Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

PENGUKURAN PERMEABILITAS

4.1.Tujuan Percobaan
1. Memahami pengertian permeabilitas dengan percobaan.
2. Mengetahui besarnya permeabilitas dari suatu core.
3. Mengetahui cara menentukan permeabilitas dengan gas parameter.
4. Mengetahui hubungan nilai permeabilitas dengan kualitas batuan.
5. Mengetahui definisi dari satu darcy.

4.2.Teori Dasar
Permeabilitas adalah sifat-sifat fisik batuan reservoir untuk dapat
mengalirkan fluida melalui pori-pori yang saling berhubungan tanpa
merusak partikel pembentuk batuan tersebut. Permeabilitas batuan
merupakan fungsi dari tingkat hubungan ruang antar pori-pori dalam
batuan. Di dalam reservoir fluida yang mengalir biasanya lebih dari satu
macam, sehingga permeabilitas dapat dibagi menjadi:

Permeabilitas Absolut
Adalah permeabilitas dimana fluida yang mengalir melalui
media berpori tersebut hanya satu fasa, misal hanya minyak
atau gas saja.

Permeabilitas Efektif
Adalah permeabilitas bila fluida yang mengalir dalam media
berpori lebih dari satu macam fluida (misal minyak, gas, air)
atau ketiga-tiganya.

Permeabilitas Relatif

60
61

Adalah perbandingan antara permeabilitas efektif dengan


permeabilitas absolut.

Dasar penentuan permeabilitas batuan adalah hasil percobaan yang


dilakukan oleh Henry Darcy. Dalam percobaan ini, Henry Darcy
menggunakan batu pasir tidak kompak yang dialiri air. Batu pasir
silindris yang porous ini 100% dijenuhi cairan dengan viskositas ,
dengan luas penampang A, dan panjangnya L. Kemudian dengan
memberikan tekanan masuk P1 pada salah satu ujungnya maka terjadi
aliran dengan laju sebesar Q, sedangkan P2 adalah tekanan keluar. Dari
percobaan dapat ditunjukkan bahwa.

Q..L/A.(P1-P2)

Adalah konstan dan akan sama dengan harga permeabilitas batuan


yang tidak tergantung dari cairan, perbedaan tekanan dan dimensi batuan
yang digunakan. Dengan mengatur laju Q sedemikian rupa sehingga
tidak terjadi aliran turbulen, maka diperoleh harga permeabilitas absolut
batuan.

Tabel 4.1. Klasifikasi Permeabilitas


Kualitas Nilai Permeabilitas (darcy)
Sangat Buruk < 1 mD
Buruk 1 mD 50 mD
Sedang 50 mD 200 mD
Baik 200 mD 500 mD
Sangat Baik > 500 mD

Satuan untuk permeabilitas adalah Darcy. Satu Darcy dapat


didefinisikan sebagai kemampuan batuan untuk mengalirkan fluida
sebanyak 1 cc pada luas penampang 1cm2 pada temperatur 1 derajat
62

celcius pada keadaan 1 atmospheric. Untuk lebih memahami tentang


permeabilitas dapat di lihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1. Model Permeabilitas

Gambar 4.2. Hubungan Ukuran Butiran dengan Permeabilitas

Gambar di atas memperlihatkan pengaruh besarnya ukuran butir


terhadap permeabilitas. Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa
ukuran butir yang besar dengan tingkat keseragaman yang bagus akan
memiliki permeabilitas yang besar dan sebaliknya.
63

Gambar 4.3. Diagram Percobaan Pengukuran Permeabilitas

Penentuan permeabilitas oleh Darcy pada Gambar 4.3 merupakan


percobaan dengan batuan berbentuk silinder untuk penampang A,
panjang L, dimana batu pasir silinder ini dijenuhi dengan 100% cairan
dengan viskositas . Kemudian dengan menutupi sekeliling batuan agar
fluida tidak mengalir melalui dinding tersebut, serta memberi tekanan
masuk sebesar P1 pada ujung sebelah kiri maka terjadi laju aliran sebesar
q (volume persatuan waktu), sedangkan P2 adalah tekanan keluar.
Dari percobaan ini dapat ditunjukkan bahwa q..L/A.(P1-P2) adalah
konstan dan akan sama dengan harga permeabilitas batuan yang tidak
tergantung dari cairan, perbedaan tekanan dan dimensi batuan yang
digunakan. Berdasarkan persamaan diatas dapat ditentukan besarnya
permeabilitas absolut dengan anggapan-anggapan yang dipakai, yaitu:

Q.. L
K
A.( P1 P2 )
64

Satuan permeabilitas dalam percobaan ini adalah :

Q (cm 3 / sec). (centipoise) L (cm)


K (darcy)
A (sqcm). ( P1 P2 ) (atm)

Dimana :
Q = Laju Alir, cm3/sec
= Viskositas, centipoise
L = Panjang Penampang, cm
A = Luas Penampang, sqcm
P1 = Tekanan Masuk, atm
P2 = Tekanan Keluar, atm

Dari Persamaan diatas dapat dikembangkan untuk berbagai kondisi


aliran yaitu aliran linier dan radial, masing-masing untuk fluida yang
compressible dan incompressible.
Pada prakteknya di reservoir, jarang sekali terjadi aliran satu fasa,
kemungkinan terdiri dari dua fasa atau tiga fasa. Untuk itu dikembangkan
pula konsep mengenai permeabilitas efektif dan permeabilitas relatif.
Harga permeabilitas efektif dinyatakan sebagai Ko, Kg, Kw, dimana
masing-masing untuk minyak, gas, dan air. Sedangkan permeabilitas
relatif dinyatakan sebagai berikut :

Ko
K ro
K

Kg
K rg
K
65

Kw
K rw
K

Dimana masing-masing untuk permeabilitas relatif minyak, gas,


dan air. Percobaan yang dilakukan pada dasarnya untuk sistem satu fasa,
hanya disini digunakan dua macam fluida (minyak-air) yang dialirkan
bersama-sama dan dalam keadaan kesetimbangan. Laju aliran minyak
adalah Qo dan air adalah Qw. Jadi volume total (Qo + Qw) akan mengalir
melalui pori-pori batuan per satuan waktu, dengan perbandingan minyak-
air permulaan, pada aliran ini tidak akan sama dengan Qo / Qw. Dari
percobaan ini dapat ditentukan harga saturasi minyak (S o) dan saturasi air
(Sw) pada kondisi stabil.
Setiap reservoir yang produktif paling sedikit didapatkan dua fasa
fluida pada aliran di dalam reservoirnya. Apabila fasa gas dan minyak
diproduksikan bersama-sama terdapat tiga fasa pada aliran fluida dalam
reservoir tersebut. Rumus-rumus yang berlaku untuk permeabilitas
effektif dan permeabilitas relatif pada fluida multi fasa bila aliran linier
horizontal, steady state dan incompressible, yaitu sebagai berikut:

Qo . o . L
Ko
A . ( P1 P2 )

dan

Qw . w . L
Kw
A . ( P1 P2 )

dan
66

Qg . g . L
Kg
A . ( P1 P2 )

Dimana :
Ko = Permebilitas minyak, darcy
Kw = Permebilitas air, darcy
Kg = Permebilitas gas, darcy
Qo = Flow rate rata-rata minyak, cc
Qw = Flow rate rata-rata air, cc
Qw = Flow rate rata-rata gas, cc
L = Panjang sample, cm
o = Viskositas minyak, cp
w = Viskositas air, cp
w = Viskositas gas, cp
A = Luas penampang dari sample, cm2
P = Pressure gradient, atm (0,25; 0,5; 1 atm)

Percobaan ini diulangi untuk laju permukaan (input rate) yang


berbeda untuk minyak dan air, dengan (Q o + Qw) tetap kontan. Harga-
harga Ko dan Kw pada persamaan di atas jika plot terhadap So dan Sw akan
diperoleh hubungan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.2 dapat
ditunjukkan bahwa Ko pada Sw = 0 dan So = 1 akan sama dengan harga K
absolut, demikian juga untuk harga K absolutnya (titik A dan B pada
Gambar 4.2).
67

Gambar 4.4.
Kurva Permeabilitas Efektif untuk Sistem Minyak dan Air
(Craft, B.C., Hawkins M.F., 1959)

Dari grafik diatas dapat dijelaskan bahwa:


Begitu Sw mulai naik dari harga nol, ko akan turun dengan cepat.
Begitu juga untuk So yang mulai bertambah dari harga nol harga
kwakan turun dengan cepat, atau dapat dikatakan untuk So yang
kecil akan mengurangi laju aliran minyak karena k o yang kecil,
demikian juga untuk air.
Ko akan turun terus dengan turunnya harga So dan mencapai harga
nol meskipun harga So belum mencapai nol. Pada keadaan ini (titik
C) minyak sudah tidak bergerak lagi. Saturasi minimum dimana
minyak sudah tidak dapat bergerak lagi disebut dengan critical oil
saturation (Soc) atau residual oil saturation (Sor). Demikian juga
untuk air, keadaan ini disebut critical water saturation (Swc)
atauresidual water saturation (Swr).
Jumlah harga ko dan kw selalu lebih kecil dari harga k absolut,
kecuali pada titik A dan B sehingga dapat ditulis sebagai berikut:
68

ko + kw< k

Sedangkan untuk system minyak-gas dan gas-air ditulis sebagai


berikut :

ko + kq< k

kq + kw< k

Untuk system minyak dan gas, hubungan permeabilitas efektif


dengan saturasi menunjukkan k tidak turun secara drastis dengan
turunnya saturasi dari 100% seperti pada kurva untuk minyak dan air. S gr
atau Sgc lebih kecil dari Soc maupun Swc.
Definisi kwantitatif permeabilitas pertama-tama dikembangkan
oleh Henry Darcy (1856) dalam hubungan empiris dengan bentuk
differensial sebagai berikut:

k dP
V
dL

Dimana:
V = kecepatan aliran ( cm/sec )
= viskositas fluida yang mengalir ( cp )
dP/dL = gradien tekanan dalam arah aliran ( atm/cm )
k = permeabilitas media berpori ( md )

q p
A l
Tanda negatif = -k menunjukkan bila ada penambahan
tekanan dalam satu arah maka arah aliran akan berlawanan dengan arah
69

dari penambahan tekanan tersebut. Persamaan darcy di atas tergantung


dari jenis aliran dan kondisinya.
Beberapa anggapan yang dipakai untuk persamaan tersebut adalah:
Alirannya mantap (steady state)
Fluida satu fasa yang homogen
Fluida incompressible
Viscositas fluida yang mengalir konstan
Kondisi aliran isothermal

Formasinya homogen dan arah alirannya horizontal

Cara penentuan permeabilitas adalah:


1. Dengan permeameter, suatu alat pengukur yang mempergunakan
gas.
2. Dengan penaksiran kehilangan sirkulasi dalam pemboran.
3. Dari kecepatan pemboran.

Berdasarkan test produksi terhadap penurunan tekanan dasar lubang


(bottom-hole pressure-decline).

4.3.Peralatan dan Bahan


4.3.1. Peralatan
Core holder dan thermometer
Triple range flowmeter dengan selector valve
Selector valve ( flowmeter selection valve )
Pressure gauge
Gas inlet
Gas outlet
70

Gambar 4.5. Core holder

Gambar 4.6. Triple range flowmeter

Gambar 4.7. Pressure Gauge


71

Gambar 4.8. Gas inlet

Gambar 4.9. Gas outlet

Gambar 4.10. Rangkaian Gas Permeameter


72

4.3.2. Bahan yang digunakan


Fresh core
Gas

Gambar 4.11. Fresh Core

Gambar 4.12. Gas

4.4.Prosedur Percobaan
73

4.4.1. Prosedur Gas Permeameter

1. Pastikan regulating valve tertutup, hubungkan saluran gas inlet.


2. Masukkan core pada core holder.
3. Putar flowmeter selector valve pada tanda Large.
4. Buka regulating valve, putar sampai pressure gauge menunjukkan
angka 0.25 atm.
5. Pilih range pembaca pada flowmeter antara 20 140 division.
6. Jika pembacaan pada flowmeter di bawah 20, putar selector valve
ke Medium dan naikkan tekanan sampai 0.5 atm.
7. Jika pembacaan pada flowmeter di bawah 20, putar selector valve
ke Small dan naikkan tekanan sampai 1.0 atm.
8. Jika flowmeter tetap tidak naik dari angka 20, hentikan percobaan
dan periksa core pada core holder (tentukan kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi).
9. Jika flowmeter menunjukkan angka di atas 140 pada lange tebu,
maka permeabilitas core terlalu besar.
10. Percobaan kita hentikan atau coba naikkan panjang core atau
kurangi cross sectional area dari core.
11. Catat temperature, tekanan dan pembacaan flowmeter.
12. Ubah tekanan ke 0.25 atm dengan regulator.
13. Ulangi percobaan sebanyak 3 kali.
14. Perhitungan:
Rumus yang digunakan dalam percobaan ini adalah:

g Qg L
k
A P

Dimana :
74

k = Permeabilitas, darcy

g = Viskositas gas yang digunakan (lihat grafik), cp
Qg = Flow rate rata-rata (cc/dt) pada tekanan rata-rata,
ditentukan dari grafik kalibrasi.
L = Panjang sampel, cm
A = Luas penampang dari sampel, cm2
P
= Pressure gradient, atm (0.25 atm; 0.5 atm; 1 atm)

Catatan : Jika digunakan gas N2 maka Q = 1.0168 udara.

4.5. Hasil Analisa dan Perhitungan


Pengukuran Permeabilitas Absolut dengan Gas Permeameter.
Rumus yang digunakan :

g Qg L
k
A P

Pengukuran pertama
Diameter core = 8 cm
Panjang core (L) = 9,9 cm
1
D2
4
Luas penampang core (A) =
1
3.14 (8cm) 2
4
=
= 50,24 cm2


Beda tekanan ( P) = 0,25 atm
75

1 1
P 0,25 atm
=
= 4 atm-1
Flow reading = 5 cm
Laju aliran gas = 24,1 cc/dtk

Viscositas gas ( g) = 0.01825 cp
g Qg L
A P
Permeabilitas (k) =
0.01825 cp x 24,1cc / dtk 9,9cm
50,24 cm 2 0,25 atm
=
= 0,35 darcy

Pengukuran kedua
Diameter core = 8 cm
Panjang core (L) = 9,9 cm
1
D2
4
Luas penampang core (A) =
1
3.14 (8cm) 2
4
=
= 50,24 cm2

Beda tekanan ( P) = 0.5 atm
1 1
P 0,5 atm
=
= 2 atm-1
Flow reading = 8 cm
Laju aliran gas = 42,8 cc/dtk
76


Viscositas gas ( g) = 0.01825 cp
g Qg L
A P
Permeabilitas (k) =
0.01825 cp x 42,8cc / dtk 9,9cm
50,24 cm 2 0,5 atm
=
= 0.31 darcy

Pengukuran ketiga
Diameter core = 8 cm
Panjang core (L) = 9,9 cm
1
D2
4
Luas penampang core (A) =
1
3.14 (8cm) 2
4
=
= 50,24 cm2

Beda tekanan ( P) = 1 atm
1 1
P 1 atm
=
= 1 atm-1
Flow reading = 11 cm
Laju aliran gas = 50,6 cc/dtk

Viscositas gas ( g) = 0.01825 cp
g Qg L
A P
Permeabilitas (k) =
77

0.01825 cp x 50,6 cc / dtk 9,9 cm


50,24cm 2 1 atm
=
= 0,18 darcy

4.6. Pembahasan
Pertama yang harus kita lakukan dalam percobaan ini ialah
menentukan harga besarnya tekanan yang digunakan (pada
0.25 atm, 0.5 atm dan 1 atm).
Kemudian selanjutnya ialah menentukan besarnya temperatur,
tekanan dan pembacaan flowmeter sesuai dengan petunjuk
pada prosedur kerja yang diulangi sebanyak 3 kali pada tekanan
yang berbeda-beda.

Setelah mendapatkan nilai seluruh data yang diperlukan, masukkan ke


dalam persamaan:
g Qg L
k
A P

Besarnya harga permeabilitas untuk masing-masing tekanan yang


telah ditentukan sebelumnya sudah didapatkan, seperti pada tabel di bawah
ini :

Table 4.2. Hasil perhitungan permeabilitas masing-masing tekanan

K (darcy) P (atm) 1/p (atm-1)


0,35 0.25 4
0,31 0.5 2
0,18 1 1

Seperti yang terlihat pada tabel 4.2. di atas, Pada


percobaan ini dilakukan tiga kali percobaan dengan
menggunakan tekanan yang berbedabeda (0,25 atm, 0,5 atm, dan 1
atm). Setelah melakukan perhitungan dengan viskositas, laju aliran,
panjang core. Luas penampang dan perbedaan tekanan sebagai faktor
78

faktor yang mempengaruhi, kita dapatkan harga permeabilitas (k) 0,35


darcy pada tekanan 0,25 atm. Pada tekanan 0,5 atm didapat harga
permeabilitas (k) 0,31 darcy. Dan pada tekanan 1 atm didapatkan harga
permeabilitas (k) 0,18 darcy.
Dari data-data antara permeabilitas (k) dan 1/P
pada tabel 4.2. di atas, kemudian kita plotkan ke dalam
suatu grafik menjadi seperti grafik di bawah ini :

Grafik 4.2. Grafik hubungan permeabilitas (k) dan 1/p

Grafik Hubungan 1/p Vs Permeabilitas (K)


0.5
0.47
0.45
0.4
0.35 0.37
0.3
Permeabilitas (Darcy) 0.25 0.22
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

1/p (atm)
79

Cara pembacaan grafik di atas di mulai dari kanan ke kiri. Pada grafik
terlihat bahwa perjalanan permeabilitas pada awalnya meningkat
kemudian menurun.
Pada grafik tersebut terjadi penyimpangan karena seharusnya semakin
besar gradien tekanan maka permeabilitas absolut dari core akan semakin
kecil. Hal tersebut disebabkan karena semakin besar tekanan, maka pori-
pori batuan akan semakin kompak, sehingga akan memperkecil
kemampuan batuan reservoir untuk mengalirkan fluida (permeabilitasnya).
Jika diperhatikan dengan seksama hubungan antara permeabilitas ( k )
terhadap 1/ P adalah berbanding lurus. Hal itu dapat kita analisis,
semakin kecil nilai 1/P, maka semakin kecil juga nilai permeabilitasnya,
sebaliknya semakin besar nilai 1/P, maka semakin basar pula nilai
permeabilitasnya. Seperti halnya jika kita masukkan nilai permeabilitas ( k
) terhadap tekanannya ( P ) ke dalam suatu grafik, maka arah
penurunannya dari kiri ke kanan, karena hubungan antara permeabilitas ( k
) terhadap tekanan ( P ) adalah berbanding terbalik.
4.7. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik suatu kesimpulan
sebagai berikut:

1. Permeabilitas adalah kemampuan suatu batuan untuk dialiri suatu


fluida.
2. Besarnya permeabilitas suatu core, berbeda-beda tiap keadaanya.
3. Gas permeameter adalah alat yang digunakan pada percobaan
untuk mendapatkan permeabilitas suatu sampel.
4. Nilai permeabilitas <1 mD berarti sangat buruk. 1 mD- 50 mD
berarti buruk. 50 mD 200 mD berarti sangat baik.
5. Satu darcy dapat didefinisikan sebagai kemampuan batuan untuk
dialiri fluida sebanyak 1 cc pada luas penampang 1 cm 2 pada
temperatur 1 derajat celcius pada keadaan 1 atmosfir.

Anda mungkin juga menyukai