FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI UNIVERSITAS TRISAKTI 2019 SIKLUS PERMINYAKAN DI INDONESIA
1.1 Siklus Bisnis Industri Hulu Migas
A. Sektor Hulu Tahapan-tahapan khususnya mengenai regulasi kegiatan usaha hulu migas di Indonesia secara jelas telah diatur di Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2004 serta perubahannya di PP No. 34 Tahun 2005. Atapun mengenai BP Migas sendiri diatur pada PP No. 42 Tahun 2002. Secara teknis sendiri , tidaklah mudah untuk memproduksikan migas tersebut ke atas permukaan bumi. Dikarenakan migas merupakan campuran molekul karbon dan hidrogen yang terbentuk dari sedimen sisa-sisa hewan dan tetumbuhan yang terperangkap selama jutaan tahun. Akibat kombinasi efek temperatur dan tekanan di dalam kerak bumi maka terbentuklah reservoir- reservoir minyak dan gas yang berada jauh di bawah permukaan tanah. Adapun setelah suatu perusahaan ditetapkan sebagai pemenang oleh pemerintah Indonesia, tahapan-tahapan kegiatan usaha perusahaan tersebut yaitu: • Eksplorasi (GnG/geology and geophysics) Kegiatan ekplorasi merupakan awal kegiatan dimana perusahaan melakukan aktivitas untuk menemukan cadangan minyak atau gas bumi. Hal ini dimulai dari survey untuk menemukan hidrokarbon sampai dengan pembuktian cadangan migas yang ditemukan. Dalam tahap eksplorasi, perusahaan melakukan aktivitas survei geologi, survei geofisika, survei seismik dan melakukan pemboran eksplorasi. 1. Survei Geologi Survei ini dilakukan untuk menentukan struktur batuan yang dapat menjebak hidrokarbon dengan teknik pemetaan permukaan. Survei ini difokuskan pada batuan yang ada pada permukaan bumi yang merupakan penyusun lapisan atas kerak bumi. Batuan yang diduga mengandung hidrokarbon akan dikirim ke laboratorium untuk diteliti lebih lanjut guna mengetahui kandungan hidrokarbon yang terdapat pada batu tersebut. 2. Survei Geofisika Merupakan kegiatan yang dilakukan guna mencari kandungan hidrokarbon pada lapisan bumi dengan menggunakan peralatan gravimeter dan magnetometer. Alat ini berfungsi untuk membaca besar gravitasi dan medan magnet bumi. 3. Survei Seismik Kegiatan ini dilakukan untuk mencari cekungan yang diduga memiliki kandungan minyak dan gas bumi. Survei ini dilakukan dengan cara membuat gelombang kejut dan kemudian radiasi gelombang tersebut akan direkam dengan seismometer. Data yang dihasilkan digunakan untuk menginterpretasikan struktur lapisan tanah, besarnya lokasi dan besarnya reservoir migas yang ada. 4 . Kegiatan Pemboran Sumur Setelah dilakukan survei diatas, maka tahap selanjutnya adalah melakukan pengeboran sumur eksplorasi dan well logging untuk mengetahui adanya cadangan migas di daerah tersebut dan mengukur tingkat keekonomian cadangan tersebut. Misalnya pemboran wild-cat, hasilnya adalah konfirmasi adanya hidrokarbon (jenis, besar kandungan), sifat batuan (porositas, permeabilitas, kekuatan), struktur dan keadaan (tekanan dan temperatur) lapisan yang ditembus sumur / reservoir tersebut. Selain itu, kegiatan pengeboran ini dapat menentukan luas daerah yang mengandung hidrokarbon. • Pengembangan Lapangan Migas Perusahaan akan membuat rencana pengembangan untuk lapangan yang terbukti memiliki cadangan minyak yang ekonomis. Rencana pengembangan lapangan migas tersebut diajukan ke BP Migas dengan menghitung jumlah cadangan, jumlah sumur, produksi perhari dan berapa lama lapangan tersebut berproduksi. Perusahaan juga mengajukan biaya pengembangan lapangan yang terdiri dari biaya kapital dan biaya operasional. Biaya kapital merupakan biaya yang dikeluarkan untuk investasi yang memiliki manfaat jangka panjang, termasuk biaya infrastruktur dan biaya eksplorasi. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan operasional dan pemeliharaan. • Kegiatan Produksi Setelah rencana kegiatan pengembangan lapangan di setujui oleh BP Migas, maka perusahaan akan melanjutkan ke tahap produksi. Tahap pertama adalah menentukan koordinat sumur yang akan di bor dan kemudian melakukan pengeboran. Biaya yang termasuk dalam aktivitas pengeboran ini, diantaranya biaya sewa rig, mud, testing, cementing dan biaya pendukung lainnya. Supaya efisien, dalam keberlangsungannya produksi memberikan data dan informasi lebih lengkap sehingga peta cadangan dapat direvisi setiap tahun dengan tingkat keakurasian makin tinggi. Adapun dalam proses produksi dapat terbagi menjadi: 1. Primary recovery Berupa pengangkatan alami (natural flow) ataupun pengangkatan buatan (artificial lift) dengan pompa angguk (sucker-rod), pompa listrik terendam (ESP – electrical submersible pump), pompa hidrolik, dan gas-lift. 2. Secondary Recovery (SecRec) Disebut SecRec apabila ada sumur produksi dan injeksi yang membentuk pola pendesakan migas. Contoh : water flood. 3. Enhanced Oil Recovery (EOR) Disebut EOR apabila terjadi reaksi kimiawi yang mengubah interaksi batuan dan fluida reservoir. Contoh : injeksi polimer, injeksi soda kaustik. SecRec dan EOR adalah proses meningkatkan perolehan setelah primary recovery dilakukan. Produksi sudah tidak ekonomis lagi apabila untuk jangka panjang diperkirakan pendapatan dari produksi tidak dapat lagi menutupi biaya operasi. Untuk itu sumur harus ditutup (plugged), disemen. B. Sektor Hilir Tahapan-tahapan khususnya mengenai regulasi kegiatan usaha hilir migas di Indonesia secara jelas telah diatur di Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2004 serta perubahannya di PP No. 30 Tahun 2009. Atapun mengenai BPH Migas sendiri diatur pada PP No. 67 Tahun 2002. Migas / hidrokarbon yang telah diproduksi ada yang langsung diekspor ke luar negeri ada pula yang diolah terlebih dahulu. Adapun secara umum, kegiatan usaha hilir migas yaitu: • Pengolahan Pengolahan adalah kegiatan memurnikan, memperoleh bagian-bagian, mempertinggi mutu, dan mempertinggi nilai tambah minyak bumi dan/atau gas bumi, tetapi tidak termasuk pengolahan lapangan. Pengolahan migas dilakukan pada refineries atau kilang minyak. Adapun pengolahan tersebut terdiri dari dua jenis proses utama, yaitu proses primer dan proses sekunder. sebagian orang mendefinisikan proses primer sebagai proses fisika, sedangkan proses sekunder adalah proses kimia. hal itu bisa dimengerti karena pada proses primer biasanya komponen atau fraksi minyak bumi dipisahkan berdasarkan salah satu sifat fisikanya, yaitu titik didih. Sementara pemisahan dengan cara Proses Sekunder bekerja berdasarkan sifat kimia kimia, seperti perengkahan atau pemecahan maupun konversi, dimana didalamnya terjadi proses perubahan struktur kimia minyak bumi tersebut. Tahap awal proses pengilangan berupa proses distilasi (penyulingan) yang berlangsung di dalam Kolom Distilasi Atmosferik dan Kolom Distilasi Vacuum. Di kedua unit proses ini minyak mentah disuling menjadi fraksi- fraksinya, yaitu gas, distilat ringan (seperti minyak bensin), distilat menengah (seperti minyak tanah, minyak solar), minyak bakar (gas oil), dan residu. Pemisahan fraksi tersebut didasarkan pada titik didihnya. Kolom distilasi berupa bejana tekan silindris yang tinggi (sekitar 40 m) dan di dalamnya terdapat tray-tray yang berfungsi memisahkan dan mengumpulkan fluida panas yang menguap ke atas. Fraksi hidrokarbon berat mengumpul di bagian bawah kolom, sementara fraksi-fraksi yang lebih ringan akan mengumpul di bagian-bagian kolom yang lebih atas. Fraksi-fraksi hidrokarbon yang diperoleh dari kolom distilasi ini akan diproses lebih lanjut di unit-unit proses yang lain, seperti: Fluid Catalytic Cracker, dll. Produk-produk utama kilang minyak adalah: Minyak bensin (gasoline). Minyak bensin merupakan produk terpenting dan terbesar dari kilang minyak; Minyak tanah (kerosene); LPG (Liquified Petroleum Gas); Minyak distilat (distillate fuel); Minyak residu (residual fuel); Kokas (coke) dan aspal; Bahan- bahan kimia pelarut (solvent); Bahan baku petrokimia; serta Minyak pelumas. Di Indonesia terdapat sejumlah kilang minyak yang hampir seluruhnya dioperasikan oleh Pertamina, antara lain: Pangkalan Brandan, Sumatera Utara; Dumai/Sei Pakning, Riau; Plaju, Sumatera Selatan; Cilacap, Jawa Tengah; Balikpapan, Kalimantan Timur; Balongan, Jawa Barat; Cepu, Jawa Tengah; dan Sorong, Irian Jaya Barat. • Pengangkutan/ distribusi Pengangkutan adalah kegiatan pemindahan minyak bumi, gas bumi, dan/atau hasil olahannya dari wilayah kerja atau dari tempat penampungan dan pengolahan, termasuk pengangkutan gas bumi melalui pipa transmisi dan distribusi. Migas ataupun produk hasil olahannya dapat diangkut menuju user langsung (industri), instalasi/depot, ataupun SPBU/SPBG menggunakan rail tank wagon, pipeline, kapal tanker, maupun truk pengangkut. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan untuk penetuan cara pengangkutan atau distribusi ini supaya ekonomis yaitu: jenis tangki muatan (cargo containment), kapasitas dan jumlah tangki muatan, kondisi lingkungan, jarak dari pemasok, kecepatan pengangkut, boil-off rate (kecepatan boil off dari gas), keterbatasan operasi, peraturan yang ada, dll. • Penyimpanan Penyimpanan adalah kegiatan penerimaan, pengumpulan, penampungan, dan pengeluaran minyak bumi dan/atau gas bumi, BBM, bahan bakar gas dan atau hasil olahan pada lokasi di atas atau di bawah tanah untuk tujuan komersial, misalnya depot dan tangki timbun terapung (floating storage). Usaha penyimpanan BBM maupun gas (LPG, LNG) di Indonesia telah melibatkan peran swasta dan badan usaha milik negara dalam pembangunannya, untuk mendukung kecukupan suplai kebutuhan BBM mapun gas di tiap wilayah. • Perniagaan Niaga adalah kegiatan pembelian, penjualan, ekspor, impor minyak bumi dan/atau hasil olahannya, termasuk niaga gas bumi melalui pipa. Kegiatan usaha niaga terbagi 2 yaitu pertama, usaha niaga umum (wholesale) yaitu suatu kegiatan pembelian, penjualan, ekspor dan impor BBM, bahan bakar gas, bahan bakar lain dan hasil olahan dalam skala besar yang menguasai atau memiliki fasilitas dan sarana niaga dan berhak menyalurkannya kepada semua pengguna akhir dengan menggunakan merek tertentu. Kedua, usaha niaga terbatas (trading) merupakan usaha penjualan produk- produk niaga migas, dalam hal ini adalah minyak bumi, BBM, bahan bakar gas, bahan bakar lain, hasil olahan, niaga gas bumi yang tidak memiliki fasilitas dan niaga terbatas LNG. Badan usaha yang memiliki izin usaha niaga, dapat melakukan kegiatan pengangkutan dan atau penyimpanan sebagai penunjang usaha niaganya sepanjang tidak ada transaksi usaha pada rangkaian kegiatan usaha niaganya.
PERKEMBANGAN PERMINYAKAN DI INDONESIA
Perminyakan Sebelum Kemerdekaan Pemanfaatan dan penggunaan minyak bumi dimulai oleh bangsa Indonesia sejak abad pertengahan. Menurut sejarah, orang Aceh menggunakan minyak bumi untuk menyalakan bola api saat memerangi armada Portugis. Selama ini yang lebih dikenal sebagai awal eksplorasi atau pencarian migas dilakukan adalah pengeboran sumur Telaga tunggal oleh Zijker, namun penelitian yang dilakukan oleh salah satu anggota IAGI (Awang HS) menemukan bahwa usaha pengeboran pertama kali sebenarnya sudah dilakukan oleh Jan Reerink, tahun 1857.
Gambar.1 Usaha eksplorasi minyak di Indonesia dimulai menjelang
abad ke-20 di Jawa dan di Sumatera Utara. Disusul kemudian di Papua.
Awal sejarah perkembangan eksplorasi dan eksploitas migas secara
modern di Indonesia ditandai saat dilakukan pengeboran pertama pada tahun 1871 ini, yaitu sumur Madja-1 di desa Maja, Majalengka, Jawa Barat, oleh pengusaha belanda bernama Jan Reerink diatas. Akan tetapi hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan dan akhirnya sumur pengeborannya ditutup. Akan halnya Telaga Tunggal, tokoh yang terkenal adalah Jan Zijlker (nama Jan adalah nama “pasaran” orang Belanda). Tahun 1880, ia ditugaskan atasannya mengunjungi sebuah perkebunan tembakau di Sumatra Utara. Jan Zijlker adalah manager of the East Sumatra Tobacco Company. Di sana, ia melihat penduduk setempat (Langkat) menggunakan obor dengan suatu zat untuk membuatnya tahan lama menyala. Zijlker mengenal zat itu sebagai minyak tanah Penemuan sumber minyak dengan pengeboran moderen yang pertama di Indonesia ini yang akhirnya lebih dikenal sebagai awal eksplorasi yang terjadi pada tahun 1883 yaitu diketemukannya lapangan minyak Telaga Tiga dan Telaga Said di dekat Pangkalan Brandan oleh seorang Belanda bernama A.G. Zeijlker. Penemuan-penemuan selanjutnya juga dilakukan dengan pengeboran sumur ini kemudian disusul oleh penemuan lain yaitu di Pangkalan Brandan dan Telaga Tunggal. Penemuan lapangan Telaga Said oleh Zeijlker menjadi modal pertama suatu perusahaan minyak yang kini dikenal sebagai Shell. Pada waktu yang bersamaan, juga ditemukan lapangan minyak Ledok di Cepu, Jawa Tengah, Minyak Hitam di dekat Muara Enim, Sumatera Selatan, dan Riam Kiwa di daerah Sanga- Sanga, Kalimantan.Menjelang akhir abad ke 19 terdapat 18 prusahaan asing yang beroperasi di Indonesia. Pada tahun 1902 didirikan perusahaan yang bernama Koninklijke Petroleum Maatschappij yang kemudian dengan Shell Transport Trading Company melebur menjadi satu bernama The Asiatic Petroleum Company atau Shell Petroleum Company. Pada tahun 1907 berdirilah Shell Group yang terdiri atas B.P.M., yaitu Bataafsche Petroleum Maatschappij dan Anglo Saxon. Pada waktu itu di Jawa timur juga terdapat suatu perusahaan yaitu Dordtsche Petroleum Maatschappij namun kemudian diambil alih oleh B.P.M. Awal masuknya Amerika dalam industri Migas di Indonesia. Pada tahun 1912, perusahaan minyak Amerika mulai masuk ke Indonesia. Pertama kali dibentuk perusahaan N.V. Standard Vacuum Petroleum Maatschappij atau disingkat SVPM. Perusahaan ini mempunyai cabang di Sumatera Selatan dengan nama N.V.N.K.P.M (Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij) yang sesudah perang kemerdekaan berubah menjadi P.T. Stanvac Indonesia. Perusahaan ini menemukan lapangan Pendopo pada tahun 1921 yang merupakan lapangan terbesar di Indonesia pada jaman itu. Gambar 2. Masuknya “investor” ke Indonesia dimulai sejak terbentuknya perushaan migas Belanda yang disusul oleh perusahan berasal dari Amerika sekitar 1920-1940.
Untuk menandingi perusahaan Amerika, pemerintah Belanda
mendirikan perusahaan gabungan antara pemerintah dengan B.P.M. yaitu Nederlandsch Indische Aardolie Maatschappij. Dalam perkembangan berikutnya setelah perang dunia ke-2, perusahaan ini berubah menjadi P.T. Permindo dan pada tahun 1968 menjadi P.T. Pertamina.Pada awalnya Pemerintah Hindia Belanda memberlakukan pembedaan antara Shell dengan perusahaan lain. Pada tahun 1920 masuk dua perusahaan Amerika baru yaitu Standard Oil of California dan Texaco. Pada tahun 1920 ini di Amerika diundangkan “General Lisencing Act” yang mengusulkan untuk non discriminasi. Kemudian, pada tahun 1930 dua perusahaan ini membentuk N.V.N.P.P.M (Nederlandsche Pasific Petroleum Mij) dan menjelma menjadi P.T. Caltex Pasific Indonesia, sekarang P.T. Chevron Pasific Indonesia. Perusahaan ini mengadakan eksplorasi besar-besaran di Sumatera bagian tengah dan pada tahun 1940 menemukan lapangan Sebangga disusul pada tahun berikutnya 1941 menemukan lapangan Duri. Di daerah konsesi perusahaan ini, pada tahun 1944 tentara Jepang menemukan lapangan raksasa Minas yang kemudian dibor kembali oleh Caltex pada tahun 1950. Pada tahun 1935 untuk mengeksplorasi minyak bumi di daerah Irian Jaya dibentuk perusahaan gabungan antara B.P.M., N.P.P.M., dan N.K.P.M. yang bernama N.N.G.P.M. (Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Mij) dengan hak eksplorasi selama 25 tahun. Hasilnya pada tahun 1938 berhasil ditemukan lapangan minyak Klamono dan disusul dengan lapangan Wasian, Mogoi, dan Sele. Namun, karena hasilnya dianggap tidak berarti akhirnya diseraterimakan kepada perusahaan SPCO dan kemudian diambil alih oleh Pertamina tahun 1965.
Gambar 3. Pasca PD II dan kemerdekaan, mulai munculnya
perusahaan lokal dan dibentuknya PERTAMINA sebagai perusahaan nasional yang pertama. Merupakan cikal bakal PERTAMINA.
Setelah perang kemerdekaan di era revolusi fisik tahun 1945-1950
terjadi pengambilalihan semua instalasi minyak oleh pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 1945 didirikan P.T. Minyak Nasional Rakyat yang pada tahun 1954 menjadi perusahaan Tambang Minyak Sumatera Utara (PT MTMSU). Perusahaan ini bersifat lokal. Operasinya belum secara nasional. Pada tahun 1957 didirikan P.T. Permina oleh Kolonel Ibnu Sutowo yang kemudian menjadi P.N. Permina pada tahun 1960. Pada tahun 1959, N.I.A.M. menjelma menjadi P.T. Permindo yang kemudian pada tahun 1961 berubah lagi menjadi P.N. Pertamin. Pada waktu itu juga telah berdiri di Jawa Tengah dan Jawa Timur P.T.M.R.I (Perusahaan Tambang Minyak Republik Indonesia) yang menjadi P.N. Permigan dan setelah tahun1965 diambil alih oleh P.N. Permina. Pada tahun 1961 sistem konsesi perusahaan asing dihapuskan diganti dengan sistem kontrak karya. Tahun 1964 perusahaan SPCO diserahkan kepada P.M. Permina. Tahun 1965 menjadi momen penting karena menjadi sejarah baru dalam perkembangan industri perminyakan Indonesia dengan dibelinya seluruh kekayaan B.P.M. – Shell Indonesia oleh P.N. Permina. Pada tahun itu diterapkan kontrak bagi hasil (production sharing) yang menyatakan bahwa seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah konsesi P.N. Permina dan P.N. Pertamin. Perusahaan asing hanya bisa bergerak sebagai kontraktor dengan hasil produksi minyak dibagikan bukan lagi membayar royalty.
Gambar 4. Jeda antara saat ditemukan (discovery) hingga puncak
produksi dicapai dalam 20-30 tahun. Saat ini sekitar diperlukan waktu 10 hingga 15 tahun utk memproduksikan lapangan baru.
Tahun 1960 anjungan pengeboran (Jack-up Rig) mulai beroperasi
secara massal. Dan sSejak tahun 1967 eksplorasi besar-besaran juga dilakukan di Indonesia baik di darat maupun di laut oleh P.N. Pertamin dan P.N. Permina bersama dengan kontraktor asing. Tahun 1968 P.N. Pertamin dan P.N. Permina digabung menjadi P.N. Pertamina dan menjadi satu-satunya perusahaan minyak nasional. Di tahun 1969 ditemukan lapangan minyak lepas pantai yang diberi nama lapangan Arjuna di dekat Pemanukan, Jabar. Tidak lama setelah itu ditemukan lapangan minyak Jatibarang oleh Pertamina. Kini perusahaan minyak PERTAMINA ini tengah berbenah diri menuju perusahaan bertaraf internasional.Pertumbuhan dan pengembangan lapangan migas di Indonesia mencapai puncaknya ketika produksi minyak Indonesia mencapai diatas satu setengah juta barel perhari yang dicapai pada tahun 1977 (Gambar 4 ).