DISUSUN OLEH:
TEGA HERMAWAN TAHIR
(22/504673/TK/55211)
Rombongan A1 (Rabu, 15.30 – 17.00)
ASISTEN KELOMPOK :
HENDRYAGUNG FUADY HANDAKA
ASISTEN ACARA :
ANINDYA AYU KUSUMA
BETHARI AMELIA NUR RACHMADIANTI
MUHAMMAD ARGA FATTHILLA
YOGYAKARTA
MEI
2023
BORANG DESKRIPSI PETROLOGI
BATUAN SEDIMEN SILISIKLASTIK
Batuan berwarna putih kehiajuan struktur sedimen masif, tekstur meliputi : ukuran butir
1/256-1/16 mm (fragmen : - mm, matriks 1/256-1/16 mm) bentuk butir tidak teramati, sortasi
tidak teramati, kemas tertutup, komposisi : Mineral lempung (55%), zeolith (45%)
Deskripsi Komposisi :
1. Mineral lempung, warna putih, ukuran 1/256–1/16, bentuk butir tidak teramati, tidak
bereaksi dengan HCL, kelimpahan 55%, hadir sebagai matriks dalam batuan.
2. Mineral zeolith, warna hijau, ukuran 1/256-1/16, bentuk tidak teramati, tidak bereaksi
dengan HCL, pecahan tidak teramati, belahan tidak teramati, kelimpahan 45%, hadir
sebagai matriks dalam batuan.
Zeolith
Mineral lempung
Normalisasi & Plotting
Silt : 100%
Clay : 0%
Sand : 0%
Daftar Pustaka :
Sellick, M. A. (2000). Dictionary of Mining, Mineral, and Related Terms. Society for
Mining, Metallurgy, and Exploration.
Boggs, S., Jr. (2009). Principles of Sedimentology and Stratigraphy. Pearson Prentice Hall.
Prothero, D. R., & Schwab, F. (2004). Sedimentary Geology: An Introduction to Sedimentary
Rocks and Stratigraphy. W. H. Freeman.
Tucker, M. E. (2001). Sedimentary Petrology: An Introduction to the Origin of Sedimentary
Rocks. Wiley-Blackwell.
BORANG DESKRIPSI PETROLOGI
BATUAN SEDIMEN SILISIKLASTIK
Batuan berwarna orange kecoklatan struktur sedimen masif, tekstur meliputi : ukuran butir
<1 – 10 mm (fragmen : 1 – 10 mm, matriks <1 mm) bentuk butir sub rounded – sub angular,
sortasi buruk, kemas tertutup, komposisi : Kuarsa (98%), mineral oksida(2%)
Deskripsi Komposisi :
1. Mineral kuarsa, warna putih, ukuran 1 – 10 mm, kekerasan 7, bentuk kristalin, kilap
kaca, belahan tidak ada, pecahan konkoidal, struktur prismatik, kelimpahan 98%, hadir
sebagai fragmen dalam batuan
2. Mineral oksida, warna coklat, ukuran 1 – 8 mm, bentuk tidak teramati, kilap tanah,
struktur tidak teramati, pecahan tidak teramati, kelimpahan 2%, hadir sebagai fragmen
dalam batuan.
Kuarsa
Mineral oksida
Normalisasi & Plotting
• Gravel : 85%
• Sand : 13%
• Mud : 2%
13
Sand : 𝑋 100% = 86,67%
15
2
Mud : 𝑋 100% = 13,33%
15
Daftar Pustaka :
Blatt, H., Tracy, R. J., & Owens, B. E. (2005). Petrology: Igneous, Sedimentary, and
Metamorphic (3rd ed.). W. H. Freeman.
Prothero, D. R., & Schwab, F. (2004). Sedimentary Geology: An Introduction to Sedimentary
Rocks and Stratigraphy. W. H. Freeman.
Tucker, M. E. (2001). Sedimentary Petrology: An Introduction to the Origin of Sedimentary
Rocks. Wiley-Blackwell.
Sellick, M. A. (2000). Dictionary of Mining, Mineral, and Related Terms. Society for
Mining, Metallurgy, and Exploration.
BORANG DESKRIPSI PETROLOGI
BATUAN SEDIMEN SILISIKLASTIK
Batuan berwarna abu-abu kehijauan struktur sedimen masif, tekstur meliputi : ukuran butir
1 – 3 mm (fragmen : 1 – 3 mm, matriks <1 mm) bentuk butir angular sortasi buruk, kemas
terbuka, komposisi : Fragmen (60%), mud (20%), klorid (15%), plagioklas (5%)
Deskripsi Komposisi :
1. Fragmen litik, berukuran gravel, warna abu-abu, ukuran 1 – 3 mm, kilap tanah, belahan
tidak teramati, pecahan tidak teramati, kelimpahan 60%, hadir sebagai fragmen dalam
batuan
2. Mineral mud, warna coklat cerah, ukuran kristal <2 mm, belahan tidak ada, pecahan
tidak ada, kelimpahan 20%, hadir sebagai matriks dalam batuan
3. Mineral klorid, warna hijau, ukuran kristal <1 mm, belahan tidak teramati, pecahan
tidak teramati, kelimpahan 15%, hadir sebagai matriks dalam batuan
4. Mineral plagioklas, warna putih, ukuran kristal <1 mm, kekerasan 6, belahan 2 arah,
pecahan uneven, kelimpahan 5%, hadir sebagai matriks dalam batuan
Mud
Plagioklas Klorid
Fragmen litik
Normalisasi & Plotting
• Gravel : 60% Normalisasi SM
• Sand : 0%
S + M = 25%
• Mud : 20%
Sand = 0%
60
Gravel : 𝑋 100% = 75% 25
80 Mud = : 𝑋 100% = 100%
20 25
Mud : 𝑋 100% = 25%
80
Daftar Pustaka :
Blatt, H., Tracy, R. J., & Owens, B. E. (2005). Petrology: Igneous, Sedimentary, and
Metamorphic (3rd ed.). W. H. Freeman.
Prothero, D. R., & Schwab, F. (2004). Sedimentary Geology: An Introduction to Sedimentary
Rocks and Stratigraphy. W. H. Freeman.
Tucker, M. E. (2001). Sedimentary Petrology: An Introduction to the Origin of Sedimentary
Rocks. Wiley-Blackwell.
Sellick, M. A. (2000). Dictionary of Mining, Mineral, and Related Terms. Society for
Mining, Metallurgy, and Exploration.
BORANG DESKRIPSI PETROLOGI
BATUAN SEDIMEN SILISIKLASTIK
Batuan berwarna kehijauan, keabu-abuan struktur sedimen masif, tekstur meliputi : ukuran
butir 0,1 – 2 mm (fragmen : 2 – 5 mm, matriks <1 mm) bentuk butir sub angular, sortasi
buruk, kemas matriks supported, komposisi : Clay (80%), kuarsa (10%), calcite (10%)
Deskripsi Komposisi :
1. Mineral clay, warna hijau, ukuran 0,5 – 5 mm, kekerasan 1,5 – 2,5, bentuk tidak
teramati, kilap tanah, belahan tidak teramati, pecahan tidak teramati, kelimpahan 80%,
hadir sebagai matriks dalam batuan
2. Mineral kuarsa, warna putih, ukuran <0,1 mm, kekerasan 7, bentuk kristalin, kilap kaca,
belahan tidak ada, pecahan konkoidal, kelimpahan 10%, hadir sebagai matriks dalam
batuan
3. Mineral calcite, warna putih, ukuran 0,1 mm, kekerasan 3, kilap kaca, belahan 3 arah,
pecahan uneven, kelimpahan 10%, hadir sebagai matriks dalam batuan
Mineral clay
Calcite
Kuarsa
Normalisasi & Plotting Normalisasi SM
• Gravel : 4% S + M = 96%
• Sand : 6% 6
Sand = 96 𝑋 100% = 6,25%
• Mud : 90%
90
Mud = : 𝑋 100% = 93,75%
96
Daftar Pustaka :
Blatt, H., Tracy, R. J., & Owens, B. E. (2005). Petrology: Igneous, Sedimentary, and
Metamorphic (3rd ed.). W. H. Freeman.
Prothero, D. R., & Schwab, F. (2004). Sedimentary Geology: An Introduction to Sedimentary
Rocks and Stratigraphy. W. H. Freeman.
Tucker, M. E. (2001). Sedimentary Petrology: An Introduction to the Origin of Sedimentary
Rocks. Wiley-Blackwell.
Sellick, M. A. (2000). Dictionary of Mining, Mineral, and Related Terms. Society for
Mining, Metallurgy, and Exploration.
BORANG DESKRIPSI PETROLOGI
BATUAN SEDIMEN SILISIKLASTIK
Batuan berwarna abu-abu kecoklatan struktur sedimen masif, tekstur meliputi : ukuran butir
1/256-1/8 mm (fragmen : - mm, matriks 1/256-1/8 mm) bentuk butir rounded, sortasi baik,
kemas matriks supported, komposisi : Mineral lempung (55%), zeolith (45%)
Deskripsi Komposisi :
1. Pasir, warna abu-abu, berukuran pasir 1/16-1/8, berbentuk rounded, kelimpahan 75%,
hadir sebagai matriks dalam batuan
2. Mineral lempung, warna abu-abu gelap, ukuran 1/256, berbentuk sub-rounded,
kelimpahan 20%, hadir sebagai matriks dalam batuan.
3. Mineral oksida, warna orange kecoklatan, berukuran sand (1/16-1/8), berbentuk
rounded kelimpahan 5%hadir sebagai matriks dalam batuan,
Pasir
Mineral oksida
Lempung
Daftar Pustaka :
Blatt, H., Tracy, R. J., & Owens, B. E. (2005). Petrology: Igneous, Sedimentary, and
Metamorphic (3rd ed.). W. H. Freeman.
Prothero, D. R., & Schwab, F. (2004). Sedimentary Geology: An Introduction to Sedimentary
Rocks and Stratigraphy. W. H. Freeman.
Tucker, M. E. (2001). Sedimentary Petrology: An Introduction to the Origin of Sedimentary
Rocks. Wiley-Blackwell.
Sellick, M. A. (2000). Dictionary of Mining, Mineral, and Related Terms. Society for
Mining, Metallurgy, and Exploration.
BORANG DESKRIPSI PETROLOGI
BATUAN SEDIMEN SILISIKLASTIK
Batuan berwarna orange kecoklatan struktur sedimen masif, tekstur meliputi : ukuran butir
<1 – 7 mm (fragmen : 2 – 7 mm, matriks <1 mm) bentuk butir sub rounded, sortasi buruk,
kemas terbuka, komposisi : Matriks (40%), litik (35%), kuarsa (15%), mineral oksida
(10%)
Deskripsi Komposisi :
1. Matriks, warna coklat, tersusun oleh material lempung dan pasir halus, berukuran <1
mm, kelimpahan 40%
2. Litik, warna beragam dominan gelap, ukuran 2 – 7 mm, kekerasan 5 – 6, kelimpahan
35%, hadir sebagai fragmen dalam batuan
3. Mineral kuarsa, warna putih, ukuran <2 mm, kekerasan 7, bentuk kristalin, kilap kaca,
belahan tidak ada, pecahan konkoidal, struktur prismatik, kelimpahan 5%, hadir sebagai
fragmen dalam batuan
4. Mineral oksida, warna coklat, ukuran <2 mm, bentuk tidak teramati, kilap tanah,
struktur tidak teramati, pecahan tidak teramati, kelimpahan 10%, hadir sebagai matriks
dalam batuan.
Matriks
Kuarsa
Litik
Mineral oksida
Normalisasi & Plotting Normalisasi SM
Gravel : 45% S + M = 55%
Mud : 15% 40
Sand = 𝑋 100% = 72,72%
55
Sand : 40%
15
Mud = : 55 𝑋 100% = 27,27%%
Batuan berwarna coklat keputihan, struktur sedimen masif, tekstur meliputi : ukuran butir 0,5
– 0,25 mm (fragmen : 0,5 – 0,25 mm, matriks <1 mm) bentuk butir angular sortasi baik,
kemas tertutup, komposisi : Kuarsa (92%), mineral oksida (8%)
Deskripsi Komposisi :
1. Mineral kuarsa, warna putih, ukuran 0,5 – 0,25 mm, kekerasan 7, bentuk kristalin, kilap
kaca, belahan tidak ada, pecahan konkoidal, struktur prismatik, kelimpahan 92%, hadir
sebagai fragmen dalam batuan
2. Mineral oksida, warna coklat orange, kekerasan tidak teramati, pecahan tidak teramati,
kekerasan tidak teramati, ukuran 0,5 – 0,25, kelimpahan 8%
Kuarsa
Mineral oksida
Normalisasi & Plotting Normalisasi SM
Gravel : 8% S + M = 94%
Sand : 92% 94
Sand = 𝑋 100% = 100%
94
Mud : 0%
Mud = : 0%
Daftar Pustaka :
Blatt, H., Tracy, R. J., & Owens, B. E. (2005). Petrology: Igneous, Sedimentary, and
Metamorphic (3rd ed.). W. H. Freeman.
Prothero, D. R., & Schwab, F. (2004). Sedimentary Geology: An Introduction to Sedimentary
Rocks and Stratigraphy. W. H. Freeman.
Tucker, M. E. (2001). Sedimentary Petrology: An Introduction to the Origin of Sedimentary
Rocks. Wiley-Blackwell.
Sellick, M. A. (2000). Dictionary of Mining, Mineral, and Related Terms. Society for
Mining, Metallurgy, and Exploration.
BORANG DESKRIPSI PETROLOGI
BATUAN SEDIMEN KARBONAT AUTOCHTONOUS
Batuan berwarna Cokelat muda , ukuran kristal atau mineral penyusun <1 mm, bentuk dan
kenampakan khas meterial penyusun (mengacu pada Embry & CLovan, 1971) terdapat
lubang-lubang. Komposisi: kalsit (90%), Mineral oksida (10%)
Deskripsi Komposisi :
1. Mineral kalsit, berwarna putih, kekrasan 3, kilap kaca, cerat putih, belahan 3 arah
sempurna, pecahan konkoidal, bentuk prismatik, hadir sebagai matriks dalam batuan,
kelimpahan 90%.
2. Mineral oksida, berwarna cokelat, ukuran <1 mm kekerasan tidak teramati, belahan
tidak teramati, pecahan tidak termati, hadir sebagai matriks dalam batuan, kelimpahan
10%.
Mineral oksida
Kalsit
Nama Batuan : Crystaline limestone (Dunham, 1952)
Genesa :
Proses pembentukan batu kapur kristalin (crystalline limestone) melibatkan langkah-
langkah berikut:
1. Presipitasi kalsium karbonat: Proses dimulai dengan presipitasi atau pengendapan
kalsium karbonat (CaCO3) dari air. Presipitasi dapat terjadi di lingkungan seperti laut,
danau, sungai, atau gua yang mengandung larutan jenuh dengan kalsium karbonat.
2. Akumulasi sedimen: Partikel-partikel kalsium karbonat yang terendapkan secara
bertahap akumulasi dan membentuk lapisan-lapisan sedimen. Lapisan-lapisan ini terus
bertambah seiring waktu dan akumulasi partikel-partikel karbonat.
3. Kompaksi dan litifikasi: Tekanan bertambah dari lapisan sedimen yang terakumulasi di
atasnya. Hal ini menyebabkan kompaksi, di mana partikel-partikel sedimen saling
menekan satu sama lain. Proses litifikasi berlangsung, di mana partikel-partikel kalsium
karbonat terikat dan membentuk batuan padat.
4. Diagenesis: Selama diagenesis, perubahan kimia dan fisik terjadi dalam batuan kapur.
Proses ini termasuk perubahan mineralogi, penggantian mineral, dan pembentukan
kristal-kristal kapur yang lebih besar. Kristalisasi kapur ini dapat membentuk struktur
kristalin yang khas dalam batu kapur kristalin.
5. Karstifikasi: Seiring berjalannya waktu, proses karstifikasi dapat terjadi di mana air
asam mengikis dan melarutkan batuan kapur kristalin, membentuk fitur-fitur seperti
gua, stalaktit, stalagmit, dan dolin.
Daftar Pustaka :
Tucker, M.E. (2011). Sedimentary Rocks in the Field: A Practical Guide. Wiley-Blackwell.
Folk, R.L. (1962). Spectral subdivision of limestone types. In: Classification of Carbonate
Rocks, W.E. Ham (Ed.), American Association of Petroleum Geologists Memoir 1
Dunham, R.J. (1962). Classification of carbonate rocks according to depositional texture. In:
Classification of Carbonate Rocks, W.E. Ham (Ed.), American Association of
Petroleum Geologists Memoir 1
Burchette, T.P., and Wright, V.P. (1992). Carbonate ramp depositional systems.
Sedimentary Geology
BORANG DESKRIPSI PETROLOGI
BATUAN SEDIMEN KARBONAT ALLOCHTONOUS
Batuan berwarna abu-abu keputihan, struktur sedimen masif, tekstur meliputi: ukuran butir
<1-20 mm (fragmen: 2-20 mm, matriks <1 mm), bentuk butir subangular, kemas grain
supported, komposisi: fosil mulusca (80%), mineral lempung (15%), mineral oksida (5%).
Deskripsi Komposisi :
1. Fosil mulusca, berwarna putih, ukuran 2-20 mm, cangkangnya berbentuk spiral,
terendapkan teracak-acak, hasir debagai fragmen dalam batuan, sudah terubahkan
menjadi mineral kalsit, kelimpahan 80%.
2. Mineral lempung, berwarna cokelal keabu-abuan, ukuran <1 mm, kilap tanah, belahan
tidak teramati, pecahan tidak teramati, struktur tidak teramati, hadir sebagai matriks
dalam batuan, kelimpahan 15%.
3. Mineral oksida, berwarna cokelat kejinggaan, ukuran <1 mm, kilap tanah, belahan tidak
teramati, kekerasan tidak teramati, pecahan tidak teramati, struktur tidak termati, hadir
sebagai semen dalam batuan, kelimpahan 5%.
Mineral oksida
Nama Batuan : Rudstone (Embry & Clovan, 1971)
Genesa :
Rudstone adalah jenis batuan sedimen yang terdiri terutama dari fragmen-fragmen besar
yang terikat dalam matriks batuan sedimen yang lebih halus. Proses pembentukan rudstone
melibatkan langkah-langkah berikut:
1. Pemecahan batuan: Proses dimulai dengan pemecahan batuan di area sumber.
Pemecahan ini bisa terjadi akibat aktivitas tektonik, perubahan suhu yang ekstrem,
pembekuan dan pencairan air dalam celah-celah batuan, atau erosi yang kuat.
2. Transportasi fragmen batuan: Fragmen-fragmen batuan yang lebih besar diangkut oleh
aliran air, aliran sungai, gletser, atau gelombang laut. Fragmen-fragmen ini dapat
diangkut jauh dari area sumber atau terendapkan secara lokal di lingkungan
sedimentasi.
3. Akumulasi fragmen batuan: Fragmen-fragmen batuan yang diangkut kemudian
terakumulasi di lingkungan sedimentasi tertentu. Rudstone terbentuk ketika fragmen-
fragmen batuan besar terikat dalam matriks batuan sedimen yang lebih halus, seperti
pasir atau lumpur.
4. Litifikasi: Selama jangka waktu yang panjang, tekanan dan kompaksi bertambah dari
lapisan sedimen yang terakumulasi di atasnya. Tekanan ini menyebabkan fragmen-
fragmen batuan dan matriks batuan sedimen saling terkikis dan mengikat satu sama
lain.
5. Pengerasan: Fragmen-fragmen batuan dan matriks batuan sedimen mengalami
pengikatan yang lebih kuat melalui proses pengerasan. Reaksi kimia dan proses
diagenesis lainnya dapat mempengaruhi pengerasan ini, membentuk batuan rudstone
yang padat.
Daftar Pustaka :
Tucker, M.E. (2011). Sedimentary Rocks in the Field: A Practical Guide. Wiley-Blackwell.
Folk, R.L. (1962). Spectral subdivision of limestone types. In: Classification of Carbonate
Rocks, W.E. Ham (Ed.), American Association of Petroleum Geologists Memoir 1
Dunham, R.J. (1962). Classification of carbonate rocks according to depositional texture. In:
Classification of Carbonate Rocks, W.E. Ham (Ed.), American Association of
Petroleum Geologists Memoir 1
Burchette, T.P., and Wright, V.P. (1992). Carbonate ramp depositional systems.
Sedimentary Geology
BORANG DESKRIPSI PETROLOGI
BATUAN SEDIMEN KARBONAT AUTOCHTONOUS
Batuan berwarna putih, ukuran kristal atau mineral penyusun <1 mm, bentuk dan kenampakan
khas meterial penyusun (mengacu pada Embry & CLovan, 1971) terdapat lubang-lubang.
Komposisi: kalsit/ kemingkinan satu tubuh coral (>90%).
Deskripsi Komposisi :
1. Minera kalsit, berwarna putih, berukuran <1 mm, kekrasan 3, kilap kaca, cerat putih,
belahan 3 arah sempurna, pecahan konkoidal, bentuk prismatik, hadir sebagai matriks
dalam batuan, kelimpahan 90%.
Kalsit
Nama Batuan : Framestone (Embry & Clovan, 1971)
Genesa :
Framestone adalah jenis batuan sedimen yang terdiri terutama dari kerangka atau
rangkaian fragmen organisme seperti karang, bryozoan, atau spons. Proses pembentukan
framestone melibatkan langkah-langkah berikut:
1. Pemecahan organisme: Organisme seperti karang, bryozoan, atau spons yang hidup di
lingkungan laut membangun kerangka atau rangkaian struktur yang terdiri dari bahan
organik seperti kalsium karbonat. Organisme ini dapat mati atau terfragmentasi,
menghasilkan fragmen-fragmen organik yang kemudian akan menjadi bagian dari
framestone.
2. Akumulasi fragmen organik: Fragmen-fragmen organik yang dihasilkan kemudian
terakumulasi di lingkungan sedimentasi tertentu, seperti dasar laut atau terumbu karang.
Fragmen-fragmen organik ini bisa diangkut oleh aliran air atau terendapkan secara
lokal, tergantung pada energi lingkungan sedimentasi.
3. Deposisi bahan sedimentasi: Di sekitar fragmen organik, bahan sedimen lainnya,
seperti pasir atau lumpur, dapat terendapkan. Bahan sedimen ini akan menjadi matriks
atau mendasari kerangka organik yang membentuk framestone.
4. Kompaksi dan litifikasi: Selama bertambahnya tekanan dari lapisan sedimen yang
terakumulasi di atasnya, fragmen organik dan matriks sedimen saling menekan satu
sama lain. Proses ini disebut kompaksi, dan seiring waktu, litifikasi akan terjadi,
mengubah fragmen organik dan matriks sedimen menjadi batuan padat.
5. Pengerasan dan pengikatan: Reaksi kimia dan proses diagenesis lainnya terjadi dalam
batuan sedimen, yang dapat menghasilkan pengerasan dan pengikatan yang lebih kuat
antara fragmen organik dan matriks sedimen. Hal ini membentuk framestone yang
padat dan kuat.
Daftar Pustaka :
Tucker, M.E. (2011). Sedimentary Rocks in the Field: A Practical Guide. Wiley-Blackwell.
Folk, R.L. (1962). Spectral subdivision of limestone types. In: Classification of Carbonate
Rocks, W.E. Ham (Ed.), American Association of Petroleum Geologists Memoir 1
Dunham, R.J. (1962). Classification of carbonate rocks according to depositional texture. In:
Classification of Carbonate Rocks, W.E. Ham (Ed.), American Association of
Petroleum Geologists Memoir 1
Burchette, T.P., and Wright, V.P. (1992). Carbonate ramp depositional systems.
Sedimentary Geology
BORANG DESKRIPSI PETROLOGI
BATUAN SEDIMEN KARBONAT AUTOCHTONOUS
Batuan berwarna putih keorangean, ukuran kristal atau mineral penyusun 2-20 mm, bentuk
dan kenampakan khas meterial penyusun (mengacu pada Embry & CLovan, 1971) fosil coral
yang kaku/rigid. Komposisi: fosil coral (80%), mineral oksida (15%), kalsit (5%).
Deskripsi Komposisi :
1. Fosil coral, berwarna putih, berukuran 0,2 – 4 mm, kekerasan <2, bereaksi dengan HCl,
kelimpahan 80%.
2. Mineral oksida, berwarna orange kecokelatan, ukuran <1 mm, kekerasan tidak teramati,
bentuk tidak terimati, belahan tidak teramati, kilap tanah, pecahan tidak teramati,
struktur tidak teramati, kelimpahan 15%.
3. Mineral kalsit, berwarna putih, berukuran <1 – 8 mm, kekerasan 3, bentuk kritalin, kilap
kaca, belahan 3 arah sempurna, pecahan uneven, struktur kristalin, kelimpahan 5%.
Mineral oksida
Fosil coral
Kalsit
Nama Batuan : Framestone (Embry & Clovan, 1971)
Genesa :
Framestone adalah jenis batuan sedimen yang terdiri terutama dari kerangka atau
rangkaian fragmen organisme seperti karang, bryozoan, atau spons. Proses pembentukan
framestone melibatkan langkah-langkah berikut:
1. Pemecahan organisme: Organisme seperti karang, bryozoan, atau spons yang hidup di
lingkungan laut membangun kerangka atau rangkaian struktur yang terdiri dari bahan
organik seperti kalsium karbonat. Organisme ini dapat mati atau terfragmentasi,
menghasilkan fragmen-fragmen organik yang kemudian akan menjadi bagian dari
framestone.
2. Akumulasi fragmen organik: Fragmen-fragmen organik yang dihasilkan kemudian
terakumulasi di lingkungan sedimentasi tertentu, seperti dasar laut atau terumbu karang.
Fragmen-fragmen organik ini bisa diangkut oleh aliran air atau terendapkan secara
lokal, tergantung pada energi lingkungan sedimentasi.
3. Deposisi bahan sedimentasi: Di sekitar fragmen organik, bahan sedimen lainnya,
seperti pasir atau lumpur, dapat terendapkan. Bahan sedimen ini akan menjadi matriks
atau mendasari kerangka organik yang membentuk framestone.
4. Kompaksi dan litifikasi: Selama bertambahnya tekanan dari lapisan sedimen yang
terakumulasi di atasnya, fragmen organik dan matriks sedimen saling menekan satu
sama lain. Proses ini disebut kompaksi, dan seiring waktu, litifikasi akan terjadi,
mengubah fragmen organik dan matriks sedimen menjadi batuan padat.
5. Pengerasan dan pengikatan: Reaksi kimia dan proses diagenesis lainnya terjadi dalam
batuan sedimen, yang dapat menghasilkan pengerasan dan pengikatan yang lebih kuat
antara fragmen organik dan matriks sedimen. Hal ini membentuk framestone yang
padat dan kuat.
Daftar Pustaka :
Tucker, M.E. (2011). Sedimentary Rocks in the Field: A Practical Guide. Wiley-Blackwell.
Folk, R.L. (1962). Spectral subdivision of limestone types. In: Classification of Carbonate
Rocks, W.E. Ham (Ed.), American Association of Petroleum Geologists Memoir 1
Dunham, R.J. (1962). Classification of carbonate rocks according to depositional texture. In:
Classification of Carbonate Rocks, W.E. Ham (Ed.), American Association of
Petroleum Geologists Memoir 1
Burchette, T.P., and Wright, V.P. (1992). Carbonate ramp depositional systems.
Sedimentary Geology
BORANG DESKRIPSI PETROLOGI
BATUAN SEDIMEN KARBONAT ALLOCHTONOUS
Batuan berwarna abu-abu, struktur sedimen masif, tekstur meliputi: ukuran butir 1-30 mm
(fragmen: 1-30 mm, matriks 2 mm), bentuk butir subangular, kemas grain supported,
komposisi: fosil foraminifera (90%), kalsit (5%), mineral lempung (3%), mineral oksida
(2%).
Deskripsi Komposisi :
1. Fosil foraminifera, berwarna abu-abu, ukuran 1-30 mm, berbentuk seperti koin,
kelimpahan 90%, hadir senahai fragmen dalam batuan.
2. Mineral kalsit, berwarna putih, berukuran <2 mm, kekerasan 3, kilap kaca, belahan 3
arah, pecahn uneven, struktur prismatik, kelimpahan 5% hadir sebagai matriks dalam
batuan.
3. Mineral lempung, berwarn abu-abu, ukuran <1 mm, kilap tanah, belhan tidak teramati,
pecahan tidak teramati, struktrur tidak teramati, kelimapahn 3% hadir sebagai matriks
dalam batuan.
4. Mineral oksida, berwarna cokelat, berukuran pasir, kilap tanah, belahan tidak teramati,
pecahan tidak teramati, kelimpahan 2%, hadir sebagai matriks dalam batuan.
Mineral lempung
Kalsit
Fosil foraminifera
Mineral oksida
Nama Batuan : Rudstone (Embry & Clovan, 1971)
Genesa :
Rudstone adalah jenis batuan sedimen yang terdiri terutama dari fragmen-fragmen besar
yang terikat dalam matriks batuan sedimen yang lebih halus. Proses pembentukan rudstone
melibatkan langkah-langkah berikut:
1. Pemecahan batuan: Proses dimulai dengan pemecahan batuan di area sumber.
Pemecahan ini bisa terjadi akibat aktivitas tektonik, perubahan suhu yang ekstrem,
pembekuan dan pencairan air dalam celah-celah batuan, atau erosi yang kuat.
2. Transportasi fragmen batuan: Fragmen-fragmen batuan yang lebih besar diangkut oleh
aliran air, aliran sungai, gletser, atau gelombang laut. Fragmen-fragmen ini dapat
diangkut jauh dari area sumber atau terendapkan secara lokal di lingkungan
sedimentasi.
3. Akumulasi fragmen batuan: Fragmen-fragmen batuan yang diangkut kemudian
terakumulasi di lingkungan sedimentasi tertentu. Rudstone terbentuk ketika fragmen-
fragmen batuan besar terikat dalam matriks batuan sedimen yang lebih halus, seperti
pasir atau lumpur.
4. Litifikasi: Selama jangka waktu yang panjang, tekanan dan kompaksi bertambah dari
lapisan sedimen yang terakumulasi di atasnya. Tekanan ini menyebabkan fragmen-
fragmen batuan dan matriks batuan sedimen saling terkikis dan mengikat satu sama
lain.
5. Pengerasan: Fragmen-fragmen batuan dan matriks batuan sedimen mengalami
pengikatan yang lebih kuat melalui proses pengerasan. Reaksi kimia dan proses
diagenesis lainnya dapat mempengaruhi pengerasan ini, membentuk batuan rudstone
yang padat.
Daftar Pustaka :
Tucker, M.E. (2011). Sedimentary Rocks in the Field: A Practical Guide. Wiley-Blackwell.
Folk, R.L. (1962). Spectral subdivision of limestone types. In: Classification of Carbonate
Rocks, W.E. Ham (Ed.), American Association of Petroleum Geologists Memoir 1
Dunham, R.J. (1962). Classification of carbonate rocks according to depositional texture. In:
Classification of Carbonate Rocks, W.E. Ham (Ed.), American Association of
Petroleum Geologists Memoir 1
Burchette, T.P., and Wright, V.P. (1992). Carbonate ramp depositional systems.
Sedimentary Geology
BORANG DESKRIPSI PETROLOGI
BATUAN SEDIMEN NON-SILISIKLASTIK NON-KARBONAT
Batuan berwarna merah, ukuran kristal/ butir <1-2 mm, kenampakan khas tidak bereaksi
dengan HCl. Komposisi: kuarsa (90%), mineral lempung (10%).
Deskripsi Komposisi :
1. Mineral kuarsa, berwarna colourless tetapi terkena mineral pengotor sehingga berwarna
merah kecokelatan, kilap kaca, berukuran <1 mm, kekerasan 7, belahan tidak ada,
pecahan konkoidal, struktur kriptokristalin, kelimpahan 90%.
2. Mineral lempung, berwarna putih, kilap tanah, berukuran 01-1 mm, kekerasan 1,5 -2,
belahan tidak teramati, pecahan tidak teramati, struktur tidak teramati, kelimpahan 10%
hadir sebagai matriks dalam batuan.
Kuarsa
Mineral lempung
Nama Batuan : Rijang (koesoemadinata, 1980)
Genesa :
Flintstone, juga dikenal sebagai batu krikil atau batu api, adalah jenis batuan sedimen
yang terbentuk dari silika (SiO2) yang terkompaksi. Proses pembentukan flintstone melibatkan
langkah-langkah berikut:
1. Presipitasi silika: Proses dimulai dengan presipitasi atau pengendapan silika (SiO2) dari
air atau larutan. Presipitasi dapat terjadi di lingkungan seperti laut, danau, atau sumber
air yang mengandung larutan jenuh dengan silika.
2. Akumulasi sedimen: Partikel-partikel silika yang terendapkan secara bertahap
akumulasi dan membentuk lapisan-lapisan sedimen. Lapisan-lapisan ini terus
bertambah seiring waktu dan akumulasi partikel-partikel silika.
3. Kompaksi dan litifikasi: Tekanan bertambah dari lapisan sedimen yang terakumulasi di
atasnya. Hal ini menyebabkan kompaksi, di mana partikel-partikel silika saling
menekan satu sama lain. Proses litifikasi berlangsung, di mana partikel-partikel silika
terikat dan membentuk batuan padat.
4. Diagenesis: Selama diagenesis, perubahan kimia dan fisik terjadi dalam batuan
flintstone. Proses ini termasuk penggantian mineral, rekristalisasi, dan pengikatan yang
lebih kuat antara partikel-partikel silika.
5. Erosi dan eksposur: Secara bertahap, lapisan-lapisan batuan flintstone dapat tererosi
oleh proses erosi alami, seperti air atau angin. Hal ini dapat mengungkapkan batuan
flintstone di permukaan tanah.
Daftar Pustaka:
Tucker, M.E. (2011). Sedimentary Rocks in the Field: A Practical Guide. Wiley-Blackwell.
Folk, R.L. (1962). Spectral subdivision of limestone types. In: Classification of Carbonate
Rocks, W.E. Ham (Ed.), American Association of Petroleum Geologists Memoir 1
Dunham, R.J. (1962). Classification of carbonate rocks according to depositional texture. In:
Classification of Carbonate Rocks, W.E. Ham (Ed.), American Association of
Petroleum Geologists Memoir 1
Burchette, T.P., and Wright, V.P. (1992). Carbonate ramp depositional systems.
Sedimentary Geology
BORANG DESKRIPSI PETROLOGI
BATUAN SEDIMEN NON-SILISIKLASTIK NON-KARBONAT
Batuan berwarna hitam, ukuran kristal/ butir 1/16 – 1/8 mm, kenampakan khas mengkilap.
Komposisi: material organik (100%),
Deskripsi Komposisi :
1. Material organik, berwarna hitam, berukuran 1/16 – 1/8 mm, kilap kaca.
Material organik
Nama Batuan : Batubara antrasit (koesoemadinata, 1980)
Genesa :
Batubara antrasit adalah jenis batubara yang memiliki kadar karbon yang sangat tinggi
dan tingkat pembakaran yang rendah. Proses pembentukan batubara antrasit melibatkan
langkah-langkah berikut:
1. Pembentukan rawa gambut: Pembentukan batubara antrasit dimulai dengan
pembentukan rawa gambut. Rawa gambut terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tanaman
yang terperangkap di lingkungan rawa atau daerah dengan kondisi drainase yang buruk.
Proses ini melibatkan dekomposisi parsial tanaman menjadi bahan organik yang kaya
akan karbon.
2. Peleburan dan pembatubaraan: Selama jangka waktu yang lama dan di bawah tekanan
yang tinggi, lapisan rawa gambut terkompaksi oleh lapisan-lapisan sedimen di atasnya.
Tekanan ini menyebabkan peleburan dan pembatubaraan material organik di dalam
rawa gambut.
3. Pembentukan lignit: Tahap awal dalam pembentukan batubara antrasit adalah
pembentukan lignit, yaitu jenis batubara dengan kadar karbon yang lebih rendah
daripada antrasit. Lignit terbentuk ketika rawa gambut terkompaksi dan bahan
organiknya mengalami degradasi yang lebih lanjut, tetapi belum mencapai tahap
antrasit.
4. Metamorfosis bertahap: Melalui proses metamorfosis bertahap, lignit mengalami
peningkatan suhu dan tekanan seiring dengan penambahan lapisan sedimen di atasnya.
Proses ini mengubah lignit menjadi batubara subbituminus dan kemudian menjadi
batubara bituminus, dengan peningkatan kadar karbon dan penurunan kadar air dan
bahan volatil.
5. Pembentukan batubara antrasit: Batubara antrasit terbentuk pada tahap metamorfosis
yang lebih lanjut. Melalui peningkatan suhu dan tekanan yang lebih tinggi, batubara
bituminus mengalami dehidrasi dan pengeringan yang lebih lanjut, sehingga kadar
karbonnya meningkat menjadi tinggi dan kadar air serta bahan volatilnya berkurang.
Daftar Pustaka :
Tucker, M.E. (2011). Sedimentary Rocks in the Field: A Practical Guide. Wiley-Blackwell.
Folk, R.L. (1962). Spectral subdivision of limestone types. In: Classification of Carbonate
Rocks, W.E. Ham (Ed.), American Association of Petroleum Geologists Memoir 1
Dunham, R.J. (1962). Classification of carbonate rocks according to depositional texture. In:
Classification of Carbonate Rocks, W.E. Ham (Ed.), American Association of
Petroleum Geologists Memoir 1
Burchette, T.P., and Wright, V.P. (1992). Carbonate ramp depositional systems.
Sedimentary Geology
BORANG DESKRIPSI PETROLOGI
BATUAN SEDIMEN NON-SILISIKLASTIK NON-KARBONAT
Batuan berwarna kuning, ukuran kristal/ butir <1 mm, kenampakan khas memiliki bau yang
khas. Komposisi: Sulfur (90%), kuarsa (7%), lithic (3%)
Deskripsi Komposisi :
1. Mineral sulfur, berwarna kuning, berukuran <1 mm, kekerasan 2, kilap damar, cerat
putih, belahan tidak teraati, pechan tidak teramati, kelimpahan 90% hadir sebagai
matriks dalam batuan.
2. Mineral kuarsa, berwarna colourless, kilap kaca, berukuran <1 mm, kekerasan 7,
belahan tidak ada, pecahan konkoidal, struktur kriptokristalin, kelimpahan 7% hadir
sebagai fragmen dalam batuan.
3. Lithic, warna ptuih kecokelatan, belahan tidak teramati, pecahan tidak teramati, struktur
tidak teramati, kelimpahan 3%.
Sulfur
Kuarsa
Lithic
Nama Batuan : Kristalin sulfur (koesoemadinata, 1980)
Genesa :
Kristalin sulfur terbentuk melalui serangkaian proses geokimia yang melibatkan
pengendapan dan transformasi unsur sulfur. Berikut adalah proses pembentukan kristalin
sulfur:
1. Sumber sulfur: Sulfur dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk aktivitas vulkanik,
proses hidrotermal di bawah laut, dan penguraian bahan organik seperti mineral sulfida
dalam sedimen.
2. Pengendapan: Sulfur larut dalam air dan dapat mengalami pengendapan di lingkungan
yang kaya sulfur, seperti rawa-rawa belerang, danau belerang, atau ventilasi
hidrotermal. Ketika kondisi lingkungan memungkinkan, sulfur bereaksi dengan elemen
lain, seperti oksigen, logam, atau mineral lain, dan membentuk senyawa-senyawa
sulfur.
3. Kristalisasi: Selama proses pengendapan, senyawa-senyawa sulfur mengalami
kristalisasi dan membentuk kristal sulfur yang padat. Faktor-faktor seperti suhu,
tekanan, dan komposisi kimia lingkungan akan mempengaruhi ukuran, bentuk, dan
struktur kristal sulfur yang terbentuk.
4. Diagenesis dan metamorfosis: Seiring berjalannya waktu, lapisan-lapisan sedimen yang
mengandung kristal sulfur dapat mengalami diagenesis dan metamorfosis. Proses ini
melibatkan tekanan dan suhu yang meningkat seiring dengan penimbunan lebih lanjut
lapisan sedimen di atasnya. Diagenesis dan metamorfosis dapat menyebabkan
perubahan struktur dan komposisi kristal sulfur.
5. Migrasi dan pengumpulan: Kristal sulfur dapat mengalami migrasi dalam formasi
geologi, terutama jika terdapat perubahan suhu atau pergerakan fluida di dalamnya. Hal
ini dapat menyebabkan pengumpulan kristal sulfur di area yang lebih terkonsentrasi.
Daftar Pustaka :
Tucker, M.E. (2011). Sedimentary Rocks in the Field: A Practical Guide. Wiley-Blackwell.
Folk, R.L. (1962). Spectral subdivision of limestone types. In: Classification of Carbonate
Rocks, W.E. Ham (Ed.), American Association of Petroleum Geologists Memoir 1
Dunham, R.J. (1962). Classification of carbonate rocks according to depositional texture. In:
Classification of Carbonate Rocks, W.E. Ham (Ed.), American Association of
Petroleum Geologists Memoir 1
Burchette, T.P., and Wright, V.P. (1992). Carbonate ramp depositional systems.
Sedimentary Geology