Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu geologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai bumi
termasuk mengetahui batuan batuan yang terbentuk di permukaan bumi. Jenis
jenis diantaranya adalah batuan sedimen. Batuan sedimen merupakan batuan
endapan yang berasal dari bahan rombakan batuan asal atau material - material
lepas dari proses - proses secara fisis, secara biologi atau pun secara kimia.
Batuan yang terbentuk dari proses litifikasi atau pembatuan disebut
dengan batuan sedimen. Batuan ini adalah hasil dari proses erosi dan
pelapukan yang terbawa arus dan kemudian di endapkan. Proses
pembentukan batuan sedimen di awali dari pengikisian pada batuan beku.
Gerakan tersebut bisa di sebabkan oleh pengaruh dari air, es dan angin
serta dari aktivitas manusia, hewan dan juga dari aktivitas tumbuhan itu
sendiri.
Ada beberapa proses pembentukan batuan sedimen yaitu proses
sedimentasi kimiawi, proses sedimentasi mekanik, proses sedimentasi
biologis (organik). Batuan sedimen juga mengalami proses pengompakan
dan pemadatan dari endapan hingga menjadi batuan sedimen yang utuh.
Batuan sedimen yang terakumulasi mengalami proses litifikasi atau
pembentukan batuan, proses yang berlangsung adalah kompaksasi dan
sementasi. Pemakaian batuan pada dasarnya tergantung pada khususnya.
Tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir butir mineral yang ada
di dalamnya yang meliputi tingkat kristalisasi, ukursn butir, bentuk butir,
granularitas, dan hubungan antar butir. Jika warna batuan berhubungan erat
dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur berhubungan dengan
sejarah pembentukan dan keterdapatannya.
Oleh karena itu, praktikum ini di laksanakan agar praktikan dapat
mengetahui tekstur komposisi, klasifikasi, penggolongan dan mengetahui
macam - macam batuannya, dan proses yang berlangsung dalam kompaksi
dan sementasi pada batuan yang diamati.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud batuan sedimen silisiklastik?
2. Apa saja petro fisik dari batuan sedimen silisiklastik?
3. Bagaimana proses pembentukan batuan sedimen silisiklastik?
4. Bagaimana klasifikasi dari batuan sedimen silisiklastik?

1.3 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui segala sesuatu
tentang batuan sedimen.
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk,
1. Mengetahui apa itu batuan sedimen silisiklastik
2. Mengetahui petro fisik dari batuan sedimen silisiklastik
3. Mengetahui proses pembentukan batuan sedimen silisiklastik
4. Mengetahui klasifikasi dari batuan sedimen silisiklastik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Batuan Sedimen Silisklastik


Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari lapukan batuan
sebelumnya yang mengalami diagenesa, sedangkan menurut peetijohn, 1975
batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil
perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia
maupun organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi
yang kemudian mengalami pembatuan. Batuan sendimen terbentuk dari
lapukan batuan lain yang mengalami proses fisika maupun proses kimia,
selain dari lapukan batuan lain, batuan sedimen juga dapat terbentuk dari
lapukan cangkang binatang dan sisa tumbuhan.
Batuan sedimen silisklastik adalah jenis batuan sedimen yang terbentuk
melalui akumulasi dan pengompakan fragmen-fragmen mineral, batuan, dan
organisme yang telah hancur atau terkelupas. Batuan ini terdiri dari partikel-
partikel berukuran kasar yang disebut klastik, yang dapat berupa kerikil,
pasir, lumpur, dan tanah liat. Proses pembentukan batuan sedimen klastik
melibatkan beberapa langkah, seperti erosi, transportasi, pengendapan dan
pengompakan.

2.2 Petro Fisik Batuan Sedimen Silisklastik


Dalam mendefinisikan batuan tidak terlepas dari sifat-sifat fisik atau
karakteristik batuan sedimen yang meliputi:

2.2.1 Tekstur
Tekstur batuan sedimen adalah segala kenampakan atau ciri fisik
yang menyangkut butir sedimen, seperti ukuran butir, bentuk butir dan
orientasi Tekstur ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1). Ukuran Butir
Batuan sedimen dapat memiliki ukuran butir yang bervariasi, mulai
dari yang sangat halus hingga sangat besar. Ukuran butir ini dapat
memberikan informasi tentang proses transportasi dan pengendapan
batuan sedimen tersebut.

Tabel 2.1 Ukuran Butir Batuan Sedimen


2). Permeabilitas
Permeabilitas batuan sedimen adalah kemampuan suatu batuan
sedimen untuk meloloskan fluida, seperti air atau minyak.
3). Porositas
Porositas adalah rasio antara volume ruang kosong (pori) dalam
batuan dengan volume total batuan. Pada umumnya, semakin tinggi
tingkat porositas suatu batuan, semakin tinggi pula
permeabilitasnya. Namun, anggapan ini tidak selalu benar, terutama
jika porositas batuan diisi dengan bahan yang tidak dapat dilalui
oleh fluida, seperti lempung.

Gambar 2.1 Porositas dan Permeabilitas

Secara sederhana dapat kita katakan bahwa porositas adalah


kemampuan untuk menyimpan, sedangkan permeabilitas yaitu
kemampuan untuk melepaskan fluida tanpa merusak partikel.
Coba perhatikan ilustrasi diatas ada 3 kondisi, yang pertama (1)
paling kiri tidak ada porositas, dan tidak mengalirkan fluida
(nonpermeable/impermeable), pada kondisi tengah (2) terdapat pori,
tetapi porositasnya saling tidak terhubung dan juga tidak
mengalirkan fluida (nonpermeable/impermeable), yang terakhir
paling kanan (3) terdapat pori, porositasnya saling terhubung dan
dapat mengalirkan air (permeable). Tentu pada batuan tidak harus
hanya masing masing kondisi diatas, bisa saja dalam satu tubuh
batuan terdapat kombinasi antara ketiganya. jadi porositas dan
permeabilitas erat hubungannya sehingga dapat dikatakan bahwa
permeabilitas tidak mungkin ada tanpa adanya porositas, walaupun
sebaliknya belum tentu demikian. Penentuan porositas dapat
langsung dilakukan dilapangan maupun di laboratorium, sedangkan
penentuan nilai permeabilitas hanya dapat dilakukan di
laboratorium. Kondisi ini menyebabkan perlunya diketahui
hubungan antara porositas dan permeabilitas melalui pengukuran di
laboratorium sehingga dapat diperkirakan nilai permeabilitas dari
nilai porositas.
4). Kemas
Kemas atau fabrik pada batuan sedimen mengacu pada hubungan
antara matriks, butir, dan semen. Kemas ini dapat memberikan
informasi tentang proses pembentukan dan sifat mekanik batuan
sedimen tersebut. Didalam batuan sedimen klastik dikenal dua
macam kemas, yaitu :
a. Kemas terbuka yaitu bila butiran tidak saling bersentuhan
(mengambang dalam matrik).
b. Kemas tertutup yaitu butiran saling bersentuhan satu sama lain

Gambar 2.2 Kemas terbuka dan Kemas tertutup


5). Sortasi
Sortasi (Pemilahan) Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran
besar butir penyusun batuan sediment, artinya bila semakin seragam
ukurannya dan besar butirnya maka, pemilahan semakin baik.
Pemilahan yaitu keseragaman butir di dalam batuan sedimen klastik.
beberapa istilah yang biasa dipergunakan dalam pemilahan batuan,
yaitu :
a. Sortasi baik : bila besar butir merata atau sama besar.
b. Sortasi sedang : bila ukuran butirnya relatif seragam.
c. Sortasi buruk : bila besar butir tidak merata, terdapat matrik
.............................dan fragmen.

Gambar 2.3 Sortasi


6). Bentuk Butir
Tingkat kebundaran butir dipengaruhi oleh komposisi butir, ukuran
butir, jenis proses transportasi dan jarak transport (Boggs,1987).
Butiran dari mineral yang resisten seperti kwarsa dan zircon akan
berbentuk kurang bundar dibandingkan butiran dari mineral kurang
resisten seperti feldspar dan pyroxen. Butiran berukuran lebih besar
daripada yang berukuran pasir. Jarak transport akan mempengaruhi
tingkat kebundaran butir dari jenis butir yang sama, makin jauh
jarak transport butiran akan makin bundar. Pembagian kebundaran
sebagai berikut.
a. Well rounded (membundar baik) Semua permukaan konveks,
hamper equidimensional, sferoidal.
b. Rounded (membundar) Pada umumnya permukaan-permukaan
bundar, ujung-ujung dan tepi butiran bundar.
c. Sub rounded (membundar tanggung) Permukaan umumnya
datar dengan ujung-ujung yang membundar.
d. Sub angular (menyudut tanggung) Permukaan pada umumnya
datar dengan ujung-ujung tajam.
e. Angular (menyudut) Permukaan konkaf dengan ujungnya yang
tajam.
f. Very angular (sangat menyudut) Permukaan konkaf dengan
ujungnya yang sangat tajam

Gambar 2.4 Bentuk Butir

2.2.2 Struktur
Struktur batuan sedimen klastik meliputi tekstur, struktur, dan
komposisi mineral. Tekstur batuan sedimen klastik terkait dengan
ukuran, bentuk butir, dan susunannya. Struktur batuan sedimen klastik
terbentuk karena proses sedimentasi dan dapat dikelompokkan menjadi
tiga macam berdasarkan asalnya yaitu :
a. Struktur sedimen primer
Terbentuk karena proses sedimentasi dan dapat merefleksikan
mekanisasi pengendapannya. Contohnya adalah perlapisan,
gelembur gelombang, perlapisan silang siur, konvolut dan perlapisan
bersusun.
b. Struktur sedimen sekunder
Terbentuk setelah pengendapan dan dapat menjadi indikator
untuk keadaan lingkungan setelah deposisi. Contohnya adalah
struktur kimia, nodule, konkresi, fault, fold dan jointing.

c. Struktur sedimen tersier


Terbentuk setelah proses diagenesis dan dapat menjadi indikator
untuk perubahan yang terjadi pada batuan sedimen. Contohnya
adalah struktur stylolit, struktur pelapukan dan struktur mineralisasi.
Dari klasifikasi tersebut, beberapa struktur yang umum ditemukan
pada batuan sedimen antara lain :

1. Bedding Atau biasa dikenal sebagai Struktur Berlapis. Struktur ini


merupakan ciri khas batuan sedimen yang memperlihatkan susunan
lapisan-lapisan (beds) pada batuan sedimen dengan ketebalan
setiap lapisan ≥ 1 cm.

Gambar 2.5 Struktur Bedding

2. Cross-Bedding, Perlapisan Silang-Siur (Cross-Bedding), batuan


sedimen berstruktur ini memperlihatkan struktur perlapisan yang
saling potong memotong. Terbentuk karena pengaruh perubahan
energi ataupun arah arus pada saat sedimentasi berlangsung.
Gambar 2.6 Struktur Cross-Bedding

3. Graded-Bedding, Perlapisan Bergradasi (Graded-Bedding),


memiliki ciri-ciri ukuran butir penyusun batuan sedimen yang
berubah secara gradual, yaitu makin ke atas ukuran butir yang
semakin halus, dimana pada proses pembentukkannya butiran yang
lebih besar terendapkan terlebih dahulu sedangkan yang lebih halus
terendapkan di atasnya.

Gambar 2.7 Struktur Graded-Bedding

4. Lamination/Laminasi, Merupakan Struktur Perlapisan (Bedding)


dengan ketebalan masing-masing lapisan (bed thickness) yang
kurang dari 1 cm.

Gambar 2.8 Struktur Lamination/Laminasi


5. Inverted Graded-BeddingInverted_graded_bedding_schNormalnya,
struktur graded-bedding memperlihatkan perubahan gradual butiran
yang semakin ke atas semakin halus. Akan tetapi karena suatu
pengaruh tertentu, perubahan gradual butiran yang terbalik (makin
ke bawah semakin halus) dapat terbentuk pada suatu batuan
sedimen dan menyebabkan suatu kenampakan struktur Bergradasi
Terbalik (Inverted Graded-Bedding).

Gambar 2.9 Struktur Lamination/Laminasi

2.2.3 Komposisi Mineral


Komposisi mineral dalam batuan sedimen dapat bervariasi
tergantung pada sumber material, proses pengangkutan, dan lingkungan
pengendapan. Berikut adalah beberapa mineral umum yang terdapat
dalam batuan sedimen:
a. Mineral Silikat
Batuan sedimen klastik sebagian besar terdiri dari mineral
silikat, termasuk kuarsa, feldspar, mineral lempung, dan mika.
Kuarsa dan feldspar adalah mineral utama dalam batuan sedimen
klastik, sementara mineral lempung dan mika dapat hadir sebagai
mineral aksesoris.
b. Mineral Karbonat
Batuan sedimen karbonat dominan terdiri dari mineral karbonat
seperti kalsit dan aragonit. Beberapa contoh batuan sedimen
karbonat adalah batugamping, kalsirudit, kalkarenit dan kalsilutit.
c. Mineral Evaporit
Batuan sedimen evaporit terdiri dari mineral yang terpresipitasi
dari larutan jenuh, seperti halit (batuan garam), silvit, barit dan
gypsum.

d. Mineral Biogeni
Batuan sedimen biogenik terbentuk dari akumulasi kerangka
atau fragmen organisme, dan dapat mengandung mineral seperti
kalsit, aragonit dan silika.
e. Mineral Aksesoris
Selain mineral utama, batuan sedimen juga dapat mengandung
mineral aksesoris yang mungkin penting secara lokal. Beberapa
contoh mineral aksesoris adalah bijih besi, fosfat, dan mineral kaya
besi.
Komposisi mineral dalam batuan sedimen dapat memberikan
informasi tentang sumber material, lingkungan pengendapan, dan
sejarah geologis batuan tersebut. Oleh karena itu, analisis mineralogi
sering digunakan dalam studi petrologi dan geologi.

2.2.4 Komposisi Material


Batuan sedimen terdiri dari berbagai jenis material yang terendapkan
dan terkompaksi menjadi batuan. Berikut adalah komposisi material
batuan sedimen yaitu :
a. Fragmen
Fragmen batuan sedimen adalah butiran atau pecahan batuan
yang menjadi penyusun utama dari batuan sedimen klastik. Rentang
ukurannya dapat bervariasi, mulai dari lanau, pasir, sampai kerikil,
kerakal, berangkal, dan bongkah. Batuan sedimen klastik terdiri dari
fragmen batuan (litik), kuarsa, feldspar, mineral lempung dan mika,
serta dapat mengandung banyak mineral lainnya. Fragmen batuan
sedimen biasanya terbentuk melalui proses pelapukan, erosi,
transportasi dan pengendapan material-material sedimen di dalam
cekungan pengendapan. Setelah mengalami diagenesis, fragmen
batuan ini akan mengeras dan membentuk batuan sedimen klastik
yang berlapis-lapis.

b. Semen
Semen batuan sedimen adalah bahan pengisi antara fragmen
batuan atau butiran mineral dalam suatu batuan sedimen. Komposisi
dan sifat semen dapat bervariasi tergantung pada jenis batuan
sedimen dan proses diagenesis yang terlibat dalam pembentukannya.
c. Matriks
Matriks adalah butiran-butiran kecil yang mengisi ruang antara
fragmen batuan atau butiran mineral dalam suatu batuan sedimen.
Matriks ini dapat terdiri dari bahan-bahan seperti tanah lempung,
lanau, kuarsa, kalsit, dolomit, hematit, dan bahan-bahan organik.
Matriks dapat memberikan petunjuk tentang sumber material dan
lingkungan pengendapan batuan sedimen. Misalnya, matriks yang
terdiri dari tanah lempung dapat menunjukkan bahwa batuan
sedimen tersebut terbentuk di lingkungan perairan yang tenang,
sementara matriks yang terdiri dari kuarsa dapat menunjukkan
bahwa batuan sedimen tersebut terbentuk di lingkungan perairan
yang lebih kasar.
Matriks batuan sedimen dapat terbentuk melalui proses
diagenesis yang sama dengan fragmen batuan atau butiran mineral
dalam suatu batuan sedimen. Proses diagenesis ini dapat meliputi
pengendapan mineral-mineral baru antara fragmen batuan atau
butiran mineral, pengisian ruang pori dengan bahan-bahan yang
terlarut, dan perubahan mineralogi dan tekstur.

2.3 Proses Pembentukan Batuan Sedimen Silisklastik


Batuan sedimen adalah jenis batuan yang terbentuk di permukaan Bumi
pada kondisi temperatur dan tekanan yang rendah. Batuan ini berasal dari
batuan yang lebih dahulu terbentuk, yang mengalami pelapukan, erosi dan
terangkut oleh air, angin atau es. Proses pembentukan batuan sedimen
meliputi beberapa tahapan, yaitu pelapukan, erosi, transportasi, pengendapan,
kompaksi, dan penyemenan.
Batuan sedimen siliklastik terbentuk dari fragmen batuan yang telah
tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan. Berikut
adalah urutan proses pembentukan batuan sedimen siliklastik:
a. Pelapukan (weathering): Penghancuran massa batuan, baik secara fisika,
kimia, maupun secara biologis.
b. Erosi: Pengikisan padatan akibat angin, air, atau es serta material lain
dibawah pengaruh gravitasi atau oleh aktivitas makhluk hidup.
c. Transportasi: Pengangkutan fragmen batuan oleh air, angin, atau es
menuju suatu cekungan pengendapan.
d. Pengendapan (deposition): Fragmen batuan terendapkan di dasar
cekungan pengendapan.
e. Kompaksi: Fragmen batuan yang terendapkan mengalami pemadatan
akibat tekanan dari lapisan di atasnya.
f. Penyemenan (cementation): Material yang sangat halus (cement) mengisi
celah-celah antar fragmen batuan dan mengikatnya menjadi satu kesatuan.
Batuan sedimen memiliki nilai penting dalam studi geologi, karena dapat
memberikan informasi tentang sejarah Bumi, lingkungan pengendapan, dan
sumber daya alam. Batuan sedimen juga memiliki banyak manfaat, terutama
untuk bahan bangunan atau sebagai medium penghias rumah dan gedung-
gedung.

2.4 Klasifikasi Batuan Sedimen Silisklastik

2.4.1 Klasifikasi Batuan Sedimen Menurut Wenworth, 1922


Klasifikasi batuan sedimen Wenworth, yang diperkenalkan oleh
J.C. Wentworth pada tahun 1922, adalah suatu sistem yang digunakan
untuk menggolongkan ukuran partikel dalam batuan sedimen
berdasarkan diameter partikelnya. Klasifikasi ini berguna dalam bidang
geologi dan ilmu sedimen untuk memahami karakteristik dan sifat-sifat
batuan sedimen.

Tabel 2.1 Klasifikasi Batuan Sedimen (Wenworth,1922)


Klasifikasi Wenworth ini terdiri dari beberapa kategori ukuran
partikel yang berbeda, yang disusun dari yang terbesar hingga yang
terkecil, yaitu sebagai berikut:

a. Batu Besar (Boulder): Partikel dengan diameter lebih dari 256 mm.
b. Kerikil (Cobble): Partikel dengan diameter antara 64 mm hingga 256
mm.
c. Kerikil Kecil (Pebble): Partikel dengan diameter antara 4 mm hingga
64 mm.
d. Kerikil Pasir (Granule): Partikel dengan diameter antara 2 mm
hingga 4 mm.
e. Pasir (Sand): Partikel dengan diameter antara 1/16 mm hingga 2 mm.
f. Lumpur (Silt): Partikel dengan diameter antara 1/256 mm hingga
1/16 mm.
g. Lumpur Halus (Clay): Partikel dengan diameter kurang dari 1/256
mm.
Klasifikasi Wenworth ini membantu geologis dan ahli ilmu sedimen
untuk menggolongkan dan memahami karakteristik fisik batuan
sedimen berdasarkan ukuran butirannya. Ukuran butiran ini juga dapat
memberikan petunjuk tentang bagaimana dan di mana batuan sedimen
ini terbentuk, serta bagaimana mereka berinteraksi dalam lingkungan
geologi.
2.4.2 Klasifikasi Batuan Sedimen Menurut Pettijohn, 1955

Gambar 2.7 Klasifikasi Pettijohn

Pettijohn adalah seorang ahli geologi yang mengembangkan skema


klasifikasi batuan sedimen. Karyanya diterbitkan pada tahun 1955 dan
masih digunakan sampai sekarang sebagai dasar klasifikasi batuan
sedimen. Skema klasifikasi didasarkan pada tiga komponen utama:
tekstur, komposisi, dan struktur.
Komponen tekstur didasarkan pada ukuran, bentuk, dan pemilahan
butiran sedimen, sedangkan komponen komposisi didasarkan pada
mineralogi butiran sedimen. Komponen struktur didasarkan pada
susunan butiran sedimen di dalam batuan. Skema klasifikasi digunakan
untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan batuan sedimen
berdasarkan ciri fisiknya
BAB III
METODOLOGI

1.1 Alat dan Bahan


Dalam praktikum kali ini adapun Alat dan bahan yang harus disiapkan
diantarnya adalah sebagai berikut :
1. Penuntun praktikum/Referensi Petrologi
2. Lembar Pengerjaan Deskripsi Batuan Beku
3. Komperator
4. HCL
5. Lup
6. Sampel batuan
7. Klasifikasi Wentworth 1922 dan Pettijohn 1987
1.2 Langkah Kerja
Adapun Langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum kali ini adalah
sebagai berikut :
1. Menyiapkan seluruh alat dan bahan praktikum.
2. Setelah itu, menyimak arahan dari Asisten Dosen yang bertugas.
3. Kemudian mendeskripsi sampel batuan yang diberikan asisten.
4. Dalam mendeskripsi sampel batuan yang paling pertama di lakukan adalah
menentukan Warna Lapuk dan Segar setelah itu menentukan Tekstur
(Ukuran Butir, Permeabilitas, Porositas, Kebundaran, Sorotasi serta
Kemas), dan Struktur pada sampel pengamatan.
5. Kemudian menentukan Komposisi Mineral (Fragmen, Matriks, serta
Semen), dan Komposisi Kimia.
6. Setelah selesai mendeskripsi sampel batuan yang dijelaskan pada poin 4
dan 5, selanjutnya ialah menetukan nama batuan menggunakan klasifikasi
Wentworth (1922).
7. Setelah selesai menentukan nama batuan, kemudian menjelaskan genesa
proses terbentuknya dan kegunaan sampel batuan yang diamati.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Batuan Sedimen Klastik


A. Batu Pasir Halus (Sampel 5A)
Pada sampel 5A, dijumpai batuan sedimen klastik dengan warna segar
Abu-abu dan warna lapuk Abu-abu kehitaman. Tekstur batuan ini
mencakup Ukuran butir 1/4 -1/8 mm Permeabilitas Buruk, Kebundaran
dari batuan ini mencakup bentuk Sub – Rounded yaitu memiliki
permukaan yang umumnya datar dengan ujung-ujung yang
membundar ,Sortasi Terpilah Baik yang menunjukkan ukuran besar butir
yang seragam, Kemas Tertutup karena memiliki sedikit ruang antar butir
dan Porositas atau kemampuan batuan untuk menampung likuida ialah
Baik, memiliki struktur masif yang berarti tidak menunjukkan struktur
dalam atau ketebalan lebih dari 120 cm (Mc. Kee & Weir, 1953).

susunan mineral-mineralnya kompak. Komposisi mineral yang


terkandung dalam batuan ini meliputi Olivin, Hornblende dan Kuarsa.
Biasanya batu gabro digunakan Sebagai Sebagai ubin lantai rumah,
sebagai base material construksi yang digunakan pada banyak proyek
konstruksi. Untuk genesa dari batuan ini yaitu merupakan adalah batuan
beku intrusif, yang terbentuk dari pendinginan dan pengkristalisasian
magma yang terperangkap di bawah permukaan bumi. Suhu yang lebih
tinggi dapat menghasilkan kristal yang lebih besar dan lebih kasar,
sedangkan suhu yang lebih rendah dapat menghasilkan kristal yang lebih
kecil dan lebih halus. Oleh karena itu, suhu pembentukan gabro yang
berkisar antara 1000°C hingga 1200°C menghasilkan kristal-kristal
mineral yang berukuran kasar dan tersusun dalam kondisi kasar. Gabro
dapat terbentuk pada kedalaman yang sama dengan batuan beku dalam,
yaitu pada kedalaman 15-50 km di bawah permukaan bumi.

Anda mungkin juga menyukai