Anda di halaman 1dari 17

Geofacts: Sedimen Klastik Terrigenous

1 of 17

http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigenous.html

2.03.2010

Sedimen Klastik Terrigenous

Source : Sam Boggs Jr :Sedimen Klastik Terrigenous

Sedimen Klastik Terrigenous : Kerikil, Pasir dan Lumpur


(Terrigenous clastic sediments : gravel, sand and mud)
Empat kelompok utama batuan dapat dikenali berdasarkan komposisinya; sedimen klastik
terrigenous, sedimen karbonat, endapan evaporasi, dan volkaniklastik. Komposisi umum dan khusus
menentukan sifat sedimen dan karakter batuan sedimen yang terbentuk. Skema klasifikasi,
penamaan, dan deskripsi telah dikembangkan untuk mengategorikan sedimen dan batuan sedimen
melalui ciri-ciri material tertentu. Deskripsi sedimen dan batuan sedimen termasuk memperkirakan
asal mineral dan penyusun biogenik. Analisis kuantitatif berupa ukuran butir, bentuk, dan distribusi
partikel. Deskripsi litologi dapat dibuat dari material yang lepas atau hand specimen dan dilengkapi
oleh analisis petrografi dengan menggunakan mikroskop. Beberapa informasi tentang proses dan
kondisi pengendapan dapat diperoleh melalui penelitian sedimen dan batuan serta dengan
tambahan data dari lapangan dan data bawah permukaan. Bab ini membahas sedimen klastik
terrigenous (kerikil, pasir, dan lumpur) dan litifikasinya; tersusun oleh mineral dan fragmen batuan
yang berasal dari pelapukan dan erosi batuan yang lebih tua.

Popular Posts
Peace of Mind
Jenis Batik, cara Membuat Batik,
Pengertian Batik
UNDANG-UNDANG DASAR 1945 SEBAGAI
HUKUM DASAR NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA
Laporan Viskositas
Praktikum modulus young
PESAWAT ATWOOD (E-1)
Ketidakpastian pengukuran
There was an error in this gadget

Followers
with Google Friend Connect

Members (38) More

2.1 Komponen Sedimen dan Batuan Sedimen


Sedimen dan batuan sedimen dapat diklasifikasikan berdasarkan penyusunnya atau asal usul
terbentuknya, atau kombinasi keduanya. Pembagian batuan sedimen ada di bawah ini (Gambar 2.1).
MATERIAL KLASTIK TERRIGENOUS
Material berasal dari partikel atau klastik batuan yang lebih tua. Klastik ini adalah detritus erosi dari
batuan induk dan umumnya tersusun oleh mineral silikat ; istilah sedimen detrital dan sedimen
siliciklastik juga digunakan untuk material ini. Ukuran klastik mulai dari partikel lempung
(mikrometer) hingga bongkah (meter). Batupasir dan konglomerat menyusun sebanyak 20% - 25%
batuan sedimen dalam rekaman stratigrafi dan batulumpur menyusun 60% dari jumlah total.
KARBONAT
Berdasarkan definisi, batugamping adalah batuan sedimen yang mengandung lebih dari 50% kalsium
karbonat (CaCO3). Di lingkungan alam, bagian keras organisme, khususnya invertebrata seperti
moluska, adalah sumber utama kalsium karbonat. Batugamping menyusun 10% - 15% batuan sedimen
dalam rekaman stratigrafi.
EVAPORASI

Already a member? Sign in

Labels

English Article (9)


Geologi dasar (3)
Geomorfologi (4)

Indonesian Article (31)


lain-lain (8)

Microsoft Encarta TM (14)


Mineralogi (4)
Opini (3)

Paleontologi (1)
Pancasila (2)

1/5/2016 9:01 AM

Geofacts: Sedimen Klastik Terrigenous

2 of 17

http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigenous.html

Evaporasi adalah endapan yang terbentuk oleh pengendapan garam-garam dari air melalui proses
penguapan.
SEDIMEN VOLKANIKLASTIK
Hasil dari erupsi volkanik atau hasil dari lapukan batuan volkanik.

pemetaan (2)
poetry (8)

Praktikum Fisika (8)


sedimentologi (6)
Stratigrafi (5)

Blog Archive

2012 (1)

SEDIMEN LAINNYA

2011 (12)

Sedimen dan batuan sedimen lainnya adalah ironstone, sedimen fosfat, endapan organik (batubara
dan serpih minyak), rijang (chert) (batuan sedimen silikaan). Volume ini semua hanya 5 % dari
rekaman stratigrafi, tapi beberapa memiliki nilai ekonomi.
Sebagaimana dengan kebanyakan sistem klasifikasi, ada tumpang tindih dan daerah abu-abu pada
skema ini. Beberapa lapisan batugamping terbentuk dari pengendapan kimiawi kalsium karbonat
selama proses penguapan, dan dapat disebut endapan evaporit. Pada kasus lain ada penamaan yang
tidak masuk akal ; batuan yang mengandung 51% butir pasir kuarsa dan 49% fragmen karbonatan
diistilahkan batupasir karbonatan : dengan
perbandingan yang sebaliknya (49% butir pasir kuarsa dan 51% fragmen karbonatan) disebut
batugamping pasiran.

2010 (4)

August (1)

February (3)

Sedimen biogenik, kimia, dan


volkanogenik
Sedimen Klastik Terrigenous

Sedimentologi dan Stratigrafi


2009 (6)

2008 (88)

live traffic

Gambar 2.1 Tabel penyusun-penyusun utama batuan sedimen


2.2 Klasifikasi dan Penamaan Sedimen dan Batuan Sedimen Klastik Terrigenous
Sedimen klastik terrigenous adalah kumpulan (aggregate) lepas dari material klastik yang menjadi
batuan sedimen klastik terrigenous bila material terlitifikasi (litifikasi adalah proses pembentukan
batuan) (7.21). Lumpur, lanau, dan pasir adalah aggregate lepas ; tambahan imbuhan batu-
(batulumpur, batulanau, batupasir) menandakan bahwa material telah terlitifikasi dan telah menjadi
batuan padat. Material kerikil lepas dinamakan menurut ukurannya seperti butiran (granule),
kerakal (pebble), berangkal (cobble), dan bongkah (boulder) yang dapat terlitifikasi menjadi
konglomerat (terkadang ditambahkan ukurannya, contoh konglomerat kerakal / pebble
conglomerate).

Live Traffic Feed


A visitor from Jakarta, Jakarta
Raya viewed "Geofacts:
Sedimentologi dan Stratigrafi" 4
mins
ago from Indonesia viewed
A
visitor
"Geofacts: Van zuidam" 7 mins
ago
A visitor from Indonesia viewed
"Geofacts: Sedimentologi dan
Stratigrafi" 29 mins ago
A visitor from Indonesia viewed
"Geofacts: Sedimen Klastik
Terrigenous" 40 mins ago
A visitor from Indonesia viewed
"Geofacts: January 2011" 1 hr 9
mins ago
A visitor from Semarang, Jawa
Tengah viewed "Geofacts:
Geomorfologi Umum" 1 hr 59
mins
ago from Jakarta, Jakarta
A
visitor
Raya viewed "Geofacts:
BIOSTRATIGRAFI" 2 hrs 37
mins
ago from Grobogan, Jawa
A
visitor
Tengah viewed "Geofacts:
Sedimen Klastik Terrigenous" 8
hrsvisitor
27 mins
agoIndonesia viewed
A
from
"Geofacts: Proses Transportasi
dan Struktur Sedimen" 9 hrs 39
mins
ago from Surabaya, Jawa
A
visitor
Timur viewed "Geofacts:
Sedimentologi dan Stratigrafi"
Real-time view Get Feedjit
Your Comment

1/5/2016 9:01 AM

Geofacts: Sedimen Klastik Terrigenous

3 of 17

http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigenous.html

2.2.1 Sedimen dan Batuan Sedimen Klastik Terrigenous


Pembagian berdasarkan ukuran butir digunakan sebagai awal untuk mengklasifikasikan dan
menamakan sedimen dan batuan sedimen klastik terrigenous ; kerikil dan konglomerat tersusun oleh
klastik berdiameter lebih dari 2 mm, butir berukuran pasir antara 2 mm sampai 1/16 mm (63 m) ;
lumpur (termasuk lempung dan lanau) terdiri dari partikel berdiameter kurang dari 63 m. Ada
beberapa jenis skema dan pembagian kategori, tetapi sedimentologist cenderung menggunakan
Skala Wentworth (Gambar 2.2) untuk menentukan dan menamakan endapan klastik terrigenous.

2.2.2 Skala Ukuran Butir Udden Wentworth


Dikenal umum dengan nama Skala Wentworth, skema ini digunakan untuk klasifikasi materi partikel
aggregate ( Udden 1914, Wentworth 1922). Pembagian skala dibuat berdasarkan faktor 2 ; contoh
butiran pasir sedang berdiameter 0,25 mm 0,5 mm, pasir sangat kasar 1 mm 2 mm, dan
seterusnya. Skala ini dipilih karena pembagian menampilkan pencerminan distribusi alami partikel
sedimen ; sederhananya, blok besar hancur menjadi dua bagian, dan seterusnya.
Empat pembagian dasar yang dikenalkan :
1. lempung (< 4 m) 2. lanau (4 m 63 m) 3. pasir (63 m 2 mm) 4. kerikil / aggregate (> 2 mm)
Skala phi adalah angka perwakilan pada skala Wentworth. Huruf Yunani (phi) sering digunakan
sebagai satuan skala ini. Dengan menggunakan logaritma 2, ukuran butir dapat ditunjukkan pada
skala phi sebagai berikut :
= - log 2 (diameter butir dalam mm)
Tanda negatif digunakan karena biasa digunakan untuk mewakili ukuran butir pada grafik, bahwa
ukuran butir semakin menurun dari kanan ke kiri. Dengan menggunakan rumus ini, butir yang
berdiameter 1 mm adalah 0; 2mm adalah -1, 4 mm adalah -2, dan seterusnya; ukuran butir
yang semakin menurun, 0,5 mm adalah +1, 0,25 mm adalah 2, dan seterusnya.

4 Nov 15, 11:50 PM

Cross Stitch: Kits Cross Stitch Charts


And Patterns

28 Sep 15, 12:28 AM

Dont cry because: its over smile


because it happened

10 Sep 15, 05:01 PM

SEDANG BEROPERASI: KELAS


ZUMBA DAN AEROBIK DI KUALA
LUMPUR. CALL NOW +60173835636

10 Sep 15, 01:08 PM

PINJAMAN MUDAH: DAN WAJIB


KETUA JABATAN ATAU PEGAWAI
TELAH DIBERI KUASA UNTUK
PINJAMAN

25 Aug 15, 10:56 AM

THE CONQUEST: OF THY BEAUTY

25 Aug 15, 09:46 AM

WHEN A WOMAN: IS HANGED FOR


HUMMING A SONG

17 Aug 15, 05:29 PM

BUT THERE: A TYPE OF RACE THAT


[Upgrade Cbox]
refresh
name
e-mail / url
message

Go

help smilies cbox

Contact

Gambar 2.2 Klasifikasi ukuran butir skala Udden-Wentworth

2.3 Kerikil dan Konglomerat


Klastik berdiameter lebih dari 2 mm dibagi menjadi butiran, kerakal, berangkal, dan bongkah
(Gambar 2.2). Nama yang diberikan untuk kerikil yang terkonsolidasi tergantung pada ukuran butir
yang dominan ; contoh, jika kebanyakan klastik berdiameter antara 64 mm hingga 256 mm,
batuannya disebut konglomerat berangkal (cobble conglomerate). Istilah breksi umumnya digunakan
untuk konglomerat yang tersusun oleh klastik yang bentuknya menyudut (2.6). Pada beberapa
keadaan perlu dijelaskan bahwa suatu endapan adalah breksi sedimen atau breksi tektonik yang
terbentuk oleh fragmentasi batuan dalam zona sesar akibat gesekan (friction) antara tubuh batuan
yang bergerak. Campuran klastik membundar dan menyudut terkadang diistilahkan breksikonglomerat. Terkadang kata benda rudite dan kata sifat ruditan digunakan; istilah ini sinonim
dengan konglomerat dan konglomeratan.

1/5/2016 9:01 AM

Geofacts: Sedimen Klastik Terrigenous

4 of 17

http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigenous.html

2.3.1 Komposisi Kerikil dan Konglomerat


Deskripsi selanjutnya kerikil dan konglomerat dapat dilihat dari kehadiran klastik yang ada. Jika
semua klastik adalah material yang sama (contoh, granit semuanya), konglomerat disebut monomik.
Konglomerat polimik mengandung klastik dari berbagai litologi yang berbeda, dan terkadang
diistilahkan oligomik jika hanya terdapat dua atau tiga jenis klastik.
Hampir semua litologi mungkin ditemukan sebagai klastik pada kerikil dan konglomerat. Litologi
yang resistan adalah yang tahan terhadap pelapukan fisika dan kimia, memiliki peluang besar
terdapat sebagai klastik dalam konglomerat. Faktor yang mengontrol resistansi tipe batuan
termasuk mineral yang ada dan kemampuannya menghadapi pelapukan fisika dan kimia dalam
lingkungan. Beberapa batupasir hancur menjadi fragmen berukuran pasir ketika tererosi karena
butiran-butiran ini memiliki ikatan yang lemah untuk tetap bersatu. Faktor terpenting yang
mengontrol jenis klastik yang ditemukan adalah batuan induk yang tererosi dalam daerah sumber.
Kerikil akan tersusun oleh klastik batugamping jika daerah sumber hanya tersusun oleh
batugamping. Dengan mengetahui jenis klastik dapat ditentukan sumber (atau asal : 5.5) batuan
sedimen konglomeratan.

2.3.2 Tekstur Konglomerat


Lapisan konglomerat jarang tersusun sepenuhnya oleh material berukuran kerikil. di antara butiran,
kerakal, berangkal ,dan bongkah akan sering hadir pasir sangat halus dan/atau lumpur : material
yang lebih halus di antara klastik besar adalah matriks. Jika matriks berjumlah besar (> 20 %),
batuan disebut konglomerat pasiran atau konglomerat lumpuran, tergantung pada ukuran butir
matriks (Gambar 2.3). Konglomerat intraformasional tersusun dari klastik yang materialnya sama
dengan matriksnya dan terbentuk sebagai hasil tersedimentasikan kembali (reworked) yang
kemudian terlitifikasi setelah pengendapan.
Proporsi kehadiran matriks adalah faktor penting dalam tekstur batuan sedimen konglomeratan
susunan ukuran butir yang berbeda di dalamnya (2.6). Perbedaan yang umum adalah konglomerat
yang clast-supported (maksudnya klastik saling bersentuhan dengan yang lainnya di seluruh batuan)
dan yang matrix-supported (klastik dikelilingi oleh matriks). Istilah ortokonglomerat terkadang
digunakan untuk menunjukkan bahwa batuan itu clast-supported, dan parakonglomerat untuk
tekstur matrix-supported. Tekstur ini penting untuk menentukan model transportasi dan
pengendapan konglomerat (contoh, pada kipas aluvial : 8.4).
Susunan ukuran klastik dalam konglomerat juga penting dalam interpretasi proses pengendapan.
Dalam aliran air, kerakal lebih mudah bergerak daripada berangkal dan bongkah. Endapan yang
tersusun dari bongkah yang ditutupi oleh berangkal dan kerakal dapat diinterpretasikan bahwa
terbentuk dari aliran yang kecepatannya semakin menurun. Interpretasi ini adalah salah satu teknik
dalam menentukan proses transportasi dan pengendapan batuan sedimen (4.2).

2.3.3 Bentuk Klastik


Bentuk klastik dalam kerikil dan konglomerat ditentukan oleh sifat pecahan batuan induk dan
sejarah transportasinya (lihat kebundaran dan kebolaan klastik : 2.6). Batuan yang bidang pecahnya
pada semua arah membentuk kubus atau blok yang sama yang akan membentuk klastik spherical
(seperti bola) ketika tepinya terbundarkan (Gambar 2.4). Batuan induk yang hancur, seperti
batugamping dan batupasir yang berlapis baik, membentuk klastik dengan satu sumbu lebih pendek

1/5/2016 9:01 AM

Geofacts: Sedimen Klastik Terrigenous

5 of 17

http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigenous.html

dari dua sumbu lainnya (Krumbein & Sloss 1951). Diistilahkan bentuk oblate atau piringan (discoid).
Bentuk klastik balok (rod) atau prolate tidak umum, umumnya terbentuk dari batuan metamorf
dengan kemas linear yang kuat.
Ketika klastik discoid bergerak dalam aliran air akan terorientasi dan tertumpuk, dikenal dengan
istilah imbrikasi (Gambar 2.5). Tumpukan ini tersusun dalam pola yang paling stabil dalam aliran,
dengan kemiringan klastik discoid ke arah hulu. Pada orientasi ini, air dapat mengalir dengan sangat
mudah melewati sisi hulu klastik. Ketika orientasi kemiringan ke arah hilir, aliran pada tepi klastik
menyebabkannya terorientasi kembali. Arah imbrikasi discoid kerakal dalam konglomerat dapat
digunakan untuk menunjukkan arah aliran yang mengendapkan kerikil.

Gambar 2.4 Bentuk-bentuk klastik dapat dibagi ke dalam empat anggota: equant/spheroid, rod, disc
dan blade. Bentuk klastik equant dan disc adalah bentuk yang paling umum. (menurut Tucker 1991).

1/5/2016 9:01 AM

Geofacts: Sedimen Klastik Terrigenous

6 of 17

http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigenous.html

Gambar 2.5 Imbrikasi yang dihasilkan oleh


reorientasi kerakal dalam alsuatu aliran (arah aliran
dari kiri ke kanan).

2.4 Pasir dan Batupasir


Pasir didefinisikan sebagai sedimen yang mengandung butiran berukuran antara 63 m hingga 2mm.
Rentang ukuran ini dibagi ke dalam lima interval : sangat halus, halus, sedang, kasar, dan sangat
kasar (Gambar 2.2). Perlu dicatat bahwa penamaan ini hanya berdasarkan ukuran partikel. Meskipun
banyak batupasir mengandung kuarsa, istilah batupasir tidak berimplikasi pada jumlah kehadiran
kuarsa dalam batuan, dan beberapa batupasir tidak mengandung butir kuarsa sama sekali. Sama
dengan arenite, yaitu batupasir dengan matriks kurang dari 15% tidak berimplikasi terhadap
komposisi klastik apapun.

2.4.1 Komposisi Batupasir


Butir pasir terbentuk oleh hancuran batuan tua oleh proses pelapukan dan erosi (6.3, 6.6), dan dari
material yang terbentuk di dalam lingkungan transportasi dan pengendapan. Hasil lapukan terbagi
ke dalam dua kategori : butir mineral detrital, tererosi dari batuan yang lebih tua, dan sedimensedimen berukuran pasir dari batuan atau fragmen batuan. Butiran yang terbentuk di dalam
lingkungan pengendapan umumnya berasal dari biogenik bagian dari tanaman atau hewan tapi
ada beberapa yang terbentuk dari reaksi kimia.

2.4.2 Butiran Mineral Detrital


Sangat banyak mineral yang berbeda yang terdapat dalam pasir dan batupasir, dan hanya yang
paling umum yang akan dijelaskan di sini.
KUARSA
Kuarsa adalah mineral paling umum yang ditemukan sebagai butiran dalam batupasir dan batulanau.
Sebagai mineral primer, kuarsa adalah penyusun utama batuan granitik, terdapat dalam beberapa
batuan beku berkomposisi menengah (intermediate) dan tidak ada pada tipe batuan beku basa.
Batuan metamorf seperti gneiss terbentuk dari material granitik, dan banyak batuan metasedimen
berbutir kasar mengandung proporsi kuarsa yang tinggi. Kuarsa adalah mineral sangat stabil yang
tahan terhadap pelapukan kimia di permukaan bumi. Butiran kuarsa dapat hancur dan terabrasi
selama transportasi, tapi dengan kekerasan 7 pada skala Mohs, butir kuarsa masih tersisa setelah
transportasi yang panjang dan lama. Dalam sampel hand specimen butiran kuarsa menunjukkan
sedikit variasi: jenis yang berwarna seperti smoky atau milky quartz dan amethyst terdapat juga
tetapi kebanyakan kuarsa terlihat sebagai butir bening.
FELDSPAR
Kebanyakan batuan beku mengandung feldspar sebagai komponen utama. Feldspar sangat umum

1/5/2016 9:01 AM

Geofacts: Sedimen Klastik Terrigenous

7 of 17

http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigenous.html

dan keluar dalam jumlah yang besar ketika granit, andesit, dan gabro, beberapa sekis dan gneiss
terlapukkan. Namun feldspar terubah secara kimia selama pelapukan dan menjadi lebih halus
daripada kuarsa, cenderung terubah (alteration) dan hancur selama transportasi. Feldspar hanya
umum ditemukan dalam keadaan dimana pelapukan kimia batuan induk tidak terlalu hebat dan
jarak transportasi ke lokasi pengendapan relatif pendek. K-Feldspar lebih umum sebagai butiran
detrital daripada jenis natrium (Na) dan kaya kalsium karena secara kimia lebih stabil ketika
mengalami pelapukan (6.7.4).
MIKA
Dua mineral mika yang paling umum adalah biotit dan muskovit, relatif berlimpah sebagai butiran
detrital dalam batupasir, meskipun muskovit lebih tahan terhadap pelapukan. Mineral ini berasal
dari batuan beku berkomposisi granitik sampai intermediate dan dari sekis dan gneiss dimana
mineral ini terbentuk sebagai mineral metamorf. Bentuk lempengan (platy) butir mika membuat
mereka terlihat berbeda dalam hand specimen dan di bawah mikroskop. Mika cenderung
terkonsentrasi terkumpul pada bidang lapisan dan sering memiliki daerah permukaan lebih luas
daripada butir detrital lain dalam sedimen. Hal ini dikarenakan butir platy memiliki kecepatan
pengendapan lebih rendah daripada butir mineral berbentuk kotak dengan massa dan volume yang
sama (4.2.5), jadi mika bersuspensi lebih lama daripada butiran kuarsa atau feldspar yang bermassa
sama.
MINERAL BERAT
Mineral yang umum ditemukan dalam pasir memiliki berat jenis sekitar 2,6 sampai 2,7 gr/cm3;
contoh kuarsa memiliki berat jenis 2,65 gr/cm3. Kebanyakan batupasir mengandung sejumlah kecil,
umumnya kurang dari 1% mineral yang memiliki berat jenis besar. Mineral ini memiliki berat jenis
lebih dari 2,85 gr/cm3 dan secara tradisional dapat dipisahkan dengan mineral lainnya dengan
menggunakan cairan; mineral umum akan mengambang dan mineral berat akan tenggelam. Mineral
ini jarang terlihat dalam hand specimen dan terlihat pada sayatan tipis batupasir. Biasanya dapat
diteliti setelah dikonsentrasikan dengan teknik pemisahan dengan cairan. Alasan untuk
mempelajarinya adalah karena mineral ini dapat menjadi ciri khas daerah sumber tertentu dan
berharga dalam mempelajari sumber detritus (5.5). Mineral berat yang umum adalah zircon,
turmalin, rutil, apatit, garnet, dan sejumlah mineral asesori batuan beku dan metamorf.
MINERAL LAIN
Mineral lain jarang terdapat dalam jumlah yang besar pada batupasir. Kebanyakan mineral umum
dalam batuan beku silikat (contoh: olivin, piroksen, dan amfibol) hancur oleh pelapukan kimia.
Oksida besi relatif berlimpah. Konsentrasi lokal mineral tertentu mungkin didapatkan jika berada
dekat dengan sumber.
2.4.3 Fragmen Batuan
Lapukan batuan yang telah ada sebelumnya, batuan beku, sedimen, dan metamorf menghasilkan
fragmen berukuran pasir. Fragmen batuan berukuran pasir hanya ditemukan pada batuan berbutir
halus sampai sedang karena kristal mineral dan butir tipe batuan kasar memiliki ukuran pasir yang
kasar. Penentuan litologi fragmen batuan ini biasanya memerlukan sayatan tipis untuk
mengidentifikasi mineralogi dan kemasnya (3.9).
Batuan beku seperti basal dan ryolit mudah terubah secara kimia di permukaan bumi dan hanya
umum ditemukan dalam pasir yang terbentuk dekat dengan sumber material volkanik. Pantai di
sekitar kepulauan volkanik seperti Hawai berwarna hitam, hampir keseluruhannya terbuat dari butir
batuan basal. Batupasir yang berkomposisi seperti ini jarang dalam rekaman stratigrafi, tapi butir
tipe batuan volkanik umum dalam sedimen yang diendapkan dalam cekungan yang berhubungan
dengan busur volkanik atau volkanisme rift (Bab 23).
Fragmen sekis dan pelitik (berbutir halus) dari batuan metamorf dapat dikenali di bawah mikroskop
dengan kelurusan kemas yang kuat yang dimiliki litologi ini; tekanan selama metamorfisme
menghasilkan butiran mineral terorientasi kembali atau tumbuh dalam kelurusan yang tegak lurus
terhadap gaya stress lapangan. Mika jelas menunjukkan kemas ini, tapi kristal kuarsa dalam batuan
metamorf juga menampilkan kelurusan yang kuat. Batuan yang terbentuk oleh metamorfisme
batuan kaya kuarsa lapuk menjadi butiran yang relatif tahan dan terdapat dalam batupasir.
Fragmen batuan dari batuan sedimen dihasilkan ketika strata yang lebih tua terangkat, terlapukkan,
dan tererosi. Butiran pasir dapat reworked oleh proses ini dan butir-butir individu ini dapat
mengalami sejumlah siklus erosi dan pengendapan kembali (6.6). Litologi batulumpur mungkin
hancur menjadi butiran berukuran pasir, meskipun ketahanannya terhadap pelapukan selanjutnya
selama transportasi bergantung sekali pada derajat kekerasan batulumpur (17.2). Potonganpotongan batugamping biasanya ditemukan sebagai fragmen batuan dalam batupasir meskipun
batuan sebagian besar tersusun oleh butiran karbonatan, akan diklasifikasikan sebagai batugamping
(3.1). Salah satu litologi paling umum yang terlihat sebagai butir pasir adalah rijang (3.4) yang
merupakan silika, material yang resistan.

1/5/2016 9:01 AM

Geofacts: Sedimen Klastik Terrigenous

8 of 17

http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigenous.html

2.4.4 Partikel Biogenik


Potongan kecil kalsium karbonat ditemukan dalam batupasir, umumnya berupa hancuran cangkang
moluska dan organisme lain yang memiliki bagian keras yang karbonatan. Diendapkan dalam
lingkungan laut dangkal dimana organisme ini lebih berlimpah. Jika fragmen karbonatan menyusun
50% dari sampel besar (bulk) batuan maka dianggap sebagai batugamping (lingkungan dan kejadian
fragmen biogenik karbonatan dideskripsikan dalam bab selanjutnya: 3.1.2). Fragmen tulang dan gigi
mungkin ditemukan dalam batupasir dari berbagai jenis lingkungan tapi umumnya jarang. Kayu,
benih dan bagian lain tanaman darat mungkin ada dalam endapan batupasir dalam lingkungan
kontinen dan laut.
2.4.5 Mineral Authigenic
Mineral yang kristalnya tumbuh dalam lingkungan pengendapan disebut mineral authigenic. Mineral
ini berbeda dengan semua mineral yang terbentuk dari proses batuan beku atau metamorf dan
selanjutnya tersedimenkan ke dalam lingkungan sedimen. Banyak mineral karbonat terbentuk secara
authigenic, dan mineral lain yang penting yang terbentuk dengan cara ini adalah glaukonit, silikat
besi berwarna hijau yang terbentuk dalam lingkungan laut dangkal. Glaukonit adalah petunjuk
penting limgkungan pengendapan (11.6.1). Glaukonit terbentuk ketika kecepatan sedimen lambat,
dan berguna dalam analisis stratigrafi (21.2.4), dan karena terbentuk dalam lingkungan
pengendapan, penanggalan radiometri dari kristal glaukonit dapat digunakan untuk menentukan
umur endapan (20.1).

2.4.6 Ketahanan Mineral dan Klastik


Ketahanan butiran diukur dari kecenderungannya untuk menyisakan bagian yang tidak terubah
selama erosi, transportasi, dan pengendapan. Mineral seperti kuarsa dan fragmen batuan rijang
memiliki ketahanan karena sedikit dipengaruhi oleh proses fisika dan kimia di permukaan bumi.
Feldspar, mika, dan mineral silikat pembentuk batuan lainnya, dan fragmen batuan cenderung
hancur dan tidak resisten.

2.4.7 Penamaan Batupasir dan Klasifikasinya


Deskripsi batupasir meliputi beberapa informasi mengenai tipe butiran yang ada. Nama informal
seperti batupasir mikaan digunakan ketika batuan mengandung mineral dalam jumlah tertentu,
dalam hal ini mika dalam jumlah yang besar. Istilah seperti batupasir karbonatan dan ferruginous
sandstone dapat juga digunakan untuk menunjukkan komposisi kimia tertentu, dalam hal ini adalah
kalsium karbonat dan besi. Nama-nama ini untuk batupasir sangat berguna dan dianjurkan untuk
deskripsi lapangan dan hand specimen, tapi bila telah menggunakan analisis petrografi yang
lengkap, digunakan nama formal. Biasanya skema klasifikasi Pettijohn (1975) (Gambar 2.6).
Klasifikasi batupasir Pettijohn mengkombinasikan kriteria tekstur (proporsi matriks lumpuran /
muddy matrix) dengan kriteria komposisi (persentase tiga komponen utama batupasir; kuarsa,
feldspar, dan fragmen batuan). Segitiga QFL umum digunakan dalam sedimentologi klastik. Untuk
menggunakan skema ini pada klasifikasi batupasir, proporsi relatif kuarsa, feldspar, dan fragmen
harus ditentukan terlebih dahulu dengan perkiraan visual atau menghitungnya di bawah mikroskop:
komponen lain seperti mika dan fragmen biogenik tidak diperhitungkan. Dimensi ketiga diagram
klasifikasi digunakan untuk menampilkan tekstur batuan, proporsi relatif klastik dan matriks. Dalam
batupasir, matriksnya adalah material lanau dan lempung yang terendapkan bersama dengan butiran
pasir. Tahap selanjutnya adalah menghitung jumlah matriks lumpuran: jika jumlah matriks yang ada
kurang dari 15%, batuan disebut arenite; antara 15% sampai 75% disebut wacke, dan jika volume
batuan banyak tersusun oleh matriks berbutir halus maka diklasifikasikan sebagai batulumpur
(mudstone) (2.5).
Kuarsa adalah tipe butiran paling umum dalam kebanyakan batupasir, jadi klasifikasi ini
mengutamakan kehadiran butiran lain. Hanya 25% feldspar yang diperlukan dalam batuan agar bisa
disebut feldspathic arenite, arkosic arenite atau arkose (ketiga istilah ini dapat digunakan bila
batupasir kaya butiran feldspar). 25% fragmen batuan dalam batupasir disebut lithic arenite. Lebih
dari 95% kuarsa harus ada dalam batuan agar dapat diklasifikasikan sebagai kuarsa arenite;
batupasir dengan persentase sedang dari butiran feldspar atau fragmen batuan disebut subarkosic
arenite dan sublithic arenite. Wacke juga dibagi ke dalam kuarsa wacke, feldspathic (arkosic) wacke
dan lithic wacke, tapi tanpa subdivisi. Jika tipe butir selain daripada tiga komponen utama hadir
dalam kuantitas penting (sedikitnya 5% atau 10%), kata imbuhan digunakan seperti kuarsa arenite
mikaan: catatan bahwa contoh batuan ini tidak mengandung 95% butiran kuarsa sebagai proporsi
semua butir yang ada, tapi 95% dari jumlah kuarsa, feldspar, dan fragmen batuan ketika
dijumlahkan bersama.

1/5/2016 9:01 AM

Geofacts: Sedimen Klastik Terrigenous

9 of 17

http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigenous.html

Istilah greywacke terkadang digunakan untuk batupasir yang mungkin juga disebut feldspathic atau
lithic wacke. Greywacke adalah campuran fragmen batuan, kuarsa, dan butiran feldspar dengan
matriks berukuran lempung dan lanau.

Gambar 2.6 Klasifikasi Pettijohn batupasir,


sering disebut sebagai Tobleron plot.
(menurut Pettikohn 1975).

2.5 Lempung, Lanau, dan Batulumpur


Batuan sedimen klastik terrigenous berbutir halus cenderung menerima perhatian yang lebih kecil
daripada kelompok endapan lain walaupun fakta bahwa jumlahnya paling umum dalam semua tipe
batuan sedimen. Ukuran butir umumnya terlalu kecil bagi teknik optik, dan sampai mikroskop
elektron (SEM) dan analisis difraksi sinar X dikembangkan (2.5.4) diketahui sedikit tentang penyusun
sedimen ini. Di lapangan, batulumpur tidak sering menunjukkan struktur sedimen dan biogenik yang
jelas seperti terlihat dalam batuan klastik yang lebih kasar dan batugamping. Singkapan umumnya
sedikit karena tidak membentuk tebing yang curam, dan tanahnya menunjang pertumbuhan vegetasi
yang menutupi singkapan. Kelompok sedimen ini cenderung untuk tidak terlihat, sebagaimana akan
kita lihat dalam bab selanjutnya mengenai lingkungan pengendapan dan stratigrafi, sedimen ini
dapat menyediakan informasi sebanyak tipe batuan sedimen lainnya.

2.5.1 Pengertian Istilah-Istilah dalam Batulumpur


Lempung adalah istilah tekstur untuk mendefinisikan partikel sedimen klastik berukuran sangat
halus, berdiameter kurang dari 4 m. Partikel individu tidak terlihat dengan mata telanjang dan
hanya dapat dilihat dengan mikroskop optik berkekuatan tinggi. Mineral lempung adalah kelompok
mineral filosilikat (phyllosilicate) yang penyusun utamanya berukuran lempung. Lanau adalah nama
yang diberikan untuk material yang terdiri dari partikel berdiameter 4 m sampai 62 m (Gambar
2.2). Rentang ukuran ini dibagi ke dalam kasar, sedang, halus, sangat halus. Butiran kasar lanau
dapat terlihat dengan mata telanjang atau dengan lup. Lanau halus dibedakan dari lempung dengan
sentuhan, akan terasa kesat (gritty) jika digosokkan ke gigi sedangkan lempung terasa halus atau
lembut.
Ketika partikel berukuran lempung dan lanau bercampur dalam proporsi yang tidak diketahui
sebagai penyusun utama dalam sedimen yang tidak terkonsolidasi disebut material lumpur (mud).
Istilah umum batulumpur dapat diaplikasikan untuk semua sedimen keras yang terbuat dari lanau
dan/atau lempung. Jika dapat diketahui jumlah partikel terbanyak (lebih dari 2/3) berukuran
lempung, batuan disebut batulempung, dan jika dominan berukuran lanau disebut batulanau:
campuran yang terdiri dari lebih dari 1/3 untuk tiap-tiap komponen disebut batulumpur (Folk 1974,
Blatt et al 1980). Istilah serpih (shale) terkadang digunakan untuk batulumpur (contoh, untuk teknik
pemboran) tapi alangkahnya baik menggunakan istilah ini hanya untuk batulumpur yang
menunjukkan belahan (fissillity), memiliki kecenderungan hancur dalam satu arah, sejajar dengan
perlapisan. (Beda antara serpih dan slate: slate adalah istilah yang digunakan untuk batuan
metamorf berbutir halus yang hancur sepanjang satu atau lebih bidang belahannya).

2.5.2 Lanau dan Batulanau

1/5/2016 9:01 AM

Geofacts: Sedimen Klastik Terrigenous

10 of 17

http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigenous.html

Parameter tekstur dan mineralogi lanau lebih sulit ditentukan daripada batupasir karena partikelnya
berukuran kecil. Hanya butiran lanau kasar yang dapat dengan mudah dianalisis dengan
menggunakan mikroskop optik. Mineral resisten yang paling umum pada ukuran ini karena mineral
lain akan sering mengalami kehancuran secara kimiawi sebelum mengalami kehancuran fisika ke
ukuran ini. Kuarsa adalah mineral paling umum terlihat dalam endapan lanau. Mineral lain yang
terdapat dalam tingkat ukuran sedimen ini termasuk feldspar, muskovit, kalsit, dan oksida besi
diantara banyak komponen kecil lainnya. Fragmen batuan berukuran lanau hanya berlimpah dalam
tepung batuan (rock flour) yang terbentuk oleh erosi gletser (glacier) (7.2.1).
Dalam arus air lanau tersuspensi sampai aliran melambat atau hampir berhenti. Pengendapan lanau
adalah karakteristik aliran berkecepatan rendah atau air tenang dengan gelombang yang kecil
(4.2.4). Partikel berukuran lanau dapat tersuspensi di udara sebagai debu untuk periode yang lama
dan mungkin terbawa tinggi sampai ke atmosfer. Angin yang kuat dapat membawa debu berukuran
lanau sejauh ribuan kilometer dan mengendapkannya dalam lapisan lateral yang luas (Pye 1987).
Hembusan angin lanau membentuk kenampakan endapan loess yang penting selama periode es
(glacial) (7.3.4 24.7.4).

2.5.3 Mineral Lempung


Mineral lempung umumnya sebagai bentuk hasil lapukan feldspar dan mineral silikat lainnya. Mineral
lempung adalah filosilikat yang struktur kristalnya berlapis serupa dengan mika, dan secara
komposisi adalah aluminosilikat. Lapisan-lapisannya terbuat dari silika dengan ion aluminium dan
magnesium, dengan atom oksigen yang mengikat lembaran-lembarannya (Gambar 2.7). Dua pola
perlapisan yang ada, pertama adalah dua lapis (kelompok kandite) dan yang kedua adalah tiga lapis
(kelompok smectite). Sekian banyak mineral lempung yang berbeda yang terdapat dalam batuan
sedimen (Tucker 1991) namun empat yang terumum dibahas disini (Gambar 2.7).
Kaoliniet adalah anggota terumum kelompok kandite yang terbentuk dalam profil tanah yang
hangat, lingkungan basah (humid) dimana air asam dengan hebat meluluhkan (leaching) litologi
batuan induk seperti granit. Mineral lempung kelompok smectite termasuk lempung yang dapat
mengembang (swelling clays) seperti montmorilonite yang dapat menyerap air di dalam strukturnya.
Montmorilonite adalah produk kondisi temperatur sedang (moderate) dalam tanah dengan pH netral
sampai alkali. Juga terbentuk dibawah kondisi alkali dalam iklim kering (arid). Mineral lempung tiga
lapis yang lain adalah illite yang berhubungan dengan mika putih muskovit. Illite adalah mineral
lempung terumum dalam sedimen yang terbentuk dalam tanah pada suatu daerah dimana peluluhan
terbatas. Chlorite adalah mineral lempung tiga lapis yang umum terbentuk dalam tanah dengan
pencucian di bawah kondisi air tanah yang asam, dan dalam tanah di daerah iklim kering.
Montmorilonite, illite, dan chlorite semuanya merupakan hasil pelapukan batuan volkanik,
khususnya gelas volkanik.

Gambar 2.7 Struktur mineral-mineral lempung.


(menurut Tucker 1991).

2.5.4 Petrografi Mineral Lempung


Identifikasi dan interpretasi mineral lempung memerlukan pendekatan teknologi yang lebih tinggi
daripada yang diperlukan untuk sedimen kasar. Ada dua teknik utama, mikroskop elektron dan
analisis difraksi sinar X (Tucker 1988). Gambar dari sampel dibawah mikroskop elektron dihasilkan
dari elektron sekunder yang dihasilkan sinar elektron halus yang mengamati (scanning) permukaan
contoh. Contoh yang berdiameter hanya beberapa mikrometer dapat digambarkan dengan teknik

1/5/2016 9:01 AM

Geofacts: Sedimen Klastik Terrigenous

11 of 17

http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigenous.html

ini, resolusinya lebih tinggi daripada mikroskop optik. Ini berguna untuk meneliti mineral lempung
dan hubungannya dengan butiran lain dalam sebuah batuan. Perbedaan antara mineral lempung
yang diendapkan sebagai butiran detrital dan yang terbentuk secara diagenesis di dalam sedimen
dapat dibuat dengan menggunakan mikroskop elektron.
Difraktometer sinar X dioperasikan dengan menembakkan sinar X pada bubuk mineral lempung atau
disagregat lempung dan menentukan sudut yang dibiaskan oleh kisi-kisi kristal. Pola sudut bias sinar
X yang berbeda-beda adalah ciri mineral-mineral tertentu dan dapat digunakan untuk mengenali
mineral yang ada. Analisis difraktometer sinar X relatif cepat dan mudah untuk menentukan
komposisi mineral sedimen berbutir halus secara semi-kuantitatif. Juga digunakan untuk
membedakan mineral karbonat yang memiliki sifat optik sama (3.1.1).

2.5.5 Sifat Partikel Lempung


Karena ukurannya kecil dan berbentuk lempeng tipis, lempung bersuspensi dalam aliran fluida yang
lemah dan hanya terendapkan ketika aliran melambat atau diam. Partikel lempung hadir sebagai
suspensi dalam kebanyakan arus air dan udara, dan hanya terendapkan ketika aliran berhenti.
Sekali-sekali mineral-mineral ini membentuk kontak partikel lempung yang cenderung melekat
bersama kohesif. Kohesi ini berkaitan dengan film tipis air di antara dua partikel lempeng kecil
yang memiliki efek gaya permukaan yang kuat (contoh lain sebagaimana dua lempeng gelas dapat
tetap bersama karena film tipis air di antaranya) tapi adalah juga konsekuensi efek elektrostatis
antara mineral lempung berkaitan dengan lapisan yang tidak sempurna di dalam struktur mineral.
Sebagai hasil sifat kohesif lempung ini, mineral lempung dalam suspensi cenderung untuk mengalami
flocculation (flocculation adalah perubahan yang berlangsung ketika fase penyebaran koloid
membentuk rangkaian partikel tersendiri yang mampu terendapkan dari media dispersi. Dalam
proses geologi, flocculation hampir tidak dapat dielakkan menghasilkan larutan koloid yang
bercampur dengan larutan yang mengandung elektrolit) dan membentuk agregates kecil partikel
individu. Kelompok flocculation ini memiliki kecepatan tenggelam lebih besar daripada partikel
lempung individu dan akan diendapkan lebih cepat. Flocculation bertambah pada kondisi air asin
dan perubahan dari pengendapan air tawar ke air laut (contoh pada mulut delta atau di dalam
estuaria : 12.1, 12.7). Partikel lempung ini kemudian terendapkan, kohesi menyebabkan mereka
tahan terhadap remobilisasi dalam aliran (Gambar 4.6). Hal ini membuat pengendapan dan
terjaganya sedimen halus dalam daerah yang dilalui aliran intermitten.
2.6 Deskripsi Tekstur Batuan Sedimen Klastik Terrigenous
Bentuk klastik, derajat pemilahan dan proporsi klastik dan matriks adalah aspek tekstur material.
Sejumlah istilah digunakan dalam deskripsi tekstur petrografi batuan sedimen dan sedimen klastik
terrigenous.
KLASTIK DAN MATRIKS
Fragmen yang membentuk batuan sedimen disebut klastik. Rentang ukurannya dari lanau, pasir,
sampai kerikil (butiran, kerakal, berangkal, dan bongkah). Klastik dan matriks berbeda, matriks
adalah material berbutir halus yang ada di antara klastik. Tidak ada ukuran yang pasti untuk
matriks: matriks batupasir dapat berupa material berukuran lanau dan lempung, matriks
konglomerat berupa pasir, lanau, atau lempung.
PEMILAHAN
Ini adalah deskripsi distribusi ukuran klastik yang ada: sedimen terpilah baik tersusun oleh klastik
yang dominan pada satu kelas skala Wentworth (contoh pasir sedang): endapan terpilah buruk
mengandung besar rentang ukuran butir yang bermacam-macam. Pemilahan adalah fungsi dari asal
dan sejarah transportasi detritus. Dengan bertambahnya jarak transport atau gerakan (agitation)
sedimen yang berulang-ulang menyebabkan ukuran yang berbeda cenderung untuk terpisah.
Perkiraan visual pemilahan dapat dibuat dengan membandingkannya dengan tabel (Gambar 2.8)
atau menghitung distribusi ukuran butir (2.7).

1/5/2016 9:01 AM

Geofacts: Sedimen Klastik Terrigenous

12 of 17

http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigenous.html

Gambar 2.8 Grafik perbandingan perkiraan


pemilahan. (menurut Harrel 1984).

KEBUNDARAN KLASTIK (ROUNDNESS)


Selama transportasi sedimen, klastik individu akan berulang kali mengalami kontak dengan klastik
yang lain dan dengan obyek yang diam, menyebabkan abrasi. Tepi yang tajam akan tergerus lebih
dahulu, permukaan klastik semakin halus. Semakin jauh jarak transportasi, kebundaran semakin
baik, kebundaran adalah fungsi sejarah transportasi material. Kebundaran biasanya diperkirakan
secara visual (Gambar 2.9), tapi juga bisa dihitung dari bentuk penampang klastik.
KEBOLAAN KLASTIK (SPHERICITY)
Klastik berbentuk discoid atau berbentuk seperti jarum memiliki derajat kebolaan yang rendah.
Sphericity adalah fitur yang dihasilkan-tergantung pada bentuk fragmen yang terbentuk selama
pelapukan. Klastik berbentuk papan (slab) akan menjadi lebih bundar selama transportasi dan
berbentuk disc, satu sumbu lebih pendek dari dua sumbu lainnya.

1/5/2016 9:01 AM

Geofacts: Sedimen Klastik Terrigenous

13 of 17

http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigenous.html

Gambar 2.9 Grafik perbandingan perkiraan kebundaran dan kebolaan. (menurut Pettijohn 1987).

KEMAS
Jika batuan mempunyai kecenderungan untuk hancur dalam arah tertentu, atau mempunyai
kelurusan yang kuat dari klastik, disebut sebagai kemas batuan. Batulumpur yang hancur dalam
bentuk platy memiliki kemas menyerpih (dan dapat disebut serpih), dan batupasir yang hancur
kedalam bentuk papan tipis terkadang disebut sebagai flaggy. Kemas tipe ini berkaitan dengan
susunan partikel yang anistropi: batuan dengan kemas isotropik tidak menunjukkan arah pecahan
yang tertentu karena batuan ini terdiri dari partikel yang berorientasi acak.

2.7.1 Teknik Analisis Granulometri


Teknik yang digunakan akan bergantung pada ukuran butir material yang diteliti. Kerikil biasanya
langsung diukur di lapangan. Sebuah kuadran diletakkan pada material lepas atau di permukaan
konglomerat, dan tiap klastik di dalam daerah kuadran diukur. Ukuran kuadran yang diperlukan
bergantung pada ukuran klastik: kuadran satu meter persegi untuk material berukuran kerakal dan
berangkal.
Contoh pasir yang tidak terkonsolidasi diambil dari potongan batupasir yang semennya hancur akibat
proses mekanik atau kimia. Kemudian timbunan pasir disaring dengan penyaring yang memiliki
satuan interval setengah atau satu (2.2.2). Semua pasir yang melewati 500m (=1) tapi tertahan
oleh jala 250m (=2) memiliki ukuran butir pasir sedang. Dengan menimbang kandungan tiap
saringan, distribusi ukuran butir yang berbeda dapat ditentukan.
Tidak mudah menyaring material yang lebih halus dari lanau kasar, jadi proporsi material berukuran
lempung dan lanau ditentukan dengan cara lain. Banyak teknik laboratorium digunakan dalam
analisis granulometri partikel berukuran lempung dan lanau berdasarkan kecepatan pengendapan
yang diprediksikan dengan hukum Stoke (4.2.5). Jenis metode yang menggunakan pipa dan pipet
(Krumben & Pettijohn 1938; Lewis & McConchie 1994), semua berdasarkan prinsip bahwa partikel
setiap ukuran butir akan tenggelam menempuh jarak tertentu di dalam pipa berisi air dengan waktu
yang dapat diperkirakan. Sampel dipindahkan pada suatu interval waktu, dikeringkan dan ditimbang
untuk menentukan proporsi lempung dan lanau. Teknik pengendapan ini tidak sepenuhnya dapat
menghitung efek bentuk butir atau berat jenis pada kecepatan pengendapan dan perlu hati-hati
dalam membandingkan hasil analisis ini dengan data distribusi ukuran butir yang diperoleh dari
teknik yang lebih canggih seperti alat hitung Coulter, yang menentukan ukuran butir berdasarkan
sifat listrik butiran yang tersuspensi dalam fluida.
Hasil dari analisis diplot dalam salah satu dari tiga bentuk diagram: histogram persentase berat tiap
fraksi ukuran, kurva frekuensi atau kurva frekuensi kumulatif (Gambar 2.10). Catatan, bahwa ukuran
kasar diplot di kiri dan material yang halus diplot di bagian kanan grafik. Tiap-tiap grafik mewakili
distribusi ukuran butir, memungkinkan menghitung nilai rata-rata ukuran butir dan pemilahan
(deviasi standar dari distribusi normal). Nilai lain yang dapat dihitung adalah kecondongan
distribusi, petunjuk apakah histogram ukuran butir simetri atau condong ke material kasar atau
halus; dan kurtosis, nilai yang menunjukkan apakah histogram memiliki puncak yang tajam atau
datar (Pettijohn 1975: Lewis & McConchie 1994).

2.7.2 Menggunakan Hasil Analisis Granulometri

1/5/2016 9:01 AM

Geofacts: Sedimen Klastik Terrigenous

14 of 17

http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigenous.html

Distribusi ukuran butir ditentukan oleh proses transportasi dan distribusi. Sedimen glacial biasanya
terpilah sangat buruk, sedimen sungai terpilah sedang dan endapan pantai serta aeolian sering
terpilah baik. Alasan perbedaan ini dibahas dibab selanjutnya. Dalam banyak kondisi karakter
pemilahan dapat ditafsirkan secara kualitatif, dan bayak fitur seperti struktur sedimen tertentu
yang menunjukkan lingkungan pengendapannya. Analisis granulometri kuantitatif sering tidak
diperlukan dan tidak memberikan banyak informasi dibandingkan dengan bukti-bukti lainnya.
Selanjutnya, penentuan lingkungan pengendapan dari data granulometri dapat menjerumuskan kita
bila ada suatu keadaan dimana material telah tersedimenkan kembali dari sedimen yang lebih tua.
Sungai yang mentransportasikan material dari singkapan batupasir yang lebih tua yang terbentuk di
dalam lingkungan aeolian akan mengendapkan material terpilah sangat baik. Karakteristik ukuran
butir akan menunjukkan pengendapan oleh proses yang berkaitan dengan angin (aeolian), tapi bukti
lapangan yang dapat dipercaya, yaitu struktur sedimen dan asosiasi fasies akan lebih baik dalam
mencerminkan lingkungan pengendapan sebenarnya (5.2).
Analisis granulometri menyediakan informasi kuantitatif ketika memerlukan perbandingan karakter
dari endapan sedimen di dalam lingkungan yang telah diketahui, seperti di pantai atau sepanjang
sungai. Ini sangat umum digunakan dalam analisis dan kuantifikasi proses transportasi dan
pengendapan masa sekarang.

Gambar 2.10 Histogram, kurva frekuensi distribusi dan frekuensi kumulatif data distribusi ukuran
butir.

2.7.3 Analisis Bentuk Klastik


Telah dicoba menghubungkan bentuk kerakal terhadap proses transportasi dan pengendapan.
Dianalisis dengan mengukur sumbu terpanjang, terpendek, dan menengah dari klastik dan
menghitung indeks bentuknya (mendekati bola, piringan atau batang: Gambar 2.4). Ada
kemungkinan suatu keadaan dimana klastik terpilah menurut bentuknya, kontrol utama bentuk
kerakal adalah bentuk material yang tererosi dari batuan induk dalam daerah sumber. Jika batuan
hancur kedalam bentuk kubus, setelah transportasi klastik membundar dan akan membola dan jika
batuan induk adalah lapisan tipis dan hancur kedalam bentuk lempengan maka akan menghasilkan
klastik yang akan berbentuk discoid. Kebundaran yang dialami oleh klastik tidak akan mengubah
bentuk (dimensi) dasarnya.
Analisis bentuk klastik lebih memberikan informasi tentang karakter batuan dalam daerah sumber
dan menyediakan sedikit informasi tentang lingkungan pengendapan.

2.8 Kematangan (Maturity) Material Klastik Terrigenous


Sedimen atau batuan sedimen klastik terrigenous dapat dideskripsikan derajat kematangannya.
Maksudnya adalah membandingkan perubahan yang dialami material sejak dari batuan induk.
Kematangan yang diukur adalah tekstur dan komposisi. Biasanya sedimen yang secara komposisi
matang juga matang secara tekstur tapi ada perkecualian-contoh, pantai di sekitar kepulauan
volkanik dimana hanya tersedia komponen yang secara mineralogi tidak stabil (batuan dan mineral
basaltis) tapi teksturnya mencerminkan suatu lingkungan dimana telah terjadi pergerakan yang jauh
dan abrasi butir oleh gelombang dan arus.

2.8.1 Kematangan Tekstur


Tekstur sedimen atau batuan sedimen dapat digunakan untuk menunjukkan sesuatu tentang sejarah
erosi, transportasi, dan pengendapan. Penentuan kematangan tekstur sedimen atau batuan sedimen
sebaiknya menggunakan diagram alir (Gambar 2.11). Dengan menggunakan skema khusus ini untuk
menaksir kematangan, batupasir yang tergolong wacke secara tekstur belum matang. Arenite dapat

1/5/2016 9:01 AM

Geofacts: Sedimen Klastik Terrigenous

15 of 17

http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigenous.html

dibagi berdasarkan pemilahan dan bentuk butir. Jika sedimen terpilah sedang sampai buruk
digolongkan agak matang, jika pasir terpilah baik atau sangat baik tapi butir individunya menyudut
sampai agak membundar maka tergolong matang, dan jika butir individunya membundar sampai
sangat membundar tergolong sangat matang. Klasifikasi kematangan tekstur terpisah dari komposisi
pasir. Penafsiran kematangan tekstur dari sedimen sangat berguna ketika membandingkan material
yang berasal dari sumber yang sama, dapat diperkirakan bahwa kematangan akan meningkat sejalan
dengan meningkatnya energi. Contoh, kematangan sering berkembang pada hilir sungai dan sedimen
yang mencapai pantai kematangannya meningkat karena terkena energi gelombang yang besar.
Hati-hati membandingkan sedimen dari sumber yang berbeda karena pada awalnya memiliki ukuran
butir dan distribusi bentuk yang berbeda-beda. Sebaiknya jangan langsung dibandingkan.

2.8.2 Kematangan Mineralogi


Terdapat perbedaan kematangan mineralogi yang secara kuat dipengaruhi oleh komposisi daerah
sumber batuan, dan kematangan tekstur, yang lebih berhubungan dengan sejarah transportasi dan
pengendapan. Kematangan mineralogi atau komposisi adalah penghitungan proporsi mineral resistan
atau stabil yang ada dalam sedimen. Kematangan komposisi dihitung dengan membandingkan
proporsi klastik yang sangat resistan (seperti kuarsa dan fragmen batuan silikaan) dalam batupasir
dengan jumlah klastik yang tidak resistan (seperti feldspar, klastik batuan dan tipe mineral lain).
Batupasir secara komposisi disebut matang jika proporsi butir kuarsa sangat tinggi dan termasuk
dalam kuarsa arenite berdasarkan skema klasifikasi Pettijohn (Gambar 2.6); jika perbandingan
rata-rata komposisi kuarsa, feldspar, dan fragmen batuan jatuh pada bagian bawah segitiga maka
secara mineralogi sedimennya belum matang.

Gambar 2.11 Diagram alir penentuan kematangan tekstur sedimen dan batuan sedimen klastik
terrigenous.
2.8.3 Siklus Sedimentasi
Butiran mineral dan klastik batuan yang tererosi dari batuan beku, seperti granit, ditransportasikan
oleh berbagai jenis proses (bab 4) menuju tempat pengendapan dan membentuk akumulasi sedimen
klastik. Material yang terbentuk dengan cara ini disebut sebagai endapan siklus pertama karena
mengalami satu siklus erosi, transportasi, dan pengendapan. Bila sedimen ini terlitifikasi menjadi
batuan sedimen, kemudian terangkat oleh proses tektonik maka akan tererosi, tertransportasi, dan
terendapkan kembali. Material redeposisi ini disebut sebagai endapan siklus kedua karena butiran
individunya mengalami dua siklus sedimentasi. Sedimen klastik dapat mengalami banyak siklus
sedimentasi, dan tiap waktu kematangan mineralogi dan tekstur dari detritus klastik makin
meningkat. Tipe klastik yang dapat bertahan terhadap pelapukan, erosi, transportasi dan
pengendapan kembali hanya mineral resistan seperti kuarsa dan fragmen batuan dari rijang. Mineral
berat seperti zirkon (2.4.2) juga resistan dan derajat kebundaran mineral zirkon dapat digunakan
sebagai indeks sejumlah siklus sedimentasi yang dialami oleh material.

2.9 Sedimen Klastik Terrigenous: Rangkuman

1/5/2016 9:01 AM

Geofacts: Sedimen Klastik Terrigenous

16 of 17

http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigenous.html

Kerikil, pasir, dan lumpur klastik terrigenous menyebar dalam sedimen modern dan ditemukan
berlimpah sebagai konglomerat, batupasir, dan batulumpur dalam rangkaian batuan sedimen.
Tersusun dari hasil lapukan batuan induk (6.5) dan tertransportasikan oleh berbagai proses (4.1)
menuju lingkungan pengendapan (5.1). Fitur tekstur dan komposisi utama pasir dan kerikil dapat
langsung ditentukan di lapangan dan hand specimen. Dengan begini, memungkinkan untuk
menentukan lebih banyak tentang asal dan sejarah material tanpa memerlukan teknik laboratorium
yang canggih. Penyelidikan batulumpur bergantung pada analisis kimia dan sub-mikroskop material.
Struktur sedimen yang terbentuk dalam sedimen klastik (4.3) merupakan informasi tentang kondisi
ketika material diendapkan; informasi ini adalah kunci analisis lingkungan purba yang akan dibahas
di bab selanjutnya.
Greased Lightbox
+-
Loading image
Click anywhere to cancel
Image unavailable

Posted by ghozian Karami at 9:00 AM


Labels: sedimentologi
5 comments:
opik December 2, 2010 at 11:15 PM

apakah penamaan untuk deskripsi material lepas tetap menggunakan skala wenworth
untuk grain size ?
Reply

ChristroVer GeoSt November 20, 2012 at 10:49 PM


thank u
Reply

fataa naufal September 3, 2013 at 8:16 AM


Reply
fataa naufal September 5, 2013 at 8:58 AM

makasih brooo. saya ada pr buat ngerangkum bab ini dr buku sedimentology nya
Nichols. agak2 mirip sm ini, jd terbantu. hehe
Reply

mateus naibaho October 2, 2013 at 7:04 PM


thanks bro. sangat membantu.
Reply

1/5/2016 9:01 AM

Geofacts: Sedimen Klastik Terrigenous

17 of 17

http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimen-klastik-terrigenous.html

Comment as:

Notify me

Publish

Bagi Yang Mau Memberi Komentar Tinggal Poskan Komentar di Kotak Komentar..
Yang tak punya url bisa dikosongkan..
tapi tolong di diisi oke Name-nya
Komentar anda saya tunggu :d
Links to this post
Create a Link

Newer Post

Home

Older Post

Subscribe to: Post Comments (Atom)

Travel template. Powered by Blogger.

1/5/2016 9:01 AM

Anda mungkin juga menyukai