Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

AGROGEOLOGI

IDENTIFIKASI BATUAN SEDIMEN

OLEH :

NAMA : M. FAUZI ALFAJRI

NIM : 2110233029

KELOMPOK :I

KELAS KULIAH : AGROGEOLOGI TANAH A

KELAS PRAKTIKUM : AGROGEOLOGI TANAH A

DOSEN PENGAMPU : ZULDADAN NASPENDRA S.P., M.Si

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBER DAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2022
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan
endapan yang berupa bukan lepas. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk
oleh konsolidasi sedimen, sebagai material lepas, yang terangkut ke lokasi
pengendapan oleh air, angin, es, dan longsoran grafitasi. Batuan sedimen yang
dapat terbentuk oleh penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam, dan
material lainnya (Hutton, 1875).

Ciri-ciri fisik yang umum dalam struktur batuan endapan adalah:


 Berlapis, batuan endapan membentuk lapisan antara batuan yang satu
dengan yang lainnya. Biasanya, antar batuan itu direkatkan oleh matrik
sepertimateri silikon oksida. Bidang perekat ini biasa disebut bidang
perlapisan.
 Tekstur, yaitu ciri batuan endapan yang dilihat dari ukuran butir, bentuk,
dan susunan fragmen pembentuk batuan endapan. Secara umum, terbagi
menjadi dua yaitu klastik dan non klastik.
 Gelembur gelombang, terjadi akibat gerakan arus air pada permukaan
lapisan batuan. Biasanya terjadi di pantai atau sungai.
 Warna, lapisan batuan endapan sering memperlihatkan warna yang
berlainan antara tiap lapisan yang berbeda sebagai akibat unsur kimia
dalam lapisan batuan tersebut. Mangan menimbulkan warna ungu gelap,
limonit menyebabkan warna kuning, dan hematit menyebabkan warna
merah.
 Kongkresi, yaitu keadaan bagian dalam lebih keras dibandingkan massa
batuan pembungkusnya. Biasanya komposisi seperti ini terdapat pada
batuan serpih, batu gamping, dan batu pasir.
 Geoda (geode), yaitu keadaan kongkresi batuan berbentuk bulat berlubang
dan pada bagian tengah batuan terdapat deretan kristal.
 Fosil, yaitu kondisi batuan yang terdapat sisa-sisa makhluk hidup.
Beberapa batuan sedimen terbentuk karena campuran endapan organisme
yang telah mati. Sisa organisme mati dan terendap bersama dengan
material sedimen kemudian termampatkan sehingga membentuk batuan
sedimen berfosil.
 Rekah kerut (mud crack), biasa ditemukan pada dasar perairan seperti
danau, empang, sungai, ataupun pantai. Rekah kerut ini adalah lapisan
batuan yang mengendap pada dasar perairan karena berat jenisnya.

Budi Santoso (1985) menjelaskan pembentukan batuan sedimen


melalui beberapa proses yaitu pelapukan fisika dan kimia dari bahan induk;
transportasi hasil-hasil pelapukan oleh air, es, angin ataupun gravitasi; deposisi
bahan tersebut pada basin sedimen; dan pemadatan dan sementasi menjadi batuan
yang padat. Sementara Soetoto (1981) menjelaskan jika lithifikasi dapat
disebabkan oleh proses-proses: Perekatan (comentation); materi SiO2, Fe2O3 atau
CaCO3 berfungsi sebagai perekat/matriks; pemadatan (compaction); desikasi
(desication); keluarnya air dari pori-pori dan kristalisasi (crystalization).

Berdasarkan proses pengendapannya, klasifikasi batuan sedimen dibagi


menjadi batuan sedimen klastik, batuan endapan kimiawi, dan batuan endapan
organik. Batuan sedimen klastik memiliki susunan kimia yang sama dengan
susunan kimia materi sedimen pembentuknya. Proses pembentukan batuan
mengalami penghancuran secara mekanik tanpa proses perubahan kimiawinya.
Batu yang besar mengalami kehancuran dan menjadi partikel lebih kecil. Pecahan
batu ini terangkut oleh air hujan, angin,longsor atau berguling-guling masuk ke
dalam sungai. Arus sungai mampu menghancurkan batu besar (bom) menjadi
pasir, kerikil, lumpur serta mengendapkan di tempat lain. Contoh batuan klastik
adalah batu konglomerat. Pembentukan batuan karena angin, air, atau es ini
disebut juga sedimen mekanik. Contoh jenis batuan sedimen klastik: batu
gamping, batu pasir, batu lempung, batu breksi, batu konglomerat, batu tilit,
argillaceous (serpih lempung), batu lanau, arenaceous (batu pasir serpih), arkosa
(batu pasir feldspar), dan carbonaceous (serpih gamping).

Batuan sedimen non-klastik terbentuk selain melalui proses penghancuran


mekanik, bisa secara kimiawi ataupun sedimen organik. Batuan sedimen kimiawi
terbentuk melalui proses kimia. Tahapan proses kimia adalah pelarutan,
penguapan, oksidasi, dehidrasi, dan sebagainya. Sehingga struktur kimia batuan
endapan ini berbeda dengan materi sedimen asalnya. Hasil pengendapan secara
kimiawi, seperti; batu kapur. Hujan yang mengandung karbon monoksida terjadi
di gunung kapur kemudian air hujan meresap ke dalam retakan halus batu
gamping (CaCO3). Batu kapur larut dengan air hujan menjadi larutan air kapur
(Ca(HCO3)2) sampai ke atap gua kapur. Tetesan air kapur ini akan membentuk
stalaktit bagian atas atap gua dan stalagmit di bawah gua. Kedua bentuk batuan
kapur ini disebut batuan endapan kimiawi.

Batuan sedimen non-klastik berikutnya yaitu batuan sedimen organik.


Batuan sedimen organik berbeda dengan jenis batuan sedimen klastik. Batuan
sedimen organik terbentuk karena sebagian material organik seperti ranting, daun,
bangkai binatang atau hasil uraian dekomposer tertimbun di dasar laut.

Klasifikasi batuan sedimen berdasarkan tenaga pengangkutnya dan tempat


terjadinya terbagi atas (a) Batuan endapan aerik (aeolis), dibentuk karena proses
angin, seperti; tanah los, tuf, dan pasir di gurun. (b) Batuan endapan glasial,
dibentuk karena adanya gletser, seperti; Moraine. (c) Batuan endapan aquatik,
karena dibentuk oleh air, seperti; batu pasir, batu lempung dan sebagainya. (d)
Batuan endapan marin yang dibentuk oleh air laut, seperti batu pasir. Batuan
sedimen marine dibagi menjadi dua bagian yaitu ferrigen dan pelagie. Ferrigen
ialah sedimen di laut yang berasal dari hasil pelapukkan dan transportasi daratan.
Pelagie adalah sedimen di dasar laut yang berasal dari organisme yang sudah mati
di laut. (e) Batuan endapan fluvial, pengendapan air di sungai oleh aliran air. Di
sini akan terbentuk endapan aluvium (endapan alluvial). (f) Batuan endapan
kostal, pengendapan yang terdapat di pantai yang terbentuk dari campuran daratan
maupun lautan, mengendap berupa delta, lagoria dan esturia.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum agrogeologi ini adalah :
1. Untuk mengidentifikasi suatu batuan sedimen.
2. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah klasifikasi dan identifikasi
batuan beku.
BAB II. METODE

A. Waktu dan Tempat


Praktikum tentang pengenalan batuan dilaksanakan pada hari Selasa,
tanggal 3 Oktober 2022 pukul 16:00-17:40 WIB, di ruang seminar tanah,
Departemen Tanah dan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian, Universitas
Andalas, Padang.

B. Alat dan Bahan


Alat yang digunakann yaitu kamera dan alat tulis, sedangkan bahan yang
digunakan dalam pratikum ini yaitu beberapa jenis batuan sedimen yang akan di
klasifikasi dan diidentifikasi.

C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam praktikum kali ini adalah disediakan alat dan
bahan kemudian diidentifikasi susunan mineralnya, lalu diidentifikasi tekstur
batuannya, dilanjutkan dengan klasifikasi dan identifikasi pada batuan serta
ditentukan nama dari batuan tersebut.
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 1. Pengamatan contoh batuan oleh kelompok 1.

 Tekstur butir batuan halus


(1/256-1/16 mm).
 Komposisi dan ciri khas batuan
yaitu kuarsa dan mineral klei.
 Nama batuan yaitu batu debu
(siltstone).
 Jenis: Batuan sedimen klastik

 Tekstur butir batuan kasar (> 2


mm).
 Komposisi dan ciri khas batuan
yaitu fragmen-fragmen bulat,
pemilahan buruk, kuarsa, kuarsit
dan chert dominan.
 Nama batuan yaitu konglomerat.
 Jenis: Batuan sedimen klastik

Tabel 2. Pengamatan contoh batuan oleh kelompok 2.

 Termasuk ke dalam batuan


sedimen kimia organik.
 Tekstur kasar, cangkang fragmen
dari cangkang kerang, tersemen
longgar, porous.
 Komposisi CaCO3.
 Nama batuan koquina.
 Jenis: Batuan sedimen kimia
 Tekstur batuan yaitu butir
sangat halus (<1/256 mm).
 Komposisi dan ciri khasnya
yaitu memiliki kuarsa dan
mineral klei.
 Nama batuan yaitu serpih
(shale).
 Jenis: Batuan sedimen klastik

 Tekstur batuan yaitu butir-butir


medium (1/16 mm-2 mm).
 Komposisi dan ciri khasnya
yaitu kuarsa dengan ≥ 25%
feldspar.
 Nama batuan yaitu arkose.
 Jenis: Batuan sedimen klastik

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan praktikum klasifikasi dan identifikasi batuan
sedimen pada tabel 1, diketahui bahwa pada kedua sampel batuan tersebut
termasuk kedalam jenis batuan klastik. Batuan klastik adalah akumulasi partikel-
partikel yang berasal dari pecahan batuan dan sisa-sisa kerangka organisme yang
telah mati. Nama batuan pada gambar di atas adalah siltstone dan batu
konglomerat.

Batuan siltstone atau batu lanau (batu debu) adalah batuan sedimen yang
mempunyai ukuran butir pada kisaran lanau, lebih halus dari batu pasir dan lebih
kasar dari betu lempung. Batu lanau terbentuk oleh air, angin, dan endapan es
yang membawa material berukuran lanau dan kemudian terakumulasi,
terpadarkan, dan tersementasi menjadi batuan. Komposisi mineral pada batu lanau
adalah mineral klasik, dimana mineral klasik tersenut terbentuk dari batu-batuan
yang sudah ada sebelumnya, yang kemudian batu tersebut mengalami proses
sedimentasi sehingga membentuk batu lanau tersebut. Batuan lanau ini juga
mengalami transportasi oleh arus namun dengan energi yang relatif kecil. Bila
dilihat dari bentuknya yang very well rounded, serta sortasi yang baik, maka
batuan ini telah mengalami transportasi yang jauh. Antar butir saling kontak atau
bersentuhan sehingga tidak terdapat jarak disebut kemas tertutup, sehingga
hubungan antar butir sangan kompak. Batuan ini tidak memperlihatkan struktur
apapun sehingga pada proses pembentukannya tidak terjadi defotmasi ataupun
deposisi lanjutan.

Konglomerat adalah batuan sedimen yang tersusun dari bahan-bahan dan


ukuran berbedabentuk membulat yang direkat menjadi batuan padat. Bentuk
fragmen yang membulat akibat adanya aktivitas air, umumnya terdiri atas mineral
atau batuan yang mempunyai ketahanan dan diangkut jauh dari sumbernya. Di
antara fragmen-fragmen konglomerat diisi oleh sedimen-sedimen halus sebagai
perekat yang umumnya terdiri atas oksida besi, silika, dan kalsit. Fragmen-
fragmen konglomerat dapat terdiri atas satu jenis mineral atau batuan atau
beraneka macam campuran. Seperti halnya breksi, siftnya yang heterogen
menjadikan berwarna-warni. Konglomerat umumnya diendapkan pada air
dangkal.

Batuan konglomerat ini terbentuk dari hasil transportasi dan deposisi


material sedimen yang diangkut oleh arus dengan energi sedang. Bila dilihat dari
bentuk butirnya yang membulat maka diperkirakan batuan tersebut sudah
mengalami transportasi relative jauh. Batuan konglomerat ini berbentuk
tergantung deras air yang membawanya. Jika air semakin kuat dan semakin deras,
maka batu akan berbentuk semakin bulat. Dan begitupun sebaliknya jika air tidak
deras maka batu berbentuk tidak bulat dan memiliki sisi yang runcing dibeberapa
bagiannya. Komposisi dari batuan konglomerat ini adalah materi sedimen yang
terikat dalam batu konglomerat, seperti pasir, kerikil, dan tanah.

Berdasarkan hasil percobaan pada tabel 2, diketahui bahwa batuan sampel


pertama termasuk ke dalam jenis batuan sedimen kimia. Batuan sedimen
kimia yaitu salah satu jenis batuan sedimen yang terbentuk karena proses
pengendapan yang berasal dari pelapukan batuan beku yang disebabkan oleh
unsur kimia tertentu. Batu ini juga bereaksi dengan HCL. Tekstur batuannya
memiliki tekstur yang kasar, cangkang fragmen dari kerang, tersemen longgar,
porous. Batuan ini memiliki komposisi CaCO3, sehingga batuan ini di namakan
dengan batuan koquina.

Kemudian pada sampel batuan kedua, batuan ini termasuk ke dalam


batuan sedimen klastik yaitu batuan serpih (shale). Serpih merupakan batuan yang
utamanya tersusun atas butiran mineral berukuran lempung seperti illite, kaolinit
dan smektit. Selain itu, serpih juga biasanya mengandung partikel mineral kuarsa,
feldspar, bahan organik, karbonat, oksida besi, mineral sulfida, dan butiran-
butiran mineral berat. Komposisi yang demikian sering ditentukan oleh
lingkungan pengendapan, dan sering menjadi faktor pembentuk warna pada batu
serpih.

Batu Serpih terbentuk dari akumulasi lumpur dan lempung. Akumulasi ini
dimulai dengan pelapukan batuan, dimana pelapukan akan memecah batuan
dalam bentuk partikel mineral-mineral berukuran lempung. Selanjutnya air yang
mengalir akan mencuci partikel kecil tersebut dan membawanya ke sungai, serta
memberikan penampilan fisik berupa lumpur (becek). Ketika aliran air melambat
atau memasuki tubuh cekungan seperti danau, rawa atau laut, partikel lumpur ini
akan mengendap. Jika proses ini terjadi terus menerus maka akan terjadi
akumulasi yang menyebabkan lumpur tersebut berubah menjadi batuan sedimen
yang dikenal dengan istilah "batulumpur" (mudstone). Batuan serpih memiliki
sifat khusus yang membuat mereka menjadi sumberdaya yang penting. Serpih
hitam mengandung bahan organik yang berperan sebagai perangkap gas alam atau
minyak bumi. Serpih juga dapat dihancurkan dan dicampur dengan air untuk
menghasilkan tanah liat yang dapat dibuat menjadi berbagai benda yang berguna.

Batuan sedimen terakhir yaitu batu arkose. Arkose termasuk salah satu
batuan sedimen klastik karena arkose berasal dari batuan sebelumnya yang telah
mengalami pelapukan, terombakkan, kemudian terendapkan dan terbatukan. Salah
satu jenis batu pasir yang biasanya tersusun dari kuarsa sebagai mineral yang
dominan, meskipun seringkali mineral arkose feldspar (MgAlSi3O8) jumlahnya
lebih banyak dari kuarsa. Selain dua mineral utama tersebut arkose juga
mengandung mineral-mineral yang bersifat kurang stabil, seperti clay, microline,
biotite dan plagioklas. Kandungan feldspar yang melimpah dikarenakan sumber
dari hasil pelapukan batuan sebelumnya merupakan batuan intermediet-asam yang
mengandung banyak feldspar seperti Granit atau Syenite. Arkose memiliki
mineral dan fragmen ukuran butir yang berukuran pasir sedang-kasar. Kehadiran
feldspar yang banyak dikarenakan karna Arkose terendapkan tidak jauh dari
sumber batuan asalnya dan diendapkan dengan kondisi lingkungan yang tidak
terganggu. Arkose dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan bahan
keramik.
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Identifikasi batuan merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang
suatu batuan tertentu. Setelah identifikasi dilakukan, maka kita dapat dengan jelas
memberi nama batuan tersebut. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari
batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme,
yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi dan mengalami
pembatuan. Hal yang paling utama dalam mengidentifikasi batuan sedimen adalah
mengenai besar butir suatu batuan karena batuan sedimen merupakan hasil
rombakan dari batuan yang lain dan hasilnya itu terbawa oleh media.

B. Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, disarankan untuk
kedepannya dalam mengidentifikasi mineral atau pun batuan sebaiknya dilakukan
dengan teliti agar mendapatkan hasil analisis yang baik. Dan hindari kontak
langsung terhadap cairan apabila digunakan saat melakukan identifikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Gatot Harmanto. (2016). Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Bandung: Penerbit


Yrama Widya.

Hartono, Hiltrudis Gendoet. 2009. Petrologi Batuan Beku dan Gunung Api.
Bandung: UNPAD Press

Institut Teknologi Bandung. 2006. Pedoman Praktikum Geologi Fisik. Bandung:

Labroratorium Geologi Dinamik.

Nandi. (2010). Handout Geologi Lingkungan: Batuan, Mineral, dan Batu Bara.
Bandung: UPI

Sappie, B. dan Harsulomakso, A.H., 2008, Prinsip Dasar Geologi Struktur,


Laboratorium Geologi Dinamik, Program Studi Teknik Geologi ITB,
Bandung.

Sutikno, B., 2002, Vulkanologi. Jurusan Teknik Geologi Sekolah Tinggi


Teknologi Nasional Yogyakarta, Yogyakarta.

Zuhdi, Muhammad. (2019). Buku Ajar Pengantar Geologi. Duta Pengantar Ilmu:
Lombok

Anda mungkin juga menyukai