Anda di halaman 1dari 97

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kerja praktek adalah salah satu mata Kuliah Prasyarat dalam

kurikulum akademik di Progam Studi Teknik Perminyakan, Fakultas Teknik

Universitas Islam Riau (UIR) dengan bobot akademis 1 SKS. Kerja Praktek

pada dasarnya merupakan aplikasi dari semua ilmu yang telah didapat pada

bangku kuliah dan kemudian diterapkan di lapangan pada kondisi nyata.

Teknik Perminyakan adalah bidang ilmu teknik yang mempelajari

bagaimana terbentuknya minyak dan gas bumi di dalam perut bumi, dan

mencari tahu berapa banyak jumlah cadangan yang ada untuk selanjutnya

dapat diambil dan diproduksi dalam bentuk crude oil ataupun gas

alam.Dengan semakin berkembangnya industri energi, maka panas bumi

juga termasuk di dalam lingkup Teknik Perminyakan.

Kita mengetahui dan menyadari bahwa ilmu dan teknologi dalam

dunia Perminyakan terus berkembang dengan cepat. Sehingga apa yang kita

dapatkan di bangku kuliah akan terus tertinggal, karena selalu berpatokan

pada teoritis yang sudah ada sebelumnya.

Perkembangan ilmu dan teknologi dalam dunia Teknik Perminyakan

yang semakin canggih, menuntut mahasiswa Teknik Perminyakan untuk

memahami aplikasi dari teori-teori yang telah dipelajari dan mengetahui

perkembangan teknologi perminyakan tersebut padasetiapaspekyaituaspek

Laporan Kerja Praktek 1


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
reservoir, aspekpemboranmaupun aspek produksi, serta dalam rangka

peningkatan wawasan keilmuan perminyakan yang menunjang bagi

mahasiswa.

Untuk itulah Kerja Praktek ini perlu dilakukan oleh setiap mahasiswa

Jurusan Teknik Perminyakan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan

gelar Strata satu (S1) di bidang Perminyakan. Agar nantinya pengalaman

yang didapatkan selama mengikuti Kerja Praktek dapat di terapkan di dunia

kerja untuk ke depannya.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan :

1. Untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah pada Jurusan Teknik

Perminyakan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau (UIR)

Pekanbaru.

2. Untuk mengaplikasikan ilmu yang sudah didapatkan di bangku

perkuliahan terhadap kondisi nyata di lapangan, khususnya dibidang

perminyakan.

3. Mengetahui dan memahami sistem kerja perusahaan sehingga dapat

melakukan persiapan sebelum terjun langsung di dalamnya.

4. Untuk memperoleh pengalaman dalam hal petroleum engineering

praktis, kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi di dalam dunia

industri.

Laporan Kerja Praktek 2


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
Manfaat :

1. Mengetahui secara langsung semua aspek yang terkait dalam eksplorasi

maupun eksploitasi minyak bumi dan beberapa metoda peningkatan laju

produksi minyak bumi.

2. Dapat mengaplikasikan teori dan konsep-konsep dalam perkuliahan

Teknik Reservoir, Teknik Pemboran, Teknik Produksi, Teknik

Lingkungan dan seluruh praktikum yang telah diberikan.

a. Memahami budaya kerja di lingkungan perusahaan yang bersangkutan.

b. Menghasilkan sarjana yang cekatan dan terampil yang mampu

mengerti dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan dunia

perminyakan.

c. Menambah wawasan dan pengetahuan teknologi secara umum dan

teknologi perminyakan secara khusus.

d. Menjalin hubungan baik antara akademika dengan perusahaan tersebut.

1.3. Pembatasan Masalah

Dalam pembuatan Laporan Kerja Praktek ini penulis mencoba untuk

membatasi Laporan hanya yang berkaitan dengan tugas – tugas dari Well

Test, Chemical dan OSZ ES , Sonolog , Pump Shop, dan DWO Department

lainya, Production Operation Department, dan EPT/Field PE.

Laporan Kerja Praktek 3


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
1.4. WaktudanTempat

Kerja praktek ini dilaksanakan selama 15 hari, mulai dari tanggal 1

April – 15April 2017 bertempat di PEDADA AREA – BOB PT. Bumi Siak

Pusako – Pertamina Hulu.

1.5. Sistematika Penulisan

Dalam laporan Kerja Praktek ini, penulis menggunakan sistematik

penulisan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang, tujuan dan manfaat dan

sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan umum

Terdiri dari sejarah berdirinya BOB PT. Bumi Siak Pusako –

Pertamina Hulu, Sejarah lapangan minyak di CPP Block,

kondisi lapangan CPP Block, wilayah kerja, visi misi dan

nilai – nilai budaya, fasilitas perusahaan, Health Safety &

Environment (HSE), dan struktur organisasi, dan struktur

kepemilikan badan usaha BOB.

BAB III : Operation and Production

Terdiri dari Surface Facility,Gathering station, EOR

(Chemical, Water Cleaning Plant, Water Injection Plant ),

Pumper & Well Tester,Pump Shop serta Sonolog Test.

Laporan Kerja Praktek 4


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
BAB IV : Drilling and Work Over

Terdiri dari DWO-Support.

BAB VI : Penutup

Terdiri dari ringkasan singkat dari masing – masing Bab

sebelumnya dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

Laporan Kerja Praktek 5


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1. Sejarah BOB PT. Bumi Siak Pusako-Pertamina Hulu


Badan Operasi Bersama PT. Bumi Siak Pusako-Pertamina Hulu
merupakan konsorsium antara Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
melalui PT. Bumi Siak Pusako dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
melalui Pertamina Hulu. Semua ini bermula dari keinginan Pemda Siak Sri
Indrapura yang ingin mengelola ladang minyak yang berada di wilayah
Kabupaten Siak Sri Indrapura yang semula di kelola oleh PT. CALTEX
PACIFIC INDONESIA (CPI).
Bertepatan dengan berakhirnya kontrak PT. CALTEX PACIFIC
INDONESIA (CPI) pada 9 Agustus 2002, maka pihak Pemda Siak
Indrapura mengusulkan agar area Coastal Plains Pekanbaru Blok Area
(CPP Block) dikelola oleh daerah Siak itu sendiri. Melalui beberapa
perundingan maka Area CPP Block diserahkan kepada Pemda Siak Sri
Indrapura dengan bekerjasama dengan pihak Pertamina Hulu untuk
mengelola dan melanjutkan eksplorasi dengan struktur modal 50 % PT.
Bumi Siak Pusako dan 50 % Pertamina Hulu dan kerja sama ini
dinamakan dengan Badan Operasi Bersama.
Daerah operasi CPP Block diresmikan pada tanggal 9 Agustus
2002 oleh Bupati Siak Sri Indrapura, Bapak H. Arwin AS. Kewenangan
pengolahan block ini diserahkan kepada BOB dari pemerintahan dalam
pengawasan usaha migas, selaku badan resmi pemerintahan dalam
pengawasan usaha migas di Indonesia pada 6 Agustus 2002 setelah
ditandatangani perjanjian Product Sharing Contract For Oil (PSC) antara
PT. BSP dengan pemerintah (Menteri ESDM).

Laporan Kerja Praktek 6


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
Gambar 2.1 Peta Wilayah Kerja BOB PT.Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu

2.2. Visi, Misi dan Nilai-Nilai


1. Visi
Diakui sebagai perusahaan kemitraan daerah yang berhasil
dikagumi karena dilandasi : profesionalisme, etika, dan kepekaan
terhadap lingkungan.

2. Misi
Mencari dan mengembangkan sumber daya migas secara efektif
dan efisien dengan memperdayakan sumber daya daerah, untuk
menghasilkan nilai tambah bagi pemegang saham, karyawan,
penduduk tempatan dan masyarakat Indonesia umumnya.

3. Nilai-Nilai
Integritas, kerja sama, saling percaya, bertanggung jawab,
mengakui perbedaan sebagai rahmat, dinamis, berakhlak mulia,
karyawan diakui sebagai mitra dan rahmat terhadap lingkungan hidup.

Laporan Kerja Praktek 7


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
2.3. Departemen di BOB PT.Bumi Siak Pusako-Pertamina Hulu
2.3.1. Operation Production Department
Mengevaluasi hasil produksi, kegiatan operasi, mengoptimalkan
fasilitas produksi, menyiapkan tenaga sumber daya manusia yang handal,
mensupervisi dan menyiapkan data, membina dan menjaga hubungan baik
dengan masyarakat sekitar dan melindungi alam sekitar daerah operasi,
bekerjasama dengan fungsi terkait, agar target produksi dapat tercapai
dengan optimal.

GENERAL
MANAGER

EXPLOITATION EXPLORATION
HRM MANAGER CPS MANAGER SCM MANAGER FINEC MANAGER
MANAGER MANAGER

SENIOR OPERATION
MANAGER

HRM FIELD

FM MANAGER SCM TEAM


FINEC FIELD
OPERATION MANAGER
SENIOR PE PRODUCTION
MANAGER

HSE MANAGER

DWO MANAGER

Gambar 2.2. Struktur Organisasi BOB PT. BSP – Pertamina Hulu

2.3.2. Health and Safety Environment (HSE) Department


Kebijakan keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup
(K3LL) BOB PT. Bumi Siak Pusako-Pertamina Hulu menyadari bahwa
dalam melaksanakan kegiatan mencari dan mengembangkan sumber daya
minyak dan gas bumi berpotensi untuk menimbulkan dampak terhadap
keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan sekitar.
Merupakan tanggung jawab BOB PT. Bumi Siak Pusako-Pertamina
Hulu dalam menjalankan usaha dan kebijakan operasinya tersebut selalu
mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja dan mitra

Laporan Kerja Praktek 8


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
kerjanya, melindungi lingkungan dari dampak yang di timbulkan serta
memelihara hubungan yang harmonis dengan masyarakat sekitar.BOB PT.
Bumi Siak Pusako-Pertamina Hulu menyadari bahwa dalam melaksanakan
kegiatan mencari dan mengembangkan sumber daya minyak dan gas bumi
berpotensi untuk menimbulkan dampak terhadap keselamatan, kesehatan
kerja dan lingkungan sekitarnya.

Untuk memenuhi komitmen tersebut, BOB PT. Bumi Siak Pusako-


Pertamina Hulu menetapkan kebijakan sebagai berikut :
1. Memberikan prioritas utama terhadap aspek Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL) baik dalam perencanaan,
pengembangan dan setiap kegiatan operasi perusahaan.
2. Mematuhi seluruh ketentuan dan peraturan perundang-undangan serta
standar industri yang berlaku di bidang K3LL.
3. Menunjukkan komitmen management dan kepemimpinan serta
memperlihatkan keteladanan dalam pengelolaan dan pelaksanaan
K3LL.
4. Berperan aktif dan turut berpartisipasi bersama-sama instansi
pemerintah dan instansi lainnya dalam merumuskan dan
mengembangkan peraturan dan standar K3LL.
5. Memberikan informasi kebijakan K3LL secara baik dan memberikan
pelatihan kepada seluruh pekerja BOB, mitra kerja dan kontraktor
mengenai K3LL.
6. Mengembangkan dan menerapkan sistem tanggap darurat untuk
menghadapi keadaan darurat secara efektif.
7. Memelihara hubungan yang harmonis antara pekerja, mitra kerja,
instansi pemerintah dan masyarakat tempatan disekitar wilayah
operasi perusahaan.

Laporan Kerja Praktek 9


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
2.3.3. Operation Support Department
Menjaga dan memelihara peralatan dan fasilitas produksi, serta
memperbaiki pada kerusakan-kerusakan peralatan dan fasilitas produksi
yang terdiri dari 2 bagian pekerjaan utama :
1. Mechanical
Menjaga dan memelihara pompa dan peralatan rotating lainnya.
2. Electrical and Instrument
Menjaga dari kerusakan-kerusakan peralatan yang berlebihan,
memelihara dan melakukan kalibrasi terhadap peralatan yang terdapat
penyimpangan terhadap acuan standar yang telah ditentukan.
Menyediakan listrik untuk memastikan kelancaran aktivitas produksi
dalam mencapai sasaran produksi. Mengelola kegiatan perancangan
dan kontruksi proyek baru, sumur-sumur baru dan fasilitas produksi
lainnya untuk mememastikan ketersediaan infrastruktur bagi
kelancaran operasi.

2.3.4. Drilling and Workover Department


Mengelola kegiatan drilling dan well service di area operasi
perusahaan untuk memastikan kelancaran aktivitas produksi dan
ketersediaan well dalam mendukung pencapaian sasaran produksi.

2.3.5. Exploration Production Team Department


Merencanakan, mengarahkan, mengendalikan dan mengevaluasi
kegiatan Exploration and Development Departement, untuk memastikan
pencapaian target eksplorasi dan pengembangan block yang telah
ditetapkan sehingga dapat mendukung pencapaian target produksi
perusahaan.

2.3.6. Supply Chain Management Department


Mengelola rantai/pasokan dengan tingkat kualitas, harga dan waktu
yang optimal, yang mencakup perencanaan, pengadaan, penerimaan,

Laporan Kerja Praktek 10


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
penyimpanan, dan pengeluaran baik barang maupun jasa, untuk
memastikan kelancaran operasional dalam mencapai tujuan perusahaan.

2.3.7. Information Technology Department


Mencari solusi khususnya dalam menghilangkan birokrasi yang
panjang, merencanakan, memonitoring, menganalisis, serta membuat
prosedur terhadap lalu lintas data guna menghasilkan informasi yang valid
dan akurat sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang efektif dan
efisien bagi semua pihak yang terkait dengan keberhasilan operasi BOB
CPP.

2.3.8. Financial and Economi (FINEC) Department


Mengarahkan, mengontrol, dan mengevaluasi seluruh pengolahan
keuangan dan akuntansi perusahaan, penjualan dan pendistribusian minyak
hasil produksi, untuk memastikan keamanan dan tersedianya dana untuk
kegiatan usaha dan operasi perusahaan, laporan keuangan dan tercapainya
target penjualan minyak hasil produksi perusahaan.

2.3.9. Human Resources Management Department


Mengarahkan, mengontrol, dan mengevaluasi kegiatan penyusun
kebijakan, rencana dan implementasi yang berkaitan dengan pengelola
sumber daya manusia untuk memastikan tersedianya tenaga kerja dan
iklim kerja yang professional dan bekinerja tinggi dalam mendukung
kegiatan usaha dan operasi perusahaan.

2.3.10. External Affair Department


Menghubung perusahaan dengan pemerintah, melaksanakan kegiatan
formalitas dan protokoler perusahaan serta membantu atasan langsung
dalam melaksanakan program dan kegiatan perusahaan yang berhubungan
dengan pemerintah.

Laporan Kerja Praktek 11


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
2.3.11.Internal Audit Department
Merencanakan dan melaksanankan program kerja audit operasional
reguler dan Ad Hoc/Special Audit, untuk memastikan adanya suatu
informasi yang akurat mengenai pelaksanaan sitem, prosedur, dan
peraturan yang berlaku dalam operasional perusahaan di unit-unit yang
menjadi objek audit termasuk memastikan keberadaan asset perusahaan.

2.3.12.Exploitation Departement
Merencanakan dan melaksanakan pengembangan cadangan/ blok
minyak mentah untuk di produksi sehingga dapat dicapai target
perusahaan.

2.3.13. Facilities Department


BOB PT. BSP-Pertamina Hulu memiliki fasilitas untuk kesejahteraan
karyawan, antara lain :
1. Sarana perumahan
2. Sarana pendidikan
3. Sarana untuk beribadah
4. Sarana olahraga
a. Lapangan Sepak Bola
b. Lapangan Golf
c. Lapangan Tenis
d. Lapangan Badminton
e. Tenis Meja
5. Sarana Rekreasi
f. Auditorium
g. Game room
h. Pemancingan

Laporan Kerja Praktek 12


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
2.4. Geologi Regional Cekungan Sumatera Tengah
2.4.1. Fisiografi
Dari sejarah geologi dan struktur bumi lapangan minyak Zamrud
berada pada Cekungan Sumatera Tengah. Cekungan Sumatera Tengah
merupakan cekungan minyak bumi terbesar dan paling produktif di
Indonesia yang menghasilkan hampir setengah dari produksi minyak bumi
di Indonesia.
Cekungan ini merupakan busur belakang (back-arc basin) yang
berkembang sepanjang tepi barat daya Paparan Sunda sebagai akibat
penunjaman arah N6°E Lempeng Samudra Hindia terhadap Lempeng
Benua Eurasia dan termanifestasi sebagai ekspulsi microplate Asia
Tenggara. Akibat lain dari tumbukan tersebut menyebabkan pada dataran
utama Sumatera banyak dijumpai struktur aktif dengan arah barat laut
yaitu Punggungan Luar Busur (outer-arc ridge), Cekungan Luar Busur
(outer-arc basin), Busur Vulkanik Barisan dan Sesar Besar Sumatera
(Great Sumatera Fault Zone). Fenomena pada Zaman Kenozoikum Akhir
tersebut juga menghasilkan Busur Asahan berarah utara-timur laut, dataran
tinggi Lampung dan Busur Tigapuluh berarah timur laut (Gambar 2.1;
Heidrick dan Aulia, 1993). Busur dan dataran tinggi ini membatasi
cekungan sedimenter di sumatera menjadi Cekungan Sumatera Utara,
Cekungan Sumatera Tengah dan Cekungan Sumatera Selatan.
Bagian barat laut cekungan Sumatera Tengah dibatasi oleh Busur
Asahan, bagian daya dibatasi Busur Volkanik dan Pegunungan Barisan,
sebelah tenggara oleh Tinggian Tigapuluh dan sebelah timur laut
berbatasan dengan Paparan Sunda/Selat Malaka.

2.4.2. Stratigrafi Cekungan Sumatera Tengah


Menutur Mertosono dan Nayoan, 1974 (dalam Heidrick dan Aulia,
1993) unit stratigrafi tersier regional Cekungan Sumatera Tengah dibagi
menjadi lima unit, yang berumur dari Kala Paleogen sampai Kuarter. Lima

Laporan Kerja Praktek 13


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
kelompok tersebut yaitu Formasi Pematang, Kelompok Sihapas, Formasi
Telisa, Formasi Petani, dan terakhir Formasi Minas (Tabel 2-1).

2.4.2.1. Formasi Pematang


Formasi Pematang berumur Eo-Oligosen menumpang tidak
selaras di atas batuan dasar.Formasi ini terjadi akibat tektonik
ekstensi yang membentuk half graben. Distribusi Sedimen
diperkirakan berasal dari blok yang mengalami pengangkatan
melalui proses fluviatil, sedangkan blok yang lain turun menjadi
danau. Sedimen-sedimen pada kelompok ini umumnya
didominasi oleh facies danau dan facies sungai.Facies danau
terdiri dari batulempung dan batupasir halus berselingan dengan
serpih kaya organic yang menjadi batuan induk di Cekungan
Sumatera Tengah.Facies sungai/aluvial terdiri dari konglomerat,
batupasir kasar dan lempung aneka warna.

Gambar 2.3. Kerangka Tektonik Cekungan Sumatera Tengah


(Heidrick dan Aulia, 1993)

Laporan Kerja Praktek 14


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
2.4.2.1. Kelompok Sihapas
Kelompok Sihapas diendapkan secara tidak selaras di atas
Formasi Pematang pada Kala Oligosen Akhir sampai Miosen
Awal dan menjadi sekuen transgresif yang menghalus ke
atas.Kelompok ini didominasi oleh endapan batupasir dan
serpih.Kelompok Sihapas meluas ke seluruh cekungan dan
tertutup oleh sedimen laut di bagian atas (Formasi Telisa) yang
menunjukkan puncak proses transgresi. Kelompok Sihapas
terbagi menjadi empat Formasi, dari bagian bawah yaitu :

Tabel 2.1
Statigrafi Cekungan Sumatera Tengah
(Heidrick dan Aulia, 1993)

Laporan Kerja Praktek 15


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
a. Formasi Menggala
Merupakan formasi paling tua dalam Kelompok Sihapas,
yang diperkirakan berumur N4 atau Miosen Awal.
Litologinya tersusun atas batupasir halus sampai kasar yang
bersifat konglomeratan. Lingkungan pengendapannya berupa
braided river sampai nonmarine. Ketebalan formasi ini
mencapai 1800 ft.

Gambar 2.3. Tectonic Development Cekungan Sumatera Tengah


(Heidrick dan Aulian, 1993)

Laporan Kerja Praktek 16


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
b. Formasi Bangko
Formasi ini diendapkan secara selaras di atas Formasi
Menggala dan berumur N5 atau Miosen Awal. Lingkungan
pengendapan formasi ini adalah open marine shelf
dipengaruhi oleh intertidal dan laut. Litologinya berupa
serpih abu-abu bersifat gampingan, berselingan dengan
batupasir halus sampai sedang. Ketebalan formasi ini
mencapai 300 ft.
c. Formasi Bekasap
Diendapkan secara selaras di atas Formasi Bangko pada
lingkungan estuarine intertidal, inner-neritic sampai
middle/outer neritic (Dawson, et. al, 1997) dan mempunyai
kisaran umur dari akhir N5 sampai N8. Litologi penyusunnya
adalah batupasir glaukonitan di bagian atas serta sisipan
serpih, batugamping tipis dan lapisan batubara. Ketebalan
formasi ini sekitar 1300 ft.
d. Formasi Duri
Merupakan bagian paling atas dari Kelompok Sihapas.
Formasi ini diendapkan secara selaras di atas Formasi
Bekasap dan diperkirakan berumur N9 (Miosen Awal) pada
lingkungan barrier barcomplex dan prodelta shelf. Litologi
penyusunnya berupa batupasir mikaan berukuran halus
sampai medium diselingi serpih dan sedikit batugamping.
Ketebalan formasi ini maksimum 900 ft.

2.4.2.2. Formasi Telisa


Formasi Telisa yang berumur Miosen Awal-Miosen Tengah
(N9-N14) diendapkan secara menjari dengan bagian paling atas
Kelompok Sihapas (Formasi Duri). Formasi ini tersusun atas
suksesi batuan sedimen yang didominasi oleh serpih dengan

Laporan Kerja Praktek 17


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
sisipan batugamping dan batupasir glaukonitik berbutir halus
yang menunjukkan lingkungan pengendapan litoral dalam dan
luar. Pengaruh laut terlihat semakin jelas ke arah atas. Perubahan
litologi dan fauna yang cukup jelas terlihat pada bagian atas
Formasi Telisa dan menunjukkan awal fase regresif Miosen
Tengah dari siklus Neogen awal yaitu pengendapan Formasi
Petani.

2.4.2.3. Formasi Petani


Formasi Petani diendapkan tidak selaras di atas Formasi
Telisa dan Kelompok Sihapas pada kala Miosen Tengah –
Pleistosen pada lingkungan laut yang berubah menjadi daerah
payau sampai darat. Formasi Petani merupakan awal dari fase
regresif yang mengakhiri periode panjang transgresi di Cekungan
Sumatera Tengah. Formasi ini tersusun oleh sekuen monoton
serpih – mudstone dan interkalasi batupasir minor dan batulanau
yang ke arah atas menunjukkan pendangkalan lingkungan
pengendapan dan penyusutan pengaruh laut. Kontak antara
Formasi Petani dan Formasi Telisa kecuali di areal paling barat
menunjukkan suatu hyatus yang diindikasikan oleh zona fauna
yang hilang.

2.4.2.4. Formasi Minas


Formasi Minas merupakan Endapan Kuarter yang
menumpang secara tidak selaras di atas Formasi Petani. Formasi
ini tersusun oleh lapisan-lapisan tipis kerikil, pasir dan lempung
yang mencirikan endapan aluvial. Proses pengendapan Formasi
Minas masih berlangsung hingga saat ini.

Laporan Kerja Praktek 18


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
2.4.3. Petroleum System Lapangan Zamrud
Secara umum perangkap minyak bumi (reservoir trap) pada lapangan
minyak Zamrud merupakan kombinasi antara lipatan dan patahan
(anticlin dan fault). Reservoir yang berkembang berasal dari batupasir
Formasi Bekasap. Batupasir ini memiliki properti reservoir yang baik
dengan kisaran porositas 25-35 % dan permeabilitas 780-980 mD. Pada
Log GR, batupasir Formasi Bekasap dicirikan dengan pola log relatif
blocky dengan ketebalan reservoir antara 5-35 ft dan ukuran butir batupasir
halus hingga batupasir sedang.
Source rock lapangan Zamrud berasal dari Formasi Pematang yang
mana merupakan batuan sedimen tertua yang diendapkan tidak selaras di
atas batuan dasar yang berumur Eosen sampai Oligosen. Batuan Formasi
Pematang disusun oleh material klastik darat dan material asal danau yang
kaya akan bahan organik, sehingga batuan ini merupakan batuan induk
bagi hidrokarbon yang ada di Cekungan Sumatera Tengah.

2.5. Karakterisasi Reservoir Lapangan Zamrud


Reservoir Zamrud termasuk kedalam Formasi Bekasap yang terjebak
pada perangkap faulted anticlinal structure. Reservoir ini memilikitenaga
pendorong alamiah water drive (strong water drive) dengan recovery
factor (RF) mencapai 36.8 %.
Setiap reservoir yang ada memiliki sifat fisik yang berbeda. Hal ini
tergantung kepada temperature dan tekanan saat terbentuk hidrokarbon
tersebut. Untuk Lapangan Zamrud, berdasarkan hasil uji laboratorium
analisa fluida reservoir diperoleh hasil sebagai berikut :

Laporan Kerja Praktek 19


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
Tabel 2.2
Hasil Uji Laboratorium Analisa Fluida Reservoir Lapangan Zamrud
(Crude Zamrud # 11 Research Report)
Determination Unit Result Method
Spesific Gravity at 60/60 °F 0.8412
ASTMD .1298
API Gravity °API 36.71
Viscosity Kematic at :
100 °F *
135 °F -
ASTMD. 445
140 °F cST 8.715
170 °F -
220 °F **
Water and Sediment %vol 1.0
Pour Point °C 42 ASTMD. 5853
Asphaltene Content %wt 0.121 IP-143
Wax Content %wt 19.29 IFP-Alk-Eter

Keterangan :
Sampel crude oil dari Well ZRD # 11
* Tidak bisa dikerjakan karena contoh beku pada suhu tersebut dan tidak bisa mengalir
** Tidak bisa dikerjakan untuk suhu 220 °F, karena alat hanya mampu sampai 212 °F

Secara umum karakteristik batuan reservoir dan data produksi lapangan


Zamrud diberikan sebagai berikut :

Tabel 2.3
Data Zamrud Field
(Zamrud South Research Report, 2009)

Determination Unit Result


Reservoir Porosity average %
Permeability average mD
API Gravity °API 37.1

Laporan Kerja Praktek 20


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
Reservoir Initial Pressure Psi
Pour Point °F 45
Discovery Sept 1975
Put on Production Feb 1982
Original Oil in Place MSTB 637.717
Cumulative Production MSTB 234.481
Recovery Factor % 36.8
Remaining Reserve MSTB 23.440

2.6. Wilayah Kerja Perusahaan


Wilayah kerja CPP Block meliputi wilayah di Kabupaten di Provinsi
Riau yaitu : Pelalawan, Siak, Bengkalis, Kampar, Rokan Hilir, dan Rokan
Hulu yang terbagi kedalam 3 Area wilayah operasi kerja yaitu : Zamrud
Area, Pedada Area, dan West Area.

Gambar 2.4. Well Map Diagram di Zamrud Area

Laporan Kerja Praktek 21


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
Gambar 2.5. Well Map Diagram di Pedada Area

Gambar 2.6. Well Map Diagram di West Area

Wilayah kerja Pedada Area meliputi 2 wilayah kerja yaitu : North


Pedada Area dengan struktur penghasil minyak bumi Pak, Gatam, Sabak,
dan Pedada. Sedangkan South Pedada Area dengan struktur penghasil
minyak bumi Benua, Pusaka, Dusun, Doral, dan Butun.

Laporan Kerja Praktek 22


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
Sesuai dengan Undang-Undang No. 25/1999 maka wilayah kerja
Pedada Area meliputi 2 Kabupaten yaitu : Kabupaten Siak Sri Indrapura
dan Kabupaten Bengkalis.

2.7. Daerah Operasi Perusahaan


Luas BOB tidak dapat dipastikan, hal ini disebabkan karena lokasi
produksinya yang terpisah-pisah. Namun diperkirakan luas lokasinya ±
10.175,779 Ha. Ada beberapa lokasi yang telah memproduksi minyak,
yaitu :
1. Zamrud Field
Luas daerah yang diolah ± 5655,2949 Ha dengan luas tanah
bangunan ±1076,19 Ha, (24 October 2014)
2. Gatam Field
Ditemukan pada Januari 1977, eksplorasi yang mempunyai 4
formasi seluas 191 Acre. Lapangan ini di produksi pada Agustus 1981
dengan 8 sumur produksi, Saat ini jumlah sumur produksi sebanyak 3
sumur.
3. Benua Field
Ditemukan pada Januari 1978, eksplorasi yang mempunyai 10
formasi seluas 1101 acre. Lapangan di produksi pada tahun 1984
dengan 13sumur produksi dan saat ini jumlah sumur produksi
sebanyak 37 sumur.
4. Dusun Field
Ditemukan pada Januari 1979, eksplorasi yang menghasilkan 2
formasi minyak seluas 1395 acre. Lapangan ini di produksi pada
Januari 1984 dengan 3 sumur produksi dan fluida di pompa langsung
ke Pusaka GS. Saat ini jumlah sumur produksi sebanyak 7 sumur.
5. Pusaka Field
Ditemukan pada Januari 1977, eksplorasi yang menghasilkan 13
formasi minyak pada luas cakupan 1706 acre. Lapangan ini di
produksi pada April 1984 dengan 13 sumur produksi dan proses

Laporan Kerja Praktek 23


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
pemisahan minyak dengan air dilakukan di Zamrud GS. Saat ini
jumlah sumur produksi sebanyak 32 sumur dan terdapat sumur injeksi
sebanyak 5 sumur.
6. Butun Field
Ditemukan pada Januari 1982, eksplorasi yang menghasilkan 13
formasi penghasil minyak bumi pada luas cakupan 1118 acre.
Lapangan ini mulai di produksi pada September 1989 dengan 9 sumur
produksi. Proses pemisahan fluida di Pusaka GS. Saat ini jumlah
sumur produksi sebanyak 27 sumur.
7. North Doral Field
Ditemukan pada Januari 1982, eksplorasi yang mempunyai 4
formasi minyak luas cakupan 150 acre. Lapangan ini di produksi pada
Mei 1998.Saat ini jumlah sumur produksi sebanyak 2 sumur.
8. Doral Field
Ditemukan pada April 1985, eksplorasi yang menghasilkan 5
formasi minyak dengan luas cakupan 150 acre.Saat ini jumlah sumur
produksi sebanyak 4 sumur.
9. Sabak Field
Ditemukan pada eksplorasi yang mempunyai 6 formasi minyak
dengan luas cakupan 2072 acre. Lapangan ini di produksi pada Maret
1977. Saat ini jumlah sumur produksi sebanyak 27 sumur dan terdapat
sumur injeksi sebanyak 5 sumur.
10. Pak Field
Ditemukan pada Februari 1988 eksplorasi yang mempunyai 9
formasi minyak dengan luas 250 acre. Lapangan ini di produksi pada
Oktober 1990. Saat ini jumlah sumur produksi sebanyak 12 sumur.
11. Pedada Field
Di temukan pada bulan Januari, eksplorasi yang menghasilkan 8
formasi minyak dan luas cakupan 1920 acre. Lapangan ini di produksi
pertama kali pada November 1976 dengan 8 sumur produksi.Saat ini

Laporan Kerja Praktek 24


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
jumlah sumur produksi sebanyak 152 sumur, dan terdapat sumur
injeksi sebanyak 20 sumur.

Tabel 3 - 1
PRODUCTION OPERATION – PEDADA AREA
(Data Report Production Operation, 2017)

PRODUCTION INJECTION
TOTAL
FIELDS WELL WELL
WELL
OFF ON OFF ON
PAK 4 9 0 0 13
GATAM 0 3 0 0 3
SABAK 6 16 2 3 27
PEDADA 49 87 3 18 157
BENUA 16 24 0 4 44
DUSUN 5 4 0 0 9
BUTUN 15 12 0 0 27
NORTH 1 1 0 0 2
DORAL
DORAL 3 1 0 0 4
PUSAKA 10 17 2 9 38
GRD TOTAL 109 174 7 34 324

Laporan Kerja Praktek 25


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
BAB III

DRILLING AND WORKOVER

3.1. DRILLING AND WORK OVER (DWO)


Drilling merupakan salah satu bagian yang terdapat dalam departemen
drilling dan Work over. Kegiatan Pemboran adalah suatu kegiatan awal di mana
suatu sumur akan mulai diproduksi setelah survey seismik dilakukan. Operasi
pemboran sangatlah vital dalam industri minyak dan gas bumi, karena tanpa
operasi pemboran industri minyak dan gas bumi tidak pernah ada.

A. Kegiatan-kegiatan yang di lakukan dalam persiapan pembuatan sumur


minyak dan gas bumi adalah sebagai berikut :
1. Data koordinat (surface & subsurface) dan prognosis (lithologi, pressure,
temperatur, prospect) yang di create oleh Geologist.
2. Menentukan type pengeboran (vertical, directional, Horizontal)
berdasarkan data-data tersebut.
3. Menentukan type & kapasitas Rig yang digunakan.
4. Menentukan attachment/tools yang diperlukan (BOP, Solid control,
Fishing tools, Directional drilling tools, dll).
5. Menentukan type Mud/lumpur yang digunakan.
6. Menentukan type cement yang digunakan.
7. Menentukan material yang dibutuhkan (casing, bit, tubing, well head, dll)
8. Menentukan tipe logging yang digunakan.
9. Membuat AFE (Authorization For Expenditure)
10. Persetujuan ke SKK Migas.
11. Proses pengadaan/lelang peralatan dan material.
12. Penyiapan lokasi/ site preparation.
13. Proses pengeboran.
14. Membuat close out/pertanggung jawaban ke SKK Migas.
15. Program pengeboran selesai.

Laporan Kerja Praktek 26


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
B. Kegiatan-kegiatan dalam operasi pemboran meliputi :
a) pembuatan lubang ( making hole )
b) pemasangan casing ( running casing )
c) penyemenan ( cementing )
d) penyelesaian sumur ( well completion )

C. Metode Pemboran
Metode pemboran di BOB PT. Bumi Siak Pusako – Pertamina
Hulu yang pernah di lakukan terbagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Vertical drilling
Vertical drilling adalah metode pemboran yang dilakukan
dengan arah vertical atau dengan kata lain pemboran lurus ke bawah
hingga menembus target pemboran yang diinginkan.
2. Directional drilling (pemboran berarah)
Directional drilling adalah metode pemboran yang dilakukan
dengan cara membelokkan bit ke arah dan kedalaman yang di
inginkan.Directional / horizontal drilling (pemboran berarah) dilakukan
apabila :
a. Target pemboran berada di bawah danau, rawa, perkotaan yang tidak
memungkinkan dibuat platform atau pemboran vertikal. Seperti
halnya BOB yang melakukan directional drilling karena letak target
pemboran berada di bawah hutan suaka margasatwa.
b. Karena terdapat patahan. Jika kemiringan > 45o bila dilakukan
pemboran vertikal maka mata bor akan tergelincir mengikuti
jalannya patahan
c. Karena letak target pemboran berada di bawah kubah garam
sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan pemboran secara
vertikal karena akan menyebabkan korosi dimana garam akan
bereaksi dengan air yang digunakan pada proses penyemenan atau
pemboran.

Laporan Kerja Praktek 27


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
D. Drillling system
Dalam kegiatan pemboran diperlukan peralatan – peralatan yang
kompleks. Komponen peralatannya terdiri dari 5 bagian yaitu power
system (sistem suplai tenaga), hoisting system (sistem pengangkatan),
rotaring system (sistem pemutar), circulating system(sistem sirkulasi),
power system (sistem suplai tenaga) dan blow out preventer system (sistem
pencegahan blow-out).
A. Power system
Power system adalah sistem yang berperan penting dalam
pemboran karena berfungsi dalam memberikan tenaga untuk keperluan
operasi selama pemboran. Tenaga ini diperoleh dari mesin diesel, motor
listrik atau generator, hasil tenaga tersebut digunakan juga untuk
penerangan listrik, peralatan pemboran, dll. Sistem tenaga ini terbagi
menjadi 2 bagian :
a. Power supply : jenis power system yang menggunakan Internal
Combustion Engines. Prime mover yang digunakan sebanyak 3 - 4
buah dan tenaga yang dapat dihasilkan prime mover sekitar 750 hp.
b. Electric power transmission : jenis ini menggunakan Diesel-electric
dan tenaga lisrik yang dialirkan melalui kabel. Seperti halnya power
supply, electric power transmission dapat memakai 3-4 prime mover
sesuai dengan kebutuhan.

Laporan Kerja Praktek 28


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
Gambar 3.1 Prime Mover Unit

B. Hoisting System
Hoisting System atau sistem pengangkatan merupakan salah satu
sistem yang berperang penting dalam pemboran, sistem ini berfungsi
untuk menyediakan fasilitas untuk menaikkan dan menurunkan
rangkaian drill string, casing, dan peralatan bawah permukaan (bottom
holeassembly) lainnya.
Sesuai dengan fungsinya, maka sistem pengangkatan ini saling
berhubungan setiap bagian–bagiannya sehingga tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya jika dipisahkan.

Gambar3.2 Komponen Hoisting System

Laporan Kerja Praktek 29


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
Komponen utama :
Substructure adalah bagian dibawah derrick terbuat dari baja yang
bertugas sebagai platform yang fungsinya untuk menahan rig floor beserta
alat – alat pemboran yang ada diatasnya dan juga sebagai tempat berdirinya
derrick. Substructure juga harus sanggup menahan beban tekan dan harus
cukup tinggi untuk memberi ruang menaruh blow out preventer (BOP) yang
cukup.
a. Rangka penunjang (Rig)
Terdiri dari derrick floor dan substructure yang berfungsi dalam
menyediakan ruang vertikal yang cukup untuk menaikkan dan
menurunkan drill string dan casing di dalam lubang bor selama pemboran.
Derrick dibagi menjadi 3 jenis :
1. Conventional (standard derrick) : derrick yang tidak dapat didirikan
sebagai satu unit, melainkan dari konstruksi bagian per bagian, tapi
dapat digeser untuk jarak yang cukup jauh.
2. Portable skid type mast : derrick ini berdiri vertikal dan terdiri dari
bagian yang disambungkan satu sama lain sehinga dapat didirikan
sebagai suatu keutuhan unit (skema seperti antena radio mobil).
3. Mobile atau trailer type mast : rig jenis ini dibuat agar dapat bergerak
dengan cepat dan mudah karena dilengkapi oleh roda di ke empat kaki –
kakinya yang dapat bergerak. Jenis rig ini memiliki panjang maximum
60 ft dengan lebar hanya 8 ft 10 in. Rig ini hanya digunakan pada
pemboran dengan kedalaman yang dangkal dan juga sumur workover.
b. Block and tackle
Block and tackle (overhead tools) merupakan alat yang terdiri dari
crown block, travelling block, hook, elevator dan drilling line. Fungsi
utama dari block dan tackle adalah untuk memberikan keuntungan
mekanik sehingga mempermudah beban yang diangkat oleh drawworks.
Ukuran serta lilitan drilling line untuk crown block dan travelling block
harus sesuai dengan beban yang digunakan untuk mengangkat / menahan

Laporan Kerja Praktek 30


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
rangkaian drill string. Sedangkan untuk drilling line juga harus memiliki
ikatan yang kuat sehingga tidak mudah putus.
c. Drawworks

Gambar 3.3 Draw Work Engine


Merupakan suatu sistem transmisi kompleks yang digunakan dalam
tahap pengangkatan, di rangkaian drawwork ini juga terdapat drum
wireline yang digunakan sebagai tempat penyimpanan drilling line.
Konstruksi drawworks tergantung dari beban yang diangkatnya dan jenis
prime mover serta jenis power transmission, seperti mesin uap, listrik,
diesel, dll.. Fungsi utama dari drawworks adalah :
1. Meneruskan tenaga dari prime mover ke rangkaian drill string
selama operasi pemboran berlangsung.
2. Meneruskan tenaga dari prime mover ke rotary drive.
3. Meneruskan tenaga dari prime mover ke cathead untuk menyambung
atau melepas bagian rangkaian drill string.

C. Rotating system
Bagian ini pada pemboran berfungsi sebagai pemutar rangkaian
drill string dan bit untuk dapat membuat lubang sumur yang diinginkan.
Alat-alat yang terdapat pada sistem ini adalah motor penggerak, rotary
table, master bushing, rotary kelly bushing yang digunakan untuk

Laporan Kerja Praktek 31


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
meneruskan gaya putar ke drill string dengan cara memutar kelly, serta
dapat menahan berat pipa pada saat pencabutan dan penarikan pipa.
Sistem ini digerakkan oleh mesin draw work yang dihubungkan
dengan rantai, tapi untuk ukuran yang lebih kecil biasanya memiliki
mesin sendiri.

Gambar 3.4 Rotary Kelly Bushing

D. Circulating system
Sistem sirkulasi merupakan sistem yang berfungsi untuk
mengalirkan lumpur pemboran menuju lubang bor , proses kerjanya
lumpur pemboran dipompakan dari mud tank oleh mud pump kemudian
mengalir stand pipe, swivel, kelly, drill pipe, drillcollar, bit dan
kemudian keluar melalui nozzle yang berada di bit lalu disirkulasikan
kembali melalui anulus sampai permukaan dengan membawa cutting
sebagai lumpur bekas yang akan disimpan di dalam tangki untuk di
rekondisi setelah di saring melewati shale sacker.
Peralatan circulating system antara lain :
1. Pompa lumpur, alat yang digunakan untuk memompakan lumpur
dari tangki lumpur ke pipa-pipa aliran lumpur.

Laporan Kerja Praktek 32


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
2. Pipa-pipa aliran lumpur, terdiri dari rangkaian pipa dimulai, stand
pipe, ghose neck(leher angsa), swivel, Kelly, drillpipe drilcollar
hingga keluar ke nozzle pada bit.
3. Shale screen, desilter dan desander, merupakan alat yang
digunakan untuk menyaring cutting, pasir yang dibawa lumpur
dari dalam sumur yang kemudian akan di rekondisi untuk lagi
dalam sistem sirkulasi.
4. Mud gas separator dan degasser, alat yang digunakan untuk
memisahkan gas-gas dari fluida pemboran.
5. Tangki-tangki lumpur : a. tangki lumpur siap pakai.
b. tangki lumpur cadangan siap pakai.
c. tangki lumpur bekas.
d. tangki lumpur rekondisi.

Gambar 3.5 Skema Lumpur Pemboran


E. Blow Out Preventer (BOP) System
Merupakan unit peralatan pendukung yang menahan semburan liar
dari lubang sumur ke permukaan akibat tekanan yang mendadak naik.

Laporan Kerja Praktek 33


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
Gambar 3.6 BOP tools

1. Bop stack
Rangkaian BOP stack adalah sebagai berikut :
a. Annular preventer, berfungsi untuk menutup lubang sumur, baik
sumur dalam keadaan kosong ataupun terdapat rangkaian drill string.
b. Pipe rams, berfungsi untuk menutup lubang bor pada waktu
rangkaian pipa bor berada didalam sumur.
c. Shear rams, digunakan untuk menutup lubang bor dengan cara
memotong drill pipe yang tertinggal didalam lubang bor.
Ketiga alat ini dipasang menjadi satu rangkaian, alat – alat ini
mempunyai fungsi yang sama tetapi cara kerjanya yang berbeda
d. Drilling spool , penghubung antara rangkayan preventer dan juga
casing head, dan kill line serta choke manivold.
e. Casing head, merupakan pondasi bop stack dengan casing sumur.

2. Accumulator system
Berfungsi sebagai sumber tenaga yang digunakan untuk menutup
BOP dalam keadaan darurat. Accumulator terletak kurang lebih 100
meter dari rig dan memiliki panel pada remote panel di rig floor.
Untuk menjalankan peralatan BOP di perlukan accumulator,unit
accumulator dihidupkan pada keadaan darurat, yaitu untuk menutup

Laporan Kerja Praktek 34


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
BOP Stack. Unit ini dapat dihidupkan dari remote panel yang teletak
pada lantai bor atau dari accumulator panel. Unit ini dijalankan dalam
keadaan crew harus meninggalkan floor. Accumulator bekerja pada
BOP Stack dengan “high Pressure Hydraulic” (saluran hidrolik
bertekanan tinggi).
Pada saat terjadi “kick”, dapat dengan cepat menutup blow out
preventer dengan menghidupkan kontrol pada accumulator atau pada
remote panel yang terletak pada lantai bor.

Gambar 3.7 Accumulator unit

3. Sistem penunjang
a) Kill line, tempat sirkulasi lumpur berat untuk mengimbangi tekanan
reservoir ketika terjadi blow out
b) Choke manifold, menjaga back pressure pada lubang bor agar tidak
terjadinya intrusi fluida formasi.

3.2 WORK OVER

Work over merupakan pekerjaan ulang atau perbaikan sumur yang


bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan prokdusi sumur minyak
yang pekerjaannya melakukan perubahan pada downhole lubang sumur.
Pekerjaan work over ini umumnya adalah : perforating, swabbing, acidizing,
fracturing, kerja ulang pindah lapisan dan lainnya.

Laporan Kerja Praktek 35


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
Berdasakan hasil kerja praktek yang kami dapatkan di lapangan, kami
berkesempatan mengikuti proses pekerjaan ulang sumur yaitu swabbing.
Disini akan di fokuskan mengenai pekerjaan swabbing itu sendiri.

3.2.1 Swabbing job


Pekerjaan swabbing ialah suatu pekerjaan untuk
menimba/mengeluarkan fluida dari dalam sumur melalui suatu rangkaian
(string) khusus, seperti tubing, drill pipe, dll. Kemudian fluida yang keluar
ditampung dalam bak/tangki penampung untuk dilakukan proses berikutnya.
Alat-alat yang dipergunakan untuk pekerjaan swabbing ini disebut dengan
Swab Tools.

A. Tujuan Melakukan Pekerjaan Swabbing


Pekerjaan Swabbing Dilakukan Dilapangan Umumnya Bertujuan Untuk :
1. Melakukan Uji Produksi (Production Test). Didalam pekerjaan uji produksi
ini diharapkan akan diperoleh data-data yang menyangkut dengan produksi
sumur tersebut seperti initial fluid level ( IFL), working fluid level ( WFL)
, Productivity Index (PI), Water Cut (WC), dll. Semua data yang diperoleh
akan digunakan untuk menentukan desain dan ukuran dari pompa yang
akan dimasukkan kedalam sumur.
2. Melakukan Swab Dry Test. Pekerjaan ini untuk menguji apakah adanya
kemungkinan terjadinya kebocoran pada pipa selubung atau casing,
packer, dll.
3. Mengambil Kembali Spent Acid. Pekerjaan ini bertujuan untuk
mengeluarkan kembali asam (acid) dari dalam sumur setelah pekerjaan
pengasaman (acidizing) dilakukan agar supaya tidak terjadi kerusakan
pada pipa selubung/casing dan peralatan lainnya dikarenakan oleh asam
tadi.
4. Mengurangi Hydrostatic Pressure Sumur. Pekerjaan ini bertujuan untuk
mengeluarkan sejumlah fluida dari dalam sumur agar tekanan diam cairan
(hydrostatic pressure) yang ada dalam sumur ikut berkurang. Biasanya
pekerjaan ini dilakukan sebelum pekerjaan perforating dilaksanakan untuk

Laporan Kerja Praktek 36


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
menghindari agar tidak terjadi penekanan pada lapisan/formasi tertentu
sehingga fluida formasi tersebut tetap bisa mengalir kedalam sumur.
Adakalanya juga untuk memancing agar sumur tersebut bisa mengeluarkan
fluida sendiri (flowing).

B. Swabbing berdasarkan interval pengambilannya terbagi atas:


a) Swab Individual test
Yakni swab yang dilakukan pada masing-masing interval di mana
antara interval yang satu dengan interval lain dipisahkan/isolated
menggunakan packer, packer yang di gunakan seperti RBP dan RTTS.
b) Swab commingle test
Ialah swab yang dilakukan pada lebih dari satu interval secara
bersamaan dengan menggabungkan interval lainya.

Gambar 3.8 Type Swabbing

Laporan Kerja Praktek 37


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
C. Peralatan swabbing (swabbing tool)

Gambar 3.9 Skematic Swabbing Tool


1. Wire line oil saver and pump
Adalah peralatan yang di gunakan untuk mencegah fluida formasi
keluar melewati lubricator head saat sand line di tarik ke atas.

Gambar 3.10 Hidrolic Oil saver and Rubber

Laporan Kerja Praktek 38


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
2. Wire line valve
Merupakan peralatan yang di pasang pada kepala sumur untuk
mencegah atau mengontrol semburan liar, karena pekerjaan swabbing
di lakukan pada sumur yang masih bertekanan.
3. Lubricator
Adalah tiang untuk menggantungkan dan mengangkat peralatan swab
tool di dalam rangkaian, lubricator di pasang di atas kepala sumur dan
di lengkapi katup pembuang tekanan yang di gunakaan saat peralatan
akan di keluarkan .

Gambar 3.11 Lubricator

4. Depthometer
Merupakan alat untuk mengukur kedalaman swab tool.

Gambar 3.12 Depthometer

Laporan Kerja Praktek 39


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
5. Rope socket
Peralatan yang langsung terhubung dengan ujung sand line dan juga
menghubungkan dengan peralatan di bawahnya ( sinker bar dan
lainnya)

Gambar 3.13 Rope Socker


6. Sinker bar
Adalah alat pemberat agar swab tool dapat turun di dalam fluida.

Gambar 3.14 Sinker Bar


7. Mandrel
Sebagai dudukan swab cup, dan juga tempat masuknya fluida ke dalam
tubing.

Gambar 3.15 Mandrel


8. Tubular jar , alat yang di gunakan untuk memukul turun peralatan swab
tool apabila terjadi stuck, sehingga peralatan dapat di turunkan.
9. Swab cup
cup penahan fluida yang ada di dalam rangkaian agar tidak jatuh
kembali ke dalam sumur.

Laporan Kerja Praktek 40


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
Gambar 3.16 Cup Swab
Peralatan penunjang lainnya : power system, rig service , drawwork,
bop, crissmastree untuk sumur bertekanan tinggi.

D. Cara Kerja Swab Tools Assembly :

Gambar 3.17 Proses Kerja Swabbing

Sewaktu swab tools assembly diturunkan dan memasuki fluida,


maka fluida tersebut akan masuk melalui guide shoe dan mendorong bola-
bola (ball valve) yang ada dalam mandrel kemudian keluar melalui
ports/lobang-lobang yang ada pada tubular jar dan mengisi tubing. Ketika
swab assembly diangkat/dicabut, ball valve akan duduk pada ball seat nya
akibat tidak adanya dorongan fluida yang masuk ke dalam rangkaian,
sehingga fluida yang ada dalam tubing tadi terbawa kepermukaan akibat di
tarik oleh sand line dan ditahan oleh swab cup (karet swab) yang dipasang
pada bagian paling ujung/bawah dari swab assembly.

Laporan Kerja Praktek 41


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
Untuk menentukan hasil swab di perlukan data data berikut:
a. Data sumur seperti: volume casing, volume tubing, set depth packer,
interval pengujian , dan inetrval paling bawah.
b. Data swab seperti: swab depth pertama , volume hasil swab pertama,
swab depth terakhir ,total recovery swab, rate per run ( stabil).

Data data yang di dapat dari hasil swab seperti : initial fluid level (IFL),
working fluid level ( WFL), tubing load, casing load, total load, total
recovery, flow rate perday (Q), produktivity index (PI), rate maximal
(Qmax), water cut (WC).

E. Rumus dan Contoh Penentuan Data hasil swab test.


Tabel 3.1 Swab Test Report

SWAB TEST REPORT


RIG : GBT 12# RTTS PACKER : 1985 FT TUBING LOAD : 14,9 BBLS

DATE : 11/04/2017 RBP PACKER : 2000 FT CASING LOAD : 0,394 BBLS

LOCATION : PUSAKA 35 TOTAL LOAD : 15,29 BBLS

INTERVALS :1990 -1995 FT


SD PROD TR FL
NO TIME % WC
(FEET) (BBLS) (BBLS) (FEET)
1 07:00 500 2 2 270,1
2 07:10 700 3 5 355,1
3 07:20 700 3 8 355,1
4 07:30 700 3 11 355,1
5 07:40 700 3 14 355,1
6 07:50 700 3 17 355,1
7 08:00 700 3 20 355,1
8 08:10 700 3 23 355,1
9 08:20 700 3 26 355,1
10 08:30 700 3 29 355,1

Laporan Kerja Praktek 42


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
INITIAL FLUID LEVEL : 270,1 FEET
3-1/2” TUBING : 0.0087 BBLS/FT
SWAB DEPTH STABLE : 700 FEET
7” CASING : 0.0394 BBLS/FT
TOTAL RECOVERY : 29 BBLS/ 10 RUNS
9-5/8” CASING : 0.0745 BBLS/FT
FORMATION FLUID REC : 13,21 BBLS
10-3/4” CASING : 0.0808 BBLS/FT
RATE PER RUN :3 BBLS/10 MNTS

RATE PER HOUR : 18 BBLS/6 RUNS

WORKING FLUID LEVEL : 355,1 FEET

1. Initial/static fluid level (SFL)


SFL di dapat saat pertama kali swab tool asembly menyentuh level fluida
di lubang sumur.
𝑠𝑤𝑎𝑏 𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎𝑏𝑏𝑙𝑠
𝑆𝐹𝐿𝑓𝑡 = 𝑠𝑤𝑎𝑏 𝑑𝑒𝑝𝑡ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎𝑓𝑡 − ( 0,0087𝑏𝑏𝑙𝑠/𝑓𝑡
)

0.0087 bbls/ft = volume tubing (conversion factor pada tabel)


Maka :
2
𝑆𝐹𝐿𝑓𝑡 = 500 ft − ( 0,0087𝑏𝑏𝑙𝑠 )
𝑏𝑏𝑙𝑠/𝑓𝑡

= 270,1 ft

2. Working fluid level (WFL)


WFL adalah level fluida saat rate fluid dalam keadaan stabil.
𝑠𝑤𝑎𝑏 𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑠𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑏𝑏𝑙𝑠
𝑊𝐹𝐿𝑓𝑡 = 𝑠𝑤𝑎𝑏 𝑑𝑒𝑝𝑡ℎ 𝑠𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑓𝑡 − ( )
0,0087𝑏𝑏𝑙𝑠/𝑓𝑡

Maka :
3𝑏𝑏𝑙𝑠
𝑊𝐹𝐿𝑓𝑡 = 700𝑓𝑡 − ( )
0,0087𝑏𝑏𝑙𝑠/𝑓𝑡

= 355,1 ft

Laporan Kerja Praktek 43


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
3. Tubing load
𝑇𝑢𝑏𝑖𝑛𝑔 𝑙𝑜𝑎𝑑𝑏𝑏𝑙
= (𝑝𝑎𝑐𝑘𝑒𝑟 𝑠𝑒𝑡𝑓𝑡 − 𝑆𝐹𝐿𝑓𝑡 ) 𝑥 0,0087𝑏𝑏𝑙/𝑓𝑡

Maka :
𝑇𝑢𝑏𝑖𝑛𝑔 𝑙𝑜𝑎𝑑𝑏𝑏𝑙 = (1985𝑓𝑡 − 270,1𝑓𝑡 ) 𝑥 0,0087𝑏𝑏𝑙/𝑓𝑡
= 14,9 bbls

4. Casing load
𝑐𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑙𝑜𝑎𝑑𝑏𝑏𝑙𝑠 = (𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛𝑓𝑡
− 𝑝𝑎𝑐𝑘𝑒𝑟 𝑠𝑒𝑡𝑓𝑡 )𝑥 0.0394𝑏𝑏𝑙/𝑓𝑡

Maka :
𝑐𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑙𝑜𝑎𝑑𝑏𝑏𝑙𝑠 = (1995𝑓𝑡 − 1985𝑓𝑡 )𝑥 0.0394𝑏𝑏𝑙/𝑓𝑡
= 0,394 bbls

5. Total load
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑜𝑎𝑑𝑏𝑏𝑙𝑠 = 𝑡𝑢𝑏𝑖𝑛𝑔 𝑙𝑜𝑎𝑑𝑏𝑏𝑙𝑠 + 𝑐𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔𝑙𝑜𝑎𝑑
Maka:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑜𝑎𝑑𝑏𝑏𝑙𝑠 = 14,9𝑏𝑏𝑙𝑠 + 0,394𝑙𝑜𝑎𝑑
= 15,29 bbls

6. Total recovery
Total recovery adalah jumlah bbls fluid yang di dapat selama proses
swab. Contoh untuk 10 kali run di dapat =28,5 bbls. Dimana untuk sekali
run membutuhkan waktu 10 menit.

7. Formation fluid recovery (FFR)


𝐹𝐹𝑅𝑏𝑏𝑙𝑠 = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦𝑏𝑏𝑙𝑠 − 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑜𝑎𝑑𝑏𝑏𝑙𝑠
Maka:
𝐹𝐹𝑅𝑏𝑏𝑙𝑠 = 28,5𝑏𝑏𝑙𝑠 − 15,29𝑏𝑏𝑙𝑠
= 13,21 bbls

Laporan Kerja Praktek 44


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
8. Flow rate perday (Q)
𝑄𝑏𝑏𝑙/𝑑
= 𝑠𝑤𝑎𝑏 𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑠𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑏𝑏𝑙𝑠/𝑚𝑛𝑡 𝑥60𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑗𝑎𝑚 𝑥24𝑗𝑎𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖

Contoh:
Swab rate per run = 3 bbls setiap 10 menit
= 0,3 bbl/mnt
Maka:
𝑄𝑏𝑏𝑙/𝑑 = 0,3𝑏𝑏𝑙𝑠/𝑚𝑛𝑡 𝑥60𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑗𝑎𝑚 𝑥24𝑗𝑎𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖
= 432 bbls/hari

9. Productivity index (PI)


𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑝𝑒𝑟𝑑𝑎𝑦𝑏𝑏𝑙𝑠
𝑃𝐼𝑏𝑏𝑙𝑠/𝑝𝑠𝑖 =
(𝑊𝐹𝐿𝑓𝑡 − 𝑆𝐹𝐿𝑓𝑡 )𝑥𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑢𝑟𝑒𝑝𝑠𝑖/𝑓𝑡
Contoh:
Rate/day =432 bbl/day
WFL =355,1 ft
SFL = 270,1 ft
Grad pressure = 0,433 psi/ft
Maka:
432𝑏𝑏𝑙𝑠
𝑃𝐼𝑏𝑏𝑙𝑠/𝑝𝑠𝑖 =
(355,1𝑓𝑡 − 270,1𝑓𝑡 )𝑥0,433𝑝𝑠𝑖/𝑓𝑡
= 11,7 bbls/psi

10. Rate maximal (Qmax)


𝑄𝑚𝑎𝑥 = 𝑃𝐼𝑏𝑏𝑙 𝑥(𝑝𝑢𝑚𝑝 𝑑𝑒𝑝𝑡ℎ𝑓𝑡 − 𝐹𝐴𝑃𝑓𝑡 − 𝑆𝐹𝐿𝑓𝑡 )𝑥 𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑢𝑟𝑒𝑝𝑠𝑖/𝑓𝑡
𝑝𝑠𝑖

Contoh:
PI = 11,7 bbls/psi
Pump depth = 1700 ft ( rencana)

Laporan Kerja Praktek 45


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
SFL = 270,1 ft
Gradient pressure = 0,433 psi/ft
Fluid above pump (FAP) = 600 ft ( rencana)
Maka:
𝑄𝑚𝑎𝑥 = 11,7𝑏𝑏𝑙 𝑥(1700𝑓𝑡 − 600𝑓𝑡 − 270,1𝑓𝑡 )𝑥 0,433𝑝𝑠𝑖/𝑓𝑡
𝑝𝑠𝑖

= 4204 bbl

11. Water cut test ( WC test )


WC adalah persentasi water yang terkandung dalam fluida formasi.
Terdapat 2 cara untuk penentuan water cut. Dapat melalui test tank
ataupun langsung dari kran test.

Test tank.
a. masukkan fluida swab ke test tank. Misal levelnya dalm tangki 10”
b. buang air bebasnya, misal level yang tertinggal 4”
c. free water yang di dapat = (6:10)x100% =60 %
d. oil cut yang di dapat = (4:10)x100% = 40%
e. masukkan sampel oil cut 40% ke dalam tabung centrifuge 100 ml,
tambahkan toluent, revers dan demulsifier beberapa tetes. Masukkan
ke dalam alat centrifuge.
f. Putar selama 5- 10 menit.
g. Setelah selesai ,baca water levelnya ,misal 5 %
h. Maka watercut sesungguhnya adalah 60%+5%= 65%

Kran tes:
a) Ambil sampel dari kran test pada saat hasil swab sudah stabil.
Masukkan ke dalam tabung centrifuge 100 ml.
b) Tambahkan toluen, revers, demulsifier secukupnya dan masukkan ke
dalam alat centrifuge, putar 5-10 menit

Laporan Kerja Praktek 46


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
c) Baca level water pada tabung. Misal : water level 65 ml . maka
water cutnya (65:100)X 100%= 65%

Laporan Kerja Praktek 47


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
BAB IV

OPERATION PRODUCTION

4.1 Artificial lift


Artificial lift adalah alat bantu pengangkatan buatan yang di pakai untuk
memproduksi hidrocarbon dari sebuah sumur setelah tekanan yang tersedia secara
alami dalam sumur itu tidak mampu lagi untuk mengangkat minyak ke
permukaan.

Ada 4 Artificial lift yang digunakan di BOB pedada, yaitu:


1. Hydraulic Pumping Unit
Prinsip kerja dari HPU (Hydraulic Pumping Unit) adalah sebagai berikut :
a) Hydraulic fluida bertekanan tinggi dari power pack dipompakan menuju
ke hydraulic jack guna mentransmisikan pressure dari hydraulic fluida
menjadi gerakan naik turun pada hydraulic jack.
b) Dari gerakan hidrolik tadi kemudian diteruskan oleh polished rod terus
sucker rod dan ke plunger, sehingga plunger bergerak turun naik yang
merupakan gerakan langkah dari pompa.
c) Apabila plunger bergerak keatas (up-stroke), maka dibawah plunger akan
terjadi penurunan tekanan, sehingga tekanan dasar sumur lebih besar dari
tekanan dalam pompa, keadaan ini menyebabkan standing valve terbuka
dan fluida masuk kedalam pompa.
d) Pada akhir up stroke volume di bawah plunger terisi penuh oleh cairan dan
pada saat plunger bergerak kebawah (down-stroke), standing valve akan
tertutup karena plunger menekan fluida, pada saat bersamaan fluida
tersebut akan menekan traveling valve, fluida keluar dari plunger dan
masuk ke tubing.
e) Proses tersebut berlangsung berulang kali, sehingga fluida pada tubing
akan bergerak naik ke permukaan dan mengalir menuju gathering station
melalui flow line.

Laporan Kerja Praktek 48


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
Komponen peralatan HPU, peralatan HPU terdiri dari power pack,
hydraulic jack dan peralatan di bawah permukaan.
1) Power pack
Power pack berfungsi untuk memompakan hydraulic fluid menuju ke
hydraulic jack, yang terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:
a) Electrical control box merupakan pusat pengontrol sebagian besar
kelistrikan HPU. Komponen–komponen listrik terdiri dari sebuah motor
starter, motor overload protector, dan sebuah programmable logic
controller.
b) Flow control valve digunakan untuk mengontrol jumlah aliran fluida.
Katup yang bawah membatasi penyebaran fluida, sedangkan yang atas
membatasi seberapa cepat penghalang (valve) dibuka.
c) System relief valve ini memungkinkan untuk memberikan pressure
selama pemeliharaan dan perbaikan.
d) Tank Weldment menjaga agar cairan hidrolik tidak dibawah tekanan.
Kapasitas minimal tangki 20 gallons.
e) Oil site gage memberikan suatu indikasi batas tinggi cairan. Sehingga
hydraulic fluid dapat terus terkontrol agar kinerja tetap berjalan lancar.
f) Manifold block memberi tekanan pada cairan hidrolik ke berbagai sistem
hidrolik melalui control valve.
g) Pressure switch berfungsi mengontrol motor untuk membatasi tekanan
pada sistem.
h) Hand pump apabila ada gangguan listrik, pompa tangan (manual)
digunakan agar sistem tetap berjalan agar fluida tidak kosong dalam
setting hydraulic jack. Klep harus digeser dan kemudian dengan secara
manual memompa hand pump sampai penghalang telah menutup jalur
fluida. Pompa manual diharapkan untuk digunakan di saat operasi dalam
keadaan darurat dan akan memerlukan banyak siklus untuk mengangkat
penghalang standard.

Laporan Kerja Praktek 49


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
i) Pressure gage menunjukkan system pressure HPU secara actual, standar
operasi harus kurang dari 2000 psi.
j) Accumulator berfungsi sebagai suatu reservoir tekanan untuk menyimpan
cairan yang diberi tekanan.
k) Pompa dihubungkan dengan electric motor dan memenuhi tekanan
pemompaan untuk mengisi akumulator.
l) Electric motor menjalankan pompa hidrolik.
m) Emergency Fast Operation EFO valve dan coil, aliran dilewatkan melalui
valve pada sirkuit kontrol kendali dan membuat sistim memberikan aliran
penuh saat tekanan tertinggi. Operasi ini dimaksudkan untuk
memindahkan penghalang (barrier) dalam waktu singkat. Misalnya saat
perbaikan ringan.
o) Base filter assembly untuk menyaring zat pencemar dari minyak hidrolik
selama beroperasi.
p) Directional control valve mengoperasikan katup pada operasi normal.
Mengalirkan cairan untuk melewati penghalang (barrier).
q) Cabinet melindungi komponen pompa hidrolik, apakah sudah kuat dan
terkunci.

2) Hydraulic jack
Hydraulic jack berfungsi untuk mentransmisikan pressure dari hydraulic
fluid untuk mengangkat rangkaian SRP, yang terdiri dari komponen-komponen
sebagai berikut:
a) Sensor pengatur panjang stroke (S) berfungsi untuk mengubah
pengaturan panjang stroke sesuai desain yang diinginkan.
b) Tangga berfungsi untuk memudahkan pada saat mengatur komponen
yang berada diatas hydraulic jack atau untuk memeriksa kerusakan-
kerusakan kecil pada hydraulic jack.
c) Menara sebagai pondasi untuk polished rod saat beroperasi agar kuat dan
lebih sentral sehingga kebocoran pada stuffing box dapat dihindari.

Laporan Kerja Praktek 50


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
d) Stroke berfungsi sebagai penerima hasil transmisi hydraulic fluid
bertekanan tinggi dari power pack menjadi gerakan naik turun untuk
mengangkat rangkaian sucker rod pump di bawah permukaan.
e) Hydraulic hose berfungsi mengalirkan fluida bertekanan tinggi dari
power pack ke hydraulic jack unit. Ada dua jenis yang berukuran besar
dan kecil yaitu hose berukuran besar berfungsi untuk mengalirkan fluida
bertekanan tinggi dari power pack sehingga akan menaikkan stroke pada
hydraulic jack (up-stroke), sedangkan hose yang kecil berfungsi
mengalirkan hydraulic fluida bertekanan tinggi dari hydraulic jack
kembali ke power pack. Proses ini terus berulang kali sehingga fluida
pada sumur tersebut bisa diproduksi.

Tangga

Power Pack

Menara

Gambar 4.1. Peralatan Hydraulic Pumping Unit Oil Well.

3) Peralatan pompa dibawah permukaan, terdiri dari:


a) Tubing adalah pipa untuk produksi dan bisa dipindah atau diganti tidak
seperti casing. Tubing berfungsi seperti tempat mengalirnya fluida
produksi sampai ke permukaan. Pada artificial lift, tubing juga berfungsi
sebagai tempat menggantungnya pompa.
b) Pompa merupakan alat utama pada HPU ini, pompa dipasang diujung
sucker rod, yang terletak di dalam tubing.

Laporan Kerja Praktek 51


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
Pompa yang ada di dalam sumur terdiri beberapa komponen, antara lain
yaitu:
(a) Working barel
Working barel merupakan tempat dimana plunger dapat bergerak
naik turun sesuai dengan langkah pemompaan dan menampung fluida
sebelum diangkat oleh plunger pada saat up-stroke;
(b) Plunger
Plunger merupakan torak atau tangkai pompa yang terletak di
dalam working barrel, apabila plunger ditarik ke atas (up-stroke)
maka fluida akan masuk ke dalam working barrel melalui standing
valve, sedangkan sewaktu plunger diturunkan (down-stroke) fluida
akan keluar ke atas melalui travelling valve. Pada plunger ini terdapat
ball dan seat, yang berfungsi sebagai katup, panjang nya adalah 4 ft;
(c) Standing valve
Standing valve merupakan katup yang terdapat di bagian bawah
working barrel yang berfungsi memberi jalan masuk bagi fluida dari
dalam sumur masuk ke working barrel (pada saat up-stroke, standing
valve terbuka) dan untuk menahan fluida agar tidak keluar dari
working barel pada saat plunger bergerak ke bawah (pada saat down-
stroke, standing valve tertutup). Standing valve terdiri dari sebuah
bola besi dan tempat dudukan (ball dan seat):

(d) Travelling valve


Travelling valve, ball and seat-nya terletak pada bagian bawah dari
plunger dan akan ikut bergerak ke atas dan ke bawah menurut gerakan
plunger, fungsinya: 1) mengalirkan atau memindahkan fluida dari
working barrel masuk ke plunger, hal ini terjadi pada saat plunger
bergerak ke bawah; 2) menahan fluida pada saat plunger bergerak ke
atas sehingga fluida tersebut dapat dipindahkan ke tubing untuk
selanjutnya dialirkan ke permukaan;

Laporan Kerja Praktek 52


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
(e) Anchor
Anchor merupakan komponen yang dipasang di bagian bawah
pompa, yang berfungsi untuk memisahkan gas dari minyak agar gas
tersebut tidak ikut masuk ke dalam pompa bersama-sama dengan
minyak, karena adanya gas akan mengurangi efisiensi pompa
digunakan gas anchor, menghindarkan masuknya pasir atau padatan
ke dalam pompa digunakan mud anchor dan mngurangi atau
menghindari terjadinya tubing stretch digunakan tubing anchor.

c) Rod string energi ditransfer dari alat-alat permukaan ke plunger melalui


sucker rod string. Rod dibuat dari 90% lebih besi dengan campuran
Carbon agar lebih kuat, Mangan dan Silikat untuk mencegah Fe-Oksida,
Nikel sebagai anti karat, Molibdenum lebih kuat, Cuprum sebagai anti
karat. Rod string terdiri atas beberapa bagian, sebagai berikut:

1. Sucker rod merupakan batang/rod penghubung antara plunger dengan


peralatan dipermukaan yang fungsi utamanya adalah melanjutkan
gerak naik turun. Umumnya panjang satu single dari sucker rod yang
sering digunakan berkisar 25 ft.
2. Pony rod merupakan rod yang mempunyai panjang yang lebih pendek
dari panjang rod umumnya <25ft. Fungsinya untuk melengkapi
panjang dari sucker rod, apabila tidak mencapai kepanjangan yang
dibutuhkan yang memliki beberapa ukuran diantaranya, ukuran 2, 4,
6, 8, 12 ft.
3. Polished rod, merupakan tangkai rod yang berada diluar sumur yang
menghubungkan sucker rod string dengan carier bar dan dapat naik
turun di dalam stuffing box. Diameter stuffing box lebih besar dari
diameter polished rod, panjang polished rod adalah 30 ft.

Laporan Kerja Praktek 53


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
Rod memberikan efek terbesar dari seluruh gerakan dan kinerja seluruh
instalasi HPU.
Keuntungan menggunakan HPU adalah sebagai berikut;
a. HPU lebih mudah untuk dipindahkan dan dipasang dari satu sumur ke
sumur lain karena tidak memerlukan pondasi, dan teknis
penyetelannya sederhana;
b. perubahan SPM (Stroke per Minute) dan panjang langkah (Stroke
Length) lebih mudah. Dalam mengubah SPM tidak perlu mengganti
pulley dan dalam penentuan stroke length tidak menggunakan alat
berat untuk menggeser crank pin seperti pada pompa angguk;
c. optimasi sumur dengan alat HPU dapat dilakukan secara tepat dan
mudah dengan mengubah parameter kecepatan dan langkah pompa
yang dapat dilakukan setiap saat dengan waktu yang lebih cepat,
sehingga kehilangan produksi dapat diminimalkan;
d. pengaturan langkah HPU lebih mudah karena tinggal mengubah
setting hidrolik;
e. pemakaian energi listrik lebih hemat dibandingkan pompa angguk;
f. kehilangan produksi akan lebih dapat diminimalkan apabila
pemasangan, pemindahan, dan pengaturan dapat dilakukan dengan
lebih cepat;
g. mengurangi resiko kebocoran stuffing box karena penempatan
hydraulic jack lebih center;
h. biaya sewa lebih murah dibandingkan pompa angguk. Kerugian
menggunakan HPU adalah tidak cocok untuk produksi besar,
kedalaman sumur terbatas dan kurang cocok untuk sumur miring dan
lepas pantai (offshore).

2. Sucker Rod Pump


Prinsip kerja dari sucker rod pump ini sama dengan hydraulic pumping
unit. Prinsip kerja dari sucker rod pump adalah sebagai berikut :

Laporan Kerja Praktek 54


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
a) Sumber tenaga berasal dari prime mover. Lalu, diteruskan oleh gear. Gear
menggerakkan crank. Gerakan dari crank mempengaruhi pit man sehingga
menyebabkan walking beam naik turun sehingga head horse bergerak naik
turun juga.
b) Dari gerakan naik turun tadi kemudian diteruskan oleh polished rod yang
terhubung dengan head horse menggunakan bridle, terus sucker rod dan
ke plunger, sehingga plunger bergerak turun naik yang merupakan
gerakan langkah dari pompa.
c) Apabila plunger bergerak keatas (up-stroke), maka dibawah plunger akan
terjadi penurunan tekanan, sehingga tekanan dasar sumur lebih besar dari
tekanan dalam pompa, keadaan ini menyebabkan standing valve terbuka
dan fluida masuk kedalam pompa. Pada akhir up stroke volume dibawah
plunger terisi penuh oleh cairan dan pada saat plunger bergerak kebawah
(down-stroke), standing valve akan tertutup karena plunger menekan
fluida, pada saat bersamaan fluida tersebut akan menekan traveling valve,
fluida keluar dari plunger dan masuk ke tubing. Proses tersebut
berlangsung berulang kali, sehingga fluida pada tubing akan bergerak naik
ke permukaan dan mengalir menuju gathering station melalui flow line.

Komponen-komponen utama dari SRP, sebagai berikut:


1) Peralatan di permukaan.
Peralatan di atas permukaan ini berfungsi untuk memindahkan energi dari
prime mover ke pumping unit di mana untuk selanjutnya diteruskan ke pompa
bawah permukaan. Peralatan ini juga berfungsi untuk mengubah gerak putar
menjadi gerak naik turun melalui crank, pitman, dan walking beam, sedangkan
gear reducer untuk menurunkan putaran tinggi dari prime mover menjadi rendah
sesuai dengan stroke per menit pompa.

Laporan Kerja Praktek 55


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
a) Motor Penggerak (Prime Mover) suatu motor listrik dipakai untuk
menggerakkan Pumping Unit. Untuk motor listrik menggunakan 3-phase,
440 volt, 60 cycle
b) Gear Reducer berfungsi untuk menurunkan RPM motor menjadi RPM
sesuai SPM pompa.Didalam terdapat roda gigi (gear) penurun RPM.
Untuk memindahkan tenaga atau energi dari prime mover ke gear reducer
digunakan V belt yang dilindungi oleh belt cover untuk pengaman.
c) Crank Arm
Crank Arm menghubungkan sumbu putaran rendah (crank shaft) yang
keluar dari gear box yang berputar 360 derajat. Lubang pada crank juga
sebagai tempat kedudukan crank pin bearing yang menghubungkan crank
dengan pitman, dan tempat merubah panjang langkah
pompa. Crank Arm juga sebagai tempat dari kedudukan counter weight
d) Pitman
Pitman dipasang untuk menghubungkan crank dengan walking beam.
e) Walking Beam
Walking Beam sebagai tempat kedudukan dari Equalizer bearing (tail
bearing) dan di bawah ditopang oleh saddle bearing (center bearing) yang
tetumpu pada sampson post. Ujung depan walking beam terpasang horse
head. Walking-beam ini bersama pitman dan crank berfungsi sebagai
pengubah gerak putar menjadi gerak turun naik
f) Horse Head
Horse-head ditempatkan diujung walking beam dengan bentuk 1/8
lingkaran agar gerakan Rod string naik turun ( reciprocating ) tetap senter
dengan lubang sumur.
g) Carrier Bar dan Wire line Hanger (Briddle)
Untuk menghubungkan horse head dengan polished rod digunakan wire
line hanger (briddle) yang dikaitkan dengan carrier bar pada polished
rod. Untuk mencegah supaya carrier bar tidak berubah posisinya, maka
ditahan oleh polished rod clamp. Antara carrier bar dengan clamp sering
dipasang spacer untuk tempat dynamometer, guna mengukur beban pada

Laporan Kerja Praktek 56


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
polished rod. Pada ujung paling atas polished rod dipasang polished rod
eye berfungsi untuk keperluan well service untuk mencabut polished rod,
dan melindungi drad pada ujung polished rod.
h) Stuffing Box
Dipasang diatas kepala sumur (well head) yang berfungsi sebagai
pencegah atau menahan minyak agar minyak tidak menyembur keluar
bersama-sama dengan naik turunnya polished rod sehingga aliran dapat di
atur ke flow line. Didalam stuffing box terdapat packing untuk menahan
bocoran minyak.

Gambar 4.2. Stuffing Box


i) Polished Rod
Polished rod adalah penghubung antara rangkaian sucker rod di bawah
permukaan dengan perangkat pumping unit di permukaan. Polished
rod diperlukan hanya satu batang saja pada unit sucker rod pump tetapi
polished rod mempunyai kekuatan yang melebihi sucker
rod karena polished rod menahan beban maksimum seluruh
rangkaian sucker rod. Polished rod mempunyai permukaan yang licin dan
halus, terbuat dari baja keras.
j) Counter Weight
Pada crank balance pumping unit, counter weight dipasang pada crank,
sedangkan pada beam balance pumping unit, counter wight dipasang pada
ujung belakang walking beam. Counter weight berfungsi untuk

Laporan Kerja Praktek 57


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
memberikan balancing beban pada pumping unit, sehingga beban pada up-
stroke sada dengan beban pada down-stroke. Dengan demikian beam
pumping unit tidak cepat rusak
k) Brake (Rem)
Rem berfungsi untuk mengatur posisi horse head kalau pumping unit harus
dimatikan untuk keperluan perbaikan pada well atau pada Pumping Unit
itu sendiri.

Walkig Beam

Pitman
Horse head

Prime mover
Bridle
Crank Sampson post
Polished rod clamp
Polished hod

Base Pump Tee

Gambar 4.3. Sucker Rod Pump / pompa angguk

2) Peralatan di bawah permukaan memilik komponen-komponen pompa bawah


permukaan, sebagai berikut:
a) Working barrel yaitu merupakan tabung silinder tempat naik turunnya
plunger.
b) Plunger yaitu suatu piston panjang yang terbuat dari metal stainless steel
dan bergerak naik turun (sesuai dengan prinsip pemompaan) yang
berfungsi untuk mengangkat fluida dari dasar sumur ke kolom tubing
hingga sampai ke permukaan. Plunger ada 2 macam, yakni:
1. Metal plunger
2. Soft packed plunger
c) Travelling valve, yaitu katup berbentuk bola yang bergerak membuka dan
menutup dan terletak pada plunger. Valve ini akan membuka
disaat plunger bergerak turun (down-sroke) dan menutup saat up-stroke.

Laporan Kerja Praktek 58


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
d) Standing valve, yaitu katup yang berbentuk bola dan terletak pada bagian
bawah pompa yang berfungsi untuk menahan fluida agar tidak turun atau
keluar dari working barrel pada waktu down stroke.
e) Gas Anchor, untuk menghindari turunnya efficiency volumetric pompa
yang diakibatkan oleh banyaknya gas yang masuk kedalam pompa, maka
dipasang Gas Anchor yang berfungsi untuk memisahkan gas dari cairan
formasi sebelum fluida masuk ke dalam pompa. Pada
pengoperasian Sucker Rod Pump di lapangan sering terjadi gas locking,
dimana pompa terkunci oleh gas yang berekspansi saat up stroke dan
terkompresi disaat down stroke. Hal ini terjadi karena gas formasi banyak
yang masuk ke dalam pompa.
f) Sucker Rod, energi yang ditransmisikan dari peralatan di permukaan ke
bawah permukaan melalui rangkaian sucker rod. Sucker rod adalah stang
baja yang pejal, pada SRP ini mempunyai panjang 25 feet.

g) Pony Rod
Pony rod adalah batang baja, sama seperti sucker rod tetapi mempunyai
panjang yang lebih pendek. Pony rod berfungsi untuk menyesuaikan
panjang rangkaian sucker rod yang dibutuhkan sesuai dengan kedalaman
pompa bawah permukaan. Ukuran pony rod sama dengan ukuran sucker
rod .
h) Tubing
Seperti pada umumnya sumur minyak, tubing merupakan media alir fluida
formasi dari dasar sumur ke permukaan. Pada sumur minyak dengan
metoda pengangkatan buatan menggunakan Sucker Rod Pump, tubing
berfungsi pula sebagai tempat menggantungkan pompa dengan
jenis Tubing Type.

Berdasarkan cara pemasangan pompa dibawah permukaan ini diklasifikasikan


menjadi 2 (dua) type yaitu, tubing pump pada type ini working barrelnya dipasang

Laporan Kerja Praktek 59


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
langsung di ujung bawah tubing, dan diturunkan bersama tubing. Bila terjadi
kerusakan pada working barrel atau standing valve maka untuk memperbaiki
keseluruhan dari tubing harus dicabut dan rod pump (insert pump) pada tipe rod
pump: working barrel, plunger, travelling valve dan standing valve merupakan
satu unit kesatuan yang dipasang langsung pada rod string, dan dijangkarkan
dalam tubing
Kapasitas pompa yang diperoleh lebih kecil karena ukuran plunger kecil,
apabila terjadi kerusakan pada barrel atau standing valve maka untuk
memperbaiki cukup cabut rod string , dan tidak perlu memcabut tubing.
Kelebihan Pompa Sucker Rod yaitu, tidak mudah rusak, mudah diperbaiki di
lapangan, fleksibel terhadap laju produksi, jenis fluida dan kecepatan bisa diatur,
keahlian orang di lapangan sangat baik, dari jauh akan terlihat tidak ada gerakan
kalau pompa mati, serta harganya relatif murah. Sedangkan kekurangan Pompa
Sucker Rod adalah berat dan butuh tempat luas, transportasi sulit, tidak baik untuk
sumur miring/offshore dan butuh unit besar sekali untuk laju produksi besar dan
sumur dalam.

3. Progressive Cavity Pump


Prinsip Kerja PC Pump bekerja dengan mengandalkan 2 elemen utama
yang telah dijelaskan seperti diatas. Adapun Motor drive sebagai prime mover
(penggerak) berada di permukaan yang menggerakkan rotor di lubang sumur.
Pompa (rotor & stator) berada dibawah lubang perforasi untuk memastikan
bahwa pompa berada di bawah fluida level untuk mengantisipasi loss flow yang
terjadi. Fluida mengalir kedalam stator dan terus mengair melalui tubing hingga
ke permukaan.
Elemen Utama & Desain PCP Pompa ini memiliki 2 elemen utama yaitu:
1) Rotor, sebagai penggerak PCP, berbentuk batang spiral yang terbuat dari alloy
steel atau stainless steel yang dibalut dengan chrome. Ada juga yang terbuat
dari chrome secara keseluruhan.

Laporan Kerja Praktek 60


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
2) Stator, sebagai seal rotor (wadahnya) yang berbentuk spiral, terbuat dari steel
tube di luarnya dan elastomer berbahan nitrile rubber atau viton rubber di
dalamnya (merupakan co-polymer acrylonitrile & butadine). Stator dengan
desain khusus memiliki elastomer yang terbuat dari teflon. Biasanya memiliki
panjang yang kurang lebih sama dengan rotor namun dengan ukuran diameter
yang lebih besar dari rotor.

motor

Head Drive

Gambar 4.4. Peralatan Progressive Cavity Pump Oil Well.


Keunggulan PC pump terletak pada tingginya efisiensi volumetric
yang mencapai 80%. Dibandingkan dengan metode artificial lift lain, PC
Pump merupakan yang tertinggi efisiensi volumetriknya. PC pump sangat baik
dalam mengatasi masalah kepasiran dan paraffin. Keunggulan lainnya adalah
desain pemasangan peralatan yang cukup sederhana, tidak terjadi gas lock,
mampu mengangkat hampir keseluruhan jenis minyak, dan penggunaaan
energi yang efisien. Sementara, kekurangan dari PC Pump adalah sensitif
terhadap tekanan yang berlebihan, tidak kompatibel dengan beberapa
chemical, H2S & oil gravity yang tinggi, kedalaman yang bisa dicapai sangat
rendah bila dibandingkan dengan esp, serta flow rate PC pump sangat rendah
bila dibandingkan dengan ESP.

Laporan Kerja Praktek 61


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
4. Electric Submersible Pump
Prinsip kerja Electric Submersible Pump (ESP) ialah listrik dialirkan
melalui travo lalu melewati switch board. Setelah itu listrik mengalir melalui
junction box. Setelah melalui junction box listrik mengalir ke motor, lalu motor
berputar sehingga menggerakkan rotor yang menyebabkan impeller berputar. Dari
perputaran impeller itu mengalirlah fluida. Fluida yang mengalir pertama kali
masuk melalui intake/gas separator. Setelah itu masuk kedalam pompa yang ada
impeller tadi lalu mengalir melalui tubing hingga sampai di permukaan. Secara
umum peralatan electrical submersible pump dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu :
1) Peralatan di atas permukaan
a) Wellhead
Wellhead atau kepala sumur dilengkapi dengan tubing hanger. Wellhead
juga harus dilengkapi dengan “seal” agar tidak bocor pada lubang untuk kabel dan
line. Wellhead di desain untuk tahan terhadap tekanan.

Wing Line
Master Valve

Gambar 4.5. Peralatan Electrical Submersible Pump Oil Well.

b) Junction Box
Junction box ditempatkan di antara kepala sumur dan switchboard untuk
alasan keamanan. Gas dapat mengalir keatas melalui kabel dan naik ke permukaan

Laporan Kerja Praktek 62


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
menuju switchboard, yang bisa menyebabkan terjadinya kebakaran, karena itu
kegunaan dari junction box ini adalah untuk mengeluarkan gas yang naik keatas
tadi.
Fungsi dari junction box antara lain:
1. Sebagai ventilasi terhadap adanya gas yang mungkin bermigrasi
kepermukaan melalui kabel agar terbuang ke atmosfer.
2. Sebagai terminal penyambungan kabel dari dalam sumur dengan kabel
dari switchboard.

c) Switchboard
Switchboard adalah panel kontrol kerja di permukaan saat pompa bekerja
yang dilengkapi dengan motor controller, overload dan underload protection serta
alat pencatat (recording instrument) yang bisa bekerja secara manual ataupun
otomatis apabila terjadi penyimpangan. Switchboard ini dapat digunakan untuk
tegangan 440 volt
Fungsi utama dari switchboard adalah:
a. Untuk mengontrol kemungkinan terjadinya downhole problem seperti
overload atau underload current.
b. Auto restart setelah underload pada kondisi intermittent well.
c. Mendeteksi unbalance voltage.
Pada switchboard biasanya dilengkapi dengan ammeter chart yang
berfungsi untuk mencatat arus motor versus waktu ketika motor bekerja.

Laporan Kerja Praktek 63


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
Gambar 4.6 (1) Switchboard, (2) Reda Chart & switchboard dan (3) Power
system Device, (baca; dari kiri atas ke kanan)

a) Transformer
Transformer merupakan alat untuk mengubah tegangan listrik, bisa untuk
menaikan atau menurunkan tegangan. Alat ini terdiri dari core (inti) yang
dikelilingi oleh coil dari lilitan kawat tembaga. Keduanya, baik core maupun coil
direndam dengan minyak trafo sebagai pendingin dan isolasi. Perubahan tegangan
akan sebanding dengan jumlah lilitan kawatnya. Biasanya, tegangan input
transformer diberikan tinggi agar didapat ampere yang rendah pada jalur
transmisi, sehingga tidak dibutuhkan kabel penghantar yang besar. Tegangan
input yang tinggi akan diturunkan dengan menggunakan step-down transformer
sampai dengan tegangan yang dibutuhkan oleh motor.

Laporan Kerja Praktek 64


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
2) Peralatan di bawah permukaan
Peralatan di bawah permukaan dari electrical submersible pump terdiri
atas pressure sensing instruments, electric motor, protector, intake, pump unit dan
electric cable serta alat penunjang lainnya.
a) PSI Unit (Pressure Sensing Instruments)
PSI atau Pressure Sensing Instrument adalah suatu alat yang mencatat
tekanan dan temperatur di dalam sumur. Secara umum PSI Unit mempunyai 2
komponen pokok, yaitu:
1. PSI Down Hole Unit dipasang dibawah Motor Type Upper atau Center
Tandem, karena alat ini dihubungkan pada Wye dari Electric Motor
yang seolah-olah merupakan bagian dari Motor tersebut.
2. PSI Surface Readout merupakan bagian dari sistem yang mengontrol
kerja Down Hole Unit serta menampakkan (display) informasi yang
diambil dari Down Hole Unit.
b) Electric Motor
Jenis motor electrical submersible pump adalah motor listrik induksi dua
kutub tiga fasa yang diisi dengan minyak pelumas khusus yang mempunyai
tahanan listrik (dielectric strength) tinggi. Dipasang paling bawah dari rangkaian
dan motor tersebut digerakkan oleh arus listrik yang dikirim melalui kabel dari
permukaan. Motor berfungsi untuk menggerakan pompa dengan mengubah tenaga
listrik menjadi tenaga mekanik.
Fungsi dari minyak tersebut adalah:
a. Sebagai pelumas.
b. Sebagai tahanan (isolasi).
c. Sebagai media penghantar panas motor yang ditimbulkan oleh perputaran
rotor ketika motor tersebut sedang bekerja.
Jadi, minyak tersebut harus mempunyai spesifikasi tertentu yang biasanya
sudah ditentukan oleh pabrik, yaitu berwarna jernih, tidak mengandung bahan
kimia, dielectric strength tinggi, lubricant dan tahan panas. Minyak yang diisikan
akan mengisi semua celah-celah yang ada dalam motor, yaitu antara rotor dan
stator.

Laporan Kerja Praktek 65


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
Motor berfungsi sebagai tenaga penggerak pompa (prime mover), yang
mempunyai 2 (dua) bagian pokok yaitu:
a. Rotor (gulungan kabel halus yang berputar).
b. Stator (gulungan kabel halus yang stasioner dan menempel pada badan
motor).
Stator menginduksi aliran listrik dan mengubah menjadi tenaga putaran
pada rotor, dengan berputarnya rotor maka poros (shaft) yang berada ditengahnya
akan ikut berputar, sehingga poros yang saling berhubungan akan ikut berputar
pula (poros pompa, intake, dan protector).
3) Protector
Protector (Reda) sering juga disebut dengan Seal Section (Centrilift) atau
Equalizer (ODI). Secara prinsip protector mempunyai 4 fungsi utama, yaitu:
a. Untuk melindungi tekanan dalam motor dan tekanan di annulus.
b. Menyekat masuknya fluida sumur kedalam motor.
c. Tempat duduknya thrust bearing (yang mempunyai bantalan axial dari
jenis marine type) untuk merendam gaya axial yang ditimbulkan oleh
pompa.
d. Memberikan ruang untuk pengembangan dan penyusutan minyak motor
sebagai akibat dari perubahan temperatur dari motor pada saat bekerja dan
saat dimatikan.

Secara umum protektor mempunyai 2 (dua) macam tipe, yaitu Positive


Seal atau Modular Type Protector. Untuk sumur-sumur miring dengan temperatur
> 300°F disarankan menggunakan protektor dari jenis positive seal atau modular
type protector.

Laporan Kerja Praktek 66


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
Gambar 4.7 Labyrinth Type Protector.

4) Intake
Intake dipasang dibawah pompa dengan cara menyambungkan sumbunya
(shaft) memakai coupling. Intake merupakan saluran masuknya fluida dari dasar
sumur ke pompa menuju permukaan. Untuk jenis-jenis tertentu, intake ada yang
dipasang menjadi satu dengan housing pompa (intregrated), tetapi ada juga yang
berdiri sendiri. Ada beberapa jenis intake yang sering dipakai, yaitu :
a) Standard Intake, dipakai untuk sumur dengan GLR rendah, jumlah gas yang
masuk pada intake harus kurang dari 10% sampai dengan 15% dari total
volume fluida. Intake mempunyai lubang untuk masuknya fluida ke pompa,
dan dibagian luar dipasang selubung (screen) yang gunanya untuk menyaring
partikel masuk ke intake sebelum masuk kedalam pompa.
b) Rotary Gas Separator dapat memisahkan gas sampai dengan 90% dan
biasanya dipasang untuk sumur-sumur dengan GLR tinggi. Gas Separator
jenis ini tidak direkomendasi untuk dipasang pada sumur-sumur yang
abrasive.
c) Static Gas Separator atau sering disebut reverse gas separator, yang dipakai
untuk memisahkan gas hingga 20% dari fluidanya.

5) Pump Unit
Unit pompa merupakan Multistages Centrifugal Pump, yang terdiri dari
impeller, diffuser, shaft (tangkai) dan housing (rumah pompa). Di dalam housing
pompa terdapat sejumlah stage, dimana tiap stage terdiri dari satu impeller dan

Laporan Kerja Praktek 67


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
satu diffuser. Jumlah stage yang dipasang pada setiap pompa akan dikorelasi
langsung dengan Head Capacity dari pompa tersebut. Dalam pemasangannya bisa
menggunakan lebih dari satu (tandem) tergantung dari Head Capacity yang
dibutuhkan untuk menaikkan fluida dari lubang sumur ke permukaan. Impeller
merupakan bagian yang bergerak, sedangkan diffuser adalah bagian yang diam.
Seluruh stage disusun secara vertikal, dimana masing-masing stage dipasang
tegak lurus pada poros pompa yang berputar pada housing.
Prinsip kerja Pump Unit adalah fluida yang masuk kedalam pompa melalui
intake akan diterima oleh stage paling bawah dari pompa, impeller akan
mendorongnya masuk, sebagai akibat proses centrifugal maka fluida tersebut akan
terlempar keluar dan diterima oleh diffuser. Oleh diffuser, tenaga kinetis (velocity)
fluida akan diubah menjadi tenaga potensial (tekanan) dan diarahkan ke stage
selanjutnya. Pada proses tersebut fluida memiliki energi yang semakin besar
dibandingkan pada saat masuknya. Kejadian tersebut terjadi terus-menerus
sehingga tekanan head pompa berbanding linier dengan jumlah stages, artinya
semakin banyak stage yang dipasangkan, maka semakin besar kemampuan pompa
untuk mengangkat fluida.

Gambar 4.8 Multiple Stage Pump


6) Electric Cable
Kabel yang dipakai adalah jenis tiga konduktor, fungsi utama dari kabel
tersebut adalah sebagai media penghantar arus listrik dari switchboard sampai ke

Laporan Kerja Praktek 68


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
motor di dalam sumur. Kabel harus tahan terhadap tegangan tinggi, temperatur,
tekanan migrasi gas dan tahan terhadap resapan cairan dari sumur. Untuk itu maka
kabel harus mempunyai isolasi dan sarung yang baik.
Bagian dari kabel biasanya terdiri dari konduktor (conductor), isolasi
(insulation), Sarung (sheath), dan jaket (jacket).
Ada dua jenis kabel yang biasa dipakai yaitu round dan flat cable. Pada jenis
round cable di bagian luar sarungnya dibungkus lagi dengan karet (rubber jacket),
biasanya kabel jenis round ini memiliki ketahanan yang lebih lama daripada jenis
flat cable, tetapi memerlukan ruang penempatan yang lebih besar.
Secara umum ada dua jenis kabel yang biasa dipakai di lapangan, yaitu:
a. Untuk low temperature, disarankan untuk pemasangan pada sumur-sumur
dengan maximum 200°F.
b. Pada high temperature, kabel disarankan untuk pemasangan pada sumur-
sumur dengan temperatur yang cukup tinggi sampai mencapai mencapai
400°F. Untuk sumur bersuhu tinggi (lebih 250°F) perlu dipasang epoxy untuk
melindungi kabel, O-ring dan seal.

7) Check Valve
Check valve biasanya dipasang pada tubing (2–3 joint) di atas pomp, bertujuan
untuk menjaga fluida tetap berada di atas pompa. Jika check valve tidak dipasang
maka kebocoran fluida dari tubing (kehilangan fluida) akan melalui pompa yang
dapat menyebabkan aliran balik dari fluida yang naik ke atas, sebab aliran balik
(back flow) tersebut membuat putaran impeller berbalik arah, dan dapat
menyebabkan motor terbakar atau rusak. Jadi, umumnya check valve digunakan
agar tubing tetap terisi penuh dengan fluida sewaktu pompa mati dan mencegah
supaya fluida tidak turun ke bawah.

Laporan Kerja Praktek 69


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
8) Bleeder Valve
Bleeder valve dipasang satu joint di atas check valve, mempunyai fungsi
mencegah minyak keluar pada saat tubing dicabut. Fluida akan keluar melalui
bleeder valve.

9) Centralizer
Centralizer berfungsi untuk menjaga kedudukan pompa agar tidak
bergeser atau selalu di tengah-tengah pada saat pompa beroperasi, sehingga
kerusakan kabel karena gesekan dapat dicegah.

Tabel 4.1
Jenis Pompa yang digunakan di Pedada Area
Lapangan HPU SRP PCP ESP

Pedada East 5 3 4 28

Pedada West 31 3 4 19

Butun — — — 27

Sabak , Pak, Gatam 7 3 — 23

4.2 PUMP SHOP


Pada pedada area ini terdapat 2 jenis pompa yang di gunakan :
1. Tubing Pump
2. Progressive cavity pump (PCP)

1. Tubing Pump
Pada pompa jenis ini, unit pompa secara keselurhan dimasukkan ke dalam
sumur bersama-sama dengan tubing, yaitu barrel langsung dikaitkan pada
ujung bawah tubing, sedangkan plunger bersama traveling valve dikaitkan di
ujung bawah sucker rod string. Apabila pompa hendak dicabut maka baik rod

Laporan Kerja Praktek 70


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
maupun tubing harus bersama-sama. Pompa tipe tubing pump dipakai pada
sumur yang dangkal dan produktivitasnya kecil.
Peralatan Tubing Pump di bawah permukaan terdiri dari :
A. Pompa
1. Barrel pump
Barrel pump merupakan tempat agar plunger dapat bergerak naik turun
sesuai dengan langkah pemompaan dan menampung minyak yang terisap oleh
plunger pada saat bergerak ke atas.

Gambar 4.2.1 Barrel Pump


2. Plunger
Merupakan bagian dari pompa yang terdapat didalam barrel dan dapat
bergerak naik turun yang berfungsi sebagai penghisap minyak dari formasi
masuk ke barrel serta mengangkat minyak ke permukaan.

Tabel 4.2 Data Plunger Pompa3)

Diameter Luas, Ap Konstanta Pompa


(inch) (sq.in) (bbl/D/in./spm)
1½ 0,785 0,117
1 1/6 0,880 0,132
1¼ 1,227 0,182
1½ 1,767 0,262
1¾ 2,405 0,357
2 3,142 0,466

Laporan Kerja Praktek 71


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
2¼ 3,976 0,590
2½ 4,909 0,728
2¾ 5,940 0,881
3¾ 11,045 1,640
4¾ 17,721 2,630

3. Valve
Ada dua macam valve yang bekerja pada pompa yaitu : standing valve dan
traveling valve.
a. Standing valve
Merupakan komponen katup yang terdapat pada bagian bawah dari
working barrel yang berfungsi untuk mengalirkan minyak dari formasi
masuk ke working barrel dan hal ini terjadi pada saat plunger bergerak ke
atas (standing valve membuka). Disamping itu untuk menahan minyak
agar tidak dapat keluar dari working barrel pada saat plunger bergerak ke
bawah (standing valve menutup).

Gambar 4.2.2 Standing Valve

b. Traveling valve
Merupakan bola dan tempat kedudukannya terletak pada bagian bawah
dari plunger dan ikut bergerak ke atas dan ke bawah menurut gerakan
plunger. Fungsi dari traveling valve ini untuk :

Laporan Kerja Praktek 72


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
1. Mengeluarkan minyak dari working barrel masuk ke plunger dan hal
ini terjadi pada saat plunger bergerak ke bawah (traveling valve
membuka).
2. Menahan minyak keluar dari plunger pada saat plunger bergerak ke
atas sehingga minyak tersebut dapat diangkat ke permukaan (traveling
valve menutup).
B. Tubing
Merupakan pipa yang berfungsi untuk mengalirkan fluida dari dasar sumur
kepermukaan disamping sebagai tempat mendudukkan alat-alat produksi dalam
pengoperasian suatu sumur. Pada sumur pompa, tubing juga dipakai untuk
mengikatkan pompa atau rumah pompa seperti working barrel. Pada Tabel 4.3.
menunjukkan data tubing yang digunakan.

Tabel 4.3 Data Ukuran Tubing

Outside Inside Elastic


Metal Area
Tubing Size Diameter Diameter constant,
(in2)
(Inch) (inch) in. per lb ft
1.900 1.900 1.610 0.800 0.500 x 10-6
2 3/8 2.375 1.995 1.304 0.307 x 10-6
2 7/8 2.875 2.441 1.812 0.221 x 10-6
3½ 3.500 2.992 2.590 0.154 x 10-6
4 4.000 3.476 3.077 0.130 x 10-6
4½ 4.500 3.958 3.601 0.111 x 10-6

C. Sucker Rod String


Merupakan suatu rangkaian dari sucker rod yang meneruskan tenaga di
permukaan ke plunger hingga dapat bekerja turun naik sebagai suatu pemompaan
dari sebuah sistem. Sucker rod string atau rangkaian tangkai pompa terbagi atas :
a. Sucker rod
Berfungsi sebagai penghubung antara plunger dengan peralatan penggerak
(horse head). Untuk menghubungkan dua buah sucker rod digantikan sucker

Laporan Kerja Praktek 73


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
rod coupling dengan panjang satu single rod string berkisar 25 dan 30 ft.
Kombinasi dari beberapa ukuran rod string disebut Tappered rod string, yang
ditunjukkan pada Tabel 4.4. Pada saat pompa bekerja, maka yang menerima
beban secara langsung adalah sucker rod, sehingga kegagalan pada sucker rod
dapat berakibat fatal. Untuk mengatasi hal ini, maka sucker rod string dibuat
dengan bahan utama dari besi ditambah dengan bahan-bahan lain untuk
mempertinggi kekuatan, kekerasan dan ketahanan terhadap korosi, dan panas.
Tabel 4.5 menunjukkan lima macam ukuran rod string, luas serta berat
persatuan panjang.
Tabel 4.4.Data Sucker Rod

Ukuran Luas Berat


(inch) (inch2) (lb/ft)
5/8 0,307 1,16
¾ 0,447 1,63
7/8 0,601 2,16
1 0,785 2,88
1 1/8 0,994 2,64

b. Pony Rod
Pony rod merupakan rod yang lebih pendek dari panjang rod pada umumnya.
Berfungsi untuk melengkapi panjang dari sucker rod apabila tidak mencapai
panjang yang diinginkan. Ukurannya adalah 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 ft.

Gambar 4.2.3 Pony Rod

Laporan Kerja Praktek 74


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
c. Polished Rod
Merupakan tangkai yang menghubungkan sucker rod string dengan carrier
bar (wire line hanger pada horse head) yang naik turun dalam stuffing box.
Diameter stuffing box lebih besar dari pada diameter sucker rod, yaitu 11/8 in,
1 ¼ in, 1 ½ in, 1 ¾ in. Sedangkan panjang polished rod adalah 8, 11, 16, 22 ft.

2. Progressing Cavity Pump (PCP)


Progressing Cavity Pump (PCP) adalah salah satu jenis pompa
putar (rotary pump) yang terdiri dari Rotor yang berbentuk ulir, yang
digerakkan oleh penggerak mula melalui Rods dan Drive Head, serta
berputar di dalam Stator yang merupakan bagian diam dari pompa, yang
dihubungkan ke permukaan oleh tubing.
PCP ini terdiri dari dua komponen utama yaitu rotor dan stator
yang bergerak secara rotary dan dalam keadaan normal akan memompa
fluida dan mendorongnya kepermukaan secara positif. Arti positif disini
adalah bahwa fluida yang telah masuk kedalam pompa seluruhnya akan
terus didorong ke permukaan tanpa adanya fluida yang mengalir balik
seperti yang terjadi pada pompa ESP, yang performancenya berdasarkan
prinsip pompa centrifugal dimana kemungkinan fluida slip balik tetap ada.
Dengan demikian PCP ini juga disebut dengan pompa pemindahan positif
atau positive displacement pump.

Peralatan Bawah Permukaan pada pompa PCP


Berikut merupakan peralatan bawah permukaan PCP sebagai berikut :

1. Gas Anchor
2. Stator
3. Rotor
4. Sucker Rod
5. Pony Rod

Laporan Kerja Praktek 75


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
1. Gas Anchor
Komponen ini merupakan peralatan tambahan dan dipasang pada
bagian bawah. Fungsinya untuk memisahkan gas dari minyak agar gas
tidak ikut masuk kedalam pompa, karena adanya gas akan mengurangi
efisiensi pompa.

2. Stator
Terletak diatas gas anchor yang dihubungkan dengan tubing produksi
dan berfungsi sebagai kedudukan dari rotor. Stator ini terbuat dari
bahan campuran synthetic elastomer dengan steel tube yang tahan
terhadap korosi dan abrasi.

Gambar 4.2.4 Stator

3. Rotor
Rotor ini bentuknya seperti ulir dan merupakan salah satu bagian dari
PCP yang berputar. Komponen ini dimasukkan kedalam tubing dan
dihubungkan dengan suker rod diatasnya. Rotor ini dibuat dari bahan
stainless atau chrome yang tahan terhadap korosi dan abrasi.

Gambar 4.2.5 Rotor

Laporan Kerja Praktek 76


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
4. Sucker Rod
Merupakan penghubung antara rotor dengan peralatan penggerak yang
ada dipermukaan. Fungsinya adalah melanjutkan gerak berputar dari
Drive Shaft atau Gear Reducer yang ada didalam Drive Head ke rotor.
Umumnya panjang satu single Sucker Rod berkisar antara 25 – 30 ft.

5. Pony Rod
Merupakan Sucker Rod yang mempunyai ukuran panjang lebih pendek.
Fungsinya adalah melengkapi panjang dari Sucker Rod apabila panjang
dari Sucker Rod tidak mencapai panjang yang dibutuhkan. Panjang
Pony Rod adalah 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 ft.

3. Pengujian Standing Valve dan Ball and seat


Untuk mengetahui apakah pompa dalam kondisi yang baik atau tidak
maka perlu dilakukan uji test sebelum pompa itu diguakan dengan
menggunakan alat uji test yang bernama seat and ball test dan standing valve
test. Adapun fungsi dari uji seat and ball test ialah untuk mengetahui apakah
seat and ball dalam kondisi yang baik atau tidak, apa bila kondisi seat and
ball dalam kondisi yang baik maka dapat digunakan apa bila kondisi seat and
ball dalam keadaan tidak baik maka seat and ball tidak dapat digunakan
karna apabila digunakan pompa tidak akan berjalan dengan efektif karna
menglami kebocoran pada valvenya. Sedangkan pada uji standing valve test
untuk mengetahui ketahanan dari standing valve apa bila di berikan tekanan
yang tinggi, standing valve bisa menahan tekanan fluida sebesar 1000 psi.
Berikut ini ialah alat yang digunakan untuk mengukur ketahanan pada
Standing valve dan pengujian ball and seat.

Laporan Kerja Praktek 77


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
Gambar 4.2.6 Standing valve test

Gambar 4.2.7 Ball and Seat test

4.3 Sonolog Test

Sonolog Test adalah test yang dilakukan untuk mengetahui ketinggian

kolom dari fluida pada sumur baik dalam keadaan pompa bekerja ( Working Fluid

Level), maupun dalam keadaan pompa dimatikan ( Static Fluid Level ).

Melakukan test untuk sumur yang baru di well service di test sampai WFL nya

stabil atau mendekati antara test yang satu dengan test yang selanjutnya.

Laporan Kerja Praktek 78


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
Peralatan Sonolog Test

4.3.1 Tabung Gas Berisi Nitrogen

4.3.2 Gas Gun

4.3.3 Laptop + Program TWM

Laporan Kerja Praktek 79


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
Prinsip Kerja Sonolog Test

Gambar 4.3.4 Mekanisme Sonolog Test

Prinsip kerjanya dengan mengirimkan gas N2 kedalam sumur. Getaran

tersebut di hubungkan dengan recorder yang berfungsi untuk menggambarkan

pola getaran gas N2 tersebut. Bila getaran tersebut melewati tubing joint, pola

grafiknya akan membentuk defleksi dan saat getaran dipantulkan lagi

kepermukaan fluid level, pola aliran akan menggulung. Kedalaman fluid level

dapat dilihat dari jumlah tubing joint yang di konversikan menjadi satuan

kedalaman.

Fluid level ini sangat menentukan kinerja pompa yang akan dipasang.

Sebelum sumur di produksikan, penentuan fluid level sangat diperlukan untuk

Laporan Kerja Praktek 80


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
menentukan ukuran pompa yang akan dipasang. Fluid level itu sendiri merupakan

ukuran kemampuan suatu sumur untuk memproduksikan fluidanya. Makin tinggi

fluid level, makin bagus produksinya karena tekanannya masih besar.

Sedangkan setelah sumur diproduksikan, penentuan fluid level sangat

diperlukan untuk mengetahui apakah sumur tersebut masih support untuk pompa

yang sebelumnya dipasang. Suatu sumur dikatakan masih support untuk ukuran

suatu pompa jika WFL sumur tersebut sekitar 300-400 ft diatas pump setting

depth. Istilah support disini menandakan bahwa pompa yang digunakan dapat

menghisap fluida dari dalam sumur dengan efisiensi optimal dan tidak merusak

pompa itu sendiri.

Langkah – langkah dalam melakukan test WFL antara lain:

1. Pasang Gas Gun pada Casing Valve untuk koneksi ke Casing annulus.

2. Isi Gas Gun dengan Nitrogen sampai tekanan 300 Psi

3. Buka casing valve antara Gas Gun dan sumur

4. Tutup semua line penting gas dari casing annulus

5. Sambungkan Microfone Cable dari Echometer ke Gas Gun, serta

sambungkan juga dari Echometer ke laptop

6. Hidupkan laptop dan hidupkan juga Echometer dengan menekan “turn

on”

7. Buka porgram Total Well Management (TWM) di laptop

8. Pilih “F3” untuk open file

9. Pilih sumur yang akan di test, jika data sumur sudah tersimpan

Laporan Kerja Praktek 81


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
10. Klik “Condition”, lalu ganti tanggal dan satuan gas dari MMscf/D ke

scf/d

11. Klik “F4”

12. Kemudian klik “F5”, tunggu beberapa detik lalu klik “fire shoot”

kemudian klik “save”.

13. Klik “F6” pilih “casing pressure” kemudian klik “End Build Up”. Lalu

pilih Automatic atau manual, jika kick yang terbaca belum tepat maka

pilihlah Manual dan atur kick yang terbaca sehingga didapat hasil yang

dianggap tepat.

14. Tutup kembali casing valve

15. Lalu lepas Gas Gun dari casing valve

Hasil Pengukuran Working Fluid Level

Hasil Pengukuran working fluid level pada sumur pusaka #35 di dapat :
Pump intake depth : 1517 ft
Liquid level : 1107 ft
Total gas liquid : 410 ft
Equivalen gas free liquid : 410 ft
% Liquid : 100%
Pump intake pressure : 147 psi
Producing BHP : 156 psi
Static BHP : 319 psi

Laporan Kerja Praktek 82


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
Selain di dapat dari program Total Well Management ( TWM ) , Total Gas
Liquid dan Equivalen gas free liquid juga dapat di cari dengan rumus :
Total Gas Liquid = Pump intake depth - Liquid level
Equivalen gas free liquid = Total Gas Liquid x % Liquid

4.4 Pumper dan Testter Test


Pumper adalah orang yang bertugas melakukan pengecekan terhadap
sumur produksi, memastikan apakah pompa sedang berproduksi atau tidak dan
juga pengecekan line sepanjang sumur produksi sampai ke Gathering Station,
agar jika terjadi kebocoran dapat diketahui sesegera mungkin.
Sedangkan Testter test bertugas melakukan test produksi sumur terhadap
sumur di line test dengan menggunakan alat Flow Meter. Ini bertujuan untuk
mengetahui berapa produksi dari suatu sumur per-harinya.
Beberapa tugas rutin Pumper dan Well Tester antara lain:
1. Memastikan sumur-sumur yang berada dilapangan tetap dalam
keadaan berproduksi.
2. Melakukan testwater cut (WC) terhadap sumur produksi.
3. Melakukan Test produksi sumur (rate) dengan menggunakan alat flow
meter.
4. Mengontrol keadaan flow line mulai dari sumur produksi sampai ke
Gathering Station.
5. Melakukan release sumur – sumur yang banyak mengandung gas,
agar tidak terjadi gas lock.
6. Mengganti reda chart pada sumur yang menggunakan pompa ESP
7. Melakukan pengendalian awal terhadap sumur yang bermasalah,
seperti pompa mati.
8. Memastikan sumur injeksi dengan baik dengan cara melihat laju alir
pada flow meter.

Laporan Kerja Praktek 83


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
Cara Pengambilan Water Cut
Siapkan peralatan sebagai berikut :
a. Elbow ( Tempat Sample Cook )
b. Sample Glass ( Gelas Ukur )
c. Chemical ( Reverse dan Demulsifier )
d. Penampung Fluida

Langkah - langkahnya yaitu:


1. Pasang Elbow di vertical wing line
2. Buka valve perlahan – lahan sampai terbuka
3. Biarkan fluida keluar hingga normal
4. Tampung fluida menggunakan penampung
5. Masukkan fluida yang telah ditampung ke dalam gelas ukur
6. Tutup valve sampai sample cook tertutup
7. Masukkan chemical ( reverse dan demulsifier ) secukupnya.
8. Aduk dan diamkan hingga pemisahan sempurna ( + 2 menit )
9. Baca hasil pemisahan minyak dan air yang ada di dalam gelas ukur.
10. Setelah terbaca kemudian catat.
11. Tuangkan sampel kedalam cellar box
12. Bersihkan kembali gelas ukur setelah selesai pengambilan sampel
dan disimpan ditempatnya.

Gambar 4.4.1 Test Water Cut

Laporan Kerja Praktek 84


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
a. Langkah-langkah dalam melakukan line test
Siapkan peralatan sebagai berikut :
a) Magnet
b) Kunci pipa
c) Pressure gauge
d) Flow meter

1. Ambil pressure gauge pasang di hanger line kemudian baca dan


catat angka pressure
2. Buka valve ( buka terlebih dahulu valve outlet dan valve inlet )
3. Kemudian tutup get valve ( Block Valve )
4. Pasang magnet dan sambung dengan flow meter
5. Setting flow meter sesuai dengan ukuran turbin
6. Catat waktu awal saat flow meter sudah di setting
7. Setetah beberapa jam , catat hasil rate sesuai lama test
8. Pasang pressure gauge pada hanger line kembali catat pressure
yang terbaca saat sedang pengetesan
9. Buka kembali get valve ( block valve ) pada flow line
10. Tutup kembali inlet dan outlet valve pada testline
11. Cabut flow meter dan magnet pada turbin
12. Kemudian simpan magnet pada tempatnya.
13. Hitung total rate selama 1 hari dari data yang telah didapatkan
dengan rumus
Total fluida
BFPD = x 1 hari
Lama waktu test

14. Kemudian tentukan Oil rate dengan persamaan:


BOPD = BFPD X % OC

Laporan Kerja Praktek 85


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
Contoh :
Lokasi : Benua #20
Waktu off = 11. 28 WIB Rate = 126 Bbls
Waktu on = 08. 48 WIB - Rate = 0 Bbls -
= 02: 40 WIB = 126 Bbls
Durasi = 160 menit
Bbls
Maka: BFPD = × 1440
menit
126
= 160 × 1440

= 1134 𝐵𝑏𝑙𝑠

Menghitung Produksi Crude Oil


Jika Water cut 96 %, artinya minyak ( OC ) = 4 %
BOPD = % OC x BFPD
4
= 100 x 1134

= 45 BOPD

NOTE : Jika kita melakukan pengambilan water cut pencatatan waktu test pada
flow meter di lakukan setelah pengembalian sample fluida di sumur.

Gambar 4.4.2 Test Line Menggunakan Flow meter

Laporan Kerja Praktek 86


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
Gambar 4.4.3 Turbin Gambar 4.4.4 Magnet

Gambar 4.4.5 Flow Meter

Masalah yang sering dihadapi oleh line test :


1. Congeal ( minyak beku ) yaitu fluida yang memiliki viscositas tinggi
(kental) yang diakibatkan suhu dingin pada testline sehingga aliran fluida
tidak jalan.
2. Gas lock yaitu gas yang lock pada pompa menghambat laju alir dari fluida
liquid untuk terproduksi.
3. Kerusakan pada flow meter diakibatkan karena kabel yang terangkai dalam
flow meter rusak, magnet rusak sehingga tidak terbaca rate di flow meter ,
turbin kotor.
4. Aliran yang kecil akibat kinerja pompa yang kurang optimal

Laporan Kerja Praktek 87


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
4.5 Gathering Station

Gambar 4.5.1 Gathering Station

Gathering Station (GS) merupakan suatu pusat (station), tempat


dimana fluida produksi ataupun minyak bumi dikumpulkan, dan juga
diolah untuk proses pemisahan dari kandungan air, gas dan pengotor
lainnya.
Alat-alat ataupun tanki yang termasuk kedalam system Gathering
Station di Pedada Area antara lain:
1. Main line (Header)
2. Gas boot
3. Wash tank
4. Shipping tank
5. Hydraulic Induced Gas Floatatuion Unit (HIGFU)
6. Surge Tank
7. Skimming Tank
8. Recycle tank
9. Filter Unit
10. Flare Stack
11. Lact Unit
12. Production Line
13. Chemical Injection
14. Balance Tank

Laporan Kerja Praktek 88


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
15. Sump Box
16. Berbagai jenis pump untuk proses mempercepat laju alir fluida
(charge pump, shipping pump, slank pump, recycle pump, injection
pump, disposal pump, dan transfer pump)

A. Main line (header)


Main line adalah pipa yang mengalirkan fluida yang berasal dari
seluruh sumur di lapangan. Main line merupakan gabungan dari beberapa
flowline yang berasal dari beberapa sumur. Ukurannya lebih besar
dibandingkan flowline yaitu dengan OD 24 inchi dan 16 inchi.

Gambar 4.5.2 Main Line

B. Gas boot
Merupakan suatu kolom tinggi, yang berfungsi untuk memisahkan
gas dari fluida (minyak dan air).Fluida yang dipisahkan berasal dari
sumur-sumur produksi. Sebelum dialirkan ke Gas boot, fluida
diinjeksikan dengan bahan kimia, yaitu berupa demulsifier ataupun
Reverse demulsifier (sesuai kebutuhan) sehingga fluida yang mengalami
agitasi (pengadukan akibat aliran turbulen) sepanjang main line akan lebih
efektif dalam pemisahan antara fasa minyak dan air. Demulsifier berfungsi
untuk membersihkan air dari minyak, sedangkan Reverse demulsifier

Laporan Kerja Praktek 89


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
berfungsi untuk membersihkan minyak dari air. Gas yang dipisahkan dari
fluida kemudian dibakar (flare stack), karena tidak ekonomis dan
mengandung zat beracun,sedangkan fluida (minyak dan air) dialirkan
menuju Wash tank.

Gambar 4.5.3. Gas Boot

C. Wash tank
Wash tankmemisahkanminyakdan air berdasarkan berat jenis,
Specific Gravity, agitasi, dan temperatur. Fluida ringan (minyak) berada di
atas, sedangkan fluida yang berat (air) berada di bawah.Wash tank
dilengkapi dengan water leg yang berfungsi sebagai monitor ketinggian
level air dengan menggunakan prinsip bejana berhubungan.

Gambar 4.5.4Wash Tank

Laporan Kerja Praktek 90


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
D. Shipping tank
Minyak dari hasil pemisahan di wash tank kemudian dialirkan ke
shipping tank. Diharapkan hasil pemisahan dari wash tank mengandung
water cut yang sangat kecil sesuai dengan peraturan dalam penjualan
minyak mentah yaitu ± 0.05% mengandung air. Hasil dari shipping tank
yang masih banyak mengandung air akan di pompakan melalui recycle
pump menuju gas boot untuk dilakukan proses pemisahan selanjutnya.
Sedangkan minyak yang berada di dalam shipping tank, akan di alirkan
menuju Lack unit menggunakan charge pump ( ± 60 psi,yang berfungsi
untuk melihat jumlah minyak dalam barrel yang akan dikirimkan ke
zamrud.

Gambar 4.5.5 Shipping Tank

E. LACT UNIT
Lack unit berfungsi sebagai flow meter yaitu menghitung jumlah
minyak (barrel) dari shipping tank yang dikirim ke Gathering Station
Pusaka dengan menggunakan shipping pump (±110-150 psi).

Gambar 4.5.6 Lact Unit

Laporan Kerja Praktek 91


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
BWCP (Water Cleaning Plant)
WCP adalah tempat penampungan air yang telah dipisahkan dari
wash tank yang akan disaring kembali sampai memenuhi syarat tertentu
dan akan di injeksikan kembali kesumur-sumur injeksi yang ada.

A. HydraulicInduced Gas Floating Unit (HIGFU)


Air yang berasal dari Wash Tank masih mengandung film –
film minyak sehingga dialirkan ke HIGFU untuk diproses. Air yang
masuk akan dipisahkan berdasarkan berat jenis kemudian dipisahkan
dengan bantuan skimmer. Sedangkan minyak dialirkan ke Skim
Recycle Tank.

Gambar 4.5.7 HIGFU

B. Hydrocyclone
Air yang berasal dari balance tank mengalir ke hydrocyclone dengan
bantuan hydrocyclone pump, prinsip kerja hydrocyclon adalah kumpulan
partikel dan air masuk ke dalam siklon pada bagian puncaknya. Kumpulan
partikel dan air ditekan kebawah secara spiral karena bentuk dari siklon.
Gaya sentrifugal menyebabkan partikel yang beratjatuh pada bagian
bawah siklon dan air bergerak secara spiral lalu keluar pada bagian atas
hydrocyclon.

Laporan Kerja Praktek 92


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
Gambar 4.5.8 Hydrocyclone

C. Surge Tank
Air yang berasal dari HIGFU akan masuk ke surge tank. Air
ini masih mengandung adanya film – film minyak walaupun dalam
jumlah yang kecil. Oil content yang berada didalam Surge Tank akan
dialirkan ke Skim RecycleTank. Air yang sudah dipisahkan dari
minyak yang berada di Surge Tank akan dialirkan ke Filter.

D. Skim Recycle Tank


Skim Recycle Tank adalah merupakan tanki penampung
minyak yang berasal dari HIGFU, Surge Tank, Suction Tank, dan
Waste Water Tank.Minyak yang berada dalam tank ini akan
dipompakan dengan recycle pump kembali masuk ke gas boot
kemudian mengikuti proses selanjutnya.

Gambar 4.5.9 Skimming Recycle Tank

Laporan Kerja Praktek 93


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
E. Filter unit
Filter unit berfungsi sebagai media penyaring air yang berasal
dari Surge Tank yang masih mempunyai kadar minyak dan tingkat
kejernihan yang sangat rendah. Didalam filter terdapat dua media
penyaring yaitu walnut dan peacan.

Gambar 4.5.10 Filter Unit

F. Suction Tank
Merupakan tank tempat berkumpulnya air yang sudah siap
untuk diinjeksikan ke sumur injeksi dengan menggunakan injection
pump. Oil content yang masih berada didalam air akan terpisah
secara gravity sehingga minyak akan berada diatas, minyak ini akan
dialirkan kembali ke Skim Recycle Tank.

Gambar 4.5.11 Suction Tank

Laporan Kerja Praktek 94


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
G. Waste Water Tank
Merupakan tempat pengumpulan air dari sumpbox dan air dari
back wash. Air tersebut akan dipompakan ke Disposal Well dengan
menggunakan disposal pump.

Gambar 4.5.12 Waste Water Tank

H. Sump Box
Merupakan tempat penampungan air dari saluran irigasi pada
Gathering Station. Didalam Sump Box masih terdapat minyak, minyak
ini akan dipompakan kembali menuju gas boot dan akan melewati
proses selanjutnya.

I. Pit
Over flow dari masing-masing tanki yang ada di Gathering
Station akan dialirkan menuju Pit. Jika mengandung minyak akan di
alirkan menuju Gathering Station dengan weathly pump untuk
dilakukan proses pemisahan. Sedangkan air yang ada di pit akan di
transfer ke sumur disposal dengan menggunakan disposal pump.

Gambar 4.5.13 Pit

Laporan Kerja Praktek 95


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
J. Chemical Injection
Chemical injection adalah proses injeksi kimia sesuai dengan
tujuan yang kita inginkan. Jenis-jenis chemical injection yang
digunakan antara lain:
1. Reverse demulsifier berfungsi untuk memisahkan minyak dari air.
Reverse akan diinjeksikan sebelum fluida masuk ke dalam gas
boot.
2. Demulsifier berfungsi untuk memisahkan air dari minyak.
Demulsifier akan diinjeksikan sebelum fluida masuk ke gas boot.
3. Biocide berfungsi untuk mengurangi pertumbuhan bakteri yang
dapat menyebabkan korosi. Biocide akan diinjeksikan di HIGFU
dan Balance Tank.
4. Scaleinhibitor berfungsi untuk menghambat pertumbuhan
scale.Scale inhibitor akan diinjesikan di HIGFU.
5. Corrosioninhibitor berfungsi untuk menghambat terjadinya korosi.
Corrosioninhibitor akan diinjeksikan di Water Injection Well.
6. Oxygenscavenger berfungsi untuk mengurangi oksigen yang
terlarut dalam air yang dapat menyebabkan korosi.
Oxygenscavenger diinjeksikan HIGFU dan Balance Tank.
7. Surfactant berfungsi untuk membersihkan media filter unit (wallnut
dan peacan) dalam proses back wash.
8. Triple combination berfungsi untuk mengkombinasikan chemical
tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Merupakan
kombinasi oxygen scavanger, biocide, dan corrosion inhibitor,
diinjeksikan di dispossal well.

Laporan Kerja Praktek 96


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017
Gambar 4.5.14 Chemical Injection

Gathering Station Pedada dan Pusaka


Pada umumnya, gathering station merupakan tempat pengumpulan
awal minyak dan gas bumi yang telah diproduksikan dari beberapa field. Di
gathering station antara minyak, air, dan gasakan dipisahkan. Minyak yang
telah dipisahkan dari air dan gas akan di transportasikan menuju tempat
selanjutnya, gas yang tidak berguna ataupun yang beracun akan di bakar di
flare, sedangkan air akan mengalami proses lanjutan. Yaitu air akan
dibersihkan sehingga akan mencapai kriteria yang cocok untuk diinjeksikan
sebagai water flood.
Perbedaan antara Gathering Station Pedada dan Pusaka terletak pada
proses pembersihan air atau Water Cleaning Plant (WCP). Pada Gathering
Station Pedada, menggunakan HIGFU sedangkan di Pusaka menggunakan
Hydrocyclone yang memiliki fungsi yang sama.

Laporan Kerja Praktek 97


Mahasiswa/I Teknik Perminyakan UIR
01 – 15 April 2017

Anda mungkin juga menyukai