ANALISA CUTTING
Oleh :
M Rifaldi Nento
M Hadi Al Fayed
Holida Qolbi
M Rayhan Sukma Reza
Lalu Muhamad K
a. Shale
Warna : merah dan hijau
Tekstur : seperti lilin, beludru dan kertas
Kekerasan : lunak, sedang, kuat, keras, sangat keras dan rapuh.
Lapisan : massive, blocky, fossile dan splentary
Pabrikasi : laminasi, pecahan, berlapis, dapat dibelah
Mineral tambahan : bentonite, sandy, calcareous dan carbonnaceous
b. Sand
Warna : coklat, abu-abu
Tekstur : sangat halus, halus, medium kasar dan sangat kasar
Bentuk butir : bulat, agak bulat dan bersudut
Pemilahan/sortasi : baik, sedang dan jelek
Tingkat sementasi : gampang pecah (friable), padat (dense)
Porositas : tidak tampak, jelek, sedang dan baik
c. Limestone dan Dolomite
Warna : putih, coklat, abu-abu dan hitam
Tekstur : sangat baik, baik, sedang, butir kasar, padat, chalky,
oolitic, sucrosic, colicastic.
Butiran : sucrosa, crystal, chalky
Accessory : oolite, sandy,silty, calcite, pyrite dan argillaceous
Kilap : suram, seperti tanah, dasar
Preparasi data
Sampel 1
Deskripsi : subsupherical subanguler, pemilahan baik, ukuran butir < 2 mm
Aroma : Parafin
Sampel 2
Deskripsi : subsupherical anguler, pemilahan baik, ukuran
butir > 2 mm.
Sampel 3
: subsupherical subanguler, pemilahan buruk, ukuran butir < 2 mm.
Analisa Data
Dari ketiga sampel yang telah dianalisa maka.
Pada sample 1, bentuk subspherical subangular, pemilahan baik, bau
parafin, warna dominan yellow orange, warna pengotor hitam maka ini
menandakan batuan mengandung minyak berat dengan residu batu
gamping pasion .
Pada sample 2 , bentuk subspherical angular, pemilahan baik, warna
dominan dark blue, warna pengotor orange maka ini menandakan batuan
mengandung kondensat dengan residu gamping/dolomite.
Pada sample 3, bentuk subspherical angular, pemilahan buruk, warna
dominan tan, warna pengotor hitam maka ini menandakan batuan
mengandung minyak sedang dengan residu fosil .
Analisa cutting diteliti dengan cara memahami lithologi batuan seperti,
dilihat dari pemilahan, bentuk butiran, warna dan ukuran butiran. Dan juga
dengan cara flourosensi.
Pada percobaan ini digunakan fluoroscope yaitu alat untuk melihat ada
tidaknya warna fluoresensi. Setiap sample yang memberikan warna tertentu
ketika diteliti di bawah sinar ultraviolet. Hal ini digunakan untuk menentukan
jenis minyak. Selain warna dominan, sample juga memberikan warna lain
yang tidak dominan yang merupakan warna pengotoran. Jenis pengotornya
bisa berupa fossil, paper shale, batu gamping pasiran, grase / gemuk, kulit
kumbang dan solar.
Percobaan analisa cutting di lapangan, yaitu pada saat pemboran
eksplorasi yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan
hidrokarbon dalam formasi, sehingga dapat menentukan keprospekan
lapangan tersebut.
Kelebihan yang dimiliki oleh metoda fluoresensi salah satunya yaitu
sangat praktis dan dapat digunakan kapan dan dimana saja. Sedangkan
kekurangan metoda ini salah satunya ialah hasil pengamatan kurang akurat
karena perbedaan warna baik pada warna dominan maupun pengotornya
tidak terlalu jelas. Kekurangan metoda ini adalah dimungkinkan adanya
kesalahan pengamatan oleh praktikan, masing masing praktikan memiliki
deskripisi serta pengamatan yang berbeda beda.
BAB III
KESIMPULAN