SKRIPSI
JHONIS SARAGI
2016 69 015
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan CH. Amri, P. Sanyoto, B. Hamonangan, S. Supriatna, W. Simanjuntak dan P. E.
Pieters (1990), berdasarkan tinjauan geologi sorong memiliki beragam Formasi, terdapat 31 Formasi yang
tersusun oleh batuan beku, sedimen dan metamorf. Keberagaman jenis batuan yang dapat ditemukan di
Regional ini tak lepas dari setting tektoniknya, menurut Hall (2002).
Berdasarkan CH. Amri, P. Sanyoto, B. Hamonangan, S. Supriatna, W. Simanjuntak dan P. E.
Pieters (1990), Berdasarkan Tinjauan Geologi Tinjauan Regional Sorong, Formasi Klasaman (TQk)
tersusun atas litologi batulumpur, serpih, batupasir, konglomerat, dan jarang batugambing koral-
ganggang.
Kehadiran batupasir pada Formasi Klasaman (TQk) merupakan hal yang menarik untuk diteliti,
dikarenakan Menurut Pettijohn (1987), batupasir dapat menjelaskan bagaimana ia terbentuk dan dari
mana sumbernya. Penelitian terkait provenance sangat penting dikarenakan batupasir dapat
merekonstruksi daerah asal dan setting tektoniknya, dikarenakan hal tersebutlah yang menyebabkan
penulis tertarik melakukan penelitian tentang provenance batupasir pada Formasi Klasaman (TQk).
Provenance sendiri merupakan semua faktor yang berhubungan dengan pembentukan batuan asal
pada batuan sedimen, khususnya pada komposisi batuan asal ketika sedimen tersebut terbentuk. Tujuan
utama analisis provenance yaitu untuk memahami karakteristik daerah asal sedimen sebuah batuan
melalui komposisi yang terdapat di batuan sedimen. Berdasarkan keunikan hal-hal tersebut di ataslah
yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian dengan Judul Analisis Provenance Batupasir Formasi
Klasaman (TQk) Daerah Klasan Dan Sekitarnya, Distrik Mariat, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua
Barat.
1.2 Rumusan Masalah
Yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu :
1. Dari mana sumber asal batupasir pada Formasi Klasaman (TQk).
2. Bagaimana tatanan tektonik asal batuan?
1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini, yaitu :
1. Mengetahui provenance batupasir pada Formasi Klasaman (TQk).pada daerah penelitian.
2. Mengetahui tatanan tektonik batuan asal batupasir pada Formasi Klasaman (TQk).
1.5 Manfaat
Manfaat dari penelitian, yaitu dapat memberikan informasi tentang batuan asal dan setting tektonik
batupasir sebagai informasi awal bagi penelitian selanjutnya, serta dapat menjadi acuan bagi penelitian
serupa ataupun berbeda.
Butiran besar pada batuan sedimen klastik disebut dengan istilah fragmen dan diikat oleh butiran –
butiran yang lebih halus yang dikenal dengan matriks.
Tabel 3.1 Klasifikasi batuan sedimen klastik
(Buku Petrologi., Dr. Eng. Adi Maulana, ST. M. Phi,2009)
Tekstur Ukuran Butir Komposisi Nama Batuan
Fragmen batuan
Konglomerat
membundar.
Kerikil (gravel) 2 mm
Fragmen batuan
Breksi
menyudut.
Batupasir
Mineral kuarsa dominan
kuarsa
Batupasir
Klastik kuarsa dan feldspar
1/16 – 2 mm arkose
Laminasi Serpih
1/256 mm
Masif Lempung
3.4 Provenance
Proses terbentuknya batuan sedimen diantaranya dapat diketahui dengan mene-
liti lingkungan pengendapan dan sumber sedimennya (Provenance). Berdasarkan terminologi, kata
Provenance yang berasal dari bahasa Prancis yakni “provenir” yang bermakna sumber atau muncul
(Pettijohn, 1987 dalam Boggs, 2008). Provenance merupakan semua faktor yang berhubungan dengan
pembentukan batuan sedimen khususnya pada komposisi yang berhubungan dengan pembentukan batuan
sedimen, terlebih khusus pada batuan asal dan setting tektonik.
Studi mengenai Provenance mulai berkembang ketika dilakukan oleh Fleet (1926) yang
mengenalkan metode kuantitatif penghitungan butir mineral penyusun batuan untuk meningkatkan
estimasi frekuensi kehadiran mineral secara relatif melalui analisis petrografi. Penelitian oleh Dickinson
dan Valloni (1980) menjelaskan bahwa komposisi utama dari batupasir sangat dikontrol oleh pergerakan
dari lempeng tektonik. Interpretasi Provenance sangat penting dilakukan pada batuan sedimen
silisiklastik, karena mineral silisiklastik dan fragmen batuan yang tersimpan di dalam batuan sedimen
memberikan bukti penting dari litologi batuan sumber.
Pada analisis mineral yang dilakukan terdapat aspek-aspek yang harus diperhatikan yaitu sebagai
berikut.
1. Dilakukan dengan metode point counting dari ± 300 butir mineral secara umum pada sampel
sayatan tipis yang telah dianalisis sebelumnya pada pengamatan petrografi.
2. Kristal atau mineral yang memiliki ukuran > 0,0625 mm (Skala ukuran butir material sedimen
yang dikenal sebagai skala Wentworth (folk, 1965). pada fragmen batuan tidak termasuk dalam
perhitungan butir monomineralik (Decker dan helmond, 1985).
3. Penentuan tatanan tektonik dan asal batuan (Provenance) mengacu pada plot diagram Dickinson
dan Suczek (1979).
Dickinson dkk. (1983) dalam Boggs (1992) memberi penjelasan pembagian tipe Provenance secara
umum yang terbagi menjadi tiga tipe, yaitu continental blocks Provenance, recycled orogen Provenance
dan magmatic arc Provenance. Setiap tipenya memiliki hubungan dengan tatanan tektonik tertentu.
Mineral silika dan komposisi batuan dari batuan sedimen silisiklastik merupakan hal mendasar yang
dapat membedakannya dari batuan sedimen lainnya. Mineral adalah bagian penting untuk mempelajari
dan mengidentifikasi asal-usul batuan sedimen silisiklastik karena mineral merupakan bukti yang satu-
satunya tersedia di alam untuk daerah yang sudah hilang seperti gunungapi purba.
Jenis mineral silisiklastik dan fragmen batuan yang terkemas dalam batuan sedimen merupakan
bukti penting untuk sumber batuan. Fragmen batuan juga memberikan bukti langsung terkait sumber
batuan asal seperti fragmen batuan vulkanik mengidentifikasikan sumber batuannya adalah vulkanik,
fragmen batuan metamorf mengidentifikasikan sumber batuannya adalah metamorfik.
Feldspar dan mineral lainnya juga merupakan indikator yang penting. Sebagai contoh potasium
feldspar menunjuk kepada batuan beku plutonik. Dimana sodic plagioklas (mineral plagioklas kaya Na)
terbentuk dari batuan plutonik alkaline sedangkan calcic plagioclas (mineral plagioklas kaya Ca)
terbentuk dari batuan vulkanik dasar.
Quartz juga memiliki nilai sebagai indikator asal batuan. Basu dkk. (1975), menunjukkan bahwa
tingginya persentase butiran kuarsa dengan undulose > 5ᵒ yang dikombinasikan dengan tingginya
persentase butiran polycrystalline, mengandung lebih dari tiga unit kristal per butir mengidentifikasikan
berasal dari batuan metamorfik derajat tinggi atau batuan beku plutonik.
Seorang geologi tertarik pada sumber tatanan tektonik dan tempat terasosiasinya endapan dibangun
oleh teori pemekaran lantai samudera dan lempeng tektonik. Perhatian ini difokuskan pada
menginterpretasikan tatanan tektonik dalam istilah - istilah lempeng tektonik (Dickinson and Suczek,
1979; Dickinson, 1982; Dickinson dkk., 1983). Tiga tatanan tektonik atau Provenance yang telah
teridentifikasi adalah :
1. Continental Blocks Provenance
2. Recycled Orogen Provenance
3. Magmatic Arc Provenance
Terletak di lempeng benua, yang dibatasi oleh pemekaran lempeng benua dan sabuk orogenesa atau
zona konvergensi lempeng. Sumber batuan terdiri dari batuan beku plutonik, metamorfik dan batuan
sedimen, termasuk juga batuan beku vulkanik. Sedimen yang terkikis dari sumber ini biasanya terdiri dari
pasir kuarsa, feldspar dengan rasio potasaium feldspar lebih melimpah terhadap plagioklas feldspar oleh
metamorfik dan fragmen batuan sedimen. Sedimen yang terkikis dari tempat ini tertransportasi (cekungan
laut marginal) yang dekat atau dapat terendapkan dari cekungan lempeng benua.
B. Recycled Orogen Provenance
Gambar 3.5 Recycled orogen Provenances (Dickinson, W. R., and C. A. Suczek, 1979)
Merupakan zona dari pertemuan lempeng, dimana kolusi lempeng utama membuat area sumber
terangkat di sepanjang sabuk pertemuan/kolusi. Ketika dua lempeng benua bertumbukan, sumber batuan
yang dihasilkan dari bagian yang terangkat biasanya sedimen dan metamorf yang hadir sepanjang batas
lempeng benua jauh sebelum tabrakan terjadi. Distribusi yang terlepas dari batuan induk umumnya terdiri
dari fragmen batuan sedimen atau metasedimen yang melimpah, kuarsa sedang dan rasio kuarsa yang
melimpah terhadap feldspar. Ketika kerak benua bertabrakan dengan kompleks busur magmatik, batuan
sumber yang mungkin terangkat yaitu batuan ultrabasa yang terdeFormasi, basal, dan batuan kerak
samudra, berbagai jenis batuan lain seperti greenstone (batuan beku yang termetamorfisme lemah) rijang,
argilit (batuserpih termetamorfisme lemah), batupasir litik, dan batugamping. Sedimen yang berasal dari
sumber ini mungkin mengandung banyak jenis fragmen batuan, kuarsa, feldspar dan rijang.
C. Magmatic Arc Provenance
Terletak di zona dari pertemuan lempeng dimana sedimen tererosi terutama dari sum-
ber busur vulkanik yang terdiri dari dataran tinggi vulkanogenik. Aliran vulkanik klastik yang terlepas
dari dataran tinggi ini sebagian besar terdiri dari fragmen litik vulkanik dan feldspar plagioklas. Kuarsa
dan potassium feldspar. Potassium feldspar biasanya sangat jarang kecuali sedikit vulkanik tererosi
hingga memunculkan batuan plutonik yang mendasari di bawahnya. Sedimen yang tererosi dari sumber
ini dapat tertransport ke palung atau terendapkan di cekungan depan dan cekungan belakang.
IV METODE PENELITIAN
Gambar 4.1 Profil administrasi daerah penelitian (Modifikasi, Kabupaten Sorong 2020).
Secara astronomi daerah penelitian berada pada koordinat 131˚17’30’’– 131˚21’30’’ BT dan
01˚02’30’’– 01˚06’30’’ LS. Daerah penelitian memiliki waktu tempuh 20 menit menggunakan kendaraan
roda dua dengan jarak tempuh sejauh 9 Km dari Kantor Bupati Kabupaten Sorong. yang selanjutnya
proses pengambilan data dapat dilakukan dengan berjalan kaki.
4.3 Variabel Pengamatan
Adapun variabel yang diperhatikan pada penelitian ini dapat di lihat pada tabel berikut. (Tabel 4.2)
Tabel 4.2 Variabel Riset (Penulis, 2021)
Variabel Pengamatan Keterangan
Pendeskripsian secara megaskopis dan mikroskopis
Litologi
akan menghasilkan penaman batuan.
Penentuan asal dan tatanan tektonik batuan
Analisis petrografi
(Provenance) berdasarkan Model klasifikasi setting
(Kompisisi Mineral QFL)
tektonik (Modifikasi, Dickinson, 1983)
Penyajian Data
Data yang telah dianalisis kemudian akan disajikan dalam bentuk inFormasi tentang batuan asal dan
juga tatanan tektonik berdasarkan klasifikasi Dickinson dan Suczek (1979).
Pendeskripsian Mikroskopis :
Pada pengamatan tersebut dilakukan pada perbesaran okuler 10x dan perbesaran objektif 4x. Warna
abu-abu kecoklatan tekstur sedang klastik, butir lempung – pasir sedang (<0,001-0,25mm), pemilahan
sedang, tersusun atas matrik supported fabric berupa lithic (rombakan dari batuan sedimen dan batuan
beku mempunyai mineral kalsit, piroksen, plagioklas dan hornblende), matrik yang tersusun dari
microspar serta mineral lempung, adapun mineral lain seperti kuarsa, opak, dan feldspar. Pada
pengamatan juga ditemukan foraminifera, alga dan skeletal. Pada sayatan sudah menunjukkan adanya
proses diagenesis neomorfisme dan micrtisasi microbial.
Komposisi Utama :
A. Semen (10%)
Warna abu-abu hingga putih, berukuran 0,04-0,06mm (G6-G7, C4-C5 dan E2-E3), relief
bervariasi, warna interferensi kuning keabuan 0.172 orde IV (extreme birefringe), sudut
pemadaman simetri hadir sebagai microspar sebagai mengisi dalam rongga fosil.
B. Litik (30%)
Warna putih serta tanpa warna, hadir sebagai fragmen batuan sedimen dan beku berukuran
0,04-0,25mm, relief tinggi, bentuk menyudut tanggung. Hornblende warna kuningan kecoklatan
(F8 dan D6), n>nKB, BF 0.0019, pemadaman paralel, orientasi length-slow, bias rangkap sedang
orde 2. Kalsit warna abu-abu hingga putih (C5 dan B4), relief bervariasi, Piroksen warna biru,
relief tinggi, subhedral, sistem kristal ortorombik, bias rangkap 0,011-0,015, n>nKB, pemadaman
paralel, orientasi moderate - high (E7 dan H2). Plagioklas tidak berwarna-putih (G7 dan G5),
relief sedang-tinggi bentuk subhedral prismatik, bias rangkap lemah orde 1.
C. Feldspar (8%)
Dalam pengamatan terlihat tanpa warna (A6 dan E1), belahan 1 arah, relief rendah, tanpa
pleokrosime, berukuran 0,04-0,10mm subhedral-euhedral, warna interferensi putih abu-abu.
D. Matriks (14%)
Berupa lumpur karbonatan berwarna putih (G3, dan B3-C3), berukuran <0,01-0,03mm
warna interferensi kuning orde IV, sebagai besar telah terekristalisasi menjadi microcrystalline
microspar.
E. Foraminifera (12%)
Warna putih kecoklatan pada nikol sejajar berupa fosil foram besar berukuran 0,15-0,30mm
(C5, F2 dan F6), bentuk utuh menyudut tanggung sampai membulat tanggung, sudah terisi kalsit.
F. Skeletal (8%)
Warna kuning, berukuran 0,08-0,25mm, merupakan kerangka organik (B3, D3 dan H1),
bentuk tidak utuh.
G. Alga (3%)
Warna abu-abu kecoklatan (F4), relief sedang, berbentuk memanjang dan utuh, berukuran
0,10mm.
H. Opak (13%)
Dalam pengamatan terlihat hitam pekat isotrop, pada nikol silang dan nikol sejajar bentuk
prismatik pendek, berukuran 0,04-0,08mm, bentuk membulat tanggung (G2 dan D7).
I. Kuarsa (12%)
Warna putih-tidak berwarna relief rendah, bentuk anhedral berukuran 0,08-0,25mm, n<nKB,
bias rangkap lemah orde 1 (B6, C7 dan F1).
Lp 3 memiliki karakteristik berwarna abu-abu memiliki stuktur perlapisan dengan ukuran butir 0,50
– 0,25 mm/pasir sedang (skala ukuran butir material sedimen Wentworth, Folk, 1965) serta memiliki
semen karbonat yang diketahui melalui pengujian menggunakan larutan HCL, memiliki ketebalan 40 cm
dilapangan.
Kode Sampel : LP 3
Tanggal Analisis : 06-07 Oktober 2021
Jenis Batuan: Batuan Sedimen
Nama Batuan : Lithic Greywacke (Pettijohn, 1987)
PPL (Plane Polarized Light) XPL (Cross Polarized Light)
Pendeskripsian Mikroskopis :
Pada pengamatan tersebut dilakukan pada perbesaran okuler 10x dan perbesaran objektif 4x. Warna
abu-abu kecoklatan tekstur sedang klastik, butir lempung – pasir sedang (<0,001-0,25mm), pemilahan
sedang, tersusun atas matrik supported fabric berupa lithic (rombakan dari batuan sedimen lempung dan
gamping yang mempunyai mineral lempung dan kalsit), matrik yang tersusun dari mikrospar serta
mineral lempung, adapun mineral lain seperti kuarsa dan feldspar. Pada pengamatan juga ditemukan alga
dan foraminifera. Pada sayatan sudah menunjukkan adanya proses diagenesis neomorfisme, pelarutan dan
micrtisasi microbial.
Komposisi Utama :
A. Semen (15%)
Warna abu-abu hingga putih, berukuran 0,04 - 0,08mm (A5-F5), relief bervariasi, warna
interferensi kuning keabuan 0.172 orde IV (extreme birefringe), sudut pemadaman simetri hadir
sebagai microspar sebagai mengisi dalam rongga fosil.
B. Litik (30%)
Warna putih serta tanpa warna, hadir sebagai fragmen batuan sedimen lempung dan gamping
berukuran <0,004-0,30mm, relief tinggi, bentuk menyudut tanggung. Lempung warna abu-abu
kecoklatan pada pengamatan XPL, berbutir halus, warna interferensi kuning orde IV (H1-H2).
Kalsit warna abu-abu hingga putih (D6-D8, E6-G6 dan D1-G1), relief bervariasi, warna
interferensi kuning keabuan 0.172 orde IV.
C. Matriks (10%)
Berupa lumpur karbonatan berwarna putih (H1-H4), berukuran <0,01-0,03mm warna
interferensi kuning orde IV, sebagai besar telah terkristalisasi menjadi microcrystalline microspar.
D. Kuarsa (5%)
Warna putih-tidak berwarna relief rendah, bentuk anhedral berukuran 0,04mm, n<nKB, bias
rangkap lemah orde 1 (G8 dan C8), mineral relatif kecil hampir merata di sayatan.
E. Feldspar (12%)
Dalam pengamatan terlihat tanpa warna (H4 dan B2), belahan 1 arah, relief rendah, tanpa
pleokrosime, berukuran 0,04-0,28mm subhedral-euhedral, warna interferensi putih abu-abu.
F. Foraminifera (20%)
Warna putih kecoklatan pada nikol sejajar berupa fosil foram besar-kecil berukuran 0,15-
0,60mm (D3- D6 dan B1-C1), bentuk utuh menyudut tanggung sampai membulat tanggung,
sudah terisi microspar, sebagai foram mengalami pelarutan.
G. Alga (8%)
Warna abu-abu kecoklatan (H6-H7 dan A1-A2), relief sedang, berbentuk memanjang dan
utuh, berukuran 0,15-035mm.
Pada Lp 4 memiliki karakteristik berwarna abu-abu kecoklatan memiliki stuktur perlapisan dengan
ukuran butir 0,125 – 0,0625mm/pasir sangat halus (skala ukuran butir material sedimen Wentworth, Folk,
1965), serta memiliki kandungan fosil berupa pecahan cangkang serta kandungan semen karbonat yang
diketahui melalui pengujian menggunakan larutan HCL, memiliki ketebalan 1 meter dilapangan.
Gambar 5.4 Singkapan batupasir sangat halus pada Lp 4 (skala ukuran butir material sedimen Wentworth, Folk, 1965)
(Penulis, 2021)
Kode Sampel : LP 4
Tanggal Analisis : 06-07 Oktober 2021
Jenis Batuan : Batuan Sedimen
Nama Batuan : Lithic Wacke (Pettijohn, 1987)
PPL (Plane Polarized Light) XPL (Cross
Polarized Light)
Pendeskripsian Mikroskopis :
Pada pengamatan tersebut dilakukan pada perbesaran okuler 10x dan perbesaran objektif 4x.
Warna abu-abu kecoklatan tekstur sedang klastik, butir lempung – pasir sedang (<0,001-0,25mm),
pemilahan sedang, tersusun atas matrik supported fabric berupa litik (rombahakan dari batuan sedimen
lempung dan gamping yang mempunyai mineral lempung dan kalsit), matrik yang tersusun dari
microspar serta mineral lempung, adapun mineral lain seperti kuarsa, feldspar. Pada pengamatan juga
ditemukan skeletal dan foraminifera.
Komposisi Utama :
A. Semen (8%)
Warna abu-abu hingga putih, berukuran (0,04-0,08mm) (H2 dan F3), relief berfariasi,
warna interferensi kuning keabuan 0.172 orde IV (extreme birefringe), bentuk kecil-kecil di
antara butir, sudut pemadaman simetri hadir sebagai microspar (mineral lempung yang sudah
mengalami rekristalisasi).
B. Foraminerfera (30%)
Warna coklat pada nikol sejajar berupa fosil foram besar berukuran 0,58mm (D1-D5), bentuk
utuh membulat tanggung.
C. Litik (25%)
Warna putih serta tanpa warna, hadir sebagai fragman batuan sedimen lempung dan gamping
berukuran <0,004-0,08mm, relief tinggi, bentuk menyudut tanggung. Lempung warna
abu-abu kecoklatan pada pengamatan XPL, berbutir halus menjadi masa dasar fragman, warna
interferensi kuning orde IV (A1-A5). Kalsit warna abu-abu hingga putih (E5-E6), relief
bervariasi, warna interferensi kuning keabuan 0.172 orde IV (extreme birefringe), bentuk mineral
relatif kecil-kecil.
D. Kuarsa (10%)
Warna putih tidak berwarna relief rendah, bentuk anhedral berukuran 0,04 mm, n<nKB,
bias rangkap lemah orde 1 (B1, B3 dan F2), mineral relatif kecil hampir merata di sayatan.
E. Skeletal (3%)
Warna kuning, berukuran 0,02mm, merupakan kerangka organik (F2).
F. Feldspar (8%)
Dalam pengamatan terlihat tanpa warna (B6 dan H5), belahan 1 arah, relief rendah, tanpa
pleokrosime, berukuran 0,03-0,08mm subhedral-euhedral, warna interferensi putih abu-abu.
G. Matrik (16%)
Warna abu-abu kecoklatan, berukuran <0,01-0,03mm warna interferensi kuning orde IV,
sebagian telah mengalami rekristalisasi menjadi microspar. Hadir merata pada sayatan (G1-G6).
Lp 5 memiliki karakteristik berwarna hitam – coklat memiliki stuktur masif dengan ukuran butir
0,50 – 0,125 mm/pasir sedang – pasir halus (skala ukuran butir material sedimen Wentworth, Folk, 1965),
serta memiliki semen karbonat yang diketahui melalui pengujian menggunakan larutan HCL, memiliki
ketebalan 1 meter dilapangan.
Gambar 5.5 Singkapan batupasir pasir sedang – pasir halus pada Lp 5 (skala ukuran butir material sedimen Wentworth, Folk,
1965) (Penulis, 2021)
Kode Sampel : LP 5
Tanggal Analisis : 06-07 Oktober 2021
Jenis Batuan : Batuan Sedimen
Nama Batuan : Lithic Wacke (Pettijohn, 1987)
PPL (Plane Polarized Light) XPL (Cross Polarized Light)
Pendeskripsian Mikroskopis :
Pada pengamatan tersebut dilakukan pada perbesaran okuler 10x dan perbesaran objektif 4x.
Warna abu-abu kecoklatan tekstur sedang klastik, butir lempung – pasir sedang (<0,001-0,25mm),
pemilahan sedang, tersusun atas matrik supported fabric berupa litik (rombahakan dari batuan sedimen
dan batuan beku mempunyai mineral lempung, kalsit, piroksen, dan hornblende), matrik yang tersusun
dari mikrospar serta mineral lempung, adapun mineral lain seperti kuarsa, opak feldspar. Pada
pengamatan juga ditemukan foraminifera, dan skeletal. Pada sayatan sudah menunjukkan adanya proses
diagenesis neomorfisme.
Komposisi Utama :
A. Semen (8%)
Warna abu-abu hingga putih, berukuran 0,04-0,06mm (B5 dan C5), relief bervariasi, warna
interferensi kuning keabuan 0.172 orde IV (extreme birefringe), sudut pemadaman simetri hadir
sebagai microspar mengisi pada bagian rongga fosil.
B. Foraminerfera (8%)
Warna coklat pada nikol sejajar berupa fosil foram kecil berukuran 0,05-0,18mm (B5-B6 dan
C5), bentuk utuh membulat tanggung sebagian sudah pecah.
C. Litik (30%)
Warna putih serta tanpa warna, hadir sebagai fragmen batuan sedimen dan beku berukuran
<0,004-0,25mm, relief tinggi, bentuk menyudut tanggung. Lempung warna abu-abu
kecoklatan pada pengamatan XPL, berbutir halus menjadi masa dasar fragmen, warna
interferensi kuning orde IV (B4 dan F6-F7). Kalsit warna abu-abu hingga putih (B2, F3 dan G7),
relief bervariasi, warna interferensi kuning keabuan 0.172 orde IV (extreme birefringe), bentuk
mineral relatif kecil-kecil. Hornblende warna kuningan ke coklatan (F4 dan D5-E5), n>nKB, BF
0.0019, pemadaman paralel, orientasi length-slow, bias rangkap sedang orde 2. Piroksen warna
biru, relief tinggi, subhedral, sistem kristal ortorombik, bias rangkap 0,011-0,015, n>nKB,
pemadaman paralel, orientasi moderate - high (E3 dan D6).
D. Skeletal (3%)
Warna kuning, berukuran 0,04-0,08mm, merupakan kerangka organik (B4 dan E6), bentuk
tidak utuh.
E. Feldspar (8%)
Dalam pengamatan terlihat tanpa warna (B6, F3 dan F2), belahan 1 arah, relief
rendah, tanpa pleokrosime, berukuran 0,04-0,15mm subhedral-euhedral, warna interferensi
putih abu-abu.
F. Matrik (25%)
Warna abu-abu kecoklatan, berukuran <0,01-0,03mm warna interferensi kuning orde IV,
sebagian telah mengalami rekristalisasi menjadi microspar. Hadir merata pada sayatan (F6-F8,
B4-B5 dan G5- G6).
G. Kuarsa (10%)
Warna putih tidak berwarna relief rendah, bentuk anhedral berukuran 0,08-0,25mm, n<nKB,
bias rangkap lemah orde 1 (D6, A7 dan E1).
H. Opak (5%)
Dalam pengamatan terlihat hitam pekat isotrop, pada nikol silang dan nikol sejajar bentuk
prismatik pendek, berukuran 0,04-0,18mm, bentuk membulat tanggung (F1 dan A3).
Lp 6 memiliki karakteristik berwarna abu-abu kecoklatan memiliki stuktur masif dengan ukuran
butir 0,25 – 0,125mm/pasir halus (skala ukuran butir material sedimen Wentworth, Folk, 1965), serta
memiliki kandungan fosil berupa pecahan cangkang serta kandungan semen karbonat yang diketahui
melalui pengujian menggunakan larutan HCL, memiliki ketebalan 1,5 meter dilapangan.
Gambar 5.6 Singkapan batupasir halus pada Lp 6 (skala ukuran butir material sedimen Wentworth, Folk, 1965) (Penulis,
2021)
Lp 7 memiliki karakteristik berwarna abu-abu memiliki stuktur perlapisan dengan ukuran butir 0,50
– 0,25 mm/pasir sedang (skala ukuran butir material sedimen Wentworth, Folk, 1965), serta memiliki
semen karbonat yang diketahui melalui pengujian menggunakan larutan HCL, memiliki ketebalan 3 meter
dilapangan.
Gambar 5.7 Singkapan batupasir sedang pada Lp 7 (skala ukuran butir material sedimen Wentworth, Folk, 1965) (Penulis,
2021)
Kode Sampel : LP 7
Tanggal Analisis : 06-07 Oktober 2021
Jenis Batuan : Batuan Sedimen
Nama Batuan : Lithic Greywacke (Pettijohn, 1987)
PPL (Plane Polarized Light) XPL (Cross Polarized Light)
Pendeskripsian Mikroskopis :
Pada pengamatan tersebut dilakukan pada perbesaran okuler 10x dan perbesaran objektif 4x.
Warna abu-abu kecoklatan tekstur sedang klastik, butir lempung – pasir sedang (<0,001-0,25mm),
pemilahan sedang, tersusun atas matrik supported fabric berupa litik (rombakan dari batuan sedimen dan
batuan beku mempunyai mineral kalsit, piroksen, plagioklas dan hornblende), matrik yang tersusun dari
microspar serta mineral lempung, adapun mineral lain seperti kuarsa, opak, feldspar. Pada pengamatan
juga ditemukan foraminifera, alga dan skeletal. Pada sayatan sudah menunjukkan adanya proses
diagenesis neomorfisme dan micrtisasi microbial.
Komposisi Utama :
A. Semen (12%)
Warna abu-abu hingga putih (G1-G2, D2-D3 dan E5-E6), berukuran 0,04-0,08mm, relief
bervariasi, warna interferensi kuning keabuan 0.172 orde IV (extreme birefringe), sudut
pemadaman simetri hadir sebagai microspar sebagai mengisi dalam rongga fosil.
B. Litik (30%)
Warna putih serta tanpa warna, hadir sebagai fragmen batuan sedimen dan beku berukuran
0,08- 0,25mm, relief tinggi, bentuk menyudut tanggung. Hornblende warna kuningan (D4 dan
F2), n>nKB, BF 0.0019, pemadaman paralel, orientasi length-slow, bias rangkap sedang orde 2.
Kalsit warna abu- abu hingga putih (F7, H3 dan E7), relief bervariasi, Piroksen warna biru, relief
tinggi, subhedral,sistem kristal ortorombik, bias rangkap 0,011-0,015, n>nKB, pemadaman
paralel, orientasi moderate – high (C4). Plagioklas tidak berwarna-putih (F7, D7 dan D5),
relief sedang-tinggi, bentuk subhedral prismatik, bias rangkap lemah orde 1.
C. Matriks (21%)
Berupa lumpur karbonatan berwarna putih (A2-A3, C6-E6 dan H6), berukuran <0,001-
0,03mm warn interferensi kuning orde IV, sebagai besar telah terkristalisasi menjadi
microcrystalline microspar.
D. Foraminifera (12%)
Warna putih kecoklatan pada nikol sejajar berupa fosil foram besar-kecil berukuran 0,15-
0,30mm (G1- G2, D4-F4 dan E2), bentuk utuh menyudut tanggung sampai membulat tanggung,
sudah terisi kalsit.
E. Skeletal (5%)
Warna kuning, berukuran 0,08mm, merupakan kerangka organik (B7), bentuk tidak utuh.
F. Opak (5%)
Dalam pengamatan terlihat hitam pekat isotrop, pada nikol silang dan nikol sejajar bentuk
prismatik pendek, berukuran 0,04-0,15mm, bentuk membulat tanggung (B3 dan B4).
G. Feldspar (8%)
Dalam pengamatan terlihat tanpa warna (F8 dan B8), belahan 1 arah, relief rendah, tanpa
pleokrosime, berukuran 0,10mm subhedral-euhedral, warna interferensi putih abu-abu.
H. Kuarsa (7%)
Warna putih-tidak berwarna relief rendah, bentuk anhedral berukuran 0,08-0,25mm, n<nKB,
bias rangkap lemah orde 1 (C8, G7 dan A1).
Lp 8 L1 memiliki karakteristik berwarna abu-abu memiliki stuktur laminasi dengan Ukuran butir
0,25 – 0,125mm/pasir halus (skala ukuran butir material sedimen Wentworth, Folk, 1965), serta memiliki
semen karbonat yang diketahui melalui pengujian menggunakan larutan HCL, memiliki ketebalan 21
meter dilapangan.
Lp 8 L2 memiliki karakteristik berwarna abu-abu memiliki stuktur masif dengan Ukuran butir 0,25
– 0,0625mm/pasir halus – pasir sangat halus (skala ukuran butir material sedimen Wentworth, Folk,
1965), serta memiliki kandungan fosil berupa pecahan cangkang serta kandungan semen karbonat yang
diketahui melalui pengujian menggunakan larutan HCL, memiliki ketebalan 4,3 meter dilapangan.
Gambar 5.8 Singkapan batupasir pasir halus pada Lp 8 L, Lp 8 L2 batupasir halus – pasir sangat halus (skala ukuran butir
material sedimen Wentworth, Folk, 1965) (Penulis, 2021)
Lp 9 memiliki karakteristik berwarna abu-abu kecoklatan memiliki stuktur masif dengan ukuran
butir 0.25 – 0,125mm/pasir halus (skala ukuran butir material sedimen Wentworth, Folk, 1965), serta
memiliki kandungan fosil berupa pecahan cangkang serta kandungan semen karbonat yang diketahui
melalui pengujian menggunakan larutan HCL, memiliki ketebalan 2 meter dilapangan.
Gambar 5.9 Singkapan batupasir halus pada Lp 9(skala ukuran butir material sedimen Wentworth, Folk, 1965)(Penulis, 2021)
Kode Sampel : LP 9
Tanggal Analisis : 06-07 Oktober 2021
Jenis Batuan : Batuan Sedimen
Nama Batuan : Lithic wacke (Pettijohn, 1987)
PPL (Plane Polarized Light) XPL (Cross Polarized Light)
Pendeskripsian Mikroskopis :
Pada pengamatan tersebut dilakukan pada perbesaran okuler 10x dan perbesaran objektif 4x.
Warna abu-abu kecoklatan tekstur sedang klastik, butir lempung – pasir sedang (<0,001-0,25mm),
pemilahan sedang, tersusun atas matrik supported fabric berupa litik (rombakan dari batuan sedimen dan
batuan beku mempunyai mineral lempung dan hornblende), matrik yang tersusun dari microspar serta
mineral lempung, adapun mineral lain seperti kuarsa, feldspar. Pada pengamatan juga ditemukan
foraminifera. Pada sayatan sudah menunjukkan adanya proses diagenesis neomorfisme dan micrtisasi
microbial (merupakan produk diagenesis oleh aktivitas organisme yang sangat aktif, maka akan
menghasilakan cangkang fosil yang sepenuhnya termikritisasi untuk melindungi cangkang fosil tersebut
sehingga lebih tahan terhadap pelarutan.
Komposisi Utama :
A. Semen (12%)
Warna abu-abu hingga putih, berukuran 0,04-0,08mm (D6 dan H3-H4), relief bervariasi,
warna interferensi kuning keabuan 0.172 orde IV (extreme birefringe), sudut pemadaman simetri
hadir sebagai microspar (mineral lempung yang sudah mengalami rekristalisasi sebagai mengisi
dalam rongga cangkang fosil).
B. Foraminerfera (15%)
Warna coklat pada nikol sejajar berupa fosil foram kecil berukuran 0,18-0,30mm (B4-B5, D6
dan H3- H4), bentuk utuh menyudut tanggung sampai membulat tanggung, sudah terisi semen
microspar.
C. Litik (20%)
Warna putih serta tanpa warna, hadir sebagai fragmen batuan sedimen dan beku berukuran
<0,004- 0,25mm, relief tinggi, bentuk menyudut tanggung. Lempung warna abu-abu kecoklatan
pada pengamatan XPL, berbutir halus menjadi masa dasar fragmen, warna interferensi kuning
orde IV (H1- H2 dan H5-H6). Hornblende warna kuningan ke coklatan (F5 dan F7), n>nKB, BF
0.0019, pemadaman paralel, orientasi length-slow, bias rangkap sedang orde 2.
D. Kuarsa (8%)
Warna putih-tidak berwarna relief rendah, bentuk anhedral berukuran 0,04mm, n<nKB, bias
rangkap lemah orde 1 (A7, G7 dan F1), mineral relatif kecil hampir merata di sayatan.
E. Feldspar (5%)
Dalam pengamatan terlihat tanpa warna (B1 dan F6), belahan 1 arah, relief rendah, tanpa
pleokrosime, berukuran 0,04-0,08mm subhedral-euhedral, warna interferensi putih abu-abu.
F. Matrik (40%)
Warna abu-abu kecoklatan, berukuran <0,01-0,03mm warna interferensi kuning orde IV,
sebagian telah mengalami rekristalisasi menjadi microspar. Hadir merata pada sayatan (C1-G1,
dan D3-D5).
Tabel 5.2 Persentase Mineral Kuarsa, Feldspar, dan Litik (Cv. Geoaccess Indonesia, 2021)
Kode Sampel Kuarsa feldspar Litik Total (%) Nama Batuan
Lp 1 24 18,6 58,14 100 Lithic Greywacke Setelah
Lp 3 10,64 25,53 63,83 100 Lithic Greywacke didapatkan
Lp 4 23,26 18,6 58,14 100 Lithic Wacke persentase mineral
Lp 5 20,83 16,67 62,5 100 Lithic Wacke utama penyusun
Lp 7 15,56 17,77 66,67 100 Lithic Greywacke batupasir Formasi
Lp 9 24,24 14,15 61,61 100 Lithic Wacke Klasman (TQk)
selanjutnya
dilakukan plotting pada diagram segitiga Dickinson & Suczek (1979), melalui hasil plotting diagram
tersebut batupasir Formasi Klasaman yang berada paada daerah penelitian menunjukkan tipe Provenance
yang berasal dari Magmatic Arc, Magmatic Arc terbagi menjadi 3 zona yaitu Dissected Arc, Transional
Arc dan Undissected Arc. Batupasir Formasi Klasaman daerah penelitian berada pada Zona Transitional
Arc dan Undissected arc, yang dimana Lp (Lokasi Penelitian) yang berada pada Transitional Arc adalah
Lp 1, 4, 5 dan 9 sedangkan Lp 7 dan 3 berada pada Undissected Arc.
Gambar 5.10 hasil pengeplotan pada klasifikasi diagram setting tektonik Dickinson & suczek 197 (Dickinson & Suczek,
1979)
Pada penelitian ini difokuskan pada Formasi Klasaman, dimana pengendapan pada cekungan
Salawati ini merupakan pengendapan Tersier, basement dari cekungan ini berumur Silur-Devonian.
Rifting yang terjadi selama Permian-Triassik menyebabkan terjadinya ocean floor spreading pada batas
utara Australia saat Jurasik tengah-akhir. Bagian Kepala Burung Papua merupakan fragmen dari lempeng
benua Australia yang diperkirakan terpecahkan dan rifted dari bagian Australia dan menjadi
Microcontinent Papua Barat, yang berdasarkan tectonic setting berada pada Foreland Basin.
Penelitian regional yang dilakukan oleh Awang Satyana (2003) yang dilakukan mulai dari 1997-
2000 bahwa cekungan Salawati selama Paleozoik-Pliosen awal menjadi berarah utara-barat laut, namun
sejak Pliosen akhir setelah terjadinya sesar sinistral Sorong, trend struktur Cekungan Salawati berubah
arah menjadi timur laut-barat daya.
Batupasir Klasaman adalah batupasir yang termasuk dalam formasi klasaman bagian atas, yang
berumur Pliosen Atas. Kegiatan seismic regional dan data sumur menunjukkan bahwa pengendapan Intra-
Klasaman relative tersebar luas dengan pengendapan utamanya terjadi di sepanjang daerah selat sele,
bagian utara Cekungan Salawati. Kandungan batupasir umumnya berkurang ke baratdaya menunjukkan
bahwa provenance dari batupasir berasal dari bagian timurlaut cekungan. Batupasir terendapkan di inner-
middle sublittoral (lingkungan subtidal) (Awang Satyana, 2001).
Lebih dekat kepada asal batuannya, batupasir tersebut berukuran sedang – sangat kasar, terkadang
berukuran kerikil – kerakal, dengan tingkat keseragaman butir buruk – baik. Jenis butiran detritus yang
paling melimpah dan masih bertahan adalah fragmen litik yang tersusun atas 60% . Mineral Kuarsa hadir
sekitar 8%. Lebih jauh ke selatan pada jarak tertentu, kandungan kuarsa semakin berlimpah (Awang
Satyana, 2001).
Berdasarkan hasil pengamatan petrografi sayatan tipis dan analisis Provenance, yang didasarkan
pada presentase mineral utama yang terkandung dalam sampel batupasir didaerah penelitian terendapkan
pada tatanan tektonik Magmatic Arc.
Gambar 5.12 Magmatic arc (Dickinson, W. R., and C. A. Suczek, 1979)
Lebih lanjut, hasil penelitian menunjukkan bahwa batupasir didaerah penelitian menempati
subkelas Transitional Arc dan Undissected arc. Hasil ini didasarkan pada pada presentase kehadiran litik
rata-rata 61% yang diikuti dengan kehadiran kuarsa rata-rata 20% serta Feldspar 18,6%. Hal ini
menjelaskan bahwa batupasir didaerah penelitian terendapkan pada zona pertemuan/transisi (retroarc
forland basin) dimana berada diantara busur gunungapi Magmatic arc dan kerak benua continental crust.
6.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Secara megaskopis melalui pengamatan lapangan sampel batupasir Formasi Klasaman (TQk) pada
daerah penelitian terbagi menjadi 2 jenis litologi yaitu betupasir karbonatan dan batupasir fosilan.
2. Petrografi, melalui asnalisis sayatan tipis, batupasir daerah penelitian terdapat 2 (dua) jenis
batupasir menurut Klasifikasi Pettijohn, 1987 yaitu batupasir Lithic Greywacke dan Lithic wacke.
3. Provenance, berdasarkan hasil pengeplotan pada diagram setting tektonik provenance yang
dilakukan pada diagram segitiga Dickinson & Suczek, 1979, menunjukkan secara umum asal
setting tektonik berada pada magmatic arc dengan subzona Transional Arc dan Undissected Arc.
4. Batuan asal, berdasarkan komposisi mineral batupasir yang telah diamati dapat diinterpretasikan
bahwa batupasir Formasi Klasaman (TQk) pada daerah penelitian berasal dari salah satu Formasi
yang berada di utara cekungan salawati yakni Batuan Gunungapi Dore (Tmdo), dengan kandunga
mineral penyusun yang mendominasi adalah pecahan batuan (litik) yang dimana kandungan litik
dalam kajian literatur dapat menjelaskan atau menginterpretasikan darimana sumber batuan asal,
litik pada sampel batupasir pada Formasi Klasaman (TQk) dominan memiliki pecahan mineral
penyunsun batuan beku mafic.
5. Berdasarkan tinjauan hasil sebelumnya (Hipotetsis), didapatkan hasil yang berbeda antara
Hopotesis dan hasil, hal tersebut dapat terjadi dikarena kesalahan atau kekurangan penulis yang
hanya berpatokan pada tinjauan regional sorong tanpa melihat kajian atau referensi yang lebih
tentang proses geologi yang bekerja pada lingkungan daerah penelitian.
6.2 SARAN
Berdasarkan pembahasan dan hasil temuan penelitian, penulis memberikan saran sebagai berikut
1. Perlunya pemetaan mendetail dengan skala yang lebih besar menggunakan beberapa variasi
metode untuk membuktikan bahwa adanya pengaruh material gunungapi terhadap pembentukan
batuan pada formasi klasaman bagian atas, serta pengaruhnya terhadap pengisian cekungan
salawati.
2. Perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi butiran litik penyusun batupasir pada
formasi klasaman bagian atas memiliki hubungan/genesa dari formasi gunungapi Dore (Tmdo)