Anda di halaman 1dari 18

0000\ 3.

Pertemuan 3 : Batuan Sedimen

3.1 Definisi Ilmu Geologi

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil dari rombakan batuan lainnya
(batuan beku, batuan metamorf, atau batuan sedimen itu sendiri) melalui proses pelapukan
(weathering), erosi, pengangkutan (transport), dan pengendapan, yang pada akhirnya
mengalami proses litifikasi atau pembatuan. Mekanisme lain yang dapat membentuk batuan
sedimen adalah proses penguapan (evaporasi), longsoran, erupsigunungapi.

Gambar 3. 1 Kenampakan batuan sedimen

3.2 Proses Pembentukan Batuan Sedimen

3.2.1 Pelapukan

Pelapukan atau weathering (weather) merupakan perusakan batuan pada kulit bumi karena
pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau angin). Karena itu pelapukan adalah
penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang lebih kecil bahkan menjadi
hancur atau larut dalam air.

Pelapukan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:


1) Pelapukan fisika, adalah proses dimana batuan hancur menjadi bentuk yang lebih kecil
oleh berbagai sebab, tetapi tanpa adanya perubahan komposisi kimia dan kandungan mineral
batuan tersebut yang signifikan.

2) Pelapukan kimia, adalah proses dimana adanya perubahan komposisi kimia dan mineral
dari batuan.

3) Pelapukan biologi, Penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang, tumbuhan dan
manusia, binatang yang dapat melakukan pelapukan antara lain cacing tanah dan serangga.

3.2.2 Erosi

Erosi adalah suatu pengikisan dan perubahan bentuk batuan, tanah atau lumpur yang
disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat dan organisme hidup. Erosi
tidak sama dengan pelapukan, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan
dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya.

3.2.3 Transportasi

Transportasi adalah pengangkutan suatu material (partikel) dari suatu tempat ke tempat lain
oleh suatu gerakan media (aliran arus) hingga media dan material terhenti (terendapkan).
Media transportasi (fluida) antara lain gravitasi, air, es, dan udara.

Gerakan fluida dapat terbagi ke dalam dua cara yang berbeda,

1) Aliran laminar, semua molekul-molekul di dalam fluida bergerak saling sejajar terhadap
yang lain dalam arah transportasi. Dalam fluida yang heterogen hampir tidak ada terjadinya
pencampuran selama aliran laminar.

2) Aliran turbulen, molekul-molekul di dalam fluida bergerak pada semua arah tapi dengan
jaring pergerakan dalam arah transportasi. Fluida heterogen sepenuhnya tercampur dalam
aliran turbulen.
Gambar 3. 2 aliran laminar dan turbulen
Partikel semua ukuran digerakkan di dalam fluida oleh salah satu dari tiga mekanisme

1) Menggelinding (rolling), di dasar aliran udara atau air tanpa kehilangan kontak dengan
permukaan dasar.

2) Saltasi (saltation), bergerak dalam serangkaian lompatan, secara periode meninggalkan


permukaan dasar dan terbawa dengan jarak yang pendek di dalam tubuh fluida sebelum
kembali ke dasar lagi.

3) Suspensi (suspension), turbulensi di dalam aliran dapat menghasilkan gerakan yang cukup
untuk menjaga partikel bergerak terus di dalam fluida.
Gambar 3. 3 Perilaku partikel dalam fluida
2.2.4 Sedimentasi

Sedimentasi adalah proses pengendapan sedimen oleh media air, angin, atau es pada suatu
cekungan pengendapan pada kondisi P dan T tertentu. Pettijohn (1975) mendefinisikan
sedimentasi sebagai proses pembentukan sedimen atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh
pengendapan dari material pembentuk atau asalnya pada suatu tempat yang disebut dengan
lingkungan pengendapan berupa sungai, muara, danau, delta, estuaria, laut dangkal sampai
laut dalam.

2.2.5 Litifikasi

Proses perubahan sedimen lepas menjadi batuan disebut litifikasi. Salah satu proses litifikasi
adalah kompaksi atau pemadatan. Pada waktu material sedimen diendapkan terus – menerus
pada suatu cekungan. Berat endapan yang berada di atas akan membebani endapan yang ada
di bawahnya. Akibatnya, butiran sedimen akan semakin rapat dan rongga antara butiran akan
semakin kecil.

Proses lain yang merubah sedimen lepas menjadi batuan sedimen adalah sementasi. Material
yang menjadi semen diangkut sebagai larutan oleh air yang meresap melalui rongga antar
butiran, kemudia larutan tersebut akan mengalami presipitasi di dalam rongga antar butir dan
mengikat butiran – butiran sedimen. Material yang umum menjadi semen adalah kalsit, silika
dan oksida besi.

3.3 Klasifikasi Batuan Sedimen

Berdasarkan proses terjadinya, maka batuan sedimen terbagi menjadi empat kategori, yaitu:

1) Terrigeneous Clastics

Terbentuk dari hasil rombakan batuan lainnya melalui proses pelapukan, erosi, transportasi,
sedimentasi dan pembatuan (litifikasi). Pelapukan yang berperan disini adalah pelapukan
yang bersifat fisika. Contoh: breksi, konglomerat, batupasir, batulempung.

Gambar 3. 4 Batupasir
2) Biochemical-Biogenic-Organic Deposits

Batuan sedimen ini terbentuk dari akumulasi bahan-bahan organik (baik flora maupun fauna)
dan proses pelapukan yang terjadi pada umumnya bersifat kimia. Contoh: batugamping,
batubara, rijang, dll.
Gambar 3. 5 Batugamping
3) Chemical Precipitates-Evaporates

Batuan sedimen jenis ini terbentuk dari akumulasi kristal-kristal dan larutan kimia yang
diendapkan setelah medianya mengalami penguapan. Contoh: gipsum, batugaram, dll.

Gambar 3. 6 Batugaram
3.4 Struktur Batuan Sedimen

Berguna dalam menentukan top & bottom suatu lapisan, arah arus-purba (Paleocurrent) dan
lingkungan pengendapan.

Secara garis besar struktur sedimen terbagi menjadi dua katagori, yaitu:

a. Struktur sedimen primer (depositional structures), struktur sedimen yang terbentuk


bersamaan dengan terbentuknya suatu batuan, contohnya adalah: graded bedding,
parallel lamination, ripple mark, dune and sand wave, cross stratification, shrinkage
crack (mud crack), flacer, lenticular, dll.

Gambar 3. 7 Struktur Sedimen Ripple


b. Struktur sedimen sekunder (post-deposition structures), struktur sedimen yang
terbentuk setelah proses litifikasi. Struktur sedimen sekunder meliputi:
• Struktur erosional, terbentuk karena erosi, contohnya: flute cast, groove cast, tool marks,
scour marks, channel, dll.
• Struktur deformasi, terbentuk oleh adanya gaya, contohnya: slump, convolute, sand dyke,
dish, load cast, nodule, dll.
• Struktur biogenik, terbentuk oleh adanya aktivitas makhluk hidup, contohnya: bioturbation,
trace fossils, rootlet bed, dll.
Gambar 3. 8 Struktur sedimen A.Wavy B. Cross Laminated C.Mudcrack D.Flute Cast
E.Bioturbation F.Load Cast

3.5 Pengertian Stratigrafi

Stratigrafi dalam arti sempit merupakan ilmu yang mempelajari perlapisan atau uruturutan
batuan berdasarkan karakteristik batuan yang membedakan waktu pengendapan yang
berbeda. Sedangkan dalam arti luas adalah ilmu yang mempelajari lapisan – lapisan batuan
serta hubungannya satu dengan yang lain (umur, hubungan lateral/vertikal, ketebalan,
penyebaran serta terjadinya) dengan tujuan untuk mendapatkan pengetahuan sejarah bumi
dan pengetahuan lainnya dari lapisan batuan yang mempunyai arti ekonomis (misal minyak
bumi) ataupun tidak.

Selain itu stratigrafi terkait dengan hubungan antar perlapisan batuan, succession of beds,
korelasi perlapisan suatu daerah bahkan perlapisan dalam cakupan yang lebih luas seperti
antar benua dan penyusunan urutan lapisan-lapisan dalam kolom geologi.

Pengertian mengenai prinsip dan terminologi dalam stratigrafi sangatlah penting dalam studi
geologi secara keseluruhan, karena stratigrafi menyediakan kerangka yang sistematik dalam
pembelajaran geologi khususnya studi sedimentologi. Stratigrafi dapat menjadi alat bantu
geologist dalam merangkum komposisi sedimen, tekstur, struktur, dan kenampakan lainnya
dalam suatu pemahaman, untuk kemudian dapat kedalam aspekaspek yang lebih luas. Seperti
studi sejarah bumi, pencarian minyak dan gas, mineral tambang dsb.

I. Deskripsi Batuan Sedimen Klastika

1) Nama batuan

2) Warna, Terdiri dari warna lapuk dan warna segar, sertakan pula variasi warnanya untuk
memperjelas pemerian. Contoh: batupasir berwarna segar kelabu kehijau-hijauan. Pemerian
warna ini mencerminkan tingkat oksidasi, kandungan mineral, dan lingkungan pengendapan
batuan itu sendiri.

a. Warna merah: menunjukan keadaan oksidasi > non marin, mengan-dung Fe (umumnya
hematit).

b. Warna hijau: merupakan reduksi dari warna merah, mengandung glaukonit, zeolit atau
chamosite.

c. Warna kelabu: menunjukan keadaan reduksi > marin, kaya akan bahan organik.

d. Warna, kuning-coklat: menunjukan keadaan oksidasi, mengandung limonit, goethite, dan


oksida besi.

3) Tekstur (properties of individual grain/sifat-sifat butiran), meliputi:

a. Besar butir (grain size), ditentukan dengan cara membandingkannya dengan Skala
Wentworth, kalau perlu bisa dibantu dengan manggunakan loupe, untuk breksi dan
konglomerat dapat ditentukan dengan bantuan mistar kecil, kemudian tentukan pula ukuran
minimal dan maksimal dari butiran atau komponennya. Contoh: batupasir berbutir sedang
(114mm-112mm). Breksi dengan ukuran butir 7cm-12cm (Berangkal, 64mm-256mm). Besar
butir ini mencerminkan energi hidrolik lingkungannya, dalam artian jika ia berbutir kasar
maka dahulunya ia diendapkan dengan arus yang cepat dan begitu pula sebaliknya.

b. Bentuk Butir (grain shape), ditentukan dengan bantuan chart yang telah tersedia pada
komparator dan gunakan istilah:

- Sangat menyudut (very angular)0

- Menyudut (angular)

- Menyudut tanggung (subangular)

- Membundar tanggung (subrounded)

- Membundar (rounded)

- Sangat membundar (very Rounded)


Untuk melihat bentuk butiran ini dapat dilakukan dengan bantuan loupe (terutama untuk
batupasir), dan tentukan pula kisarannya. Contoh: batupasir menyudut-menyudut tanggung.
Bentuk butir ini mencerminkan tingkat transportasi butirannya, dalam artian bahwa jika
memiliki bentuk butir yang membundar maka cenderung telah tertranspor jauh dari batuan
asalnya.

Gambar 3. 9 Skala Udden Wentworth

Gambar 3. 10 Bentuk Butir

c. Kemas (fabric/grain packing), adalah derajat keterkaitan antar butiran penyusun


batuan atau hubungan antar butir, dan ini dapat mencerminkan viscositas (kekentalan)
medianya. Bila butirannya saling bersentuhan maka dinyatakan dengan kemas
tertutup (berarti dia diendapkan oleh media yang cair/encer, sehingga kemungkinan
mengandung semen-matrik). Bila butirannya tidak saling bersentuhan maka
dinyatakan dengan kemas terbuka (berarti dia diendapkan oleh media yang pekat).
Selain itu perhatikan pula apakah butirannya memperlihatkan pengarahan (imbrikasi)
atau tidak. Kemas merupakan salah satu hal penting terutama dalam pen-deskripsian
breksi atau konglomerat, dan bisa langsung ditentukan tanpa menggunakan loupe

4) Struktur Sedimen

5) Pemilahan (Sorting)

Adalah tingkat keseragaman besar butir penyusun batuan, mencer-minkan viskositas media
pengendapan serta energi mekanik/arus gelombang medianya. Jika pemilahannya baik maka
diendapkan oleh media yang cair/encer dengan energi arus yang kecil, dan begitu pula
dengan sebaliknya.

Gunakan istilah:

a. Terpilah baik (well sorted) jika besar butirannya seragam.

b. Terpilah sedang (medium sorted) jika besar butirannya relatif sera-gam.

c. Terpilah buruk (poorly sorted) jika besar butirannya tidak seragam.

6) Kandungan CaC03

Ditentukan dengan jalan meneteskan larutan HCl 0,1 Normal pada permukaan sampel batuan
yang masih segar, jika ia berbuih/bereaksi (ngecos…!) maka batuan tersebut bersifat
karbonatan (calcareous), dan begitu pula sebaliknya.

7) Kandungan mineral

Mineral-mineral sekunder yang umum terdapat dalam batuan sedimen misalnya kalsit
(ngecos oleh HCl, sedangkan kuarsa tidak), aragonit (memiliki habit yang menjarum), pirit
(kuning pucat seperti emas de-ngan bentuk Kristal kubik), glaukonit (berwarna hijau kotor),
kaolinit (serbuk putih seperti bedak), dll.

8) Kandungan fosil

Yang dapat ditentukan di lapangan tentu saja fosil-fosil yang bersifat makro (besar). Dalam
penentuannya, sebutkan minimal kelas atau filumnya, jika berongga atau bolong-bolong
maka itu adalah koral (filum coelenterata, artinya rongga), jika memiliki dua cangkang yang
tidak sama besar (memiliki bagian ventral dan dorsal) maka itu adalah brachiophoda, jika
memiliki dua cangkang yang sama besar, maka itu adalah moluska.

JENIS- JENIS BATU GAMPING

Batu gamping adalah batuan fosfat yang sebagian besar tersusun oleh mineralkalsium
karbonat (CaCo3). Bahan tambang ini biasa digunakan untuk bahan baku terutamadalam
pembuatan semen abu/portland (biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester),industri
keramik, obat-obatan, dll. Batugamping (limestone) merupakan batuan sedimenorganik
klastik. Secara umum batugamping dikelompokkan berdasarkan mineral utama pembentuk
batugamping yaitu kalsit (calcite (CaCO3)) atau dolomite (MgCa(CO3)2).Batu gamping juga
dikelompokkan berdasarkan kandungan senyawa karbonat dalam batuan misalnya
batugamping murni, batugamping napalan, batugamping tufan.Pengelompokkan
batugamping berdasarkan grade atau kandungan karbonatnya banyak digunakan dalam kajian
pedology dan edaphology.

 Klasifikasi Batu Gamping (Dunham , 1962)

Batu gamping termasuk batuan sedimen.Batu gamping ini dapat diklasifikasikansalah


satunya adalah klasifikasi dunham yang membahas tentang pembagian batugamping.
Klasifikasi Dunham (1962) ini dilihat secara megaskopis yang mana diamengamati indikasi
adanya pengendapan batugamping yang ditunjukkan oleh tekstur hasil pengendapan yaitu
limemud (nikrit) semakin sedikit nikrit semakin besar energi yangmempengaruhi
pengendapannya.

Menurut klasifikasi ini batugamping terbagi atas:

1)Mud Stone

Batuan ini termasuk dalam jenis batuan sedimen non klastik dengan warna segar putihabu –
abu dan warna lapuknya adalah putih kecoklatan.Batuan ini bertekstur Non klastik dengan
komposisi kimia karbonat dan strukturnyapun tidak berlapis. Salah satu contoh dari batuan
karbonat adalah kalsilutit ( Grabau ) atau Munstone ( Dunham ) , Batuan inimempunyai nama
yang berbeda, karena dari klasifikasi yang digunakan dengan interprestasiyang berbeda,
batuan ini dinamakan kalsilutit, karena batuan ini merupakan batuan karbonatdan menurut
klasifikasi dunham nama dari batuan ini adalah mudstone, karena batuan inimempunyai
kesan butiran kurang dari 10 % dan pada batuan ini tidak ditemukan adanya fosil.Tekstur dari
batuan ini adalah non kristalin, karena mineralnya penyusunnya tidak berbentuk Kristal,
dengan memperhatikan tekstur batuan ini dapat disimpulkan bahwa batuanini terbentuk dari
adanya pelarutan batuan asal yang merupakan material – material penyuplaiterbentuknya
batuan ini adapun batuan asal dari batuan ini adalah seperti pelarutan terumbukarang. Selain
itu, proses keterbentukan batuan ini adalah pengerusan gamping yang telah adamisalnya
penghancuran terumbu karang,oleh gelombang, atau dari pengendapan langsungsecara kimia
air laut yang kelewat jenuh akan CaCO3 . proses litifikasi dari batuan inimelibatkan pelarutan
mineral- mineral karbonat yang stabil maupun yangtidak stabil, dalam pengertian luas
diagnesa meliputi perubahan mineralogy, tekstur kemas dan geokimia sedimendan
temperature serta tekanan yang rendah.Litifikasi sedimen karbonat dapat terjadi pada
sedimen yang tersingkap , maupun yangmasihberada didalam laut, proses terbentuknya
batuan in berlangsung perlahan – lahan dan bertingkat– tingkat , dimana batas antara antara
tingkatan tidak jelas , bahkan dapat salingmelingkup , tingkatan tersebut adalah penyemenan,
pelarutan pengendapan, perubahanmineralogy butir – butir dan rekristalisasi. Keterdapatan
batuan ini biasanya dapat ditemukandisekitar pinggiran pantai, adapun asosiasi dari batuan ini
adalah batupasir karbonatan dan packtone. Adapun kegunaan dari batuan ini adalah sebagai
reservoir dalam pencarian minyak bumi

2) Wackestone

Wackestone adalah matriks yang didukung batuan karbonat yang mengandung lebih
dari10%allochemsdalam matriks lumpur karbonat. Ini adalah bagian dariklasifikasiDunham
batuan karbonat. Dalam klasifikasi banyak digunakan lain karenaFolk ,deskripsi yang setara
akan, misalnya, oopelmicrite, dimanaallochemsyang dimaksudadalahooidsdan peloids.
Wackstone merupakan lumpur didukung batu kapur yangmengandung butiran karbonat lebih
dari 10% (lebih besar dari 20 mikron)"mengambang" dalam matriks lumpur halus-halus
kapur

:
3. Boundstone

Merupakan hubungan antar komponen tertutup yang berhubungan dengan rapat (oolite).Karbonat
batuan menunjukkan tanda-tanda terikat selama pengendapan (Dunham,1962). Embry dan Klovan
(1972) lebih diperluas klasifikasi boundstone atas dasar kaindari boundstone tersebut. Boundstone
merupakan batu kapur yang terikat olehganggang,karang, atau organisme uniseluler lainnya ketika
dia terbentuk. Boundstone ditemukan di daerah sekitar terumbu karang, dan daerah yang terumbu
karang 2,5-3 jutatahun lalu, tapi mungkin dikelilingi lahan kering. Tergantung pada cara bahan
organik telah diatur dalam sedimen ketika batu itu terbentuk dan jenis bahan organik itu,
boundstone dapat diklasifikasikan sebagai framestone, bindstone, atau bafflestone.Mereka memiliki
tiga subdivisi:a.

 Framestone: Organisme dari organik fosil, biasanya dalam karang laut, yangterjadi
berdekatan dengan spons ini terikat oleh kerak mikroba dan pasir yangmengeras. Dan ruang
antara bertahap diisi dengan pasir , sedimen, dan kristalkalsit.Dalam waktu yang lama, air
surut dan struktur itu terus menerus terkenaudara, dan penyemenan alami dari padat
sedimen diawetkan sisa-sisa bahanorganik sebagai fosil.
 Bindstone: hasil organisme yang mengikat sedimen sehingga lepas bersama-sama, ditandai
dengan adanya dispersi. Yang mengikat di bindstone padaumumnya adalah ganggang, yang
bersama-sama dengan lapisan lumpur dankalsit dengan besar pori-pori yang disebabkan
oleh gelembung gas yang menjaditerperangkap dalam sedimen selama
pembentukan.Stromatolit,berupa gundukanfosil alga berlapis dan sedimen, yang bentuk
paling umum dari bindstone.Bindstone kebanyakan berorientasi secara vertikal. Bindstone
merupakan jenisyang paling banyak ditemukan dari boundstone.c.
 bafflestone: terikat oleh sedimen berdinding tebal berupa karang berbentuk paralel
sehingga hanya sedimen halus yang melewatinya. Akibatnya, komposisi bafflestone, selain
karang fosil, sebagian besar pasir alami-semen dan lumpur.Pasir ini terdiri dari kalsit
homogen dan lumpur terdiri dari campuran residutertinggal setelah lumpur karbonat yang
disaring. Struktur unik dari bafflestoneyaitu terbentuk pada dan di sekitar koloni-vertikal
tumbuh karang, dan karena ituterbatas pada individu kecil.
4 )Grainstone

Merupakan hubungan antar komponen- komponen tanpa lumpur sehinggasering disebut batuan
karbonat bebas lumpur, yang didukung butir . Dunham(1962) , batuan ini berasal : (1) Grainstone
terbentuk pada kondisi energiyang tinggi, butiran-produktif lingkungan di mana lumpur tidak
dapatterakumulasi, (2) terdapat pada arus yang putus butir dan melewati lumpur pada lingkungan.
Grainstones mempunyai tekstur berpori dan dikenal sebagaikarbonat yang terdapat pada sekitar
pantai.

5. PackstoneMerupakan lumpur, tetapi yang banyak adalah betolit. Butir-bitirnyadidukung batuan


karbonat berlumpur (Dunham, 1962). Lucia (1999) dibagi packstones ke dalam lumpur yang
didominasi (ruang pori total dipenuhi lumpur) dan yang didominasi (beberapa ruang pori antar butir
bebas darilumpur) packstones. Divisi ini adalah penting dalam memahami kualitasreservoir karena
lumpur plugs ruang partikel pori. Packstones menunjukkan berbagai sifat pengendapan. Lumpur
menunjukkan proses energi yang lebihrendah , sedangkan kelimpahan butir menunjukkan proses
energi yang lebihtinggi . menurut Dunham (1962) asal packstones: (1) packstone berasal
dariwackestones dipadatkan, (2) berasal dari proses akibat dari infiltrasi lumpur awal atau akhir dari
sebelumnya disimpan lumpur bebas sedimen, (3)terbentuk dalam air yang tenang, atau (4) hasil
pencampuran dari berbagailapisan sedimen. Di mana butirnya yang sangat besar, Embry dan
Klovan(1971) contohnya karbonat rudstones."

 KLASIFIKASI Embry & Klovan (1971)

Merupakan pengembangan dari klasifikasi Dunham (1962).

Seluruhnya didasarkan pada tekstur pengendapan dan lebih tegas didalam ukuran butir, yaitu
ukuran grain >= 0,03-2 mm dan ukuranlumpur karbonat < 0,03 mm.

Berdasarkan cara terjadinya, Embry & Klovan membagi batugampingmenjadi 2 kelompok :

1.Batugamping allochthon : mudstone, wackestone,

2.Batugamping autochthon : bafflestone, bindstone, dan framestone.

Sangat tepat untuk mempelajari fasies terumbu dan tingkat energi pengendapan
Boundstone pada embry dan klovan, 1971 dapat diklasifikasikan sebagai framestone, bindstone,
atau bafflestone.Mereka memiliki tiga subdivisi:a.

 Framestone: Organisme dari organik fosil, biasanya dalam karang laut, yangterjadi
berdekatan dengan spons ini terikat oleh kerak mikroba dan pasir yangmengeras. Dan ruang
antara bertahap diisi dengan pasir , sedimen, dan kristalkalsit.Dalam waktu yang lama, air
surut dan struktur itu terus menerus terkenaudara, dan penyemenan alami dari padat
sedimen diawetkan sisa-sisa bahanorganik sebagai fosil.

 Bindstone: hasil organisme yang mengikat sedimen sehingga lepas bersama-sama, ditandai
dengan adanya dispersi. Yang mengikat di bindstone padaumumnya adalah ganggang, yang
bersama-sama dengan lapisan lumpur dankalsit dengan besar pori-pori yang disebabkan
oleh gelembung gas yang menjaditerperangkap dalam sedimen selama
pembentukan.Stromatolit,berupa gundukanfosil alga berlapis dan sedimen, yang bentuk
paling umum dari bindstone.Bindstone kebanyakan berorientasi secara vertikal. Bindstone
merupakan jenisyang paling banyak ditemukan dari boundstone.c.

 bafflestone: terikat oleh sedimen berdinding tebal berupa karang berbentuk paralel
sehingga hanya sedimen halus yang melewatinya. Akibatnya, komposisi bafflestone, selain
karang fosil, sebagian besar pasir alami-semen dan lumpur.Pasir ini terdiri dari kalsit
homogen dan lumpur terdiri dari campuran residutertinggal setelah lumpur karbonat yang
disaring. Struktur unik dari bafflestoneyaitu terbentuk pada dan di sekitar koloni-vertikal
tumbuh karang, dan karena ituterbatas pada individu kecil.

 Klasifikasi Grabau (1904)

Klasifikasi Grabau didasarkan pada karakteristik sederhana dari suatu batugamping atau batuan
karbonat, yaitu ukuran butir penyusunnya (lihat tabel dibawah). Konsep dari klasifikasi ini didasarkan
pada metode umum seperti yang digunakan pada klasifikasi batuan sedimen klastik. Konotasi genesa
dari metode ini terkait dengan kemungkinan tingkat energi pengendapan material karbonat (Nichols,
1999).

Anda mungkin juga menyukai