangsawanan.
b) Ungkapan tradisional seperti peribahasa, pepatah dan pemeo.
c) Pertanyaan tradisional, seperti teka-teki
d) Puisi rakyat seperti pantun gurindam dan syair
e) Cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda, dan dongeng.
f) Nyanyian rakyat
mengalami perkembangan yang sangat pesat, tidak hanya di Indonesia tapi juga
di luar negeri. Terbukti banyak penutur asing yang minat mempelajari bahasa
Indonesia atau yang dikenal dengan sebutan BIPA yaitu Bahasa Indonesia Bagi
Penutur Asing.
Menurut Widianti dalam jurnal Kredo ( 2017: 123) menyatakan bahwa salah
pembelajaran BIPA dibagi menjadi 3 bagian, yakni BIPA level dasar (elementary),
belajar budayanya, antara bahasa dan budaya memiliki tarik menarik kepentingan
bukan hanya mempelajari bahasanya saja tetapi mempelajari budaya yang ada
metode yang digunakan. Salah satu hal yang penting yang harus ada dan harus
penutur asing lebih tertarik dan cepat dalam belajar bahasa Indonesia sebagai
bahasa asing. Selain itu, bahan ajar yang tepat dan menarik dapat mempengaruhi
Indonesia
dalam negeri saat ini tercatat tidak kurang dari 45 lembaga yang telah mengajar
bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA), baik di perguruan tinggi maupun di
lembaga kursus. Sementara itu di luar negeri, pengajaran BIPA telah dilakukan
oleh sekitar 36 negara di dunia dengan jumlah lembaga tidak kurang dari 130
buah, yang terdiri atas perguruan tinggi, pusat-pusat kebudayaan asing, KBRI,
Pembelajaran BIPA (2017: 16) yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia juga
terbagi atas: [1] Pembelajaran BIPA singkat (short period), yang biasanya berkisar
antara 2 minggu sampai 2 bulan, [2] Pembelajaran BIPA regular, yang biasanya
terlaksana dalam jangka waktu yang cukup memadai (sekitar 4/satu semester/dua
semester).
(2017:35) pembelajaran BIPA dapat dikategorikan dalam [1] BIPA umum (general
mengajarkan bahasa akademik; [3] BIPA tujuan reaksi yang bertujuan untuk
mereka yang akan berwisata di Indonesia; dan [4] BIPA tujuan khusus (BIPA for
Menurut Putra dalam jurnal Kiromi (2016: 51) menyatakan bahwa penelitian
model, metode/ strategi/ cara/ jasa, prosedur tertentu yang lebih unggul, baru,
Menurut Borg & Gall dalam Kiromi (2016: 4) bahwa penelitian dan
pengembangan terdiri atas 10 tahap, namun dalam (Tim Puslitjaknov 2008, p.11)
dengan lebih sederhana, yaitu hanya melakukan 5 langkah utama, yaitu: (1)
Melakukan analisis produk yang akan dikembangkan, (2) Mengembangkan
produk awal, (3) Validasi dan revisi, (4) Uji coba lapangan skala kecil dan revisi
produk, (5) Uji coba lapangan skala besar dan produk akhir.
a. Analisis Produk
b. Mengembangkan Media
membuat dummy.
atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru
yang dibuat. Sedangkan revisi produk merupakan perbaikan dari
penilaian yang diberikan para ahli sehingga produk dapat dikatakan layak.
Media pembelajaran yang telah divalidasi oleh tenaga ahli serta telah
bahwa dalam penelitian Research & Development terdapat dua jenis uji coba
produk, 1) uji coba eksperimen before-after; dan 2) uji coba eksperimen pretest-
postest control. Kalau uji coba pertama itu membandingkan dengan keadaan
sebelum dan sesudah memakai produk, sedangkan uji coba eksperimen pretest-
(2) Prosedur pengembangan, dan (3) Uji coba produk. Deskripsi dari masing-
a. Model pengembangan
model konseptual, dan model teoritik. Model prosedural adalah model yang
bersifat deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk
menghasilkan produk.
Uji coba model atau produk merupakan bagian yang sangat penting dalam
Uji coba model atau produk bertujuan untuk mengetahui apakah produk yang
dibuat layak digunakan atau tidak. Uji coba model atau produk juga melihat
sejauh mana produk yang dibuat dapat mencapai sasaran dan tujuan.
Uji ahli atau Validasi dilakukan dengan responden para ahli perancangan
model atau produk. Kegiatan ini dilakukan untuk mereview produk awal,
memberikan masukan untuk perbaikan. Proses validasi ini disebut dengan
Ahli dilakukan melalui: (1) Diskusi Kelompok (group discussion), dan (2)
Teknik Delphi.
keahlian masing-masing.
sebagai berikut:
penyelesaian.
konsensus.
hasil yang dicapai dalam Teknik Delphi. Hasil Teknik Delphi perlu
jurnal “Pengembangan Media Game Ular Tangga Bervisi Sets Tema Energi Pada
didik dalam pembelajaran. Tujuan Penelitian ini adalah untuk menghasilkan media
pembelajaran game ular tangga yang layak dan dapat digunakan dalam
sekolah dasar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen
penelitian ini menggunakan dua kelompok yaitu kelas eksperimen dan kelas
metode konvensional.
Cécile Gabarre, Serge Gabarre, RossenI Din, Aidah Abdul Karim , dan
Parilah Mohd Shah dalam jurnal internasional “iPads in the foreign language
kelas bahasa asing di sebuah universitas negeri Malaysia. Penelitian ini berfokus
pada keheranan teknis dan tantangan seperti yang dialami oleh seorang pelajar
pembelajaran bahasa.
model menulis kolaborasi dengan media big book terhadap keterampilan menulis
kreatif di sekolah dasar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menulis.
dari hasil belajar siswa kelas IV SDN Balasklumprik I/434 Surabaya yang berada
di bawah rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penelitian ini menyelidiki
tentang aktivitas siswa, aktivitas guru dan hasil belajar siswa apabila
Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif sedangkan proses
cerita menggunakan media e-book dan poster, dimulai dari mengetahui hasil
keterampilan menulis ulang cerita dengan media yang ada. Lalu pembelajar BIPA
dikenalkan dengan media e-book dan poster untuk membantu pembelajar BIPA
Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis antara variable
yang akan diteliti, jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variable.
cerita pembelajar BIPA menggunakan media e-book dan poster berikut kerangka
Tindakan
Hasil Akhir
2.5 Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis kerja dengan
rumusan :
Jakarta.
Ho : Media e-book dan poster tidak dapat digunakan dalam pembelajaran menulis
Jakarta.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
hubungan antar variabel, dan ada pula yang bersifat mengembangkan konsep.
tersebut.” Maka metode eksperimen ini digunakan untuk mengukur perubahan yang
dilaksanakan dengan tujuan agar hipotesis yang telah dirumuskan pada bab I dapat
53
54
Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya
menggunakan teknik analisis untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil
penelitian. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan data yang akurat sesuai
dengan tujuan penelitian serta mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa dalam
learning.
Menurut Arikunto (2002:78) “pretest posttest one group design adalah
penelitian yang dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen (pretest)
menggunakan design penelitian ini karena dirasa cocok dengan judul penelitian
memberikan tes awal (pretest) pada peserta didik untuk mengetahui sejauh mana
learning. Selain itu, penulispun memberikan lembar kerja siswa (LKS) yang
data dari tes awal (pretest) ke tes akhir (postest). Berikut rancangan the one group
pretest-posttest design.
Berikut model Tes awal-tes akhir kelompok tunggal (The one group pretest-
O1X O2
O1 = Nilai pretest (sebelum diberi perlakuan)
X = Perlakuan (Treatment)
O2 = Nilai post-test (setelah diberi perlakuan)
1) Populasi
dan informasi untuk kepentingan penelitian atau sekelompok subjek, baik manusia,
nilai, tes, benda atau peristiwa. Noor (2011:147) mengutarakan bahwa populasi
Indonesia. 2) Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini
Menurut Sugiyono (2010:118) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Mengacu pada pendapat Sugiyono apabila
didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan
penelitian.
penilitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah : observasi dan tes. Selain
materi standar. Selain itu, dapat menginterpretasi peserta didik dan masalah-
dengan baik.