Anda di halaman 1dari 18

Batuan Sedimen & Metamorf

oleh:
DIMAS ANDRE WIBOWO
071001900021
Batuan Sedimen
A. PENGERTIAN BATUAN SEDIMEN
Batuan sedimen merupakan jenis batuan yang terbentuk karena proses pengendapan hasil pelapukan atau erosi yang terjadi di lahan lepas.
Batuan sedimen terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya. 70% batuan yang ada di bumi
merupakan batuan sedimen, tetapi hanya 2% dari volume batuan tersebut tersebar di seluruh permukaan bumi. Artinya batuan sedimen banyak
jenisnya dan tersebar sangat luas, namun ketebalannya relatif tipis.
B. PROSES TERBENTUKNYA BATUAN SEDIMEN
Proses terbentuknya batuan sedimen dimulai dari adanya pengikisan terhadap batuan beku. Pengikisan ini dapat disebabkan karena
pergerakan air, angin, es atau aktivitas makhluk hidup. Partikel-partikel yang terkikis akan bergerak mengikuti media pengikutnya. Kemudian
pada suatu titik akan berhenti dan terkumpul di suatu tempat. Kemudian kumpulan partikel ini akan mengalami proses pengendapan
(Sedimentasi). Sedimentasi merupakan proses pengendapan material batuan secara gravitasi yang dapat terjadi di daratan, garis pantai ataupun
di dasar laut. Setelah mengendap, selanjutnya partikel-partikel tersebut akan memadat membentuk batuan sedimen.
Proses sedimentasi pada batuan dapat terbagi menjadi 3, yaitu :
1. Proses Sedimentasi Mekanik
2. Proses Sedimentasi Kimiawi
3. Proses Sedimentasi Biologis (Akibat Makhluk hidup)
C. CIRI – CIRI DAN KARAKTERISTIK BATUAN SEDIMEN
1. Warna Batuan Sedimen
Kebanyakan batuan sedimen yang dijumpai berwarna terang, seperti putih, kuning, atau abu-abu terang. Tetapi ada juga yang
dijumpai berwarna gelap seperti hitam, merah dan coklat. Warna dari batuan sedimen sangat bervariasi tergantung kepada
komposisi mineral penyusunnya.
2. Kekompakan Batuan Sedimen
Proses pemadatan atau pengompakan dari batuan sedimen disebut diagenesa. Proses ini dapat terjadi pada suhu dan tekanan normal
hingga suhu 300 derajat celcius dan tekanan 2 kilobar. Proses tersebut berlangsung mulai sedimen mengalami penguburan hingga
terangkat kembali ke permukaan. Berdasarkan prosesnya terdapat 3 jenis diagenesa, yaitu :
 Diagenesa Eogenik, diagenesa awal pada sedimen di bawah permukaan air.
 Diagenesa Mesogenik, diagenesi pada waktu sedimen mengalami penguburan yang lebih dalam.
 Diagenesa Teogenik, yaitu diagenesa yang terjadi ketika batuan sedimen tersingkap kembali ke permukaan.
3. Bentuk Butir Batuan Sedimen
Berdasarkan perbandingan dimensi Tinggi, Panjang dan Lebarnya, terdapat 4 jenis bentuk batuan sedimen, yaitu :
 Oblate, bila ukuran tinggi sama dengan panjangnya tetapi tidak sama dengan lebarnya.
 Equant, bila ukuran tinggi, panjang dan lebarnya hampir sama.
 Bladed, bila ukuran tinggi, panjang dan lebarnya berbeda-beda.
 Prolate, bila ukuran panjang dan lebarnya sama, tetapi ukuran tingginya berbeda.
4. Kebundaran Batuan Sedimen
Berdasarkan kebundaran atau keruncingannya, batuan sedimen dapat dibagi menjadi 6 tingkatan, yaitu :
 Sangat meruncing (Very angular)
 Meruncing (Angular)
 Meruncing tanggung (Subangular)
 Membundar Tanggung (Subrounded)
 Membundar (Rouded)
 Sangat Membundar (Well Rounded)
5. Permukaan Batuan Sedimen
Permukaan sedimen beragam, secara garis besar terbagi 3, yaitu :
 Kasar, permukaan terlihat meruncing (terasa tacam), dengan permukaan yang dipenuhi butir-butir tidak halus.
 Sedang, permukaan butirnya tidak terlalu meruncing, tetapi juga tidak terlalu halus. Biasanya memiliki kebundaran yang
tanggung (subrounded) atau keruncingan tanggung (subangular).
 Halus, permukaan sudah halus dan rata. Terbentuk dari proses abrasi permukaan butir yang sudah lanjut ketika mengalami
transportasi.
6. Ukuran Butir Batuan Sedimen
Ukuran butir penyusun batuan sedimen biasanya tidak dapat diamati oleh mata telanjang. Meskipun demikian, mungkin masih
bisa diketahui melalui perabaan yang seksama. Umumnya penilaian ukuran butir batuan sedimen mengikuti Skala Wentworth.
D. KLASIFIKASI MACAM – MACAM JENIS BATUAN SEDIMEN
a. Berdasarkan Pembentukannya
1. Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari hancuran batuan lain. Kemudian tertransportasi (dibawa ke tempat
lain) dan terdeposisi (Beradaptasi dengan lingkuangan) baru dan selanjutnya mengalami diagenesa (mengalami perubahan-perubahan
tertentu sehingga membentuk batuan baru).
2. Batuan Sedimen Non-Klastik (Batuan Sedimen Kimiawi dan Organik)
Batuan sedimen non-klastik termasuk batuan sedimen kimiawi dan organik. Batuan sedimen kimiawi merupakan batuan sedimen yang
terbentuk karena adanya perubahan komposisi kimia dari batuan asal atau partikel batuan asal. Batuan Organik merupakan batuan sedimen
yang terbentuk dari sisa-sisa jasad makhluk hidup yang mengalami pengendapan dan pemadatan di tempat tertentu.
b. Berdasarkan Jenisnya
1. Batu Konglomerat
Batu konglomerat merupakan batuan yang terbentuk dari material kerikil-kerikil bulat, batu-batu dan pasir yang merekat satu sama lainnya.
Batu konglomerat terbentuk dari bahan-bahan yang lepas karena gaya beratnya kemudian menjadi padat dan saling terikat. Batu
konglomerat berfungsi sebagai bahan pendukung bangunan (bukan bahan utama).
2. Batu Pasir
Batu pasir merupakan batuan yang tersusun dari butiran-butiran pasir, umumnya berwarna abu-abu, kuning, atau pun merah. Batu pasir
terbentuk dari bahan-bahan yang lepas karena gaya beratnya menjadi terpadatkan dan menjadi saling terikat. Batu pasir dapat berfungsi
sebagai material penyusun gelas/kaca atau pun sebagai kontruksi bangunan.
3. Batu Serpih
Batu serpih merupakan batu yang berbau seperti tanah liat, berbutir-butir halus, berwarna hijau, hitam, kuning, merah, atau pun abu-
abu. Batu serpih terbentuk dari bahan-bahan yang lepas dan halus karena gaya beratnya menjadi terpadatkan dan saling terikat. Batu ini
dapat digunakan sebagai bahan bangunan.
4. Batu Gamping (Batu Kapur)
Batu gamping merupakan batu yang agak lunak, berwarna putih keabu-abuan, dan dapat membentuk gas karbon dioksida apabila
ditetesi asam. Batu ini terbentuk dari cangkang binatang lunak seperti siput, kerang, dan binatang-binatang laut lainnya yang telah mati.
Rangkanya yang terbuat dari kapur tidak akan musnah, akan tapi memadat dan membentuk batu kapur. Batu ini digunakan sebagai
bahan baku semen.
5. Batu Breksi
Batu breksi merupakan batuan yang terbentuk dari gabungan pecahan-pecahan yang berasal dari letusan gunung berapi. Batu ini
terbentuk karena bahan-bahan ini terlempar tinggi ke udara dan mengendap di suatu tempat. Batu ini berfungsi sebagai bahan kerajinan
atau pun bahan bangunan.
6. Stalaktit dan Stalagmit
Stalaktit dan stalagmite merupakan endapan-endapan yang terdapat pada gua, yang umumnya berwarna kuning, coklat, krem,
keemasan, atau pun putih. Stalaktit dan stalagmite terbentuk dari air yang larut dan turun ke gua dan menetes-netes dari atap gua
ke dasar gua. Tetesan-tetesan air yang mengandung kapur tersebut lama kelamaan kapurnya membeku dan menumpuk sedikit
demi sedikit sehingga menjadi batuan kapur yang berbentuk runcing-runcing. Stalaktit dan stalagmit dapat berfungsi sebagai
panorama indah bagi pengunjung wisatawan yang mengunjungi gua.
7. Batu Lempung
Batu lempung merupakan batuan yang umumnya berwarna coklat, keemasan, merah, atau abu-abu. Batuan ini umumnya
terbentuk karena proses pelapukan batuan beku yang menghasilkan material lempung dan umumnya ditemukan disekitar batuan
induknya. Kemudian material lempung ini mengalami proses pengendapan sehingga membentuk batu lempung. Batu lempung
cocok dijadikan sabagai bahan kerajinan.
BATU KONGLOMERAT BATU PASIR BATU SERPIH
BATU STALAKTIT DAN
BATU GAMPING BATU BREKSI STALAGMIT
Batuan Metamorf
A. Pengertian Batuan Metamorf
Batuan metamorf dalam pembentukannya mengalami proses metamorfisme. Proses ini ada dalam fase padat namun tidak melewati
fase cair. Temperatur yang dibutuhkan sekitar 200 derajat Celcius sampai 6500 derajat Celcius. Tanpa adanya proses metaformisme,
batuan ini tidak bisa terbentuk.
Batuan metamorf atau malihan yaitu batuan yang berasal dari batuan-batuan lain sebagai induk, seperti batuan sedimen atau batuan
beku. Batuan induk tersebut juga bisa berasal dari batuan itu sendiri namun dengan syarat sudah melalui proses mineralogi, struktur
dan tekstur yang disebabkan oleh perubahan temperatur dan tingginya tekanan pada batuan induknya.
Temperatur dan tekanan tinggi dari batuan induk tersebut akan berakibat merubah struktrur dan tekstur batuan tersebut. Batuan yang
terbentuk akan menyesuaikan sifatnya sesuai dengan material pembentuknya. Sehingga, bisa saja antara satu batuan dengan yang lain
memiliki perbedaan struktur dan tekstur disebabkan proses metamorfismenya.
B. Proses Pembentukan Batuan Metamorf
Proses yang terjadi saat pembentukan batuan metamorf disebabkan oleh beberapa faktor. Seperti perubahan tekanan, aktivitas kimia,
dan temperatur batu induknya. Di bawah ini dijelaskan mengenai faktor yang berpengaruh saat proses pembentukan batuan malihan
atau metamorf.
1. Perubahan Tekanan
Tekanan (pressure) adalah faktor yang berfungsi mengontrol proses pembentukan batuan ini. Perubahan tekanan semakin tinggi bisa
menyebabkan rekristalisasi (pengkristalan ulang) pada mineral dalam kandungan batuan induk sebelumnya. Tekanan yang terjadi
kurang lebih antara 1 – 10.000 bar (Jackson).
Perubahan tekanan ini juga dipengaruhi oleh berbagai hal. Pada umumnya, pengaruh utama berasa dari aktivitas tektonik dan
vulkanik bumi. Penumpukan endapan dari batuan – batuan juga dapat menyebabkan tekanan berubah – ubah.
2. Aktivitas Kimia
Aktivitas kimia berpengaruh dalam pembentukan batuan malihan, yaitu mengubah dan merekristalisasi batuan induk sebelumnya yang
tidak perlu melewati fase cair. Tempetur saat aktivitas kimia berlangsung sekitar 350 derajat Celcius sampai 1200 derajat Celcius.
Sedangkan tekanan yang terbentuk ada diantara 1 – 10000 bar (Jackson).Bentuk dari aktivitas kimia yang sering dijumpai adalah fluida
dan gas pada jaringan batuan induk. Aktivitas kimia berperan untuk mengubah komposisi kimia dan mineral dalam batuan metamorf.
Fluida yang mudah ditemukan yaitu karbondioksida, asam hidroklorik, air, dan hidroflorik. Pada umumnya zat kimia tersebut berguna
sebagai katalis dalam reaksi kimia.
3. Perubahan Temperatur
Temperatur yang berubah bisa diakibatkan karena perubahan gradient geothermal atau dapat disebut dengan intrusi magma. Selain hal
tersebut, gesekan antar massa batuan menyebabkan temperatur mudah berubah dan akan berujung saat proses metamorfisme
berlangsung.Perubahan temperatur dapat terjadi dalam suhu sekitar 350 sampai 1200 derajat Celcius. Suhu atau temperatur berfungsi
sebagai pengontrol saat proses pembentukan batuan berlangsung agar tidak memasuki fase cair terlebih dahulu. Sehingga proses
metamorfisme berjalan lancar dan menghasilkan batuan yang sempurna.
C. Ciri Karakteristik Batuan Metamorf
Batuan metamorf memiliki karakteristik dan ciri-ciri yang memudahkan mengenalinya. Rincian mengenai ciri khas batuan
malihan atau metamorf akan dijelaskan dengan jelas di bawah ini.
1. Warna
Karena proses metamorfisme yang beragam dan berbeda mengakibatkan warnanya bervariasi. Mulai dari feldspar, kwarsa dan
mika. Feldspar berciri khas adanya belahan pada warna batuan. Belahan tegak lurus dan memiliki warna merah bisa juga disebut
ortoklas. Jika berbentuk kristal dan berwarna abu-abu /putih adalah plagioklas.Kemudian warna kwarsa, yaitu putih susu atau
putih jernih. Batuan dengan warna ini tidak memiliki belahan dengan berbagai bentuk. Yang terakhir adalah mika, yakni batuan
yang memiliki belahan dan berwarna putih yang bernama muskovit dan hitam yang disebut dengan nama biotit.
2. Struktur
Ada dua struktur yaitu foliasi dan non-foliasi:
 Foliasi bermakna sebagai lapisan pada batuan metamorf dengan bentuk menyerupai belahan. Hal tersebut merupakan hasil
dari aktivitas penjajaran beberapa mineral yang berasal dari penyusun utama batuannya.
 non-foliasi adalah batuan metamorf tanpa belahan. Tidak adanya belahan dalam batuan ini karena proses penjajaran
beberapa yang berasal dari penyusun utamanya tidak terlihat sehingga tidak bisa diamati.
3. Tekstur
Tekstur yaitu terdiri dari bentuk, ukuran, dan susunan butir mineral- mineral batuan tersebut. Akan tetapi ada dua tekstur yang
biasanya mudah dijumpai, yaitu relik dan kristaloblastik. Relik atau bisa disebut sisa adalah tekstur batuan asal dari batuan
metamorf masih bisa diamati dan terlihat jelas dengan memakai mata telanjang. Kemudian kristaloblastik yaitu mineral dalam
kandungan batuan sudah terkristalisasi.
4. Bentuk Kristal
Bentuk kristal sebagai kandungan batuan ini terbagi menjadi tiga jenis, yaitu euhedral, subhedral, dan anhedral. Euhedral yaitu kristal
sempurna namun dibatasi dengan tegas, jelas, dan teratur oleh bidang kristal yang ideal. Bentuk kristal ini adalah yang paling baik diantara
ketiga jenis yang ada. Kedua adalah subhedral, definisi subhedral adalah kandungan batuan yang memiliki kristal terbatasi dengan tidak
jelas dan sebagian tidak teratur oleh bidang kristal yang ada. Yang terakhir yakni anhedral, Anhedral adalah kristal yang dibatasi oleh bidang
kristal dengan sifat tidak teratur.
5. Komposisi Mineral
Mineral yang mendukung proses metamorfisme antara lain garnet, andalusi, kyanit, silimanit, dan stauroli. Mineral yang berfungsi sebagai
pembentuk batuan metamorf disebut dengan mineral metamorfik. Suhu dan tekanan yang tinggi mampu membentuk mineral ini agar
mampu membentuk batuan tersebut.
D. Klasifikasi Jenis Batuan Metamorf
Batuan Malihan atau Metamorf dapat dibedakan menjadi 3 jenis dalam proses pembentukannya yang menyebabkan batuan ini terbentuk
menjadi beraneka macam. Berikut ini adalah tiga jenis batuan metamorf berdasarkan proses terbentuknya :
1. Batuan Metamorf Kontak
Batuan Malihan/Metamorf kontak atau thermal adalah batuan metamorf yang terbentuk karena adanya sebuah peningkatan suhu atau
pemanasan dan perubahan kimia yang terjadi karena intrusi magma.
Contoh : Batu marmer yang terbentuk dari batu gamping atau batu kapur.
2. Batuan Metamorf Dinamo
Batuan Metamorf dinamo adalah suatu batuan yang terbentuk karena terdapat tekanan yang cukup besar disertai dengan pemanasan
serta tumbukan. Tekanan tersebut bisa berasal dari lapisan bertumpuk yang terdapat di atas batu dalam jangka waktu yang lama.
Contoh : Batu Sabak,Batubara
3. Batuan Metamorf Thermal-Pneumatolik
Batuan Metamorf thermal-pneumatolik yaitu suatu batuan yang terbentuk karena terdapat zat-zat tertentu memasuki batuan yang
pada saat itu sedang mengalami sebuah proses metamorfosis batuan.
Contoh : Batu Topaz, Zamrud dan Permata
E. Macam Contoh Batuan Metamorf
1. Batu Sabak (Slate)
2. Batu Marmer (Marble)
3. Batu Ganes (Gneiss)
4. Batu Kuarsit (Quartzite)
5. Batu Sekis (Schist)
6. Batu Milonit (Mylonite)
7. Batu Tanduk (Hornfels)
8. Serpentinit (Serpentinite)
9. Batu Filit (Phyllite)
Contoh Gambar Batuan Metamorf

Batu Sabak (Slate) Batu Marmer (Marble) Batu Ganes (Gneiss)


Batu Kuarsit (Quartzite) Batu Sekis (Schist) Batu Milonit (Mylonite)
Batu Tanduk (Hornfels) Batu Filit (Phyllite) Serpentinit

Anda mungkin juga menyukai