Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak bumi telah hampir 150 tahun dicari, digali, ditambang dan memainkan
peranan penting di Indonesia. Gas bumi yang mulai penting pada akhir 1970-an, minyak
bumi menggerakkan roda pembangunan Indonesia, baik sebagai sumber energi maupun
penghasil devisa Indonesia. Sampai sekarang, minyak dan gas bumi (migas) masih
merupakan jenis energi yang paling banyak digunakan di Indonesia. Sebanyak 58% dari
seluruh jenis energi yang digunakan adalah migas, baik berasal dari produksi dalam
negeri maupun impor. Kondisi ini diyakini akan tetap demikian sampai dua puluh lima
tahun ke depan.(Geomagz.com).
Para geosaintis (geologist dan geophysicist) yang bekerja di perusahaanperusahaan minyak mencari (mengeksplorasi) minyak dan gas bumi (migas)
hidrokarbon menggunakan konsep-konsep eksplorasi. Konsep-konsep ini dibangun oleh
pengetahuan geologi dan pengalaman yang ada di industri perminyakan hasil eksplorasi
beberapa puluh tahun bahkan lebih dari seratus tahun. Konsep-konsep eksplorasi ini
harus memuat semua unsur dan proses geologi yang diperlukan agar terjadi akumulasi
migas yang ekonomis untuk dikerjakan, yaitu lapangan-lapangan migas. Unsur dan
proses geologi ini disebut petrolem systems elements and processes.
Migas sering disebut juga hidrokarbon karena dominasi unsur hidrogen dan
karbon yang membentuknya. Keterdapatan migas di bawah permukaan Bumi tidak
terjadi secara acak, melainkan mengikuti prinsip atau hukum geologi yang disebut
sistem hidrokarbon (petroleum system). Hukum ini menyatakan bahwa agar migas
terjadi dan terakumulasi (terkumpul) di suatu tempat di bawah permukaan Bumi, maka
ada lima syarat yang harus dipenuhi: (1) ada batuan induk yang kaya zat organik dan
matang yang menjadi dapur tempat minyak dan gas dibentuk, (2) ada batuan reservoir
tempat akumulasi minyak dan gas tersimpan, (3) ada perangkap/jebakan tempat minyak
dan gas terakumulasi, (4) ada batuan yang menyekat hidrokarbon yang telah
terperangkap agar tidak keluar dari perangkap, dan (5) ada migrasi, yaitu perpindahan
minyak atau gas bumi dari dapur batuan induk ke perangkap. Satu saja dari lima
syarat ini tidak dipenuhi, maka akumulasi hidrokarbon tidak akan terjadi. Kelima aspek
1

ini pun tidak berdiri sendiri, tetapi harus saling berhubungan dalam ruang dan waktu
geologi. Untuk itu dalam laporan ini akan memuat tahapan mengenai petroleum system
secara geologi serta mengintegrasikan dalam penampang seismik.
1.2 Tujuan KKP
Adapun tujuan dari Kuliah Kerja Parktek adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi salah satu mata kuliah wajib Program Studi Teknik Geofisika
Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala yaitu melaksanakan kuliah kerja
praktek.
2. Mempelajari dan memahami komponen-komponen yang terdapat dalam
petroleum system serta integrasinya dalam penampang seismik.
3. Memberikan pengalaman kerja yang nyata sebagai bekal untuk terjun ke dunia
kerja
1.3 Manfaat KKP
Melalui Kerja praktek ini mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmunya di
lingkungan

kerja dan juga mahasiswa dapat

menambah pengalaman baik dari

informasi yang terbaru serta dapat meningkatkan hubungan yang baik antara lembaga
universitas dengan pihak industri.

BAB II
PROFIL ORGANISASI DAN
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Profil Organisasi
PT. Ragam Maju Tangguh (RMT) merupakan salah satu perusahaan jasa

konsultan yang dirancang untuk mengelola dan mengembangkan Portofolio dalam


bisnis Minyak dan Gas Bumi melalui berbagai skema kemitraan. Untuk memenuhi
rancangan tersebut, PT. RMT banyak melibatkan berbagai macam kelompok berbakat
dan orang-orang yang berdedikasi yang mampu menangani dan mendukung berbagai
hal di industri migas.
PT. RMT juga memberikan layanan yang inovatif dengan menyediakan berbagai
macam jasa yang berkaitan dengan geofisika, geologi, dan berbagai macam jasa lainnya
yang terkait langsung dengan industri minyak dan gas bumi. Adapun berbagai macam
jasa yang tersedia tersebut diantara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Wellsite Geologist
Seismic Processing & Data Acquisition Quality Control
Low Frequency Passive Seismic (Microseismic)
Drilling Engineer
CWT (Continuous Wavelet Transform)
Gravity and Microgravity
Environmental Study
Man Power for Industry

Disamping menyediakan berbagai macam jasa yang telah tersedia, PT. RMT
juga memiliki tujuan yang menjadi langkah awal dalam memberikan konstribusi terbaik
tehadap para pengguna jasa maupun pengembangan sumber daya manusia. Tujuan
tersebut dapat dilihat dari berbagai contoh ataupun aspek utama seperti biaya yang
efisien dengan pelayanan yang terbaik, sehingga jasa dan pelatihan maupun konseling
akan menjadi penopang utama dalam kemajuan industri minyak dan gas bumi. PT. RMT
juga menjalin kerja sama dengan salah satu universitas terbaik di Indonesia yaitu
Universitas Gadjah Mada dalam mengembangkan metode seismik pasif dan beberapa
perusahan minyak sudah menerapkan metode tersebut dalam eksplorasi minyak dan gas
bumi. Berikut beberapa pengguna jasa dari PT RMT diantara lain :
a.
b.
c.
d.
e.

Indrillco Hulu Energy, Ltd


SPE Petroleum
PT. Pertamina EP
JOB Pertamina Petrochina East Java
PT. Hexindo GEMILANG JAYA LEMANG PSC

2.1.1

Visi dan Misi Perusahaan

a. Visi
Menjadi salah satu perusahaan dengan pengelolaan terbaik di Asia Pasifik
dengan penekanan pada pertumbuhan yang berkelanjutan, kepuasan pelanggan dan
efisiensi.
b. Misi

2.2

Memberikan layanan yang terbaik kepada pengguna jasa


Kepuasan dan efisiensi bagi pengguna jasa
Memberikan respect terbaik untuk membangun kerja sama tim
Melanjutkan pengembangan sumber daya manusia

Sistem Hidrokarbon (Petroleum System)


Minyak dan gas bumi merupakan senyawa hidrokarbon, berasal dari bahan

organik dalam batuan induk yang mengalami proses pematangan. Adanya akumulasi
minyak dan gas bumi di bawah permukaan memerlukan beberapa syarat yang dikenal
sebagai petroleum system yaitu batuan induk (source rock) yang matang, perangkap
(trap), batuan reservoar (reservoir rock) yang porous dan permeable, batuan penutup
(cap rock) yang impermeable, serta lapisan pembawa (carrier bed) dan waktu migrasi
(proper timing of migration) yang memungkinkan minyak dan gas bumi bermigrasi dan
terjebak dalam perangkap (trapping mechanism).

Gambar 2.1 Proses serta komponen di dalam sistem hidrokarbon (Magoon dan
Dow, 1994)
Didalam Basic Petroleum System terdapat komponen komponen penting yang
harus ada. Komponen komponen tersebut adalah:

Batuan Induk
Batuan Reservoar
Pematangan
Migrasi
Jebakan
Batuan Penutup

2.2.1 Batuan Induk (Source Rock)


Batuan induk itu adalah batuan sedimen yang bisa menghasilkan hidrokarbon.
Pada bukti yang terdapat pada data-data geokimia, hidrokarbon berasal dari material
organik yang terkubur dalam batuan sedimen yang disebut batuan induk. Untuk
mengetahui dan memperkirakan distribusi dan jenis dari batuan induk dalam ruang dan
waktu, sangat penting untuk mengetahui sumber biologis dari petroleum. Lapisan
batuan induk (source beds) terbentuk ketika sebagian kecil dari karbon organik yang
bersikulasi dalam siklus karbon di bumi tekubur dalam lingkungan sedimentasi dimana
oksidasi terhalang untuk dapat berlangsung.
Penentuan Batuan Induk

TOC (total organic carbon), yaitu presentase berat dari karbon organik dalam
suatu contoh batuan. Yang dimaksud dengan karbon organik adalah zat carbon
yang berasal dari zat organic dan bukan dari karbonat misalnya gamping.
Karbon organik total berhubungan langsung dengan kadar zat organik total atau

kerogen, yaitu 1,2 1,6 kali TOC.


EOM (extractable organic matter), yaitu hidrokarbon dan nonhidrokarbon yang
dapat dilarutkan misalnya dalam CS2 atau bitumina. Volum dan sifat-sifat dari
EOM menunjukkan sifat batuan induk. Pada umumnya extrak dari batuan induk

susunan kimianya harus mengandung susunan utama dari minyak mentah.


CPI (Carbon Preference Index), yaitu perbandingan antara volum anggota nparafin yang bernomor ganjil terhadap genap dari kisaran

C21C 31 . Untuk

mendapatkan batuan induk yang baik nilai CPI harus kurang dari 1,15.
CIR (Carbon Isotope Ratio) C13 /C 12 . Kisaran nilai CIR untuk minyak bumi
yaitu 1% (0,0109 0,0110). Batuan induk harus mempunyai CIR yang

mendekati nilai minyak bumi.


LOM (Low of Thermal Maturity). Pada teori degradasi termal pembentukan
minyak bumi dinyatakan bahwa minyak bumi hanya bisa terbentuk pada
tingkatan pematangan tertentu yaitu perpaduan antara temperatur dan waktu.
(Koesoemadinata, 1980).

2.2.2 Pematangan (Maturation)


Maturasi adalah proses perubahan secara biologi, fisika, dan kimia dari kerogen
menjadi minyak dan gas bumi. Proses maturasi berawal sejak endapan sedimen yang
kaya bahan organic terendapkan. Pada tahapan ini, terjadi reaksi pada temperatur rendah
yang melibatkan bakteri anaerobic yang mereduksi oksigen, nitrogen dan belerang
sehingga menghasilkan konsentrasi hidrokarbon.
Proses ini terus berlangsung sampai suhu batuan mencapai 50 derajat celcius.
Selanjutnya, efek peningkatan temperatur menjadi sangat berpengaruh sejalan dengan
tingkat reaksi dari bahan-bahan organik kerogen. Karena temperatur terus mengingkat
sejalan dengan bertambahnya kedalaman, efek pemanasan secara alamiah ditentukan
oleh seberapa dalam batuan sumber tertimbun (gradien geothermal).Gambar dibawah

ini menunjukkan proporsi relatif dari minyak dan gas untuk kerogen tipe II, yang
tertimbun di daerah dengan gradien geothermal sekitar 35 C km -1 .

Gambar 2.2 Kurva pematangan minyak dan gas bumi (Lopatin,1971)


Terlihat bahwa minyak bumi secara signifikan dapat dihasilkan diatas temperature
50 C atau pada kedalaman sekitar 1200m lalu terhenti pada suhu 180 derajat atau pada
kedalaman 5200m. Sedangkan gas terbentuk secara signifikan sejalan dengan
bertambahnya temperatur/kedalaman. Gas yang dihasilkan karena factor temperatur
disebut dengan termogenic gas, sedangkan yang dihasilkan oleh aktivitas bakteri (suhu
rendah, kedalaman dangkal <600m) disebut dengan biogenic gas.
2.2.3 Migrasi (Migration)
Migrasi didefinisikan sebagai pergerakan minyak dan gas di bawah permukaan.
Migrasi primer merupakan sebutan untuk tahapan dari proses migrasi, berupa ekspulsi
hidrokarbon dari source rock(batuan sumber) yang berbutir halus dan berpermeabelitas
rendah ke carrier bed yang memiliki permeabelitas lebih tinggi. Akumulasi merupakan
pengumpulan dari hidrokarbon yang telah bermigrasi dalam keadaan yang secara relatif

diam dalam waktu yang lama. Trap merupakan istilah dimana migrasi terhenti dan
akumulasi terjadi.
1. Migrasi Primer
Migrasi primer yaitu Proses bergeraknya hidrokarbon dari batuan induk ke lapisan
penyalur (carrier bed). Migrasi primer berjalan lambat karena minyak bumi harus
cukup untuk keluar dari batuan induk yang memiliki permeabilitas matrik yang rendah.
Migrasi primer berakhir ketika hidrokarbon telah mencapai carrier bed untuk terjadinya
migrasi sekunder. Saat ini, ada tiga mekanisme migrasi primer yang membawa
perhatian serius bagi kebanyakan ahli geokimia petroleum, yaitu difusi, ekspulsi fasa
minyak, dan pelarutan dalam gas.

Gambar 2.3 Migrasi primer (Tissot dan Welte, 1985)


Difusi sebagai mekanisme aktif dalam migrasi hidrokarbon, terjadi secara terbatas
pada batuan sumber yang tipis atau pada tepian unit batuan sumber yang tebal.
Pengkonsentrasian diperlukan untuk memungkinkan terjadinya migrasi primer, dimana
difusi dapat menyebabkan akumulasi hidrokarbon dalam ukuran yang cukup besar.
Ekspulsi hidrokarbon dalam kaitannya dengan migrasi primer terjadi dalam fasa
hidrofobik. Ini terjadi pada umumnya sebagai hasil perekahan mikro selama pergerakan
hidrokarbon. Ketika tekanan dalam batuan sudah melebihi kekuatannya menahan
tekanan, perekahan mikro terjadi, terutama pada bidang lemah dari batuan tersebut,

seperti bidang perlapisan. Sehingga batuan yang terlaminasi mungkin menghasilkan


hidrokarbon dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi daripada batuan yang masif.
Dalam Koesoemadinata (1980) sehubungan dengan pelarutan minyak bumi dalam
gas dan ekspansi gas, menyatakan bahwa minyak dapat larut dalam gas, terutama pada
temperatur dan tekanan tinggi. Gas diketahui dapat bermigrasi dengan lebih leluasa
melalui batuan bergubung tegangan permukaannya yang kecil. Karena suatu
pembebasan tekanan, maka gas berekspansi dan membawa minyakbumi terlarut.
2. Migrasi Sekunder
Migrasi sekunder yaitu perpindahan hidrokarbon dari carier bed ke jebakan atau
trap. Ketika hidrokarbon berhasil keluar dari batuan sumber dan mengalami migrasi
sekunder, pergerakan dari hidrokarbon akan dipengaruhi oleh gaya pelampungan
(bouyancy). Migrasi sekunder terjadi pada arah yang dipengaruhi oleh gaya
pelampungan yang paling besar. Pergerakan ini awalnya menuju ke arah atas, dan lalu
mengikuti kemiringan carrier bed apabila hidrokarbon menemui lapisan dengan
permeabelitas kurang di atas carrier bed. Keberadaan struktur dan perubahan fasies
mungkin menyebabkan tekanan kapilaritas lebih dominan daripada gaya pelampungan,
sehingga arah migrasi mungkin akan berubah, dan atau terhenti.

Gambar 2.4 Migrasi sekunder (Tissot dan Welte, 1985)


2.2.4 Batuan Resevoar (Reservoir Rock)
Batuan Reservoar adalah wadah di bawah permukaan yang mengandung minyak
dan gas. Ruangan penyimpanan minyak dalam reservoir berupa rongga-rongga atau
pori-pori yang terdapat di antara butiran mineral atau dapat pula di dalam rekahan
batuan yang mempunyai porositas rendah. Pada hakikatnya setiap batuan dapat
9

bertindak sebagai batuan reservoir asal mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan
meloloskan minyak bumi. Batuan reservoir dapat juga bertindak sebagai lapisan
penyalur aliran minyak dan gas bumi dari tempat minyak bumi tersebut keluar dari
batuan induk (migrasi primer) ke tempat berakumulasinya dalam suatu perangkap. Jadi
reservoir merupakan bagian kecil daripada batuan reservoir yang berada dalam keadaan
sedemikian sehingga membentuk suatu perangkap.
Porositas
Porositas suatu medium adalah perbandingan volum rongga-rongga pori
terhadap volum total selurh batuan. Perbandingan ini biasanya dinyatakan dalam persen
dan disebut porositas.
Rumus : Porositas () =

Volum pori pori


100
Volum keseluruhan batuan

Gambar 2.5 Porositas pada batuan (mpgpetroleum.com)


Porositas bisa dikategorikan dalam beberapa kategori sebagai berikut :
a) Berdasarkan cara pembentukannya
Porositas primer : menyatakan besaran porositas yang terbentuk saat proses

diagenesis batuan, contohnya yaitu porositas intergranular


Porositas sekunder : menyatakan besaran porositas yang terbentuk setelah proses
diagenesis batuan, contohnya yaitu karena pelarutan pada batuan karbonat
(vugs) atau akibat proses tektonik (fracture porosity)

10

Gambar 2.6 Struktur Porositas pada batuan (mpgpetroleum.com)


b) Berdasarkan kemampuan pori untuk dilewati hidrokarbon
Porositas Total : merupakan rasio dari jumlah total pori-pori dibandingkan

dengan volume bulknya


Porositas Efektif : merupakan rasio dari pori-pori (ruang kosong) yang saling
berhubungan dibandingkan dengan volume bulknya,, sehingga dengan demikian
porositas efektif biasanya lebih kecil daripada rongga pori-pori total yang
biasanya berkisar dari 10 sampai 15 persen.
Rumus : Porositas Efektif = e =

Volum poripori bersambungan


100
Volum keseluruhan batuan

Besarnya porositas itu ditentukan dengan berbagai cara, yaitu:

Di laboraturium, dengan porosimeter yang didasarkan hokum boyle: gas

digunakan sebagai pengganti cairan untuk menentukan volum pori tersebut,


Dari log resistivitas, log sonik, dan log radioaktivitas
Dari log kecepatan pemboran
Dari pemeriksaan dan perkiraan secara mikroskopi
Dari hilangnya inti pemboran

Skala visuil pemberian porositas

11

Di lapangan bisa kita dapatkan perkiraan secara virsuil dengan menggunakan peraga
virsuil. Penentuan ini bersifat semi-kuantitatif dan dipergunakan suatu skala sebagai
berikut:

0 5%, dapat diabaikan (negligible)


5 10%, buruk (poor)
10 15%, cukup (fair)
15 20%, baik (good)
20 25%, sangat baik (very good)
> 25%, istimewa (excellent)

Permeabilitas
Permeabilitas atau kelulusan adalah suatu sifat batuan reservoir untuk dapat
meluluskan cairan melalui pori-pori yang berhubungan, tanpa rusak partikel pembentuk
atau kerangka batuan tersebut. Definisi permeabilitas dapat dinyatakan dalam rumus
sebagai berikut:
q=

k dp
.
m dy

(Hukum Darcy)

Dimana: q dinyatakan dalam sentimeter per sekon, k dalam Darcy (permeabilitas), m


(viskositas) dinyatakan dalam sentipoise,

dp
dy

adalah gradien hidrolik yang

dinyatakan dalam atmosfer per sentimeter.

Gambar 2.7 Permeabilitas pada batuan (mpgpetroleum.com)


12

Cara penentuan permeabilitas adalah:


a.
b.
c.
d.

Dengan permeameter, suatu alat ukur yang menggunkan gas,


Dengan penaksiran kehilangan sirkulasi dalam pemboran
Dari kecepatan pemboran
Berdasarkan test produksi terhadap penurunan tekanan dasar lubang ( bottomhole pressure-decline)

Secara perkiraan dilapangan dapat juga dilakukan pemberian semikuantitatif sebagai


berikut:

Ketat (tight), kurang dari 5 md (milidarcy)


Cukup (fair), di antara 5 sampai 10 md,
Baik (good), di antara 10 sampai 100 md,
Baik sekali (very good) antara 100 sampai 1000 md.

Berdasarkan jumlah fasa yang mengalir dalam batuan reservoir, permeabilitas


dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Permeabilitas absolut, yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida
dimana fluida yang mengalir melalui media berpori tersebut hanya satu fasa atau
disaturasi 100%
2. Permeabilitas efektif, yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida dimana
fluida yang mengalir lebih dari satu fasa, misalnya (minyak dan air), (air dan
gas), (gas dan minyak) atau ketiga-tiganya. harga permeabilitas efektif
dinyatakan sebagai ko, kg, kw, dimana masing-masing untuk minyak,gas dan air.
3. Permeabilitas relatif, merupakan perbandingan antara permeabilitas efektif
dengan

permeabilitas

absolute

pada

kondisi

saturasi

tertentu.

Harga

Permeabilitas relative antara 0 1 darcy. Dapat juga dituliskan sebagai berikut :


Krel = Kefective / Kabsolute Permeabilitas relatif reservoir terbagi berdasarkan
jenis fasanya, sehingga dalam reservoir akan terdapat permeabilitas relatif air
(Krw), permeabilitas relatif minyak (Kro), permeabilitas relatif gas (Krg)
dimana persamaannya adalah :
Krw = Kw / Kabs

13

Kro = Ko / Kabs
Krg = Kg / Kabs
Dimana :

2.2.5

Krw = Permeabilitas relatif air

Kro = Permeabilitas relatif minyak

Krg = Permeabilitas relatif gas

Jebakan Reservoar (Trap)


Perangkap reservoir merupakan unsur yang dalam cara terdapatnya minyak dan

gas bumi. Eksplorasi atau pencaharian minyak dan gas bumi sampai kini ditujukan
kepada pencaharian perangkap.istilah perangkap atau jebakan (trap), menggandung arti
seolah-olah minyak terjebak atau tersangkut dalam suatu keadaan sehingga tidak bisa
lepas lagi. Hal ini disebabkan karena walaupun minyak merupakan suatu fasa tersendiri,
namun selalu berada bersama-sama dengan air. Suatu perangkap adalah tidak lain
daripada bentuk lapisan penyekat. Lapisan penyekat itu dibentuk sedemikian rupa
sehingga minyak tidak tidak dapat lari kemana-mana lagi. Bentuk ini akan menahan
tetes-tetes minyak dalam perjalanannya sepanjang garis-garis gaya. Oleh karena itu kita
bisa mmembagi perangkap dalam 2 jenis:
1. Perangkat Struktur
Perangkap struktur merupakan perangkap yang paling orisinil dan sampai dewasa
ini merupakan perangkap yang paling penting. Berbagai unsur perangkap yang
membentuk lapisan penyekat dan lapisan reservoir sehingga dapat menangkap minyak,
disebabkan karena gejala tektonik atau struktur, misalnya pelipatan dan pematahan.
Sebetulnya kedua unsur ini merupakan unsur utama dalam pembentukan perangkap.

Perangkap Lipatan
Perangkap yang disebabkan pelipatann ini merupakan perangkap utama. Unsur
yang mempengaruhi pembentukan perangkap ini ialah lapisan penyekat dan
penutup yang berada di atasnya dan dibentuk sedemikian rupa sehingga minyak
14

tidak bisa lari kemana-mana. Minyak tidak bisa lari ke atas karena terhalang
oleh lapisan penyekat, juga ke pinggir terhalang oleh lapisan penyekat yang
melengkung ke daerah pinggir. Sedangkan ke bawah terhalang oleh adanya batas
air minyak atau bidang ekipotensial. Namun harus diperhatikan pula bahwa
perangkap ini harus ditinjau dari segi 3 dimensi, jadi bukan saja ke barat dan

timur, tetapi juga arah utara-selatan harus terhalang oleh lapisan penyekat.
Perangkap Patahan
Patahan dapat juga bertindak sebagai unsur penyekat minyak dalam penyaluran
penggerakan minyak selanjutnya. Pengkajian teoritis memperlihatkan bahwa
patahan dalam batuan yang basah air tergantung pada tekanan kapiler dari
medium dalam jalur patahan tersebut. Besar-kecilnya tekanan yang disebabkan
karena pelampungan minyak atau kolom minyak terhadap besarnya tekanan
kapiler menentukan sekali apakah patahan itu bertindak sebagai suatu sebagai
suatu penyalur atau penyekat. Jika tekanan tersebut lebih besar daripada tekanan
kapiler maka minyak masih dapat tersalurkan melallui patahan, tetapi jika lebih

kecil maka patahan tersebut akan bertindak sebagai suatu penyekat.


Perangkap Kubah Garam
Kubah garam merupakan salah satu perangkap yang penting untuk akumulasi
minyak dan gas bumi. Kubah garam merupakan semacam suatu perlipatan
bersifat diaper. Suatu lapisan garam yang terdapat pada kedalaman tertentu.
Karena sifat garam yang plastis dan juga karena berat jenis yang rendah sering
menusuk ke dalam sedimen yang berada di atasnya dan membentuk semacam
suatu tiang atau suatu pilar dan menyundul sedimen yang ada di atasnya
sehingga berbentuk kubah.

15

Gambar 2.8 Jenis-jenis perangkap minyak bumi (geomore.com)


2. Perangkap Stratigrafi
Perangkap stratigrafi adalah suatu istilah umum untuk perangkap yang terjadi
karena berbagai variasi lateraldalam litologi suatu lapisan reservoir atau penghentian
dalam kelanjutan penyaluran minyak dalam bumi. Beberapa unsur utama perangkap
stratigrafi ialah:
Adanya perubahan sifat litologi dengan beberapa sifat reservoir, ke satu atau

beberapa arah sehingga merupakan penghalang permeabilitas.


Adanya lapisan penutup/penyekat yang menghimpit lapisan reservoir tersebut ke

arah atas atau ke pinggir.


Kedudukan struktur lapisan reservoir yang sedemikian rupa sehingga dapat
menjebak minyak yang naik. Kedudukan struktur ini sebetulnya melokalisasi
posisi tertinggi daripada daerah potensial rendah dalam lapisan reservoir yang
telah tertutup dari arah atas dan pinggir oleh beberapa unsur tersebut di atas.

Klasifikasi perangkap stratigrafi:


a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.2.6

Perubahan porositas atau permeabilitas


Penumpangan (overlap) lateral dan vertical
Perangsuran (gradation) dari fasies atau pelensaan
Pemancungan (truncation)
Ketdakselarasan
Keadaan lingkungan pengendapan.

Batuan Penutup (Cap Rock / Seals)


16

Batuan penutup adalah batuan yang memiliki permeabilitas yang rendah atau
tidak memiliki permeabilitas atau berkemampuan tidak meloloskan fluida seperti tar,
dengan adanya tekanan kapiler cukup besar yang mana berguna untuk menahan fluida
atau pada jebakan hidrokarbon. adapun jenis-jenis batuan penutup meliputi:

Top (bagian atas)


Bottom (bagian bawah)
Lateral
Patahan (Faults)

Gambar 2.9 Jenis-jenis batuan penutup hidrokarbon (http://petrowiki.org/)


Porositas dan permeabilitas bukan menjadi kriteria yang baik dalam
mengevaluasi batuan penutup dan karakteristik aliran hambatan. Kapasitas batuan
penutup dapat dievaluasi dengan baik yaitu dengan menggunakan Merkuri Porosimeter
yang mana menginjeksikan cairan merkuri ke dalam material sebuah batuan dengan
tekanan setinggi 60000 psi. Adapun persamaan utama yang digunakan tekanan kapiler
atau evaluasi batuan reservoir, batuan penutup, dan hambatan aliran fluida sebagai
berikut:

Dimana:

hc = Kolom hidrokarbon yang ada


pc = Tekanan kapiler
w = Densitas air
hc = Densitas hidrokarbon

17

Tekanan kapiler yang digunakan adalah biasanya bukan masuknya tekanan


kapiler tetapi tekanan kapiler pada kejenuhan cairan merkuri antara 5 dan 10% karena
efek penutupan.
Batuan penutup hidrokarbon yang efektif dalam memainkan peran eksplorasi
dan reservoar harus secara lateral terus menerus. Beberapa jenis-jenis litologi batuan
penutup, diilustrasikan pada Gambar. 3, masuknya tekanan mulai dari 14 sampai 20.000
psi. Dengan data dari lebih dari 3.000 batuan penutup, kita dapat mengelompokkan data
ke dalam Kelas A sampai E untuk mengkategorikan satuan batuan khas tercantum pada
Gambar. 3 dari yang paling untuk paling halus. Gambar. 3 juga menggambarkan kolom
hidrokarbon yang bisa diperkirakan, dengan asumsi bahwa fluida tersebut pada 35 API
minyak dan air garam.

Batulanau dan batupasir yang sangat serpih, batu dolomit yang diisi oleh
anhidrit, dan batu pasir tersementasi masing-masing memiliki antara 50 dan 100

ft kapasitas
Serpih berpasir adalah di peringkat berikutnya, dengan kapasitas 100- 500-ft
Batuserpih yang kaya mineral lempung, serpih berlumpur, dan batu lumpur yang

padat dapat menahan antara 500 dan 1.000 ft kolom minyak


Batu evaporite dan serpih kaya kerogen bisa menahan minyak terbesar kolom-

dari 1.000 menjadi lebih dari 5.000 ft.


Cairan yang sulit bergerak, seperti tar, bitumen, dan aspal, juga bisa menjadi
batuan penutup dan hambatan yang efektif. Misalnya, seals lipatan lapangan
raksasa Coalinga, California, adalah lapisan tar dan aspal diisi oleh batupasir dan
konglomerat.

18

Gambar. 2.10 - (a) kurva tekanan kapiler udara / merkuri segel pada litologi batuan
penutup. Ordinat adalah skala log. (b) Jenis-jenis litologi batuan penutup. (c)
Sneider et al. [3] klasifikasi Seals dan hambatan aliran. Kolom hidrokarbon yang
dapat ditahan mengasumsikan bahwa cairan dalam reservoir 35 API minyak dan
air garam. Jenis dikhususkan untuk Gambar. 3a dan 3b. (http://petrowiki.org)
2.3 Cekungan Sedimen
2.3.1 Pengertian Cekungan
Cekungan sedimen merupakan semacam depresi dimana mempunyai kapabilitas
untuk menjadi tempat terakumulasinya endapan sedimen. Subsidens dari kerak bumi
19

bagian atas harus terjadi sehingga depresi yang sedemikian rupa bisa terbentuk.
Mekanisme yang dapat menghasilkan subsidens yang cukup untuk membentuk
cekungan antara lain mencakup proses penipisan kerak, pembebanan tektonik,
pembebanan subkrustal, aliran astenosferik, dan densifikasi krustasl(Dickinson, 1993).
Cekungan sedimen adalah sebuah tempat di kerak Bumi yang relatif lebih cekung
dibandingkan sekitarnya tempat sungai-sungai mengalir/bermuara, danau atau laut
berlokasi, tempat sedimen-sedimen diendapkan. Setelah mengalami proses geologi
selama jutaan tahun, maka cekungan sedimen itu bisa berisi batuan sedimen yang
ketebalannya bisa beragam dari beberapa ratus meter sampai beberapa puluh ribu meter.
2.3.2 Klasifikasi Cekungan
Klasifikasi cekungan yang sederhana adalah berdasarkan hubungan antara
morfologi cekungan dengan waktu sedimen mengisinya, terbagi menjadi 3 yaitu :

Syn-depositional ; sedimen bersamaan dengan subsidens, jenis fasies pengisi


cekungan akan dipengaruhi oleh perubahan akomodasi, pola penyebaran fasies
dapat di prediksi(bagian pinggiran fasies dangkal, ditengah cekungan fasies

yang lebih dalam.


Post-depositional ; cekungan terbentuk belakangan dibandingkan proses
sedimentasi yang terjadi. Pola penyebaran fasies sedimen-sedimen yang lebih
tua tidak dikontrol oleh morfologi cekungan yang terbentuk belakangan, tetapi

mengikuti cekungan yang terbentuk sebelumnya.


Pre-depositional ; cekungan terbentuk terlebih dahulu, kemudian terjadi
subsidens yang sangat cepat mengakibatkan lokasi deposenter sangat dalam,
kemudian terendapkan sedimen setelah fase tektonik berhenti.

2.3.3 Cekungan Sedimen di Indonesia


Karena tatanan tektonik Indonesia di dominasi oleh pergerakan Konvergen
(Zona Subduksi), maka tipe cekungan indonesia secara umum merupakan :
a. Fore-arc basins, merupakan cekungan yang berposisi di depan jalur volkanik
atau merupakan depresi dasar laut yang terletak antara zona subduksi dan terkait
dengan busur vulkanik.

20

b. Back-arc basins, merupakan cekungan yang berposisi di belakang jalur volkanik


atau merupakan gerakan mundur dari zona subduksi terhadap gerakan lempeng
yang sedang menumbuk.
c. Intra-arc basins, merupakan cekungan yang berposisi di sepanjang jalur
volkanik, dan mencakupi superposed and overlapping volcanoes.
d. Zona tumbukan (collision zone), merupakan tempat endapan endapan kontinen
yang bertumbuk dengan kompleks subduksi.

Gambar 2.11 Peta persebaran cekungan di Indonesia (psg.bgl.esdm.go.id)


Tabel 2.1 Klasifikasi Cekungan di Indonesia :
N
Jenis
N
Nama Cekungan
o
Cekungan
o
1
Meulaboh
Forearc
21
2
Nias
Forearc
22
3
Bengkulu
Forearc
23
4
Sumatra Utara
Backarc
24
5
Sumatra Tengah
Backarc
25
6
Sumatra Selatan
Backarc
26
7
Sunda
Forearc
27
8
Jawa Selatan
Forearc
28

Nama
Cekungan
Barito
Makassar S
Kutai
Tarakan
Celebes
Gorontalo
Taliabu
Tomori

Jenis Cekungan
Forearc
Intra-kraton
Intra-kraton
Intra-kraton
Forearc
Backarc
Synrift
Foreland
21

9
10
11
12
13
14

Jawa Baratlaut
Biliton
Bawean
Jawa Timurlaut
Bali Utara
Flores

15

Natuna Barat

16

Anambas

17

Sokang

18

Natuna Timur

19
20

Kapuas
Melawi

Backarc
Forearc
Forearc
Backarc
Backarc
Backarc
Intracontinental rift
Intracontinental rift
Intracontinental rift
Intracontinental rift
Backarc
Backarc

29
30
31
32
33
34

Bone Gulf
Laut Banda
Savu
Laut Timor
Arafura
New Guinea

Intra-kraton
Backarc
Forearc
Zona tumbukan
Zona tumbukan
Zona tumbukan

35

Meervlakte

Zona tumbukan

36

Bintuni

Zona tumbukan

37

Seram

Zona tumbukan

38

Salawati

Zona tumbukan

39
40

Halmahera
Morotai

Zona tumbukan
Zona tumbukan

Cekungan cekungan di atas merupakan cekungan-cekungan yang


berpotensi akan hidrokarbon. Selain daripada cekungan-cekungan di atas masih
banyak terdapat cekungan sedimen lainnya. Berdasarkan hasil riset terbarukan total
dari jumlah cekungan yang ada di Indonesia berjumlah 128 buah yang terdiri atas
cekungan-cekungan tersier dan pra tersier.

22

Anda mungkin juga menyukai