Anda di halaman 1dari 18

TUGAS SEDIMENTOLOGI

KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN

Disusun Oleh :
HENGKI SEDENG
141.101.074

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTIUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2016

Klasifikasi Batuan Sedimen


Batuan sedimen diklasifikasikan menjadi batuan sedimen klastik dan
batuan sedimen non klastik.
1. Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari
pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal
dapat berupa batuan beku, metamorf dan sedimen itu sendiri. Batuan
sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan
besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya.
A. Pengertian dan klasifikasi
Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan
baik yang terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan laut.
Batuan yang ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan
langsung dari ledakan gunungapi dan di endapkan disekitar gunung
tersebut dan dapat juga diendapkan dilingkungan sungai dan batuan
batupasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai dan danau. Semua batuan
diatas tersebut termasuk ke dalam golongan detritus kasar. Sementara itu,
golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan batua
lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya
di endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam.
Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari pelapukan mekanis
maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju
suatu cekungan pengendapan. Setelah pengendapan berlangsung sedimen
mengalami diagenesa yakni, prosess- proses yang berlangsung pada
temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi.
Contohnya; Breksi, Konglomerat, Standsstone (batu pasir), dan lain-lain.
Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau
pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf
dan sedimen itu sendiri. (Pettijohn, 1975). Batuan sedimen diendapkan
dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan
pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya

batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk


dilingkungan darat maupun dilingkungan laut. Batuan yang ukurannya
besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan
gunungapi dan di endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga
diendapkan dilingkungan sungai dan batuan batu pasir bisa terjadi
dilingkungan laut, sungai dan danau. Semua batuan diatas tersebut
termasuk ke dalam golongan detritus kasar. Sementara itu, golongan
detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan batua lempung dan
napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di endapkan di
lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam (Pettijohn, 1975).
Fragmentasi batuan asal tersebut dimulaiu darin pelapukan mekanis
maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju
suatu cekungan pengendapan (Pettijohn, 1975).
Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni,
proses proses-proses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam
suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi. Hal ini merupakan proses
yang mengubah suatu sedimen menjadi batuan keras ( Pettijohn, 1975).
Proses diagenesa antara lain :
1. Kompaksi Sedimen
Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat
tekanan dari berat beban di atasnya. Disini volume sedimen berkurang
dan hubungan antar butir yang satu dengan yang lain menjadi rapat.
2. Sementasi
Yaitu turunnya material-material di ruang antar butir sedimen dan
secara kimiawi mengikat butir-butir sedimen dengan yang lain.
Sementasi makin efektif bila derajat kelurusan larutan pada ruang butir
makin besar.
3. Rekristalisasi
Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang
berasal dari pelarutan material sedimen selama diagenesa atu

sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum terjadi pada pembentukan


batuan karbonat.
4. Autigenesis
Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga
adanya mineral tersebut merupakan partikel baru dlam suatu sedimen.
Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut : karbonat,
silica, klorita, gypsum dan lain-lain.
5. Metasomatisme
Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral autigenik,
tanpa pengurangan volume asal.
Dalam pengklasifikasian batuan sedimen klastik digunakan skala
wenworth,yaitu suatu dasar pengklasifikasian berdasarkan ukuran butir
dari lempung sampai bongkah.

Gambar 1. Klasifikasi sedimen klastik berdasarkan ukuran butir


(W.K Hamblin & Eric H.C 2010)

B. Cara pemerian
Untuk mengetahui jenis batuan maupun nama batuan diperlukan suatu
proses yang disebut dengan pemerian, dalam pemerian suatu batuan ada
beberapa aspek yang perlu dipahami, untuk pemerian batuan sedimen
klastik sendiri aspek yang perlu diperhatikan meliputi warna, struktur,
tekstur, komposisi, petrogenesa dan yang terakhir adalah penamaan
batuan.
1. Batuan sedimen silika klastik
a. Warna batuan sedimen silika klastik
Warna dari batuan sedimen silika klastik bervariasi tergantung batuan
tersebut berasal dari hancuran batuan jenis batuan beku, metamorf atau
batuan sedimen itu sendiri.
b. Struktur batuan sedimen silika klastik
Merupakan tekstur dalam dimensi yang lebih besar, dimana umumnya
berhubungan dengan unsur-unsur luar. Macam-macam struktur batuan
sedimen:
1) Masif: apabila tidak terlihat struktur dalam atau ketebalan lebih dari
120 cm.
2). Perlapisan: terjadi karena adanya variasi warna, perbedaan besar butir,
perbedaan komposisi mineral ataupun perubahan macam batuan,
terdiri atas:
a). Perlapisan sejajar: bidang perlapisan sejajar.
b). Perlapisan pilihan (graded bedding): bergradiasi dari halus ke
kasar.
c). Perlapisan silang siur (current bedding): perlapisan yang saling
berpotongan.
d). Laminasi (lamination): perlapisan yang berukuran lebih kecil dari
1 cm.
e). Gelembur gelombang (ripple mark): struktur dimana permukaan
pada bidang perlapisan nampak bergelombang.
3). Berfosil: apabila tercirikan oleh kandungan fosil memperlihatkan

orientasi tertentu.
c. Tekstur batuan sedimen silika klastik
Tekstur pada batuan sedimen silika klastik meliputi:
1). Ukuran butir (grain size)
Dalam pemerian ukuran butir memakai skala yang dibuat oleh
Wentworth (1992).
Tabel 1 Skala Wentworth
(Miftahussalam & Dwi Indah Purnamawati, 2013)

Besar Butir
(mm)

Nama Fragmen

>256

Boulder / Bongkah
Large Couble /

128<

< 256

64 <

< 128

32 <

< 64

16 <

< 32

8<

< 16

4<

<8

2<

<4

1< <2
1/2 < < 1
1/4 < < 1/2
1/8 < < 1/4

brangkal
Small couble
Very large pebble
Large pebble / kerikil
Medium pebble
Small pebble
granule

Very coarse sand


Coarse sand
Medium sand
Fine sand
Very fine sand

Nama Batuan

Breksi/Konglomerat

Pasir/Batupasir

1/16 < < 1/8


1/32 < < 1/16
1/64 < < 1/32
1/128 < < 1/64
1/256 < <
1/128

Coarse silt
Medium silt
Fine silt
Very fine silt

Lanau/Batulanau

1/512 < <

Clay
Medium clay
Fine clay

1/256

1/1024 < <

Lempung/Batulempung

1/512
< 1/1024
2). Kebundaran (rounding)
Nilai dari membulat atau meruncingnya butiran, untuk kebundaran
dipakai istilah:
a). Menyudut (angular)
b). Menyudut tanggung (subangular)
c). Membulat tanggung (subrounded)
d). Membulat (rounded)
e). Sangat membulat (well rounded)

Gambar 2. Kebundaran
(Miftahussalam & Dwi Indah P, 2013)

3). Derajat pemilahan (sortasi)


Keseragaman besar butir dalam batuan sedimen, untuk pemilahan
dipakai istilah:
a). Pemilahan baik (well sorted),
b). Pemilahan sedang (moderately sorted) dan
c). Pemilahan jelek (poorly sorted).

Gambar 3. Sortasi
(Diktat Geologi dasar 2013)

4). Kemas
Hubungan antar butir dalam mineral batuan sedimen, ada 2 macam:
a). Kemas terbuka, hubungan antar butiran materialnya tidak saling
bersinggungan
b). Kemas tertutup, hubungan antar butir mineralnya saling
bersinggungan.

Gambar 4. Hubungan antar butir


(Miftahussalam dan Dwi Indah Purnamawati, 2013)

d. Komposisi mineral batuan sedimen silika klastik


1). Fragmen: butiran yang besar, dapat sebagai butiran mineral, batuan
atau fosil.
2). Matrik: butiran yang ukurannya lebih kecil dari fragmen dan
biasanya terletak di antara fragmen.
3). Semen: bahan pengikat matrik dan fragmen, ada 3 macam semen,
semen karbonat, semen silika dan semen oksida besi, dan semen
yang terdapat di batuan sedimen silika klastik ini adalah semen
silika (kuarsa).

Gambar 5. Fragmen, matriks dan semen


(Anonim, 2013)

e. Penamaan batuan
Penaman batuan sedimen secara deskriptif, tergantung pada data
pemerian (data deskriptif) yang meliputi warna, tekstur, struktur dan
komposisi. Pembagian batuan sedimen silisiklastika umumnya berdasar
ukuran butir, ditambah dengan bentuk butir, struktur dan komposisi.
1.)

Rudit

(f

>2mm),termasuk

breksi

(fragmen

meruncing),

konglomerat (fragmen membulat). Apabila komposisi fragmen


batuan secara megaskopik dapat diamati, maka penamaaan
tambahan dapat diberikan berdasarkan komposisi utama fragmen
batuan tersebut. Misalnya breksi andesit, breksi batuapung,
konglomerat kuarsa.
2.) Arenit, adalah batuan sedimen berbutir pasir (batupasir). Penamaan
batupasir ini dapat ditambahkan berdasar kenampakan struktur
sedimen (contoh batupasir berlapis, batupasir silangsiur), atau
komposisi penyusun utamanya, misal batupasir kuarsa.
3.)

Lutit,

terdiri

dari batulempung,

batulanau,

dan

serpih.

Batulempung berbutir lempung, batulanau tersusun oleh mineral/


fragmen batuan berbutir lanau. Serpih adalah batulempung atau
batulanau berstruktur laminasi.

Tabel 2. Penamaan batuan sedimen klastika secara megaskopis


(Huang, 1965).

Komposisi

Tekstur/Struktur

mineral/fragme

Nama

Ciri-ciri

batuan

khas

Komposisi
sejenis atau

Rudit
(2 256 mm)

campuran,

Fragmen

terutama dengan

umumnya

rijang, kuarsa,

bulat atau

granit, kuarsit,

Konglomera

agak

batugamping dll.

membulat

Fragmen
umumnya
runcing, dan
Breksi

menyudut
Kipas aluvial
yang mengalami

Fanglomerat

pembatuan
Umumnya
tidak
terpisah.
Fragmen
batuan

Pecahan batuan

terdapat

bercapur dengan

bekas

semen

Tillit

goresan

Terutama kuarsa
25%, felspar
kalium atau
plagioklas 1025%.
Pecahan batuan:
basal, riolit,
batusabak dll.

Arenit
(1/16 2 mm)

Mineral mika,

Arenit atau

Pemilaha

serisit, klorit,

batupasir

n baik dan

bijih besi.

kuarsa

bersih

Pemilahan jelek,
warna abu-abu
Arkose

kemerahan

2. Batuan sedimen karbonat klastik


a. Warna batuan sedimen karbonat klastik
Warna dari batuan sedimen karbonat klastik bervariasi tergantung
batuan tersebut berasal dari hancuran batuan jenis batuan beku, metamorf
atau batuan sedimen itu sendiri.
b. Struktur batuan sedimen karbonat klastik
Merupakan tekstur dalam dimensi yang lebih besar, dimana umumnya
berhubungan dengan unsur-unsur luar. Macam-macam struktur batuan
sedimen:
1). Masif: apabila tidak terlihat struktur dalam atau ketebalan lebih dari
120 cm.
2). Perlapisan: terjadi karena adanya variasi warna, perbedaan besar butir,
perbedaan komposisi mineral ataupun perubahan macam batuan,
terdiri atas:
a). Perlapisan sejajar: bidang perlapisan sejajar.
b). Perlapisan pilihan (graded bedding): bergradiasi dari halus ke
kasar.
c). Perlapisan silang siur (current bedding): perlapisan yang saling
berpotongan.
d). Laminasi (lamination): perlapisan yang berukuran lebih kecil dari
1 cm.
e). Gelembur gelombang (ripple mark): struktur dimana permukaan
pada bidang perlapisan nampak bergelombang.
3). Berfosil: apabila tercirikan oleh kandungan fosil memperlihatkan
orientasi tertentu.
c. Tekstur batuan sedimen karbonat klastik
Tekstur pada batuan sedimen karbonat klastik meliputi:
1). Ukuran butir (grain size)
Dalam pemerian ukuran butir memakai skala yang dibuat oleh
Wentworth (1992).
2). Kebundaran (rounding)

Nilai dari membulat atau meruncingnya butiran, untuk kebundaran


dipakai istilah:
a). Menyudut (angular)
b). Menyudut tanggung (subangular)
c). Membulat tanggung (subrounded)
d). Membulat (rounded)
e). Sangat membulat (well rounded)
3). Derajat pemilahan (sortasi)
Keseragaman besar butir dalam batuan sedimen, untuk pemilahan
dipakai istilah:
a). Pemilahan baik (well sorted),
b). Pemilahan sedang (moderately sorted) dan
c). Pemilahan jelek (poorly sorted).
4). Kemas
Hubungan antar butir dalam mineral batuan sedimen, ada 2 macam:
a). Kemas terbuka, hubungan antar butiran materialnya tidak saling
bersinggungan
b). Kemas tertutup, hubungan antar butir mineralnya saling
bersinggungan.
d. Komposisi mineral batuan sedimen karbonat klastik
1). Fragmen: butiran yang besar, dapat sebagai butiran mineral, batuan
atau fosil.
2). Matrik: butiran yang ukurannya lebih kecil dari fragmen dan
biasanya terletak di antara fragmen.
3). Semen: bahan pengikat matrik dan fragmen, ada 3 macam semen,
semen karbonat, semen silika dan semen oksida besi, dan semen
yang terdapat di batuan sedimen karbonat klastik ini adalah semen
karbonat (kalsit, dolomit).
e. Penamaan batuan

Penaman batuan sedimen secara deskriptif, tergantung pada data


pemerian (data deskriptif) yang meliputi warna, tekstur, struktur dan
komposisi. Untuk batuan karbonat bertekstur klastika :
1. Kalsirudit, adalah breksi

atau

konglomerat

dengan

fragmen

batugamping.
2. Kalkarenit, adalah batupasir yang tersusun oleh mineral karbonat.
3. Kalsilutit, adalah batugamping klastis berbutir halus (lanau-lempung).
2. Batuan Sedimen Non Klastik
Batuan sedimen Non-Klastik merupakan batuan sedimen yang
terbentuk sebagai hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan
material di tempat itu juga (insitu). Proses pembentukan batuan sedimen
kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi /organik, dan kombinasi di
antara keduanya (biokimia).
A. Pengertian dan klasifikasi
Secara kimia, endapan terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya
CaO + CO2 menjadi CaCO3. Secara organik adalah pembentukan
sedimen oleh aktivitas binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh
pembentukan rumah binatang laut (karang), terkumpulnya cangkang
binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-kayuan sebagai akibat penurunan
daratan menjadi laut. Contohnya; Limestone (batu gamping), Coal (batu
bara), dan lain-lain.
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga
dari kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi
langsung

atau

reaksi

organik

(Pettjohn,

1975). Menurut R.P.

Koesoemadinata, 1981 batuan sedimen dibedakan menjadi enam


golongan yaitu :
1. Golongan Detritus Kasar

Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam


golongan ini antara lain adalah breksi, konglomerat dan batupasir.
Lingkungan tempat pengendapan batuan ini di lingkungan sungai dan
danau atau laut.
2. Golongan Detritus Halus
Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di
lingkungan laut dangkal sampai laut dalam. Yang termasuk ked ala
golongan ini adalah batu lanau, serpih, batu lempung dan Nepal.
3. Golongan Karbonat
Batuan
ini
umum

sekali

terbentuk

cangkang moluska, algae dan foraminifera.

Atau

dari

kumpulan

oleh

proses

pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk


lebih dahulu dan di endpkan disuatu tempat. Proses pertama biasa terjadi
di lingkungan laut litoras sampai neritik, sedangkan proses kedua di
endapkan pada lingkungan laut neritik sampai bahtial. Jenis batuan
karbonat ini banyak sekali macamnya tergantung pada material
penyusunnya.
4. Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik
dan kimiawi untuk lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini
rijang (chert), radiolarian dan tanah diatom. Batuan golongan ini
tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.
5. Golongan Evaporit
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki
larutan kimia yang cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di
lingkungan

danau

atau

laut

yang

tertutup,

sehingga

sangat

memungkinkan terjadi pengayaan unsure-unsur tertentu. Dan faktor yang


penting juga adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu
endapan dari larutan tersebut. Batuan-batuan yang termasuk kedalam
batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam.
6. Golongan Batubara

Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari


tumbuh-tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan
cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebsl di atasnya sehingga tidak
akan memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentuknya
batubara adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali tumbuhan
sehingga kalau timbunan itu mati tertumpuk menjadi satu di tempat
tersebut.

C. Cara pemerian batuan sedimen karbonat klastik


1. Warna
Warna dari batuan sedimen klastik bervariasi tergantung batuan tersebut
berasal dari hancuran batuan jenis batuan beku, metamorf atau batuan
sedimen itu sendiri.
2. Struktur
Karena terbentuk dari proses kimia ataupun organik, maka strukturnya
ada 3 macam:
a. Berfosil (fossiliferous): terdiri dari fosil-fosil yang relatif masih utuh.
b. Oolitis: fragmen-fragmen klastis diselubungi oleh mineral non klastik
(biasanya mineral karbonat), dengan ukuran lebih kecil dari 2 mm dan
bersifat konsentris.
c. Pisolitis: seperti oolitis tapi ukurannya lebih besar dari 2 mm.
3. Tekstur pada batuan sedimen non-klastik meliputi:
a. Amorf (tidak kristalin)
b. Kristalin, didasarkan pada skala wentworth (1992)
Tabel 3. Ukuran butir berdasarkan skala Wentworth
(Miftahussalam, M.T. & Dwi Indah P, 2013)

Ukuran butir (mm)


>2 mm
1/16 2
1/256 1/16

Nama butiran
Kasar
Sedang
Halus
Sangat halus

<1/256
4. Komposisi batuan sedimen non klastik
Komposisi mineral sederhana, karena hasil kristalisasi dari larutan
kimia. Contoh: Batugamping (kalsit, dolomite), Gipsum (mineral
Gypsum), kalsedon (Chert) dsb.

5. Penamaan batuan
Penaman batuan sedimen non klastik secara deskriptif, tergantung pada
data pemerian (data deskriptif) yang meliputi warna, tekstur, struktur dan
komposisi dll.

DAFTAR PUSTAKA
Miftahussalam .dkk, Buku Pedoman Pratikum Geologi Fisik. Yogyakarta :
AKPRIND.
Aziz Noer dkk, Geologi Fisik. Bandung : ITB Bandung.
Endarto Danang, Pengantar Geologi Dasar. Surakarta : (LPP) UNS.
Asikin, Sukendar, 1978. Diktat Geologi Dasar. Bandung : Departemen
Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung.

Anda mungkin juga menyukai