Bumi adalah planet dalam tata surya yang bisa dihuni oleh manusia, tanaman
dan tumbuhan. Bumi terdiri dari tiga unsur yang sangat berpengaruh bagi
penduduknya. Tiga unsur tersebut adalah tanah, air, dan udara. Tanah menjadi
komponen penting bagi manusia dalam pelaksanaan kehidupannya. Tanah
memiliki senyawa tertentu yang bermanfaat bagi manusia.
Setelah mineral tersebut masuk dalam batuan, reaksi kimia akan terjadi pada
mineral baru dengan mineral yang sudah lama menetap dalam batu. Setelah
terjadi pencampuran akan dilanjutkan dengan kristalisasi yang menjadi proses
akhir dalam pembentukan batuan sedimen.
Batuan sedimen dengan tekstur klastik adalah batuan yang dibentuk dari
penghancuran batuan lain. pecahan tersebut kemudian dibawa menuju tempat
lain dan terdeposisi (terbiasa dengan lingkungan) sampai
pada tahan diagenesa. Sedangkan batuan sedimen bertekstur non-klastik yaitu
masuk dalam batuan sedimen kimiawi dan organik.
1. Batu Konglomerat
Batu yang terdiri dari material kerikil
bulat, batu-batu dan pasir yang terikat satu sama lain adalah batu konglomerat.
Batu konglomerat disusun dari bahan-bahan yang terlepas karena pengaruh gaya
berat batu. Kemudian bahan tersebut memadat dan saling terikat dengan baik.
Fungsi dari batu ini adalah untuk bahan pendukung bangunan.
2. Batu Pasir
3. Batu Gamping
Batu dengan bentuk sedikit lunak dengan
warna putih bercampur abu-abu disebut dengan batu gamping. Batu ini mampu
membentuk gas karbondioksida jika mendapat sedikit tetesan asam. Batu
gamping tersusun dari cangkang binatang lunak yang sudah mati, seperti kerang,
siput, dan binatang laut lain. Batu gamping dapat digunakan sebagai bahan baku
semen.
4. Batu Serpih
6. Batu Breksi
7. Batu Lempung
Warna dari batu lempung biasanya
berwarna keemasa, coklat, abu-abu, atau merah. Batu lempung terbuat dari
proses pelapukan batuan beku yang membentuk material lempung di sekitar
batuan induk. Lalu batu induk akan masuk dalam proses pengendapan dan
menjadi batu lempung. Fungsi dari batu lempung adalah sebagai bahan dari
kerajinan.
Batuan Metamorf : Ciri Ciri,
Klasifikasi dan Contoh Macam
Jenis
Batuan adalah satu atau lebih mineral yang terkumpul menjadi satu fungsi. Salah
satu penyusun batuan adalah kerak bumi. Berdasarkan kejadian kerak bumi, ada
tiga jenis klasifikasi batuan, yakni : batuan beku, batuan sedimen, dan batuan
metamorf. Tiga batuan tersebut memiliki nama latin masing-masing,
yaitu igneous rocks, sedimentary rocks, dan metamorphic rocks.
Batuan metamorf atau bisa juga disebut batuan malihan terbentuk dari
proses metamorfisme. Batuan ini juga memiliki jenis beragam dan berciri khas
dalam struktur dan tesktur batu tersebut. Batuan ini memiliki peran penting bagi
pengamatan tekanan dan suhu yang berada jauh di dalam permukaan bumi.
Batuan malihan yaitu batuan yang berasal dari batuan-batuan lain sebagai induk,
seperti batuan sedimen atau batuan beku. Batuan induk tersebut juga bisa
berasal dari batuan itu sendiri namun dengan syarat sudah melalui proses
mineralogi, struktur dan tekstur yang disebabkan oleh perubahan temperatur
dan tingginya tekanan pada batuan induknya
Temperatur dan tekanan tinggi dari batuan induk tersebut akan berakibat
merubah struktrur dan tekstur batuan tersebut. Batuan yang terbentuk akan
menyesuaikan sifatnya sesuai dengan material pembentuknya. Sehingga, bisa
saja antara satu batuan dengan yang lain memiliki perbedaan struktur dan
tekstur disebabkan proses metamorfismenya.
1. Perubahan Tekanan
Tekanan (pressure) adalah faktor yang berfungsi mengontrol proses
pembentukan batuan ini. Perubahan tekanan semakin tinggi bisa menyebabkan
rekristalisasi (pengkristalan ulang) pada mineral dalam kandungan batuan induk
sebelumnya. Tekanan yang terjadi kurang lebih antara 1 – 10.000 bar (Jackson)
Perubahan tekanan ini juga dipengaruhi oleh berbagai hal. Pada umumnya,
pengaruh utama berasa dari aktivitas tektonik dan vulkanik bumi. Penumpukan
endapan dari batuan – batuan juga dapat menyebabkan tekanan berubah – ubah.
2. Aktivitas Kimia
Aktivitas kimia berpengaruh dalam pembentukan batuan malihan, yaitu
mengubah dan merekristalisasi batuan induk sebelumnya yang tidak perlu
melewati fase cair. Tempetur saat aktivitas kimia berlangsung sekitar 350 derajat
Celcius sampai 1200 derajat Celcius. Sedangkan tekanan yang terbentuk ada
diantara 1 – 10000 bar (Jackson)
Bentuk dari aktivitas kimia yang sering dijumpai adalah fluida dan gas pada
jaringan batuan induk. Aktivitas kimia berperan untuk mengubah komposisi kimia
dan mineral dalam batuan metamorf. Fluida yang mudah ditemukan
yaitu karbondioksida, asam hidroklorik, air, dan hidroflorik. Pada umumnya zat
kimia tersebut berguna sebagai katalis dalam reaksi kimia.
3. Perubahan Temperatur
Temperatur yang berubah bisa diakibatkan karena perubahan gradient
geothermal atau dapat disebut dengan intrusi magma. Selain hal tersebut,
gesekan antar massa batuan menyebabkan temperatur mudah berubah dan akan
berujung saat proses metamorfisme berlangsung.
Perubahan temperatur dapat terjadi dalam suhu sekitar 350 sampai 1200 derajat
Celcius. Suhu atau temperatur berfungsi sebagai pengontrol saat proses
pembentukan batuan berlangsung agar tidak memasuki fase cair terlebih dahulu.
Sehingga proses metamorfisme berjalan lancar dan menghasilkan batuan yang
sempurna.
Ciri
Karakteristik Batuan Metamorf
Batuan metamorf memiliki karakteristik dan ciri-ciri yang memudahkan
mengenalinya. Rincian mengenai ciri khas batuan malihan atau metamorf akan
dijelaskan dengan jelas di bawah ini.
1. Warna
Karena proses metamorfisme yang beragam dan berbeda mengakibatkan
warnanya bervariasi. Mulai dari feldspar, kwarsa dan mika. Feldspar berciri khas
adanya belahan pada warna batuan. Belahan tegak lurus dan memiliki warna
merah bisa juga disebut ortoklas. Jika berbentuk kristal dan berwarna abu-abu
/putih adalah plagioklas.
Kemudian warna kwarsa, yaitu putih susu atau putih jernih. Batuan dengan
warna ini tidak memiliki belahan dengan berbagai bentuk. Yang terakhir
adalah mika, yakni batuan yang memiliki belahan dan berwarna putih yang
bernama muskovit dan hitam yang disebut dengan nama biotit.
2. Struktur
Ada dua struktur yaitu foliasi dan non-foliasi.
3. Tekstur
Tekstur yaitu terdiri dari bentuk, ukuran, dan susunan butir mineral- mineral
batuan tersebut. Akan tetapi ada dua tekstur yang biasanya mudah dijumpai,
yaitu relik dan kristaloblastik. Relik atau bisa disebut sisa adalah tekstur batuan
asal dari batuan metamorf masih bisa diamati dan terlihat jelas dengan memakai
mata telanjang.
4. Bentuk Kristal
Bentuk kristal sebagai kandungan batuan ini terbagi menjadi tiga jenis, yaitu
euhedral, subhedral, dan anhedral. Euhedral yaitu kristal sempurna namun
dibatasi dengan tegas, jelas, dan teratur oleh bidang kristal yang ideal. Bentuk
kristal ini adalah yang paling baik diantara ketiga jenis yang ada. Kedua adalah
subhedral, definisi subhedral adalah kandungan batuan yang memiliki kristal
terbatasi dengan tidak jelas dan sebagian tidak teratur oleh bidang kristal yang
ada. Yang terakhir yakni anhedral, Anhedral adalah kristal yang dibatasi oleh
bidang kristal dengan sifat tidak teratur.
5. Komposisi Mineral
Mineral yang mendukung proses metamorfisme antara lain garnet, andalusi,
kyanit, silimanit, dan stauroli. Mineral yang berfungsi sebagai pembentuk batuan
metamorf disebut dengan mineral metamorfik. Suhu dan tekanan yang tinggi
mampu membentuk mineral ini agar mampu membentuk batuan tersebut.
Klasifikasi Jenis Batuan Metamorf
Batuan Malihan atau Metamorf dapat dibedakan menjadi 3 jenis dalam proses
pembentukannya yang menyebabkan batuan ini terbentuk menjadi beraneka
macam. Berikut ini adalah tiga jenis batuan metamorf berdasarkan proses
terbentuknya :
Contoh : Batu marmer yang terbentuk dari batu gamping atau batu kapur.
Contoh : Batu Sabak yang diketahui berasal dari tanah liat. Kemudian Batubara
yang terbentuk dari sisa-sisa jasad hewan serta tumbuhan di daerah rawa.
9. Serpentinit (Serpentinite)