Anda di halaman 1dari 47

Identifikasi Batuan Sedimen (Laporan Praktikum)

3.1 JUDUL
Identifikasi Batuan Sedimen
3.2 TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dari acara identifikasi batuan sedimen adalah sebagai
berikut:
1.

Praktikan mampu mengidentifikasi batuan sedimen

2.

Praktikan mampu menjelaskan jenis-jenis batuan sedimen

3.3 . ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan dalam praktikum identifikasi batuan sedimen dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 1. Alat dan kegunaannya dalam praktikum identifikasi batuan beku.
No

Nama Alat

Kegunaan

1.

Lubang Preparat

Untuk melihat warna batuan

2.

Mistar

Sebagai alat bantu pembuatan


table

3.

Pensil Warna

Untuk menggambar batuan yang


diamati

4.

Rocks and Minerals

Referensi klasifikasi batuan beku

5.

Tabel hasil pengamatan

Untuk menulis hasil


pengamatan.

Bahan yang digunakan dalam praktikum identifikasi batuan sedimen dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 2. Bahan dan kegunaannya dalam praktikum identifikasi batuan beku.
No

Nama Bahan

Kegunaan

1.

Batu Pasir

Sebagai bahan praktikum

2.

Batu Gamping

Sebagai bahan praktikum

3.

Batu Gamping

Sebagai bahan praktikum

4.

Batu Gamping

Sebagai bahan praktikum

5.

Batu Bara

Sebagai bahan paktikum

3.4. PROSEDUR KERJA


Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum identifikasi batuan sedimen adalah
sebagai berikut:
1)

Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

2)

Melakukan identifikasi batuan beku secara megaskopis/ kasat mata berdasarkan sifat-

sifat fisinya:

Warna

Tekstur

Struktur

Komposisi mineral pembentuk batuan

3)

Menentukan nama batuannya

4)

Mengisi data pada lembar pengamatan

3.5. LANDASAN TEORI


Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang
berupa bahan lepas. Hutton (1875) menyatakan Sedimentary rocks are rocks which are
formed by the turning to stone of sediments and that sediments, in turn, are formed by
the breakdown of yet-older rocks. ODunn & Sill (1986) menyebutkan sedimentary rocks are
formed by the consolidation of sediment : loose materials delivered to depositional sites by
water, wind, glaciers, and landslides. They may also be created by the precipitation of
CaCO3, silica, salts, and other materials from solution(Batuan sedimen adalah batuan yang
terbentuk oleh konsolidasi sedimen, sebagai material lepas, yang terangkut ke lokasi
pengendapan oleh air, angin, es dan longsoran gravitasi, gerakan tanah atau tanah longsor.
Batuan sedimen juga dapat terbentuk oleh penguapan larutan kalsium karbonat, silika,
garam dan material lain). Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa
batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti
batuan sedimen tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.
(Moss,1977).
Zingg (1935) menggunakan nisbah b/a dan c/b (dimana a, b, dan cberturut-turut panjang,
lebar, dan tebal partikel) untuk mendefinisikan empat kategori bentuk. Kategori-kategori itu
oblate,prolate, triaxial, dan equi-axial. Dimana klsafikasi ini membagi batuan sedimen
berdasarkan bentuk kebundarannya yaitu sebagai berikut :
1. Angular (menyudut) (0-0,15): sangat sedikit atau tidak ada jejak penghancuran; sudut
dan sisi partikel tajam; sudut sekunder (tonjolan minor dari profil partikel; bukan sudut antarmuka partikel) banyak dan tajam.
2. Subangular (menyudut tanggung) (0,15-0,25): sedikit jejak penghancuran; sudut dan tepi
partikel hingga tingkat tertentu membundar; banyak terdapat sudut sekunder (10-20),
meskipun tidak sebanyak seperti pada partikel menyudut.
3. Subrounded (membulat tanggung) (0,25-0,40): jejak penghancuran cukup banyak; sudut
dan sisi partikel membundar; jumlah sudut sekunder relatif sedikit (5-10) dan umumnya
membundar. Luas permukaan partikel berkurang; sudut-dalam asli, meskipun membundar,
masih terlihat jelas.
4. Rounded (membundar) (0,40-0,60): Bidang-bidang asli hampir terhancurkan seluruhnya;
bidang yang relatif datar masih dapat ditemukan. Sisi dan sudut asli menjadi melengkung
dan membentuk kurva yang relatif besar; hanya sedikit ditemukan sudut sekunder (0-5).
Pada kebundaran 0,60, semua sudut sekunder hilang. Bentuk asli masih terlihat.

5. Well rounded (sangat bundar) (0,60-1,00): tidak ada permukaan, sudut, atau sisi asli;
semuanya membentuk lengkungan-lekungan besar; tidak ada bagian yang datar; tidak ada
sudut sekunder. Bentuk asli tidak terlihat lagi, amun dapat diperkirakan dari bentuknya yang
sekarang. (Alfonsus simalogi)
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan sedimen yang
diakibatkan oleh proses pengendapan dan energi pembentuknya. Pembentukkannya dapat
terjadi pada waktu pengendapan maupun segera setelah proses pengendapan. Pada batuan
sedimen dikenal dua macam struktur, yaitu :
Syngenetik : terbentuk bersamaan dengan terjadinya batuan sedimen, disebut juga sebagai
struktur primer.
Epigenetik : terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk seperti kekar, sesar, dan lipatan.
Pembagian struktur sedimen ada beberapa macam dan versi dari peneliti yang menganalisa
dan mempelajari struktur sedimen,pembagian struktur sedimen menurut Pettijohn :
1.

Struktur Sedimen Primer: Struktur pada batuan sedimen yang terjadi pada saat
proses sedimentasi sehingga dapat di gunakan untuk mengidentifikasi mekanisme
pengendapan.

2.

Struktur Sedimen Sekunder : struktur sedimen yang terjadi pada batuan sedimen
pada saat sebelum dan sesudah proses sedimentasi yang juga dapat merefleksikan
lingkungan pengendapan, keadaan dasar permukaan, lereng,dan kondisi permukaan.

3.

Struktur Sedimen organik: Struktur sedimen yang terbentuk akibat dari proses
organisme pada saat dan sesudah terjadi proses sedimentasi. ( Pettijohn & Potter, 1964 )

1.

Identifikasi batuan merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang suatu


batuan tertentu. Sifat fisika dan kimia yang umum dikenal dalam mengidentifikasi batuan
biasanya dibagi dalam 4 kategori sifat, yaitu warna, Tekstur, Struktur dan Komposisi
mineral pembentuk batuan. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari batuan.
Tekstur merupakan kenampakan batuan berkaitaan dengan ukuran, bentuk dan susunan
butir mineral dalam batuan. Tekstur batuan dapat dijadikan petunjuk tentang proses
(ganesa) yang terjadi Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian batuan yang
berbeda. Macam-macam struktur yang terdapat pada batuan sedimen lebih bergantung
pada hubungan antar butir yang mengontrol dari teksturnya pada waktu lampau sehingga
menghasilkan batuan tersebut. ang telah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia
maupun organisme, yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi dan
mengalami pembatuan. Mineral-mineral yang terdapat pada batuan sedimen, antara
lain : kwarsa, mika karbonat, mineral lempung (Firdaus, 2011:13-14).

3.6 DATA/HASIL PENGAMATAN

3.6 PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini yang di identifikasi adalah batuan meramorf, di,ama pengertian dari
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang
berupa bahan lepas. Dimana yang di identifikasi pada batuan ini adalah berdasarkan sifat
fisisnya, yang terbagi dalam 4 kategori sifat, yaitu meliputi: berdasarkan sifat-sifat fisinya:
warna, tekstur, struktur, dan komposisi mineral pembentuk batuan.
Pada batuan sedimen yang pertama yaitu batu pasir. Batupasir termasuk dalam batuan
sedimen klastik terigen. Hal ini berarti batu ini disusun oleh butiran detritus yang berasal
dari daratan. Mempunyai butiran yang berukuran 1/16 mm 2 mm. Berdasarkan klasifikasi
wentworth untuk ukuran butir, maka ukuran tersebut dinamakan pasir, sehingga batunya
dinamakan batupasir. Biasanya batupasir disusun dari lima komponen dasar, yaitu : fragmen
batuan (litik), butiran kuarsa, butiran feldspar, matriks, dan semen. Matriks terdiri dari
mineral lempung, dan biasa juga kuarsa yang berukuran lanau. Pada batu pasir yang diamati
pada pengamatan III tentang identifikasi batuan sedimen yaitu batu pasir yang mempunyai
warna putih, teksturnya yaitu Klasik, dan strukturnya Silang siur, ukuran butirannya yaitu
>256 dan sortasi dalam batuan yang diamati yaitu sedang.
Pada batuan sedimen yang kedua yaitu batu gamping. Koral batu gamping merupakan salah
satu bahan yang dapat digunakan sebagai media adsorbsi, absorbsi dan filtrasi untuk
menurunkan kadar minyak mineral pada limbah cair, namun saat ini belum begitu
dimanfaatkan secara umum. Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara,
yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang
terdapat di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah
kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang
koral/kerang. Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat bahkan
hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya. Batu gamping yang telah dilakukan
pada pengamatan kedua yaitu batu gamping yang berwarna putih jernih, Tekstur Non-klasik,
strukturnya Berdegradasi dan komposisinya Kwarsa sedangkan ukuran butirannya 1-5
mm(sedang) dan adapun sortasinya yaitu Baik.

Pada pengamatan yang ketiga yaitu batu gamping batu gamping. Penggunaan batu kapur
sudah beragam diantaranya untuk bahan kaptan, bahan campuran bangunan, industri karet
dan ban, kertas, dan lain-lain. Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan
batu kapur adalah aragonit (CaCO3), yang merupakan mineral metastable karena pada
kurun waktu tertentu dapat berubah menjadi kalsit (CaCO3). Mineral lainnya yang umum
ditemukan berasosiasi dengan batu kapur atau dolomit, tetapi dalam jumlah kecil adalah
Siderit (FeCO3), ankarerit (Ca2MgFe(CO3)4), dan magnesit (MgCO3). Batu gamping yang
diamati pada 3.1 yaitu batu gamping berwarna putih, Teksturnya klasik, sedangkan
Strukturnya silang siur, komposisi mineralnya yaitu mika, ukuran butirannya kasar dan
sortasinya sangat buruk. Sedangkan pada pengamatan 3.2 yaitu btu gamping yang
berwarna putih, terksturnya non-klasik, sedangkan strukturnya berdeglarasi, komposisi
mineralnya yaitu mika, ukuran butirannya halus dan sortasinya sedang.
Pada pengamatan yang terakhir yaitu batu bara, Batuan ini terbentuk dari material organic
yang berasal dari tumbuhan. Untuk batubara dibedakan berdasarkan kandungan unsure
karbon,oksigen, air dan tingkat perkembangannya. Batu yang diamati pada percobaan III
Tentang identifikasi batuan sedimen yaitu batu bara, batu bara pada pengamatan ini
berwarna hitam, teksturnya Non-klasik, dan struktur pada batu Bara yaitu Berlapis
sedangkan komposisi mineralnya yaitu mika, ukuran butirannya yaitu 1-5(sedang) dan
sortasi dalam batuan bara yang diamati yaitu Baik.

3.7 PENUTUP
1.8.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari acara III tentang identifikasi batuan Sedimen
yaitu sebagai berikut:
1.

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari batuan yang sudah ada
sebelumnya atau hasil aktifitas kimia maupun organism, yang diendapkan lapis demi
lapis pada permukaan bumi dan mengalami pembatuan.

2.

Seperti pada pengamatan batuan beku :


Batu pasir memiliki warna hitam, teksturnya klasik, Kemudian memiliki struktur yaitu

silang siur, ukuran butiran yaitu >256, sortasinya sedangkan komposisi mineralnya mika.

Batu gamping memiliki warna putih jernih, teksturnya non-klasik, . Kemudian

mempunyai struktur berdegradasi,dan komposisi mineralnya kuarsa sedangkan ukuran


butirannya1-5mm dan sortasinya yaitu baik.

Batu bara memiliki warna hitam, teksturnya Non-klasik, kemudian strukturnya

Berlapis, dan komposisi mineralnya mika, sedangkan ukuran butirannya yaitu 1-5(sedang)
dan sortasinya Baik.

1.8.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya ajukan dalam praktikum acara tiga tentang identifikasi
batuan sedimen yaitu sebaiknya aturan-aturan yang telah disepakati dalam acara asistensi
sebelumnya di terapkan dalam praktikum supaya praktikan tidak seenaknya melanggar
aturan yang telah disepakati bersama. Dan praktikan tidak berlaku seenaknya pada asisten.
DAFTAR PUSTAKA
Moss,S.J. et. al. 1997. New Observations on the Sedimentary and Tectonic Evolution of the
Tertiary Kutai Basin, East Kalimantan. In Fraser, A.J., Matthews, S.J. & Murphy, R.W. eds.
Petroleum Geology of Southeast Asia, Special Publications .126, pp. 395-416. The Geological
Society: London.

Tiercelin, J.J. 1990. Rift-basin Sedimentation: Responses to Climate, Tectonism and


Volcanism. Journal of African Earth Science: Afrika Timur.

Firdaus. 2011.Modul Praktikum Geologi Dasar. Universitas Haluoleo: KendarI.

Alfonsus simalango,1986, the geology and geothermal activity of the east African rift
system, Kenya.

LAPORAN PETROLOGI BATUAN SEDIMEN

Standar
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Pengertian Petrologi


Petrologi terdiri dari dua suku kata, yaitu Petro yang berarti batuan
dan Logos yang berarti ilmu, maka dapat disimpulkan bahwa istilah
petrologi merupakan suatu ilmu geologi yang mempelajari tentang batuan
pembentuk kulit bumi, yang mencakup ciri fisik, genesa atau proses
pembentuknya, komposisi mineral, klasifikasi dan hubungannya dengan
sejarah geologi maupun tata cara penamaannya.
Petrologi memanfaatkan bidang klasik mineralogi,petrografi mikroskopis, dan
analisa kimia untuk menggambarkan komposisi dan
tekstur batuan.Ahlipetrologi modern juga menyertakan
prinsip geokimiadan geofisika dalam penelitan kecenderungan dan siklus
geokimia dan penggunaan data termodinamika dan eksperimen untuk lebih
mengerti asal batuan.
Berbagai penggolongan dan penamaan batuan sedimen telah ditemukan
oleh para ahli, baik berdasarkan genetik maupun deskriftif. Secara genetik
dapat disimpulkan dua golongan (Pettijohn,1975 dan W. T. Huang, 1962).
Berdasarkan genesanya, maka batuan dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis,
yaitu:
Batuan penyusun kerak bumi dibagi menjadi empat yaitu :

Batuan beku
Batuan beku adalah suatu batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan
magma, terbentuknya batuan beku ini disebabkan karena turunnya
temperatur magma sehingga dalam proses pembentukan batuan beku ini
sering disebut dengan proses kristalisasi.

Batuan sedimen

Adalah suatu batuan hasil perombakan dari batuan asal dan batuan ini
terbentuk melalui dua proses, yaitu proses mekanik dan biokimia. Batuan ini
awal mulanya tererosi dan tertransportasi oleh media air, angin, kemudian
terendapkan di suatu cekungan sungai, setelah itu barulah mengalami
proses litifikasi (pembatuan) dan membentuk suatu batuan yang dinamakan
batuan sedimen.

Batuan metamorf
Adalah batuan yang terbentuk karena adanya perubahan dari komposisi
mineral, tekstur dan struktur. Perubahan tersebut disebabkan karena adanya
perubahan tekanan dan temperatur sehingga batuan berubah hingga
menjadi batuan metamorf. Akibat bertambahnya temperatur dan tekanan,
batuan sebelumnya akan berubah tekstur dan strukturnya sehingga
membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula.

Batuan piroklastik
Merupakan batuan hasil letusan gunung api, biasanya matrial-matrial yang
keluar dari letusan gunung api merupakan matrial vulkanik.

Gambar 1.1. Siklus pembentukan batuan


Suatu batuan bisa mengalami perubahan menjadi jenis batuan yang
berbeda, karena mengalami suatu proses yang berkesinambungan hingga
sampai saat sekarang.

1.2. Maksud Dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari praktikum petrologi batuan sedimen ini adalah untuk
memenuhi kurikulum mata kuliah praktikum petrologi batuan sedimen sesuai

dengan SKS yang telah diambil oleh mahasiswa pada Semester III yang
merupakan salah satu mata kuliah dari Jurusan Teknik Geologi Fakultas
Teknik Mineral (FTM) di Institut Teknologi Medan (ITM).

1.2.2 Tujuan
Beberapa tujuan dari praktikum ini adalah :

Mengetahui jenis batuan dan nama batuan.


Mengetahui ukuran butir batuan yang merupakan dasar dari

penamaan batuan sedimen dan batuan piroklastik.


Mengetahui sortasi dan tingkat porositas dari suatu batuan sedimen.
Mengidentifikasikan unsur-unsur mineral yang terdapat pada batuan

sedimen.
Mengetahui komponen penyusun yang terdapat pada batuan sedimen.
1.3. Aplikasi Petrologi Dalam Bidang Geologi
Adapun aplikasi dari petrologi dalam bidang geologi banyak sekali,
diantaranya adalah:

Untuk mengetahui potensi-potensi endapan-mineral yang terdapat di

alam yang bernilai ekonomis.


memberikan gambaran kepada para engineerPertambangan

bagaimana suatu bahan galian itu dapat terbentuk dan memberikan


gambaran lokasi keberadaan suatu bahan galian.
Untuk menentukan lokasi yang bagus untuk pembuatan sumur bor.

BAB II
BATUAN SEDIMEN

2.1. Tinjauan Umum Batuan Sedimen

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan


endapan yang berupa bahan lepas. Menurut ( Pettijohn, 1975 ) batuan
sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil
perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia
maupun organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan
bumi yang kemudian mengalami pembatuan. Menurut Tucker (1991), 70 %
batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya
2 % dari volume seluruh kerak bumi.Ini berarti batuan sedimen tersebar
sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.
Material urai ini tertransport oleh air, angin dan daya gravitasi ketempat
yang lebih rendah,dan diendapkan atau sedimen dibawah permukaan air.
Sedimen yang terakumulasi tersebut mengalami proses litifikasi atau proses
pembentukan batuan. Proses yang berlangsung adalah kompaksi dan
sementasi mengubah sedimen menjadi batuan sedimen. Setelah menjadi
batuan sifatnya berubah menjadi keras dan kompak. Proses kompaksi pada
umumnya akibat beban sedimen yang ada diatasnya, menyebabkan
hubungan antara butir menjadi lebih dekat dan juga air yang dikandung
dalam pori-pori terperas keluar.
Ciri-ciri yang khas dari sedimen ditentukan oleh cara terjadinya dan
akumulasinya, yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan pengendapan.
Diagenesis sangat mempengaruhi perubahan komposisi dan tekstur dari
batuan sedimen. Lingkungan pengendapan yang paling intensif terutama
dalam cekungan-cekungan (marine basin). Tetapi beberapa macam sedimen
ada yang tersebar luas dan tebal pada kontinen (diatas permukaan air laut),
tetapi ada pula sedimen-sedimen yang hanya untuk sementara waktu
diendapkan didaratan, kemudian diangkut ke laut.
Kita dapat membedakan lingkungan pengendapannya yang besar yaitu: di
laut, dikontinen-kontinen, ditepi kontinen, atau didaerah antara kontinen dan
laut. Tetapi ada pula pengendapan-pengendapan dalam lingkungan setempat
(lokal) dan mempunyai ciri-ciri yang bermacam-macam dan yang dapat
ditentukan terutama dari macamnya sedimen itu masing-masing.
Material atau komponen penyususun batuan sedimen :

1.

Material Detritus (Allogenik), sebagai hasil rombakan yang terbentuk


dari luar daerah sedimentasi, terdiri dari :
Fragmen mineral atau kristal, seperti mineral silikat, yaitu kwarsa,
feldspar, mineral lempung, dll.
Fragmen batuan yang berukuran kasar hingga halus.

2.

Material Autogenik, terbentuk di daerah sedimentasi atau cekungan


sebagai hasil proses kimiawi atau biokimia, seperti kalsit, gypsum, halit,
glaukonit, oksida besi, dll.
Proses pembentukan batuan sedimen akan tercermin dari tekstur atau
struktur yang dihasilkan atau dengan kata lain dari tekstur akan dapat
diinterpretasikan genesa atau proses pembentukan batuan sedimen.
Penggolongan oleh R.P. Koesoemadinata (1980)mengemukakan lima
golongan utama batuan sedimen :
Golongan detritus kasar
Batuan sedimen ini di endapkan dengan proses mekanis. Adapun yang
termasuk dalam golongan ini antara lain breksi, konglomerat dan batu pasir.
Lingkungan tempat diendapkannya batuan ini dapat di lingkungan sungai,
danau atau laut.

Golongan detritus halus


Batuan yang termasuk pada golongan ini pada umumnya diendapkan di
lingkungan laut, dari laut dangkal sampai laut dalam. Termasuk golongan ini
antara lai batulanau, serpih, batu lempung dan napal.

Golongan karbonat
Batuan ini sekali terbentuk dari kumpulan cangkang mollusca, algae,
foraminifera, atau lainnya yang bercangkang kapur. Jenis batuan karbonat ini
banyak sekali jenisnya tergantung dari material penyusunnya, misalnya
batugamping terumbu.

Golongan silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara proses organik,
kimiawi untuk lebih penyempurnakannya. Termasuk golongan ini antara lain

rijang (chert), radiolaria, dan diatomea.Batuan golongan ini tersebar hanya


sedikit dan terbatas sekali.
Golongan evaporit

Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang
tertutup, dan untuk terjadinya batuan sediment ini harus ada air yang
memiliki larutan kimia cukup pekat.Yang termasuk golongan ini adalah
gipsum, anhidrit, batu garam, dan lain-lain.
Golongan batubara
Batuan sediment ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari tumbuhtumbuhan, dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat
tertimbun oleh suatu lapisan yang tebal di atasnya sehingga tidak
memungkinkan terjadinya pelapukan.Lingkungan terbentuknya batubara
adalah khusus sekali.

2.2. Klasifikasi Batuan Sedimen


Proses pembentukan batuan sedimen akan tercermin dari tekstur atau
struktur yang dihasilkan atau dengan kata lain dari tekstur akan dapat
diinterpretasikan genesa atau proses pembentukan batuan sedimen.
Berdasarkan tekstur (genesanya) batuan sedimen dapat dibedakan atas :

Batuan sedimen Klastik, batuan yang disusun oleh matrial-matrial


allogenik dan umumnya terbentuk dari hasil rombakan fisika.
Batuan sedimen non klastik, batuan yang terbentuk oleh proses
kimiawi dan organik.

2.2.1. Batuan Sedimen Klastik


Umumnya disusun oleh material allogenik dan dilihat dari proses
pembentukannya, maka tekstur batuan sedimen klastik dibedakan atas
ukuran butir, bentuk/kebundaran, pemilahan, kemas, porositas, kekompakan.
1.

Tekstur
Tekstur adalah suatu kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan
bentuk butir serta susunannya (Pettijohn, 1975). Butiran tersusun dan

terikat oleh semen dan masih adanya rongga diantara


butirnya.Pembentukannya dikontrol oleh media dan transportasinya (Jacson,
1970. Reineck dan Singh, 1975). Tekstur terbagi atas 6 bagian, yaitu :
a. Ukuran Butir (Grain Size)
Tekstur adalah suatu kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan
bentuk butir serta susunannya. Batuan sedimen klastik atau disebut juga
dengan batuan sedimendetritus, dikelompokkan berdasarkan butir
komponen butir komponen materialnya. Untuk itu diperlukan suatu butir dan
telah dibuat olehWenthworth, dan yang dikenal sebagai satuan atau
skalaWentworth.
Tabel 2.1. Ukuran Butir (Grain Size) Skala Wentworth
1.

Bentuk Atau Tingkat Kebundaran (Roundness)


Tingkat Kebundaran dikontrol oleh transportasi dan bentuk kebundaran ini
tergantung pada bentuk dari pada material atau mineral asalnya. Jadi
pemerian untuk kebundaran adalah dengan melihat sifat permukaan dari
batuan, dibedakan atas sebagai berikut :
Menyudut (angular)
Menyudut tanggung (sub angular)
Membulat tanggung (sub rounded)
Membulat (rounded)
Sangat membulat (well rounded)

Gambar 2.1.Variasi Tingkat kebundaran butiran.

1.

Pemilahan (Sortasi)
Pemilahan atau sortasi merupakan tingkat keseragaman ukuran butir
penyusun batuan, dapat dibedakan atas :
Terpilah sangat baik (very well sorted)
Terpilah baik (well sorted)
Terpilah sedang (moderate sorted)

Terpilah buruk (poorly sorted)


Terpilah sangat buruk (Very poorly sorted)
Pembagian dari sortasi (pemilahan) dapat lebih jelas dilihat pada Gambar
berikut ini:
Terpilah sangat baik
Terpilah Sedang
Terpilah Buruk
Terpilah Baik
Gambar 2.2. Variasi tingkat pemilahan untuk yang berbutir membulat

Gambar 2.3. Variasi tingkat pemilahan untuk yang berbutir menyudut


1.

1.

Kemas
Kemas menyatakan hubungan antara butir penyusun batuan, dimana hal ini
dikontrol oleh tingkat diagenesa yang dialami batuan, kemas dapat
dibedakan atas:
Kemas terbuka, yaitu bila kontak antara butiran tidak bersentuhan.
Kemas tertutup, yaitu bila kontak antara butiran saling bersentuhan.
Porositas
Porositas dimaksudkan dalam tingkat atau kemampuan dalam menyerap air,
dibedakan atas :
Porositas baik, bila mampu menyerap air.
Porositas buruk, bila tidak mampu menyerap air.
Porositas sedang, bila kemampuan menyerap air diantara baik dan

buruk.
1.
Kekompakkan
Kekompakkan juga dikontrol oleh tingkat diagenesa, dibedakan atas:

Mudah diremas

Getas

Kompak
Lunak
Padat
Keras

2.
Struktur Batuan sedimen Klastik
Pengertian struktur tidak berbeda dengan tekstur, hanya saja dalam
pengamatan struktur harus dalam skala yang luas (tidak cukup hanya
dari specement). Secara umum struktur dibatuan sedimen dapat dibagi
menjadi beberapa jenis, yaitu:
1.
Perlapisan (Beds)

Perlapisan (tebal antara 1 cm 3 cm)


Struktur ini terbentuk karena adanya perubahan kondisi fisik, kimia dan
biologi. Misalnya terjadi perubahan energi arus sehingga terjadi perubahan
ukuran butir yang di endapkan.

Laminasi, ketebalan 0,3 cm 1 cm


Struktur ini proses terbentuknya sama dengan perlapisan. Hanya saja yang
membedakannya pada ketebalan perlapisan. Laminasi mempunyai ketebalan
kurang dari 1 cm, sedangkan perlapisan tebalnya lebih dari 1 cm.

Gambar 2.4. Struktur laminasi

Cross Lamination(Cross Beds)


Perlapisan batuan saling potong-memotong satu dengan lainnya.

Gambar 2.5.Cross lamination


Graded Bedding
Terjadi perubahan ukuran butir secara bergradasi baik secara normal
(gradasi butirnya makin halus ke arah atas) atau gradasi terbalik (makin
besar ke arah atas).

Gambar 2.6. Graded bedding


1.
Struktur Permukaan

Massive (Structureless)
Bila dalam tubuh batuan sedimen tidak terlihat struktur sediment.

Ripple Marks Atau Curent Ripple


Bentuk permukaan yang bergelombang yang di sebabkan oleh arus.

Gambar 2.7.Ripple Marks atau Curent Ripple


Mud Cracks
Bentuk retakan pada lapisan Lumpur (mud), biasanya berbentuk polygonal.

1.

Gambar 2.8.Mud cracks


Erosional Mark
Struktur Dalam
Load Cast
Lekukan pada permukaan lapisan akibat gaya tekan dari beban di atasnya.

Gambar 2.9.Load cast


Flute Cast
Bentuk gerusan pada permukaan lapisan akibat aktifitas arus.

3.

Gambar 2.10.Flute cast


Groove Cast
Organic Structure
Komposisi Penyusun Batuan
Berdasarkan proses pembentukan batuan sedimen klastik, maka komposisikomposisi batuannya dipisahkan atas: Fragmen, Matrik dan semen.
Pemisahan tersebut semata-mata hanya berdasarkan perbandingan ukuran
butir penyusun satu batuan, dimana :
Fragmen

Adalah bagian butirannya yang ukurannya paling besar dan fragmen dapat
berupa batuan, mineral maupun fosil.

Matrik
Adalah bagian butir yang ukurannya lebih kecil dari fragmen dan terletak
diantara fragmen. Matrik dapat berupa batuan maupun fosil.

Semen
Adalah bahan pengikat diantara fragmen dan matrik. Semen dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu ;

Semen karbonat (kalsit, dolomit)


Semen silika (kalsedon, kwarsa)
Semen oksida besi (limoniat, hematit)

2.2.1.1.Penamaan Batuan Sedimen Klastik


Secara umum penamaan batuan sedimen didasarkan pada ukuran butir
selain juga memperhatikan komposisi mineral penyusunnya guna penentuan
variasi masingmasing batuannya, untuk itu dalam penamaan batuannya
mengunakan skala wentworth.
Penamaan batuan sedimen klastik ditentukan terutama oleh ukuran butir
(tekstur), selain itu juga dibantu dengan komposisi atau struktur. Ukuran
butir dalam batua sedimen klastik bisa seragam dan bisa tidak seragam,
pada tidak seragam dikenal :
1.
2.

Fragmen, yaitu butiran berukuran lebih besar dai pasir.


Matrik, yaitu butiran-butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen
dan terdapat disela-sela fragmen.

1.

Semen, yaitu material yang sangat halus (hanya dapat dilihat dengan
mikroskop) yang berfungsi sebagai pengikat. Semen umumnya terdiri dari
silika, kalsit, oksida besi atau lempung
Contoh penamaan batuan:

1.

Ukuran butir
1) batu pasir: bila butiran berukuran pasir
2) batu pasir krikilan: butiran dominan berukuran pasir tetapi ada juga
ukuran kerikil yang cukup banyak.

1.

Ukuran dan bentuk


1) konglomerat: bila fragmen dominan dan membulat
2) breksi: bila fragmen dominan dan meruncing

1.

Ukuran butir dan komposisi


1) batupasir kwarsa: batupsir yang banyak mengandung kwarsa
2) batulempung gampingan; batulempung yang mengandung mineral
karbonat
d.Ukuran butir dan struktur
1) Serpih (shale); batulempung berlaminasi
Untuk penamaan batu gamping klastik, diberi nama:

Kalsirudit : bila berukuran butir lebih besar dari pasir


Kalkarenit : bila butiran berukuran pasir
Kalsilutit : bila butiran berukuran lempung.
Untuk penamaan batuan sedimen yang lebih detail digunakan diagram
segitiga (Picard M.D, 1971) dan (Folk, 1954), dimana penamaan
berdasarkan pada persentase dari masing-masing ukuran butir penyusun
batuan.
Bila dalam penamaan batuannya diperoleh nama batuan berupa batupasir,
selanjutnya dapat ditentukan variasi batupasir berdasarkan komposisi
material atau mineral penyusunnya. Penentuan variasi batupasir dapat
ditentukan dengan menggunakan diagram segitiga menurut William,
Gilbert (1954), menurut Mc. Bride (1963) dan menurut Folk (1970).
Menurut William at all (1954) variasi batupasir diperoleh dengan
menggunakan diagram segitiga Q, F, L dimana Q batupasir, chert dan
fragmen kwarsit, F berupa Feldspar dan L berupa mineral tidak stabil dan

fragmen batuan. Diagram Q F L ini digunakan bila batupasirnya tidak


mengandung atau mengandung matrik berupa mineral lempung < 5 %. Bila
pada batupasirnya, matrik mineral lempung mengalami peningkatan atau >
5 %, maka variasi batupasir dengan menggunakan diagram QFL yang
satunya.

Gambar 2.11. Penamaan batuan sedimen berdasarkan ukuran butir


pasir (sand)
Lempung (clay) dan lanau (i) (Piccard M.D, 1971)

2.2.1.2.
Kesimpulan
Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang proses
pembentukannya pada umumnya dari hasil rombakan batuan asal secara
fisika dan umumnya disusun oleh material-material allogenik.
Tekstur adalah suatu kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan
bentuk butir serta susunannya. Yang meliputi ukuran butir (grain size),
bentuk atau tingkat kebundaran (Roundness), Pemilahan atau Sortasi,
kemas, porositas dan kekompakkan.
Berdasarkan proses pembentukan batuan sedimen klastik, maka komposisikomposisi batuannya dipisahkan atas: Fragmen, Matrik, dan semen.
Pemisahan tersebut semata-mata hanya berdasarkan perbandingan ukuran
butir penyusun satu batuan. Penamaan batuan sedimen klastik berdasarkan
atas ukuran butir dan komposisi mineral penyusunnya.
Batuan sedimen merupakan batuan yang paling baik sebagai reservoar
hidrokarbon. batuan-batuan yang dapat dijadikan reservoar adalah
batupasir, dan mungkin banyak lagi batuan lainnya yang akan ditemukan
pada explorasi-explorasi geologi selanjutnya.

2.2.2. Batuan Sedimen Non Klastik


Batuan sedimen non klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk secara
kimia dan organik atau kombinasi kimia dan organik. Reaksi kimia yang

dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik (penggaraman


unsur-unsur laut, pertumbuhan kristal dari agregat kristal yang terpresipitasi
dan replacement). Pada umumnya tersusun oleh autogenik mineral.
Autogenik mineral adalah mineral yang terbentuk pada lingkungan
sedimentasi. Contoh gypsum, anhydrite, kalsit dan halit.
Batuan yang terbentuk secara kimia adalah batuan yang terbentuk dari hasil
evaporasi, seperti endapan gipsum, anhidrit dan endapan garam. Sedimen
silika seperti diatomea, chert, radiolarian adalah batuan sedimen yang
terbentuk dari proses kimia dan organik. Sedangkan batuan sedimen yang
terbentuk oleh organik adalah golongan batubara. Batuan sedimen non
klastik yang penting kehadirannya dan cukup signifikan di bumi adalah
golongan batuan karbonat.
Selanjutnya batuan sedimen non klastik terutama yang terbentuk secara
kimia disebut juga sebagai sedimen kristalin. Secara material atau
komponen penyusun batuan sedimen kristalin di dominasi oleh material
autogenik, terbentuk oleh proses presipitat.

Dalam keadaan tertentu, proses yang terlibat sangatkompleks, dan sukar


untuk dibedakan antara bahan yang terbentuk hasil proses kimia, atau
proses biologi (yang juga melibatkan proses kimia secara tak langsung). Jadi
lebih sesuai dari kedua-dua jenis sedimen ini dimasukan dalam satu kelas
yang sama, yaitu sedimen endapan kimiawi / biokimia. Yang termasuk dalam
kelompok ini adalah sedimen
evaporit (evaporites),karbonat (carbonates), batugamping dan
dolomit(limestones and dolostone), serta batuan bersilika(siliceous rocks),
rijang (chert).Ukuran butir untuk sedimen non klastik di bedakan atas kasar
(>5 mm), sedang (1-5 mm), dan halus (<1 mm).
Pemerian Batuan Sedimen Non Klastik
Tekstur
Tekstur dibedakan menjadi dua macam :

1.

Kristalin
Terdiri dari kristal yang interlocking, yaitu kristal-kristalnya saling mengunci
satu sama lain. Pemeriannya dapat menggunakan skala Wentworth dengan
modifikasi sebagai berikut :
Table 2.2. Pemerian ukuran butir

1.

Nama butir

Besar butir (mm)

Berbutir kasar

>2

Berbutir sedang

2 1/16

Berbutir halus

1/16 1/256

Berbutir sangat halus

<1/256

Amorf
Terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal-kristal atau amorf (non
kristalin).
Struktur
Struktur batuan sedimen non klatik terbentuk dari proses reaksi kimia
ataupun kegiatan organik. Contoh struktur yang sering hadir yaitu :

1.

Fossilliferaus
Struktur yang di tunjukkan oleh adanya fosil atau komposisi terdiri darifosil
sedimen organik.

1.

Oolitik
Struktur dimana suatu fragmen klastik di selubungi oleh mineral non klastik
bersifat konsentris dengan diameter berukuran <2 mm.

1.

Pisolitik
Sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya >2 mm.

1.

Konkresi
Kenampakan struktur ini sama dengan struktur oolitik tetapi tidak
menunjukkan adanya sifat konsentris.

1.

Cone in cone
Struktur pada batugamping kristalin yang menunjukkan pertumbuhan
kerucut perkerucut.

1.

Bioherm

Tersusun oleh organisme murni dan bersifat insite.

1.

Biostrome
Seperti bioherm tetapi bersifat klastik. Bioherm danbiostrome merupakan
struktur luar dan hanya tampak di lapangan.
1.
Septaria
Sejenis konkresi tetapi mempunyai komposisilempungan.ciri khasnya adanya
rekahan-rekahan yang tidak teratur sebagai akibat penyusutan bahan
lempungan tersebut karena proses dehidrasi yang kemudian celah-celah
yang terbentuk terisi oleh kristal-kristal karbonat yang kasar.
1.
Geode
Banyak di jumpai pada batuan gamping, berupa rongga-rongga yang terisi
oleh kristal-kristal yang tumbuh kea rah pusat rongga tersebut. Kristal bisa
berupa kalsit ataupun kwarsa.
J. Styolit
Merupakan hubungan antar butir yang bergerigi.

Komposisi mineral
Komposisi mineral batuan sediment non klastik cukup penting dalam
menentukan penamaan batuan. Pada batuan sedimen jenis non klastik
biasanya komposisi mineralnya sederhana yaitu bisa terdiri satu atau dua
macam mineral. Sebagai contoh :
Table 2.3. Hubungan komposisi mineral dan nama batuan
Nama batuan

Komposisi mineral

Batu gamping

Kalsit, dolomite

Chert

Kalsedon

Gypsum

Gypsum

Anhidrit

Anhidrit

2.2.2.1.Sedimen Silika
Sedimen Silika merupakan salah satu jenis batuan sidemen non klastik
dimana disusun oleh mineral mineral silika yang berbentuk dari proses
kimiawi maupun biologis. Silikat dapat diendapkan dari larutan, baik oleh
evaporasi maupun oleh kegiatan organisme-organisme yang hidup. Deposit
ini mempunyai arti yang penting dan sangat menarik, terutama yang
biogenik. Komposisi dari batuan sedimen silika ini dapat berupa kuarsa
(kristal silikat murni), chalsedom (mikro fibrousdari kuarsa) dan opal (non
kristalin silikat yang mengandung molekul air).
Karakeristik endapan silika berbeda dengan sedimen klastik, sangat jelas
endapan tersebut tidak tergolong dalam sedimen klastik karena komponenkomponen bukan berasal dari pecahan, transportasi maupun mekanik
lainnya melainkan terjadi karena adanya parsipitasi kimiawi.
Endapan yang dibentuk melalui parsipitasi mineral dari larutan air adalah
endapan kimiawi. Sebagai contoh, organisme kecil yang hidup di dalam air
laut dapat menurunkan keasaman sekeliling air dan juga menyebabkan
kalsium karbonat mengendap, sehingga sedikitnya akan terdapat endapan
dari batuan.
Endapan kimiawi (silika) juga berasal dari hasil reaksi senyawa anorganik
dalam air, bilamana airnya berasal dari sumber air panas dan secara tibatiba mengalami pendinginan akan menghasilkan endapan opal atau kalsit.
Contoh lainnya adalah evaporasi dari air laut dan air danau.Evaporasi ini
akan menyebabkan konsentrasi garam dalam larutan akan tinggi, sehingga
sampai suatu saat garam tidak lagi dalam bentuk larutan melainkan
terbentuk batuan.
Gambar 2.12. Baturijang
2.2.2.1.1. Tahap Pendeskripsian
1) Tekstur, batuan sedimen silika memiliki tekstur yaitu
teksturmicrograined.
2) porositas, tidak semua batuan sedimen silika memiliki porositas.
Porositas pada batuan ini adalah porositas primer dan porositas skunder.

3) struktur, pada batuan sedimen silika teksturnya hampir sama dengan


sedimen klastik. Yaitu bedded(perlapisan) dengan ketebalan antara 1 cm 3
cm, laminasi dengan ketebalan < 0.3 cm < 1 cm, cross lamination, graded
bedding dan masisve (structureles).
4) komposisi batuan pada sedimen silika adalah dominan mineral silika
yang berasal dari organik dan anorganik yang mengalami silisifikasi dan
jugaquarsamicrocrystalin.

2.2.2.1.2. Tahap Penamaan


1.
Chert adalah batuan afanitik yang terdiri daricryptocrystalline silikat
atau oval atau kedua-duanya. Yang dominan mikrofibrous chalsedon. Warna
putih coklat muda, abu-abu sampai hitam, kuning, merah dan coklat,
kekerasan 7, pecahan concoidal. Terdapat sebagai masa dalam gumpalangumpalan kecil atau merupakan lapisan yang tebal dan tersebar luas.
Meskipun kebanyakan lapisan-lapisan chert kelihatan masif tetapi
memiliki cros laminated dan graded bedding. Beberapa lapisan rijang
berasosiasi denganpillow lava dan sebagian berasosiasi dengan
komplekophiolit (batuan beku basa ultra basa), meskipun yang lain
terbentuk secar bertahap tidak dengan asosiasi vulkanik. Rijang yang
nodular umumnya dalam batugamping dan beberapa batuan lain yang
terbentuk dari hasil replacement pada saat diagenesa. Nodular dapat berupa
kalsit, dolomit, siderite, pyrite, kuarsa dancollophone.
2.
Diatomea merupakan variasi dari batuan sedimen silika yang
terbentuk pada daerah terbuka seperti danau dan laut. Komponen penyusun
utama mineral silika yang berasal dari organik atau anorganik yang
mengalami sillisifikasi menjadi silika. Material penyusunnya berupa material
autogenik (bukan hasil transportasi). Batuan ini berwarna mulai putih,
kuning muda, coklat dan abu-abu. Sangat ringan dan merupakan kumpulan
dari shel-shel diatomea yang mikroskopis.

2.2.2.1.3. Kesimpulan
Sedimen Silika merupakan salah satu jenis batuan sedimen non klastik
dimana disusun oleh mineral mineral silika yang berbentuk dari proses
kimiawi maupun biologis. Silikat dapat diendapkan dari larutan, baik oleh

evaporasi maupun oleh kegiatan organisme-organisme yang hidup. batuan


sedimen silika memiliki tekstur yaitu micrograined. Porositas pada batuan ini
adalah porositas primer dan porositas skunder. Komposisi dari batuan
sedimen silika ini dapat berupa kuarsa (kristal silikat murni), chalsedom
(mikro fibrousdari kuarsa) dan opal (non kristalin silikat yang mengandung
molekul air).

2.2.2.1 Batuan Sedimen Batubara


Batubara merupakan sedimen organik, lebih tepatnya merupakan batuan
organik, terdiri dari kandungan bermacam-macam pseudomineral.Batubara
terbentuk dari sisa tumbuhan yang membusuk dan terkumpul dalam suatu
daerah dengan kondisi banyak air, biasa disebut rawa-rawa. Kondisi tersebut
yang menghambat penguraian menyeluruh dari sisa-sisa tumbuhan yang
kemudian mengalami proses perubahan menjadi batubara.
Selain tumbuhan yang ditemukan bermacam-macam, tingkat kematangan
juga bervariasi, karena dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lokal.Kondisi lokal ini
biasanya kandungan oksigen, tingkat keasaman, dan kehadiran mikroba.
Pada umumnya sisa-sisa tanaman tersebut dapat berupa pepohonan,
ganggang, lumut, bunga, serta tumbuhan yang biasa hidup di rawa-rawa.
Ditemukannya jenis flora yang terdapat pada sebuah lapisan batubara
tergantung pada kondisi iklim setempat. Dalam suatu cebakan yang sama,
sifat-sifat analitik yang ditemukan dapat berbeda, selain karena tumbuhan
asalnya yang mungkin berbeda, juga karena banyaknya reaksi kimia yang
mempengaruhi kematangan suatu batubara.
Secara umum, setelah sisa tanaman tersebut terkumpul dalam suatu kondisi
tertentu yang mendukung (banyak air), pembentukan dari peat (gambut)
umumnyaterjadi.Dalam hal ini peat tidak dimasukkan sebagai golongan
batubara, namun terbentuknya peatmerupakan tahap awal dari
terbentuknya batubara.Proses pembentukan batubara sendiri secara singkat
dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dari sisa-sisa tumbuhan yang
ada, mulai dari pembentukan peat (peatifikasi) kemudian lignit dan menjadi
berbagai macam tingkat batubara, disebut juga sebagai proses coalifikasi,
yang kemudian berubah menjadi antrasit.

Pembentukan batubara ini sangat menentukan kualitas batubara, dimana


proses yang berlangsung selain melibatkan metamorfosis dari sisa
tumbuhan, juga tergantung pada keadaan pada waktu geologi tersebut dan
kondisi lokal seperti iklim dan tekanan. Jadi pembentukan batubara
berlangsung dengan penimbunan akumulasi dari sisa tumbuhan yang
mengakibatkan perubahan seperti pengayaan unsur karbon, alterasi,
pengurangan kandungan air, dalam tahap awal pengaruh dari
mikroorganisme juga memegang peranan yang.
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan,
panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit,
bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.

Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam

berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% 98% unsur karbon (C)
dengan kadar air kurang dari 8%.
Bituminus mengandung 68 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-

10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di
Australia.
Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh

karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan


bituminus.
Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang

mengandung air 35-75% dari beratnya.


Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori
yang paling rendah.

Gambar 2.13. Batubara

2.2.2.2.1. Tahap Pendeskripsian


1.
Tekstur batuan sedimen batubara memiliki tekstur yaitu micrograined.
2.
porositas, batuan sedimen batubara memiliki porositas primer dan
porositas skunder.

3.

Struktur, pada batuan sedimen batubara teksturnya hampir sama


dengan sedimen klastik. Yaitu bedded(perlapisan) dengan ketebalan antara 1
cm 3 cm, laminasi dengan ketebalan < 0.3 cm < 1 cm, cross lamination,
graded bedding dan masisve (structureles).
4.
Komposisi batuan pada sedimen batubara adalah dominan yang
berasal dari organik.

2.2.2.2.2. Dasar Penamaan


Adapun batubara terbentuk karena adanya suatu proses dimana terjadi
beberapa proses yang terbagi berdasarkan dua tahap, yakni tahap biokimia
dan termodinamika. Tahap-tahap inilah yang dijadikan sebagai dasar
penamaan batuan sedimen batubara.
Menurut Suprapto, 1966, terbagi atas:
1.
Proses Biokimia adalah proses penghancuran oleh
bakteri anaerobic terhadap bahan kayu-kayuan (sisa tumbuhan) hingga
terbentuk gel (seperti agar-agar) yang disebut Gelly.
2.
Proses Termodinamika :
Gambut (Peat), merupakan hasil dari proses pengendapan , pemempatan
dan pemadatan dari bahan-bahan pembentuk lapisan batuan. Gambut
merupakan fase awal dari proses pembentukan batubara dan masih
memperlihatkan sifat asal dari bahan dasar tumbuhan asal.
3.
Lignit (Brown coal), sudah memperlihatkan struktur kekar dan gejala
perlapisan dengan kadar taanah sangat rendah. Porositas mulai menurun,
bisa dilihat dari kandungan air (moisture concent) yang menurun dengan
cepat selama proses perubahan dari gambut menjadi brown coal.
Sub-bituminous, sisa bagian tumbuhan tinggal sedikit dan
memperlihatkan perlapisan, endapan ini dapat digunakan sebagai bahan
bakar dengan nilai kalori yang rendah.
Bituminous, dicirikan oleh warnanya yang hitam dengan sifat yang padat,
dapat digunakan sebagai bahan bakar dengan temperatur sedang-tinggi.
Antrasit, berwarna hitam, keras dengan kilap tinggi dan dicirikan dengan
penurunan unsur H secara cepat. Pada proses pembakaran memperlihatkan

warna biru, dapat digunakan untuk bermacam industri besar yang


memerlukan temperatur tinggi.

2.2.2.2.3.Kesimpulan
Batubara digolongkan pada batuan sedimen non-klastik, yaitu batuan
sedimen organik. Batubara merupakan kelanjutan suatu proses dari
pembentukan gambut dan juga batuan sedimen yang mudah terbakar,
berasal dari tumbuhan, berwarna coklat sampai hitam, yang sejak
pengendapannya terkena proses fisika dan kimia yang akan mengakibatkan
pengkayaan kandungan karbonnya. Gambut adalah batuan sedimen yang
mudah terbakar, berasal dari tumbukan hancuran atau bagian dari
tumbuhan yang terhumifikasi dan kondisi tertutup udara.Berdasarkan
sejarah geologi yang di kenal sejak zaman pembentukan batubara adalah
karbon bawah sampai Permian, kapur bawah sampai tersier terbentuk
batubara muda dan lignit sedangkan gambut di asumsikan terbentuk pada
zaman kuarter.

2.2.2.3.Sedimen Karbonat
Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mempunyai komposisi yang
dominan (lebih dari 50%) terdiri dari garam-garam karbonat, yang dalam
prakteknya secara umum meliputi Batugamping dan Dolomit.
Proses Pembentukannya dapat terjadi secara insitu, yang berasal dari larutan
yang mengalami proses kimiawi maupun biokimia dimana pada proses
tersebut, organism turut berperan, dan dapat pula terjadi butiran rombakan
yang telah mengalami transportasi secara mekanik dan kemudian
diendapkan pada tempat lain, dan pembentukannya dapat pula terjadi akibat
proses diagenesa dari batuan karbonat yang lain (sebagai contoh yang
sangat umum adalah proses dolomitisasi, dimana kalsit berubah menjadi
dolomite).
Seluruh proses pembentukan batuan karbonat tersebut terjadi pada
lingkungan laut, sehingga praktis bebas dari detritus asal darat. Batuan
karbonat memiliki nilai ekonomi yang penting, sebab mempunyai porositas

yang memungkinkan untuk terkumpulnya minyak dan gas alam, terutama


batuan karbonat yang telah mengalami proses dolomitisasi, sehingga hal ini
menjadikan perhatian khusus pada geologi minyak bumi. Disamping sebagai
reservoir minyak dan gas alam, batuan karbonat juga dapat berfungsi
sebagai reservoir airtanah, dan dengan adanya porositas dan
permeabilitasnya serta mineral-mineral batuan karbonat yang mudah untuk
bereaksi maka batuan karbonat dapat menjadi tempat berkumpulnya
endapan-endapan bijih.
Karena pantingnya Batuan karbonat sebagai batuan yang dapat menyimpan
mineral ekonomis maka penting untuk mengatahui genesa, dan energi yang
mempengaruhi pembentukan batuan karbonat tersebut, sehingga dapat
diperoleh gambaran untuk kegiatan eksplorasi.
rombakan yang telah mengalami transportasi secara mekanik dan kemudian
diendapkan pada tempat lain, dan pembentukannya dapat pula terjadi akibat
proses diagenesa dari batuan karbonat yang lain (sebagai contoh yang
sangat umum adalah proses dolomitisasi, dimana kalsit berubah menjadi
dolomit)Seluruh proses pembentukan batuan karbonat tersebut terjadi pada
lingkungan laut, sehingga praktis bebas dari detritus asal darat.
Batuan karbonat memiliki nilai ekonomi yang penting, sebab mempunyai
porositas yang memungkinkan untuk terkumpulnya minyak dan gas alam,
terutama batuan karbonat yang telah mengalami proses dolomitisasi,
sehingga hal ini menjadikan perhatian khusus pada geologi minyak bumi.
Disamping sebagai reservoir minyak dan gas alam, batuan karbonat juga
dapat berfungsi sebagai reservoir airtanah, dan dengan adanya porositas
dan permeabilitasnya serta mineral-mineral batuan karbonat yang mudah
untuk bereaksi maka batuan karbonat dapat menjadi tempat berkumpulnya
endapan-endapan bijih.
Karena pantingnya Batuan karbonat sebagai batuan yang dapat menyimpan
mineral ekonomis maka penting untuk mengatahui genesa, dan energi yang
mempengaruhi pembentukan batuan karbonat tersebut, sehingga dapat
diperoleh gambaran untuk kegiatan eksplorasi.

Batu gamping purba merupakan batuan monomineralik yang tersusun oleh


kalsit. Komponen utama penyusun batu gamping dapat di bagi menjadi tiga
macam, yaitu:
1.

Butiran karbonat (carbonat grain)


Memiliki ukuran butir mulai dari lanau kasar (0,02 mm 2 mm), bahkan ada
yang lebih besar dari pasir (Boggs, 1987). Butiran karbonat di bagi menjadi
dua, yaitu butiran non cangkang (non-skeletal grain) dan butiran cangkang
(skeletal grain).
1.
Mikrit
Mikrit atau Lumpur karbonat tersusun oleh kristal-kristal kalsit yang sangat
halus (pada batugamping purba) atau kristal-kristal jarum aragonite yang
sangat halus (pada endapan karbonat masa kini). Mikrit dapat sebagai
matrik antara butiran karbonat atau penyusun utama batugamping berbutir
halus, dan butirannya berdiameter kecil dari 4 mm (lempung) (Tucker
1982). Di bawah mikroskop, mikrit memiliki kenampakan cloudy, keabuabuan sampai kecoklatan dan translucent. Kehadiran mikrit pada
batugamping purba menunjukkan bahwa proses pencucian oleh gelombang
dan arus relatif kecil sekali, sehingga mikrit terbentuk pada kondisi air yang
tenang.
1.
Spari
Spari adalah kristal-kristal kalsit yang terbentuk equant, berukuran 0,02-0,1
mm dan berkenampakan transparan dan jernih dibawah mikroskop
polarisasi (Boggs 1987). Spari dibedakan dari mikrit karena mempunyai
ukuran kristal yang lebih besar dan kejernihannya, sedangkan di bedakan
dari allochem karena bentuk kristal dan tidak adanya tekstur internal.
Spari berfungsi sebagai semen pengisi rongga-rongga antar butir atau
pengisi lubang-lubang hasil proses pelarutan. Kehadiran spari sebagai semen
pada batugamping purba menunjukkan bahwa proses pengendapan terjadi
di lingkungan energi tinggi dimana arus dan gelombang relatif cukup kuat.
Batuan karbonat merupakan salah satu jenis batuan sedimen non klastik.
Secara definisi, batuan karbonat adalah batuan yang mengandung mineral
karbonat lebih dari 50 %. Mineral karbonat sendiri terdiri dari gugusan Co23 dan satu atau lebih kation. Jenis yang paling umum adalah kalsit (Ca Co 3),
yang merupakan komponen utama menyusun batugamping. Batuan

karbonat menyusun 10% sampai 20% dari seluruh batuan sedimen yang ada
dipermukaan bumi ini. Meskipun batuan karbonat secara volumetrik lebih
kecil dibandingkan dengan batuan sedimen silisiklastik, tetapi tekstur,
struktur dan fosil yang terkandung di dalam batuan karbonat dapat
memberikan informasi yang cukup penting mengenai lingkungan laut purba,
kondisi paleoekologi dan evolusi bentuk kehidupan terutama organismeorganisme laut.
Batuan karbonat adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih
dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan
atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Rejers & Hsu,
1986). Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat sebagai
batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat
keseluruhan lebih dari 50 %. Sedangkan batugamping menurut
definisi Reijers &Hsu (1986) adalah batuan yang mengandung kalsium
karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak semua batuan karbonat adalah
batugamping.Komponen penyusun batugamping menurut Tucker
(1991), komponen penyusun batugamping dibedakan atas non skeletal
grain, skeletal grain, matrik dan semen.
1. Non Skeletal grain, terdiri dari :
a. Ooid dan Pisoid-Ooid
Ooid dan Pisoid-Ooid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat
atau elips yang punya satu atau lebih struktur lamina yang konsentris dan
mengelilingi inti. Inti penyusun biasanya partikel karbonat atau butiran
kuarsa (Tucker, 1991). Ooid memiliki ukuran butir < 2 mm dan apabila
memiliki ukuran > 2 mm maka disebut pisoid.
b. Peloid-Peloid
Peloid-Peloid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat, elipsoid atau
meruncing yang tersusun oleh mikrit dan tanpa struktur internal. Ukuran
peloid antara 0,1 0,5 mm. Kebanyakan peloid ini berasal dari kotoran
(faecal origin) sehingga disebut pellet (Tucker 1991).
c. Agregat Dan Interaksi
Agregat dan Intraklas Agregat merupakan kumpulan dari beberapa macam
butiran karbonat yang tersemenkan bersama-sama oleh
semen mikrokristalin atau tergabung akibat material organik. Sedangkan
intraklas adalah fragmen dari sedimen yang sudah terlitifikasi atau setengah

terlitifikasi yang terjadi akibat pelepasan air lumpur pada daerah pasang
surut atau tidal flat(Tucker,1991).
2. Skeletal Grain
Skeletal Grain Skeletal grain adalah butiran cangkang penyusun batuan
karbonat yang terdiri dari seluruh mikrofosil, butiran fosil, maupun pecahan
dari fosil-fosil makro.Cangkang ini merupakan allochem yang paling umum
dijumpai dalam batugamping (Boggs, 1987). Komponen cangkang pada
batugamping juga merupakan penunjuk pada
distribusi invertebratapenghasil karbonat sepanjang waktu geologi (Tucker,
1991).
3. Lumpur Karbonat atau Mikrit-Mikrit
Lumpur Karbonat atau Mikrit-Mikrit merupakanmatriks yang biasanya
berwarna gelap. Pada batugamping hadir sebagai butir yang sangat halus.
Mikrit memiliki ukuran butir kurang dari 4 mikrometer. Pada studi mikroskop
elektron menunjukkan bahwa mikrit tidak homogen dan menunjukkan
adanya ukuran kasar sampai halus dengan batas antara kristal yang
berbentuk planar, melengkung, bergerigi ataupun tidak teratur. Mikrit dapat
mengalami alterasi dan dapat tergantikan oleh mozaik mikrospar yang kasar
(Tucker, 1991).
4. Semen-Semen
Semen-Semen terdiri dari material halus yang menjadi pengikat antar
butiran dan mengisi rongga pori yang diendapkan setelah fragmen dan
matriks. Semen dapat berupa kalsit, silika, oksida besi ataupun sulfat.

2.2.2.3.1. Klasifikasi Batuan Karbonat


1. Klasifikasi Dunham (1962)
Klasifikasi ini didasarkan pada tekstur deposisi dari batugamping, karena
menurut Dunham dalam sayatan tipis, tekstur deposisional merupakan
aspek yang tetap. Kriteria dasar dari tekstur deposisi yang diambil Dunham
(1962) berbeda dengan Folk (1959). Kriteria Dunhamlebih condong pada
fabrik batuan, misal mud supportedatau grain supported bila dibandingkan
dengan komposisi batuan. Variasi kelas-kelas dalam klasifikasi didasarkan
pada perbandingan kandungan lumpur. Dari perbandingan lumpur tersebut
dijumpai lima klasifikasiDunham (1962). Nama nama tersebut dapat
dikombinasikan dengan jenis butiran dan mineraloginya. Batugamping

dengan kandungan beberapa butir (<10%) di dalam matriks lumpur


karbonat disebut mudstonedan bila mudstone tersebut mengandung butiran
yang tidak saling bersinggungan disebut wackestone. Lain halnya apabila
antar butirannya saling bersinggungan
disebut packstone atau grainstone. Packstonemempunyai tekstur grain
supported dan punya matriks mud. Dunham punya istilah Boundstone untuk
batugamping dengan fabrik yang mengindikasikan asal-usul komponenkomponennya yang direkatkan bersama selama proses deposisi.
Klasifikasi Dunham (1962) punya kemudahan dan kesulitan.
Kemudahannya tidak perlu menentukan jenis butiran dengan detail karena
tidak menentukan dasar nama batuan. Kesulitannya adalah di dalam sayatan
petrografi, fabrik yang jadi dasar klasifikasi kadang tidak selalu terlihat jelas
karena di dalam sayatan hanya memberi kenampakan dua dimensi, oleh
karena itu harus dibayangkan bagaimana bentuk tiga dimensi batuannya
agar tidak salah tafsir. Pada klasifikasi Dunham (1962) istilah-istilah yang
muncul adalah grain dan mud. Nama-nama yang dipakai
oleh Dunham berdasarkan atas hubungan antara butir
seperti mudstone, packstone, grainstone, wackestonedan sebagainya. Istilah
sparit digunakan dalam Folk (1959) dan Dunham (1962) memiliki arti
yang sama yaitu sebagai semen dan sama-sama berasal dari presipitasi
kimia tetapi arti waktu pembentukannya berbeda. Sparit pada
klasifikasi Folk (1959) terbentuk bersamaan dengan proses deposisi
sebagai pengisi pori-pori. Spari (semen) menurut Dunham (1962) hadir
setelah butiran terendapkan. Bila kehadiran spari memiliki selang waktu,
maka butiran akan ikut tersolusi sehingga dapat mengisigrain. Peristiwa ini
disebut post early diagenesis. Dasar yang dipakai oleh Dunham untuk
menentukan tingkat energi adalah fabrik batuan. Bila batuan bertekstur mud
supported di interpretasikan terbentuk pada energi rendah
karena Dunham beranggapan lumpur karbonat hanya terbentuk pada
lingkungan berarus tenang. Sebaliknya grain supported hanya terbentuk
pada lingkungan dengan energi gelombang kuat sehingga hanya komponen
butiran yang dapat mengendap.
2. Klasifikasi Mount (1985)
Proses pencampuran batuan campuran silisiklastik dan karbonat melibatkan
proses sedimentologi dan biologi yang variatif. Proses tersebut dapat
dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu: Punctuated

MixingPencampuran di dalam lagoon antara sedimen dan silisiklastik di


dalam lagoon yangberasal dari darat dengan sedimen karbonat laut. Proses
pencampuran ini terjadi hanya bila ada energi yang kuat melemparkan
material karbonat ke arah lagoon. Energi yang besar ini dapat terjadi pada
saat badai. Proses ini dicirikan oleh adanya shell bed yang merupakan
lapisan yang mebngandung intraklas-intraklas cangkang dalam jumlah yang
melimpah,Facies MixingPercampuran yang terjadi pada batasbatas facies antara darat dan laut. Suatu kondisi fasies darat berangsurangsur berubah menjadi fasies laut memungkinkan untuk terjadinya
pencampuran silisiklastik dan karbonat,Insitu MixingPercampuran terjadi di
daerah sub tidal yaitu suatu tempat yang banyak mengandung
lumpurterrigenous. Kondisi yang memungkinkan terjadinya percampuran ini
adalah bila lingkungan tersebut terdapat organisme perintis seperti algae.
Apabila algaemati maka akan menjadi suplai material karbonat,Source
MixingProses percampuran ini terjadi karena adanya pengangkatan batuan
ke permukaan sehingga batuan tersebut dapat tererosi. Hasil erosi batuan
karbonat tersebut kemudian bercampur dengan material silisiklastik.
Klasifikasi Mount (1985) merupakan klasifikasi deskriptif. Menurutnya
sedimen campuran memiliki 4 komponen, yaitu: Silisiklastik sand (kuarsa,
feldspar dengan ukuran butir pasir). Mud, yaitu campuran silt
dan clay. Allochem, batuan karbonat seperti pelloid, ooid dengan ukuran
butir > 20 mikrometer. Lumpur karbonat atau mikrit, berukuran <20
mikrometer.
Secara umum batuan karbonat diklasifikasikan atas dua macam yaitu:
klasifikasi diskriptif dan klasifikasi genetik(Dunham, 1962). Klasifikasi
diskriptif merupakan klasifikasi yang didasarkan pada sifat-sifat batuan yang
dapat diamati dan dapat ditentukan secara langsung, seperti fisik, kimia,
biologi, mineralogi dan tekstur. Klasifikasi genetik merupakan klasifikasi yang
menekankan pada asal usul batuan dari pada sifat-sifat batuan secara
diskriptif.
Berdasarkan proses pembentukannya, tekstur batuan karbonat dibedakan
atas :
1. Tekstur primer, dibedakan atas :

Kerangka organik (organik framework tekstur)

Butiran atau klastik (klastik tekstur)


Massa dasar (matriks tekstur)

2. Tekstur sekunder atau tekstur diagenesa, diperlihatkan oleh:

Semen, mengisi rongga-rongga antar butir.


Penghaburan kembali sebagian atau seluruh massa dasar ataupun
kerangka atau butir.
Dari tekstur tersebut akan memberikan pengertian mengenai proses
sedimentasi dan digenesa dalam pembentukan batuan, seperti:
Adanya kerangka atau butiran yang dasar menunjukkan energi mekanis
yang telah mengendapkannya.
Adanya massa dasar diantara butir-butir menunjukkan tingkat efektivitas
energi mekanis yang bekerja dalam memilah unsur-unsur gamping.
Sifat kehaburan memberikan gambaran tentang proses-proses diagenesa
yang telah dialami batuan sejak diendapkan.
Secara umum dari tekstur batuan karbonat diharapkan dapat digunakan
untuk menafsirkan lingkungan pengendapan, terutama energi mekanis atau
gelombang yang bekerja dalam lingkungan pengendapannya.

2.2.2.3.2. Tahap Pendeskripsian


Dalam pendiskripsian batuan karbonat didasarkan pada hal-hal sebagai
berikut, yaitu :
1.

Butiran Atau Kerangka


Jenis-jenis butiran atau kerangka, yaitu:
1.
Kerangka Organik, merupakan struktur tumbuh dari gamping sebagai
bangunan-bangunan yang tak lepas, sebagai proses alamiah dari organisme
dan membentuk jaringan. Disebut juga skeletal atau frame builder (Nelson).

2.

Bioklatik terdiri dari fragmen-fragmen atau cangkang-cangkang


binatang yang lepas-lepas (klastik), seperti cocquina, foraminifera, koral, dan
lain-lain.
3.
Intraklastik (fragmen non organik), dibentuk ditempat atau ditranspor
sebagai hasil fragmentasi dari batuan atau sedimen gamping sebelumnya.
4.
Chemiklastik (non fragmenter) merupakan butir-butir yang dibentuk
ditempat sedimentasi karena proses coagulasi, akresi, penggumpalan dan
lain-lain.Contoh : oolit, pisolite.
2.
Massa Dasar (Matrik)

Merupakan butir-butir halus dari karbonat yang mengisi rongga-rongga

dan terbentuk pada waktu sedimentasi.


biasanya berukuran sangat halus, sehingga bentuk-bentuk kristal tidak

dapat diidentifikasi.
Dibawah mikroskop kenampakkan hampir opak.
Hadirnya matrik diantara butiran-butiran menunjukkan lingkungan

pengendapan air tenang.


Dapat dihasilkan dari :
1.

Pengendapan langsung secara kimiawi/biokimiawi sebagai jarum


aragonit yang kemudian berubah menjadi kalsit.
2.
merupakan hasil abrasi dari gamping yang telah terbentuk.
Misalnya koral, algae dierosi dan abrasi oleh pukulan-pukulan gelombang
dan merupakan tepung kalsit, dimana tepung kalsit itu membentuk
lumpur (Lime mud) dan umumnya diendapkan didaerah yang tenang.
3.
Semen atau spari

Terdiri dari hablur-hablur kalsit yang jelas

Disebut spar atau spary kalsit (Folk, 1952, 1962)

Terbentuk pada saat diagenesa pengisian rongga-rongga

oleh larutan, yang mengendapkan kalsit sebagai hablur yang jelas.


Sukar dibedakan dengan kalsit hasil rekristalisasi yang

biasanya lebih halus dan disebut microspar.


4.
Ukuran butir
Untuk ukuran butir dapat mengaju pada klasifikasiWentworth, F.L.
Folk maupun Grabau.
tabel 2.4ukuran butir menurut wentworth

Tabel 2.5. Ukuran butir menurut Grabau (1904)


Grai
n
size
(mm
)

Transported grains
Very coarse
Coarse

Authigenic
grains
Extremely
Coarsely
crystalline

Medium
Calcirudite

Fine

Very Coarsely
crystalline

Very coarse
Coarse
Medium

Coarsely
crystalline

Fine
Calcarenite

Very fine

Medium
crystalline
Finelly
crystalline

Calcilutite

Aphanocrysta
lline

5.

Porositas
Porositas batuan karbonat dibedakan atas dua macam, yaitu :

1.

Porositas Primer, terbentuk pada waktu sedimentasi di daerah atau


zona :
Terumbu
Porositas antar partikel, antar cangkang, dalam cangkang atau

kerangka oolit antar butir bioklas.

Sedimentasi kompelatif, (fosil terjebak dalam lumpur gamping, jika

pengendapan bioklas lebih cepat dari lumpur, maka terjadi porositas)


1.
Porositas sekunder, merupakan lubang-lubang pori yang terbentuk
lama sesudah proses sedimentasi selesai, seperti oleh pelarutan, retakanretakan oleh aktivitas organik, antara lain:

Cetakan (Mold), pelarutan dari butiran atau fosil

Saluran (channelling)

Gerowong (vug)

Lubang bor organism

Retakan desikasi atau breksi

Retakan tektonik atau kekar, dan sebagainya.

2.2.2.3.3.

Dasar Penamaan
Penamaan biasa di lakukan dengan mengacu pada beberapa
klasifikasi yaitu :
1.
A.W. Grabau (1904), batu gamping di bedakan atas:
1)Batugamping organik atau biogenik, terutama terdiri dari fosil utuh yang
belum berpindah dari habitatnya.
2)Batugamping klastik, jenis batugamping ini dibedakan berdasarkan ukuran
butirnya, yaitu :

1.

Kalsilutit, batugamping dengan ukuran lempung (<1/16 mm).


Kalkarenit, batugamping dengan ukuran pasir (2 1/16 mm).
Kalsirudit, batugamping dengan ukuran gravel (>2 mm).

Klasifikasi R.J.Dunham
Pembagian batugamping didasarkan pada proporsi antara lumpur karbonat
(mikrit) terhadap butiran, secara umum di pisahkan atas:
Batugamping didukung oleh Lumpur karbonat
yaitumudstone dan weakstone.
Batugamping yang didukung oleh butiran
yaitupicstone dan grainstone.

1.

1.

Batugamping yang disusun oleh dominan fosil atau kerangka organik


disebut bounstone.
Batugamping yang kristalin.
Klasifikasi F.L.Folk (1959)
Pengklasifikasian ini sama dengan Dunham, namun di bedakan pada jenis
butiran maupun lumpur karbonatnya dan secara umum dibedakan atas :
Allochemical atau butiran dengan lumpur karbonatnya spari.
Allochemical atau butiran dengan lumpur karbonatnya mikrit.
Batugamping yang dominan kristal-kristal kalsit disebut mikrit.
Batugamping terumbu disebut biolitit.
Klasifikasi Ebrie dan Klovan (1975)
Terutama kerangka yang berasosiasi dengan terumbu. Dimana
pengklasifikasiannya berdasarkan pada kehadiran lumpur karbonat diantara
kerangka atau pecahan-pecahan kerangka, yaitu:
Framestone, terdiri dari organik seluruhnya seperti koral, bryozoa,

ganggang, kehadiran matrik sangat sedikit (<10%) dan ruang antar


kerangka mungkin kosong atau disemen oleh sparry kalsit.
Bindstone, terdiri dari kerangka ataupun pecahan-pecahan kerangka

organik seperti koral dan bryozoa, tetapi telah diikat kembali oleh kerak
lapisan-lapisan (encrustation) gamping yang dikeluarkan oleh ganggang
merah. Batuan ini digolongkan juga padaboundstone(Dunham, 1962).
Baffestone, batuan ini terdiri dari kerangka organik seperti koral (misal

jenisbranching koral), sering dalam posisi tumbuh berdiri (growthposition)


dan diselimuti oleh lumpur gamping. Kerangka organik berperan
sebagai baffe yang menjebak lumpur gamping.
Floatstone, terdiri dari potongan-potongan kerangka organik (misalnya

dari branching koral) yang mengambang dalam lumpur karbonat. Jenis


gamping ini sulit di golongkan dalam gamping kerangka apalagiboundstone,
tetapi jelas masih berasosiasi dengan gamping kerangka.
Rudstone, termasuk dalam jenis gamping klastik yang sangat kasar
(calcirudite dari Grabau atau Biosparuditedan Folk, 1962) sebagai hasil
rombakan satu rangka atau gamping kerangka dan terkumpul atau
ditransport oleh gaya berat. Sulit dimasukkan dalam gamping kerangka
atau bounstone, tetap jelas masih berasosiasi dengan terumbu tanpa adanya
lumpur gamping atau karbonat diantara fragmen-fragmennya.

Dalam gamping kerangka, bentuk serta jaringan kerangkanya di kontrol oleh


jenis organisme yang membentuknya. Secara umum terdapat dua komponen
penyusun gamping kerangka, yaitu:
1)Komponen utama, dimana organisme pembentuk kerangka berupa koral
madrepora, bryozoa, koral stromaporoiod, rudist, dan algae (ganggang).
2)Komponen lainnya, biasanya berupa bioklas seperti foraminifera terutama
foram besar dan molluska ataupun fragmen-fragmen lainnya yang ikut
terinkorporasi di dalamnya.
Kalsifikasi Grabau dan Dunham cenderung bersifat deskriptif, dimana tidak
di hubungkan dengan genesanya, cenderung hanya menampilkan sifat
fisiknya saja. Sedangkan klasifikasi Folk lebih bersifat genetik dan dapat
menceritakan genesa begitu juga dengan klasifikasi klovan. Untuk
pengamatan secara megaskopis atau pengamatan di lapangan, untuk lebih
mudah dapat digunakan klasifikasi Grabau maupun Dunham.

2.2.2.3.4. Kesimpulan
Batuan karbonat merupakan salah satu jenis batuan sedimen non klastik.
Secara definisi, batuan karbonat adalah batuan yang mengandung mineral
karbonat lebih dari 50 %. Mineral karbonat sendiri terdiri dari gugusan Co23 dan satu atau lebih kation. Jenis yang paling umum adalah kalsit (Ca Co3).
Penamaan batuan karbonat di dasarkan pada ukuran butir serta kehadiran
Lumpur karbonat. Dengan melihat tekstur dan struktur maka dapat diketahui
genesa terbentuknya batuan.
Sedimen Silika merupakan salah satu jenis batuan sedimen non-klastik
dimana disusun oleh mineral mineral silika yang berbentuk dari proses
kimiawi maupun biologis. Silikat dapat diendapkan dari larutan, baik oleh
evaporasi maupun oleh kegiatan organisme-organisme yang hidup.batuan
sedimen silika memiliki tekstur yaitu micrograined.Porositas pada batuan ini
adalah porositas baik, porositas buruk dan porositas sedang. Komposisi dari
batuan sedimen silika ini dapat berupa kuarsa (kristal silikat murni),

chalsedom (mikro fibrous dari kuarsa) dan opal (non kristalin silikat yang
mengandung molekul air).
Penamaan pada batuan sedimen silika yaitu berdasarkan ukuran butir dan
komposisi dari pada batuan.Berdasarkan penamaannya batuan sedimen
silika terbagi menjadi dua jenis, yaitu Rijang (chert) dan Diatomea.
BATUAN PIROKLASTIKBAB III
3.1. Tinjauan Umum Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari letusan gunung api
(berasal dari pendinginan dan pembekuan magma) namun sering kali
bersifat klastik. Menurut william (1982) batuan piroklastik adalah batuan
volkanik yang bertekstur klastik yang dihasilkan oleh serangkaian proses
yang berkaitan dengan letusan gunung api, dengan material asal yang
berbeda, dimana material penyusun tersebut terendapkan dan terkonsolidasi
sebelum mengalami transportasi(rewarking) oleh air atau es.
Batuan piroklastik disebut juga dengan batuan vulkanik klastik yang
didefinisikan sebagai batuan yang disusun oleh material material vulkanik
yang bersifat klastik, terbentuk oleh proses fragmentasi, diangkut oleh
berbagai media transportasi dan diendapkan disuatu lingkungan
pengendapan serta dapat juga berupa pencampuran dengan fragmen
fragmen non vulkanik (Fisher, 1984).
Batuan piroklastik adalah batuan vulkanik yang bertekstur klastik yang
dihasilkan oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunung
api (W.T. Huang, 1962 dan William, 1982). Hasil letusan gunung api
umumnya berupa produk efusif, yaitu berupa lava dan produk eksplosif yang
dapat berbentuk padat ataufragmental, gas, dan cair.
Pengklasifikasian batuan piroklastik sampai sekarang ini masih menjadi
masalah, ada yang berpendapat batuan piroklastik ini masuk kedalam
batuan beku (Hyndman, 1972), ada juga pihak lain yang mengelompokkan
batuan ini kedalam batuan tersendiri, yaitu batuan vulkanik klastik (Fisher,
1972), ada pula yang berpendapat bahwa batuan piroklastik ini masuk
kedalam kelompok batuan sedimen (Petti John, 1956).
Secara genetis telah diketahui bermacam macam batuan vulkanik, namun
demikian yang akan diperkenalkan hanya beberapa diantaranya, seperti
batuan piroklastik, batuan sedimen tufaan (tuffaceous sedimentary rock)
dan epiklastik.

Gambar 3.1. Batuan Piroklastik

3.2. Material Penyusun Batuan Piroklastik


Komposisi atau material penyusun batuan piroklastik berupa:
Juvenil (essential), merupakan material penyusun yang berasal dan

langsung dikeluarkan oleh magma, terdiri dari padatan, cairan dan kristal
(mineral).
Cognate (accesorys), dimana material penyusunnya berupa material

hablur (hasil kristalisasi magma) dari letusan sebelumnya.


Accidentil, material penyusunnya berupa bahan hamburan dari batuan

non gunung api atau dari batuan dasar yang beragam komposisinya baik
berupa batuan beku, sedimen atau batuan metamorf.
Material material penyusun batuan piroklastik tersebut hadir dalam bentuk
fragmen fragmen (piroklas) dari letusan gunung api secara langsung.
Fragmen piroklastik berdasarkan ukuran butirnya oleh Fisher (1961)
danSchmid (1981) dibedakan atas tiga, yaitu :
Bom dan blok, fragmen piroklatik berukuran > 64 mm
Lapili, fragmen piroklastik berukuran 2 64 mm dapat

berupa juvenile, cognate maupun accidental


Ash, fragmen piroklastik berukuran 2 1/256 mm
Dalam pendeskripsian batuan piroklastik, komposisi batuannya berdasarkan
proporsi ukuran butir penyusun batuan dibedakan atas:

Butiran, merupakan fragmen yang berukuran relatif lebih kasar dapat

berupa juvenile, cognate maupunaccidental.


Matrik (masa dasar), merupakan fragmen yang berukuran lebih halus.
Dapat berupa juvenile, cognatemaupun accidental.

3.3. Endapan Piroklastik


Mekanisme pembentukan endapan fragmen fragmen piroklastik dapat
dibedakan atas :

1.

Endapan Piroklastik Jatuhan (pyroclastic fall), merupakan endapan


piroklastik yang diendapkan melalui udara yang dikontrol oleh gravitasi.
Penyebaran menutupi topografi dan umumnya berlapis (graded bedding)
atau bersortasi baik.

Gambar 3.2. Endapan Piroklastik Jatuhan

2.

Endapan Piroklastik Aliran (pyroclastic flow), merupakan endapan


piroklastik hasil aliran langsung dari pusat erupsi berupa hot
avalanche, glowing avalancedan hot ash avalance yang bersuhu 500C
650C. Penyebaran dan bentuk endapan sangat dipengaruhi oleh morfologi,
bagian bawahnya memperlihatkan batas morfologi asalnya sedangkan
bagian atasnya umumnya datar.

Gambar 3.3. Endapan Piroklastik Aliran

3.

Endapan Piroklastik Surge (pyroclastic surge), merupakan endapan


piroklastik hasil percampuran dari bahan padat dan gas (uap air) yang
mempunyai rapat masa rendah dan bergerak dengan kecepatan tinggi
secara turbulen di atas permukaan. Menunjukan perlapisan yang acak
atau low-angle stratification.

Gambar 3.4. Endapan Piroklastik Surge


3.4. Tekstur Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik mempunyai tekstur klastik, dimana unsur unsur
teksturnya berupa:
1.
Ukuran butir, dapat berukuran bom, blok, lapili atau ash
Tabel 3.1. Ukuran Butir
Ukuran
Butir

Nama

Endapan
Piroklastik

> 64 mm

Bom dan Blok

Tephara bom, blok

64 mm 2
mm

Lapili

Tephara lapili

2 mm 1/16
mm

Debu kasar

Debu kasar

< 1/16 mm

Debu halus

Debu halus

2.

Bentuk butir/kebundaran, yaitu bentuk permukaan butir dibedakan


atas :

Menyudut (angular)
Menyudut tanggung (sub angular)
Membundar tanggung (sub rounded)
Membundar (rounded)
Sangat membundar (very rounded)

3.

Sortasi atau pemilahan dibedakan atas :


Sortasi baik, bila ukuran butir penyusun batuan relatif seragam
Sortasi buruk, bila ukuran butir penyusun batuannya relatif tidak

seragam.
4.
Kemas, menunjukan hubungan antar butir, dibedakan atas :

Kemas terbuka, bila kontak antar butiran tidak saling bersentuhan

Kemas tertutup, bila kontak antar butiran saling bersentuhan.

3.5. Struktur Batuan Piroklastik


Struktur batuan piroklastik pada prinsipnya sama dengan struktur batuan
beku, seperti :

Vesikuler, struktur dimana terdapatnya lubang lubang gas yang

relatif teratur.
Scoria, struktur dimana terdapatnya lubang lubang gas yang tidak

teratur.
Amikdoloidal, struktur dimana lubang lubang gas diisi oleh mineral
lain.

Struktur batuan piroklastik juga seperti struktur batuan sedimen, yaitu


struktur perlapisan graded beddingmaupun cross bedding.

3.6. Tahap Penamaan Batuan Piroklastik


Klasifikasi penamaan batuan piroklastik secara umum dibedakan atas:
1.
Klasifikasi berdasarkan fragmen piroklastiknya (Fisher,
1966 dan Schmid, 1981) dibedakan atas:

Aglomerat, bila batuan disusun oleh fragmen piroklastik dominan

berupa bom yang berukuran > 64 mm.


Breksi Piroklastik, bila batuan disusun oleh fragmen piroklastik

dominan berupa blok yang berukuran > 64 mm.


Breksi Tufa, bila batuan disusun oleh percampuran fragmen piroklastik

blok maupun ash.


Tufa, bila batuan disusun oleh fragmen piroklastik berupa ash dan lapili

dimana ash lebih dominan.


Tufa Lapili, bila batuan disusun oleh fragmen piroklastik berupa lapili

dan ash dimana lapili lebih dominan. Oleh Schmid (1981), tufa lapili disebut
juga Lapili.
2.
Klasifikasi untuk tufa, berdasarkan pada material penyusun tufa
(William, Turner, Gilbert, 1954) dibedakan atas:

Tufa gelas, tufa yang dominan disusun oleh material gelas.

Tufa kristal, tufa yang dominan disusun oleh material kristal.

Tufa litik, tufa yang dominan disusun oleh material litik.

Anda mungkin juga menyukai