Anda di halaman 1dari 23

BAB II

DASAR TEORI

2.1.

Logging
Logging merupakan metode pengukuran besaran-besaran fisik batuan
reservoir terhadap kedalaman lubang bor. Sesuai dengan tujuan logging
yaitu menentukan besaran-besaran fisik batuan reservoir (porositas,
saturasi air formasi,ketebalan formasi produktif, lithologi batuan) maka
dasar dari logging itu sendiri adalah sifat-sifat fisik atau petrofisik dari
batuan reservoir itu sendiri, yaitu sifat listrik, sifat radioaktif, dan sifat
rambat suara (gelombang) elastis dari batuan reservoir Kombinasi log
yang sering digunakan dua jenis log yaitu Log Listrik dan Log Radioaktif.
Log Listrik yang dimaksudkan adalah SP Log dan Log Induksi untuk
Short Normal Log. Sedangkan Log Radioaktif yang dimaksud adalah
Gamma Ray (GR) Log, Neutron Log dan Formation Density Log (FDL).
Dari analisa Log Kombinasi ini dapat ditentukan kandungan HC dari
formasi pada interval kedalaman tertentu. Interpretasi log dilakukan untuk
mengetahui harga Rw dan Sw serta menentukan lithologi batuannya.
Interpretasi ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu interpretasi
kualitatif dan interpretasi kuantitatif. Interpretasi kualitatif meliputi
penentuan lapisan permeable, penentuan batas lapisan dan penentuan zona
interest. Log yang digunakan berupa SP Log, GR Log dan Resistivity Log.
Sementara interpretasi kuantitatif meliputi penentuan porositas dan
saturasi air (Sw). Jenis Log yang digunakan Neutron Log, Density Log,
Sonic Log dan Resistivity Log. Adapun kondisi interpretasi yang
dilakukan berupa Clean Formation (quick look) dan Shally Sand
Formation (detailed). Pengukuran dengan SP Log dilakukan untuk
menentukan Vclay sehingga dapat diketahui jenis fluida yang terdapat
dalam formasi yang dianalisa serta kandungan batuan dan kondisi dari

kedalaman formasi tersebut. Pada GR Log didapatkan suatu kurva yang


menunjukkan besarnya intensits radioaktif yang ada dalam formasi.
Dengan menarik garis GR yang mempunyai harga minimum dan harga
maksimum pada penampang log maka kurva GR yang jatuh diantara
kedua lapisan kurva tersebut merupakan indikasi adanya lapisan shale.
Pada Neutron Log, bila konsentrasi hidrogen didalam formasi besar
maka semua partikel neutron akan mengalami penurunan energi serta
tertangkap tidak jauh dari sumber radioaktifnya. Hal yang perlu
digarisbawahi bahwa neuton hidrogen tidak mewakili porositas batuan
karena penentuannya didasarkan pada konsentrasi hidrogen. Neutron tidak
dapat membedakan antara atom hidrogen bebas dengan atom hidrogen
yang secara kimia terikat dengan mineral batuan, akibatnya pada formasi
lempung yang banyak mengandung atom-atom hidrogen didalam susunan
molekulnya seolah-olah mempunyai porositas tinggi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi bentuk kurva Neutron Log adalah shale atau clay dimana
semakin besar konsentrasinya dalm lapisan permeable akan memperbesar
harga porositas batuan. Kekompakan batuan juga akan mempengaruhi
defleksi kurva Neutron Log dimana semakin kompak batuan tersebut
maka harga porositas batuan akan menurun dan kandungan fluida yang
ada dalam batuan apabila mengandung minyak dan gas maka akan
mempunyai harga porositas yang relatif kecil, sedangkan air asin atau air
tawar akan memberikan harga porositas neutron yang mendekati harga
porositas sebenarnya.
Density Log menunjukkan besarnya densitas lapisan yang ditembus
oleh lubang bor sehingga berhubungan dengan porositas batuan. Besar
kecilnya density juga dipengaruhi oleh kekompakan batuan dengan derajat
kekompakan yang variatif, dimana semakin kompak batuan maka
porositas batuan tersebut akan semakin kecil. Pada batuan yang sangat
kompak, harga porositasnya mendekati harga nol sehingga densitasnya
mendekati densitas matrik. Kombinasi Log digunakan untuk memperoleh
data yang diperlukan untuk mengevaluasi formasi serta menentukan

potential productivity yang dikandungnya. Pada kombinasi log antara


Neutron Log dan Density Log maka akan terdapat tampilan Log Density
yang dari kiri ke kanan satuannya semakin besar sedangkan Neutron Log
dari kiri ke kanan satuan porositasnya semakin kecil sehingga dapat
diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Lapisan shale akan memberikan separasi negatif berdasar harga
densitas yang besar pada Density Log dan harga porositas neutron
yang besar pada Neutron Log.
2. Lapisan hidrokarbon akan memberikan separasi positif dimana kurva
Density Log akan cenderung mempunyai defleksi ke kiri dan Neutron
Log cenderung mempunyai defleksi ke kanan.
3. Lapisan air asin atau air tawar akan memberikan separasi positif
sehingga untuk dapat membedakan antara separasi positif pada lapisan
air dengan lapisan hidrokarbon maka jalan terbaik adalah dengan
melihat kurva Resistivity Log dan SP Log.
Data log yang diperoleh, kemudian dilakukan evaluasi/analisa. Dalam
perspektif luas, sesungguhnya evaluasi data log mencakup beberapa
bidang kajian yang saling terkait; Geologi, Geofisika, Petrofisika,
Geokimia, Matematika, Ekonomi, dll, dimana dari serangkaian panjang
eksplorasi hidrokarbon pada akhirnya membawanya pada kesimpulan
berdasarkan nilai ekonomisnya, dan evaluasi data log menjadi salah satu
inti kajiannya. Terdapat beberapa kajian pokok di dalam evaluasi data log,
antara lain untuk :

Identifikasi porositas dan permeabilitas batuan reservoar.

Perhitungan porositas dan saturasi air.

Identifikasi jenis fluida (gas, minyak, air) dan kontak di antaranya.

2.2.

Borehole Environment

Dalam kegiatan pemboran, akan digunakan suatu lumpur pemboran


khusus (mud filtrate) yang digunakan dan diinjeksikan selama pemboran
berlangsung. Lumpur pemboran ini memiliki berbagai fungsi, yaitu guna
memindahkan cutting, melicinkan dan mendinginkan mata bor, dan
menjaga tekanan antara bor dan formasi batuan. Densitas lumpur tersebut
dijaga agar tetap tinggi supaya tekanan pada kolom lumpur selalu lebih
besar daripada tekanan formasi. Perbedaan tekanan ini menyebabkan
terdorongnya sebagian lumpur untuk merembes ke dalam formasi batuan.
Rembesan fluida lumpur tersebut kemudian mengakibatkan adanya tiga
zona di sekitar lubang pemboran yang mempengaruhi pengukuran log,
khususnya pengukuran log yang berdasarkan prinsip kelistrikan (log SP,
dan log Resistivitas). Tiga zona tersebut, yaitu :
a. Zona Terinvasi (Flushed Zone); zona yang umumnya diasumsikan
bahwa air formasi telah tergantikan seluruhnya oleh mud filtrate.
Merupakan zona infiltrasi yang terletak paling dekat dengan lubang
bor serta terisi oleh filtrat lumpur yang mendesak kandungan semula
(seperti gas, minyak, maupun air). Air formasi atau hidrokarbon yang
terdapat pada formasi terdesak kedalam oleh filtrat lumpur pemboran.
Daerah ini disebut daerah terinvasi dengan tahanan jenisnya dan
kejenuhan airnya
b. Zona Transisi (Transition Zone); zona yang mengandung sebagian air
formasi dan sebagian hidrokarbon yang tergantikan mud filtrate.
Merupakan zona infiltrasi yang lebih dalam dari zona terinvasi, dimana
dalam zona ini ditempati oleh campuran dari filtrat lumpur dengan
kandungan semula. Karena zona ini posisinya semakin jauh dari
lubang bor maka semakin berkurang filtrasi dari lumpur pemboran.
c. Zona Jauh/Tidak Terinvasi (Undisturbed Zone); zona yang tidak
terpengaruh oleh mud filtrate. Merupakan zona yang terletak paling
jauh dari lubang bor, dimana dalam zona ini seluruh pri batuan terisi

oleh kandungan semula dan sama sekali tidak dipengaruhi oleh adanya
air filtrat Lumpur.
d. Zona terinvasi memiliki diameter df, ketebalan sekitar 6 inch, dan
mengandung mud filtrate dengan nilai resistivitas Rmf, serta
mengandung residual hydrocarbon dengan nilai resistivitas Rxo.
Sedangkan zona transisi dengan diameter dj dan rentang beberapa
kaki. Untuk zona jauh memiliki resistivitas air Rw, resistivitas formasi
Rt, dan nilai saturasi air Sw.
Formasi yang terdiri dari batuan yang retak-retak dimana filtrate
lumpur mengalir melalui celah-celah retakan dan berhenti pada bagian
yang tidak retak dan keluludannya rendah. Dalam hal ini hanya sebagian
kecil dari cairan formasi yang dipindahkan oleh filtrate lumpur pemboran
sehingga hubungan antara tahana jenis dan kejenuhan (saturasi) dengan
rumus Archie tidak berlaku.
2.3.

Jenis-Jenis Logging
Berdasarkan kemampuan, kegunaan, dan prinsip kerja maka jenis
logging ini dibagi menjadi log listrik, log radioaktif, log sonic, dan log
caliper.

2.3.1. Log Listrik


Log listrik merupakan suatu plot antara sifat-sifat listrik lapisan yang
ditembus lubang bor dengan kedalaman. Sifat-sifat ini diukur dengan
berbagai variasi konfigurasi elektrode yang diturunkan ke dalam lubang
bor. Untuk batuan yang pori-porinya terisi mineral-mineral air asin atau
clay maka akan menghantarkan listrik dan mempunyai resistivity yang
rendah dibandingkan dengan pori-pori yang terisi minyak, gas maupun air
tawar. Oleh karena itu lumpur pemboran yang banyak mengandung garam
akan bersifat konduktif dan sebaliknya.

Untuk formasi clean sand yang mengandung air garam, tahanan


formasinya dapat dinyatakan dengan suatu faktor tahanan formasi (F),
yang dinyatakan dengan persamaan :
Ro = F x Rw

dimana :
F

= faktor formasi

Ro

= tahanan formasi dengan saturasi air formasi 100 %

Rw

= tahanan air garam (air formasi)


Hubungan antara tahanan formasi, porositas dan faktor sementasi

dikemukakan oleh G.E. Archie dan Humble sebagai berikut :


Persamaan Archie :
F = -m

Persamaan Humble :
F = 0,62 x -2,15
dimana :
m

= faktor sementasi batuan

= faktor formasi

= porositas
Resistivity Index (I) adalah perbandingan antara tahanan listrik batuan

sebenarnya (Rt) dengan tahanan yang dijenuhi air formasi 100 % (Ro),
yaitu sesuai dengan persamaan berikut :

dimana :
n

= eksponen saturasi, untuk batupasir besarnya sama dengan 2.


Untuk formasi clean sand, terdapat hubungan antara saturasi air

formasi (Sw), porositas (), tahanan formasi sebenarnya (Rt), tahanan air
formasi

Gambar 2.1 Teknis pengukuran log SP, beserta responnya.

(Rw) serta eksponen saturasi (n). Secara matematis hubungan ini


dapat dinyatakan sebagai berikut :

Pada umumnya log listrik dapat dibedakan menjadi dua jenis:


a. Spontaneous Potensial Log (SP Log)
Log SP adalah suatu rekaman perbedaan potential listrik antara
elektroda di permukaan yang tetap dengan elektroda yang bergerak di
dalam lubang bor. Lubang sumur harus diisi dengan lumpur yang
bersifat konduktif. Log SP tidak dapat diukur pada sumur yang di bor
menggunakan oil base mud. Satuan dari log SP adalah millivolts. Dari
prinsip kerjanya, log SP ini dapat digunakan untuk identifikasi batuan
permeable, identifikasi lapisan serpih (non-reservoir) dan non-serpih
(reservoir), membantu korelasi litologi, dan menghitung nilai salinitas
fluida formasi (Rw). Pengukurannya berdasarkan adanya beda
potensial karena perbedaan salinitas antara lumpur pemboran (Rmf)

dengan fluida formasi (Rw), dimana pada dasarnya nilai salinitas


berbanding terbalik dengan resistivitas.
Dalam interpretasinya, apabila data log SP menunjukkan kurva
lurus (tidak ada perubahan nilai) maka mengindikasikan salinitas
fluida formasi sama dengan salinitas lumpur pemboran, atau dapat juga
sebagai indikasi lapisan batuan yang pejal (tight) atau impermeable.
Sedangkan apabila terdapat defleksi grafik/perubahan nilai log SP,
maka menunjukkan adanya perbedaan salinitas, adanya lapisan batuan
permeable, dan dapat diasumsikan sebagai reservoar. Dan apabila
lapisan permable tersebut mengandung saline water maka nilai Rw <<
Rmf, dan akan terjadi perubahan nilai SP yang negatif, sedangkan
lapisan yang mengandung fresh water memiliki nilai Rw >> Rmf,
mengakibatkan perubahan nilai SP positif.
b. Resistivity Log
Log Resistivitas dapat digunakan untuk membedakan lapisan
reservoir dan non-reservoar, identifikasi jenis fluida (air formasi dan
hidrokarbon) dan batas kontak fluidanya, menghitung nilai resistivitas
air formasi dan salinitas air formasi. Terdapat dua macam pengukuran
log resistivitas, yaitu Lateral Log; meliputi Lateralog Deep (LLD),
Lateralog Shallow (LLS), Micro Spherically Focused Log (MSFL),
dan Induction Log; yang meliputi Inductionlog Deep (ILD),
Inductionlog Shallow (ILS), Micro Spherically Focused (MFS).
Mengacu dari adanya perbedaan zona di sekitar dinding lubang
pemboran, zona terinvasi dapat terindikasi dari rekaman log MSFL
atau SFL. Sedangkan untuk zona transisi dapat terindikasi dari
rekaman log LLS atau ILM. Untuk zona jauh dapat terbaca dari log
LLD atau ILD. Dalam teknik interpretasinya, analisa log resistivitas,
utamanya adalah untuk mengetahui indikasi batuan yang porous dan
permeable yang mengandung fluida hidrokarbon atau air. Nilai-nilai
LLD/ILD, LLS/ILS, dan MSFL umumnya ditampilkan pada satu
kolom grafik, dab berdasarkan karakteristik grafiknya, indikasi

hidrokarbon ditunjukkan oleh adanya perubahan nilai/defleksi grafik


LLD/ILD yang relatif berada di kanan terhadap defleksi grafik
LLS/ILM dan MSFL. Sedangkan defleksi grafik LLD yang relatif
lebih negatif terhadap LLS/ILM dan MSFL akan mengindikasikan
adanya kandungan fluida air. Namun apabila ketiga grafik tersebut
menunjukkan grafik yang saling berhimpit tanpa adanya separasi yang
jelas maka dapat mengindikasikan suatu zona yang impermeable atau
tight.
Pada masa sekarang, macam-macam alat log resistivity dibedakan
berdasarkan jenis lumpur (mud) yang digunakan untuk pemboran dan
kondisi porositas. Alat tersebut adalah :
1. Induction log
Induction log bekerja pada kondisi: Fresh mud, resistivitas
formasi < 200 ohm-m, bila perbandingan antara resistivitas
mud filtrate dan resistivitas air formasi (Rmf/Rw) < 20, serta
tidak akurat pada resistivitas tinggi.
Dalam pertengahan 1960-an alat Dual Induction Log
diperkenalkan. Alat ini mempunyai: induction deep (ILD) &
induction medium (ILm) SFL untuk pembacaan shallow. Dua
alat yang bekerja didaerah flushed zone untuk kategori fresh
mud adalah:

Microlog, suatu alat yang non focused yang mempunyai


jangkauan

penyelidikan

sangat

shallow.

Alat

ini

mengindikasikan adanya mud cake, jadi merupakan

indicator zona permeable.


Proximity log, mengukur resistivitas flushed zone (Rxo).

2. Laterolog
Laterolog akan bekerja lebih baik: Bila lumpur lebih konduktif
daripada air formasi: Rmf/Rw < 20 Bisa didalam fresh mud
tapi resistivity formasi harus lebih dari 200 ohm-m dalam large
borehole ( >12 in ) serta deep invasion ( >40 in ). Pada 1970-an

diperkenalkan alat Dual Laterolog yang dapat membaca:


Deep Laterolog (LLd) & Shalow Laterolog (LLs) Synthetic
seismogram harus dibuat untuk depth calibration daripada
seismic sections (ini adalah aplikasi log sonic yang asli).
Log Resistivitas (Resistivity Log) adalah log yang digunakan untuk
mengukur sifat batuan dan fluida pori (minyak, gas, air) disepanjang
lubang bor dengan mengukur sifat tahanan kelistrikannya. Resistivitas
berbanding terbalik dengan konduktivitas. Besaran pada log resistivitas
batuan menggunakan satuan Ohm. Jika batuan mengandung fluida
seperti air formasi yang sifatnya salin, maka kurva resistivitasnya akan
menunjukkan angka yang sangat rendah karena sifat air yang salin
cenderung bersifat konduktif (kebalikan dari resistif). Dan pada
minyak atau gas, kurva resistivitas akan menunjukkan angka yang
sangat tinggi karena minyak atau gas cenderung memiliki hambatan
yang sangat tinggi.
Log resistivitas bermanfaat sekali dalam evaluasi formasi
khususnya untuk menganalisa apakah suatu reservoir mengandung air
garam (wet) atau mengandung hidrokarbon, sehingga log ini
digunakan untuk menganalisis Hidrocarbon-Water Contact.

Gambar2.2.. ilustrasi Log Resistivitas (kontak hidrokarbon-air)

Didalam pengukuran resistivity log, biasanya terdapat tiga jenis


penetrasi resistivity, yakni shallow (borehole), medium (invaded
zone) dan deep (virgin) penetration. Perbedaan kedalaman penetrasi ini
dimaksudkan untuk menghindari salah tafsir pada pembacaan log
resistivity karena mud invasion (efek lumpur pengeboran) dan bahkan
dapat mempelajari sifat mobilitas minyak. Resistivity log memiliki
kegunaan lain yakni untuk mendeterminasi tingkat saturasi air (Water
Saturation). Semakin tinggi saturasi air maka resistivity akan semakin
rendah. Prediksi Water Saturation dari Resistivity log dapat dilakukan
dengan berbagai algoritma diantaranya dengan Persamaan Archie

Gambar 2.3. contoh Rekaman log Resistivitas.

Aliran konduksi arus listrik di dalam batuan/mineral digolongkan


atas tiga macam yaitu:
1. Konduksi dielektrik
Konduksi dielektrik terjadi jika batuan/mineral bersifat
dielektrik terhadap aliran arus listrik (terjadi polarisasi muatan
saat bahan dialiri listrik).
2. Konduksi elektrolitik
Konduksi elektrolitik terjadi jika batuan/mineral bersifat porus
dan pori-pori tersebut terisi cairan-cairan elektrolitik. Pada
kondisi ini arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolit.
3. Konduksi elektronik
Konduksi elektronik terjadi jika batuan/mineral mempunyai
banyak elektron bebas rik dialirkan dalam batuan/mineral oleh
elektron bebas.

Secara umum, berdasarkan resistivitas

listriknya, batuan dan mineral dapat dikelompokkan menjadi


tiga, yaitu:

Konduktor baik
Semi konduktor
Isolator

: 10-8 < < 1 m


: 1 < < 107 m
: < 107 m

Resistivitas batuan yang mengandung air secara umum tergantung


pada

banyaknya

parameter

fisik

seperti

porositas,

salinitas,

temperatur, konduktivitas batuan dan perubahan termal. Pada satu sisi


porositas dan saturasi dari fluida cenderung dominan terhadap
pengukuran resistivitas, di sisi lain pori patahan pada kristal batuan
juga dapat menurunkan harga resistivitas yang terdapat di dalam
fluida. Adapun ketergantungan dari harga resistivitas pada batuan :
1. Semakin tinggi kandungan air maka semakin rendah nilai
resistivitasnya.
2. Semakin tinggi sifat salinitas maka semakin rendah nilai
resistivitasnya.
3. Semakin

tinggi

resistivitasnya.

temperatur

maka

semakin

rendah

nilai

4. Semakin tinggi sifat porositas maka semakin rendah nilai


resistivitasnya.
5. Semakin tinggi sifat kandungan lempung maka semakin rendah
nilai resistivitasnya.
6. Semakin tinggi kandungan mineral-mineral logam maka semakin
rendah nilai resistivitasnya (Telford, W.M.,, 1990).
2.3.2. Radioaktif Log
a. Gamma Ray Log
Prinsip pengukurannya adalah mendeteksi arus yang ditimbulkan
oleh ionisasi yang terjadi karena adanya interaksi sinar gamma dari
formasi dengan gas ideal yang terdapat didalam kamar ionisasi yang
ditempatkan pada sonde. Besarnya arus yang diberikan sebanding
dengan intensitas sinar gamma yang bersangkutan. Didalam formasi
hampir semua batuan sedimen mempunyai sifat radioaktif yang tinggi,
terutama terkonsentrasi pada mineral clay. Formasi yang bersih (clean
formasi) biasanya mengandung sifat radioaktif yang kecil, kecuali
lapisan tersebut mengandung mineral-mineral tertentu yang bersifat
radioaktif atau lapisan berisi air asin yang mengandung garam-garam
potassium yang terlarutkan (sangat jarang), sehingga harga sinar
gamma akan tinggi.
Dengan adanya perbedaan sifat radioaktif dari setiap batuan, maka
dapat digunakan untuk membedakan jenis batuan yang terdapat pada
suatu formasi. Selain itu pada formasi shaly sand, sifat radioaktif ini
dapat digunakan untuk mengevaluasi kadar kandungan clay yang dapat
berkaitan dengan penilaian produktif suatu lapisan berdasarkan
intrepretasi data logging. Teknik interpretasinya, secara sederhana
yaitu dengan membuat suatu garis batas (cut off) antara shale base line
(yang menyatakan nilai GR tertinggi) dengan sand base line (yang
menyatakan nilai GR terendah). Sehingga diperoleh zona di sebelah
kiri cut off sebagai zona reservoar, dan zona non-reservoar di sebelah

kanan garis cut off.

Yang kemudian besarnya volume shale (atau

sebelah kiri cut off) akan dihitung dengan menggunakan rumus


berikut:

dimana :
GRlog

= hasil

pembacaan

GR

log

pada

lapisan

yang

bersangkutan
GRmax

= hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan shale

GRmin

= hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan non


shale

Tabel 2.1. Variasi harga densitas batuan dengan kandungan fluida tertentu dari
beberapa lapangan minyak bumi (Harsono, 1997)

Batuan
Shale
Lapisan Clean
Lapisan Clean
Lapisan Clean
Batu Bara

Kandungan Fluida
Air Asin
Minyak
Gas
-

Densitas (gr/cc)
2.20-2.50
2.25-2.45
2.20-2.35
2.00-2.25
1.60-1.90

Gambar 2.4. (1)Respon Gamma Ray di berbagai litologi, (2)Analisa kualitatif log GR.

Pengukuran log Gamma Ray memiliki kelemahan, terutama


apabila terdapat batuan selain serpih dan lempung yang memiliki
radioaktivitas alami tinggi, seperti tuff. Sehingga identifikasi litologi
umumnya diperkuat dengan pengukuran Spectral Gamma Ray, yang
mampu mengetahui sumber radiasi.
b. Density
Log Densitas dapat digunakan untuk perhitungan densitas,
perhitungan porositas, dan identifikasi kandungan fluida. Dengan
memanfaatkan pancaran sinar gamma dan prinsip Hamburan Compton,
prinsip kerjanya yaitu dengan mengukur densitas bulk batuan, yang
merupakan fungsi dari densitas elektron dalam batuan. Secara teori,
batuan berpori (umumnya berupa batupasir atau batugamping) akan
memiliki kandungan elektron yang lebih sedikit dibandingkan dengan
batuan pejal (tight). Prinsip kerja density log adalah dengan jalan
memancarkan sinar gamma dari sumber radiasi sinar gamma yang
diletakkan pada dinding lubang bor. Pada

saat sinar gamma

menembus batuan, sinar tersebut akan bertumbukkan dengan elektron


pada batuan tersebut, yang mengakibatkan sinar gamma akan
kehilangan

sebagian dari energinya dan yang sebagian lagi akan

dipantulkan kembali, yang kemudian akan ditangkap oleh detektor


yang diletakkan diatas sumber radiasi.

Sinar gamma yang menyebar dan mencapai detektor dihitung dan


akan menunjukkan besarnya densitas batuan formasi. Formasi dengan
densitas tinggi akan menghasilkan jumlah elektron yang rendah pada
detektor. Densitas elektron merupakan hal yang penting disini, hal ini
disebabkan yang diukur adalah densitas elektron, yaitu jumlah elektron
per cm3. Densitas elektron akan berhubungan dengan densitas batuan
sebenarnya, b yang besarnya tergantung pada densitas matrik,
porositas dan densitas fluida yang mengisi pori-porinya. Kondisi
penggunaan untuk density log adalah pada formasi dengan densitas
rendah dimana tidak ada pembatasan penggunaan lumpur bor tetapi
tidak dapat digunakan pada lubang bor yang sudah di casing. Kurva
density log hanya terpengaruh sedikit oleh salinitas maupun ukuran
lubang bor.

Gambar Respon log Densitas di berbagai litologi.

Kondisi optimum dari density log adalah pada

formasi

unconsolidated sand dengan porositas 20 % - 40 %. Kondisi optimum


ini akan diperoleh dengan baik apabila operasi penurunan peralatan
kedalam lubang bor dilakukan secara perlahan agar alat tetap
menempel pada dinding bor, sehingga pada rangkaian tersebut
biasanya dilengkapi dengan spring. Hubungan antara densitas batuan

sebenarnya dengan porositas dan lithologi batuan dapat dinyatakan


dalam persamaan berikut:

Dimana :
b
f

=
=
=
ma =

densitas batuan (dari hasil pembacaan log), gr/cc


densitas fluida rata-rata, gr/cc
1 untuk fresh water, 1.1 untuk salt water
densitas matrik batuan (dapat dilihat pada tabel III-

1), gr/cc
D = porositas dari density log , fraksi
c. Log Neutron
Log Neutron dapat digunakan untuk perhitungan porositas batuan,
evaluasi litologi, dan deteksi keberadaan gas. Prinsipnya adalah
dengan mengukur persentase pori batuan dari intensitas atom hidrogen
di dalamnya, yang diasumsikan bahwa hidrogen tersebut akan berupa
hidrokarbon maupun air.
Neutron merupakan suatu partikel yang netral dan mempunyai
massa yang hampir sama dengan massa atom hydrogen. Pada
prinsipnya log neutron ini adalah mencatat harga kesarangan neutron
dari formasi batuan. Dari sumber yang terdapat pada sonde log neutron
tersebut bertumbukan electron-elektron batuan yang disebut tumbukan
bola-bola billiard (billiard ball collisions). Akibat tumbukan tersebut
maka neutron akan kehilangan sebagian energi yang tergantung dari
perbedaan

batuan

dan

akan

kehilangan

banyak

energi

jika

bertumbukan dengan suatu atom yang mempunyai massa hampir sama


atau sama dengan massa atom hydrogen.
Pengurangan energi ini tercatat didalam detector. Bila formasi
batuan mengandung air atau hidrokarbon (atom H) maka neutron akan
mengalami penurunan energi yang besar dan tertangkapnya tidak jauh

dari sumber radioaktif alat dan sebaliknya bila konsentrasi hydrogen


dalam formasi relatif kecil maka partikel-partikel neutron akan jauh
menembus formasi sebelum tertangkap.
Hasil pengukuran log Neutron kemudian dinyatakan dalam
Porosity Unit (PU). Pada formasi yang mengandung minyak dan air,
dimana kandungan hidrogennya tinggi maka menyebabkan nilai
Porosity Unit juga tinggi. Sedangkan pada formasi yang mengandung
gas yang memiliki kandungan hidrogen yang rendah menyebabkan
nilai PU yang rendah pula. Rendahnya nilai PU karena kehadiran gas
kemudian disebut dengan gas effect.

Gambar Respon log Neutron di berbagai litologi.

Suatu grafik log Neutron akan menunjukkan defleksi ke arah nilai


yang lebih tinggi (ke arah kiri) apabila melalui suatu zona berporositas
tinggi, dan sebaliknya, grafik akan mengalami defleksi ke kanan
apabila melalui zona berporositas rendah. Log Neutron, umumnya
tidak terlepas dari log Densitas, karena kedua log tersebut memiliki
korelasi dalam menentukan jenis fluida yang terindikasi, antara gas,
minyak, dan air, serta batas kontak antar fluida tersebut. Grafik log
Neutron dan log Densitas biasanya ditampilkan pada satu kolom, dan
berdasarkan karakteristik grafik keduanya, apabila terdapat suatu
cross-over dengan jarak separasi yang besar maka merupakan indikasi

dari adanya gas. Sedangkan apabila jarak separasinya sempit dapat


mengindikasikan adanya minyak, lebih sempit lagi menunjukkan
adanya fluida air.

Gambar Analisa kualitatif log Neutron-Densitas


untuk identifikasi jenis fluida hidrokarbon

2.3.3. Sonic Log


Log ini merupakan jenis log yang digunakan untuk mengukur
porositas, selain density log dan neutron log dengan cara mengukur
interval transite time (t), yaitu waktu yang dibutuhkan oleh gelombang
suara untuk merambat didalam batuan formasi sejauh 1 ft. Peralatan sonic
log menggunakan sebuah transmitter (pemancar gelombang suara) dan dua
buah receiver (penerima). Jarak antarnkeduanya adalah 1 ft. Bila pada
transmitter dipancarkan gelombang suara, maka gelombang tersebut akan
merambat kedalam batuan formasi dengan kecepatan tertentu yang akan
tergantung pada sifat elastisitas batuan, kandungan fluida, porositas dan
tekanan formasi. Kemudian gelombang ini akan terpantul kembali menuju
lubang bor dan akan diterima oleh kedua receiver. Selisih waktu
penerimaan ini direkam oleh log dengan satuan microsecond per feet
(sec/ft) yang dapat dikonversikan dari kecepatan rambat gelombang suara
dalan ft/sec. Interval transite time (t) suatu batuan formasi tergantung

dari lithology dan porositasnya. Sehingga bila lithologinya diketahui maka


tinggal tergantung
pada porositasnya. Pada tabel III-2. dapat dilihat beberapa harga transite
time
matrik (tma) dengan berbagai lithologi.

Untuk menghitung porositas sonic dari pembacaan log t harus


terdapat hubungan antara transit time dengan porositas. Seorang sarjana
teknik, Wyllie mengajukan persamaan waktu rata-rata yang merupakan
hubungan linier antara waktu dan porositas. Persamaan tesebut dapat
dilihat dibawah ini :

dimana :
tlog

= transite time yang dibaca dari log, sec/ft

tf

= transite time fluida, sec/ft


= 189 sec/ft untuk air dengan kecepatan 5300 ft/sec

tma

= transite time matrik batuan (lihat table III-2), sec/ft

= porositas dari sonic log, fraksi

Selain digunakan untuk menentukan porositas batuan, Sonic log juga


dapat digunakan sebagai indentifikasi lithologi.

2.3.4. Caliper Log


Caliper log merupakan suatu kurva yang memberikan gambaran
kondisi (diameter) dan lithologi terhadap kedalaman lubang bor. Peralatan
dasar caliper log dapat dilihat pada gambar 3.13. Untuk menyesuaikan
dengan kondisi lubang bor, peralatan caliper log dilengkapi dengan pegas
yang dapat mengembang secara fleksibel. Ujung paling bawah dari pegas
tersebut dihubungkan dengan rod. Posisi rod ini tergantung pada kompresi
dari spring dan ukuran lubang bor. Manfaat caliper log sangat banyak,
yang paling utama adalah untuk menghitung volume lubang bor guna
menentukan volume semen pada operasi cementing, selain itu dapat
berguna untuk pemilihan bagian gauge yang tepat untuk setting packer
(misalnya operasi DST), interpretasi log listrik akan mengalami kesalahan
apabila asumsi ukuran lubang bor sebanding dengan ukuran pahat (bit)
oleh karena itu perlu diketahui ukuran lubang bor dengan sebenarnya
perhitungan kecepatan lumpur di annulus yang berhubungan dengan
pengangkatan cutting, untuk korelasi lithologi karena caliper log dapat
membedakan lapisan permeabel dengan lapisan consolidated.

Anda mungkin juga menyukai