Anda di halaman 1dari 35

PHE NSB

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam yang terhampar dari
Sabang sampai Marauke, baik itu sumber daya alam yang berasal dari laut, darat maupun
yang terkandung dalam perut bumi yang terjadi akibat adanya pelapukan fosil dalam waktu
yang cukup lama. Sumber daya alam berupa minyak dan gas bumi merupakan sektor yang
menjadi penyumbang utama dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
Minyak bumi dan gas adalah sumber daya alam yang bernilai ekonomis dan memberikan
kontribusi yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Teknologi dan industri merupakan satu kesatuan yang saling memberikan
pertumbuhan oleh karena itu tidak bisa disalahkan kalau manusia terus berpacu dengan
teknologi. Seiring berjalannya waktu teknologi terus mengalami perkembangan yang sangat
pesat, baik itu teknologi komputer, perminyakan dan lainnya. Perkembangan teknologi yang
canggih dan modern mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan suatu
industri. Setiap industri tidak akan menghasilkan suatu produk yang maksimal tanpa
didukung oleh teknologi yang memadai. Meskipun setiap industri telah berusaha untuk
menghasilkan produk yang baik, tetap saja mengalami kendala dalam pengoperasian maupun
mengoperasikan mesin produksi, hal ini dapat terjadi karena faktor alam, faktor peralatan
yang digunakan, maupun faktor manusia itu sendiri.
PERTAMINA HULU ENERGI PHE NSB & PHE NSO sebagai sebuah perusahaan
berkantor pusat di Jakarta dan mempunyai cabang hampir diseluruh Indonesia. Tentu saja
untuk sebuah perusahaan yang besar mereka pasti memiliki sistem keamanan yang sangat
mutakhir dimana itu meliputi Emergency Shut Down (ESD),
Pada APO sendiri sampai saat ini masih mempunyai empat cluster yang masing–
masing Cluster masih aktif, yaitu Cluster I , Cluster II, Cluster III, dan Cluster IV. Untuk
point A merupakan tempat terminal dari gas yang di hasilkan pada setiap cluster, dimana
semua hasil setiap cluster di koodirnir artinya gas di alirkan melalui pipa ke point A. Tujuan
yaitu untuk mengetahui berapa banyak produksi gas itu sendiri, baik itu presure (tekanan),
suhu, dan komposisinya. Setelah melalui point A barulah kemudian gas tersebut dikirim ke
1
PHE NSB
PT.PAG (Perta Arun Gas) dan National Project (PT.PIM sebagai bahan baku urea) dan
(PT.KKA).

1.2 Tujuan umum


1.2.1 Tujuan Umum Praktek Kerja Lapangan (PKL)
1. Melihat, mengetahui dan memahami secara langsung penerapan ilmu yang didapat
pada bangku kuliah.
2. Mengetahui permasalahan-permasalahan yang timbul di industri serta mencari solusi
penyelesaiannya.
3. Belajar berdisiplin dan bermasyarakat sesuai dengan tuntutan dunia industriMenjalin
kerjasama yang baik antara Politeknik Negeri Lhokseumawe dengan pihak
industri/perusahaan.
4. Mengetahui akan rangkaian proses produksi yang ada pada PERTAMINA HULU
ENERGI NSB.
5. Berlatih berkerja disiplin dan bertanggung jawab sebagai seorang perkerja.
6. Mengetahui fungsi dari peralatan- pelaratan proses.
7. Dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah di dapat di PERTAMINA HULU
ENERGI NSB.

1.2.2 Tujuan Khusus Praktek Kerja Lapangan (PKL)


Menerapkan ilmu dalam penanggulangan masalah yang berhubungan dengan masalah
pada masing-masing program studi yang ada di Politeknik Negeri Lhokseumawe. Berpikir
dengan wawasan teknologi, bekerjasama dengan orang lain dari berbagai bidang keahlian dan
tingkat. Membiasakan diri bekerja secara profesional di wilayah kerja dari
perusahaan.Mengetahui dan mengenal teknologi jaringan sebagai media komunikasi.

1.3 Batasan masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dirumuskan diatas,maka yang menjadi rumusan
masalah adalah “ Menjelaskan bagaimana sistem yang terjadi di Produced Water Injection
kerja dari produced water injection dari alat D-418 ke GW-06/07.

2
PHE NSB
1.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
Tempat penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) atau disebut juga
On Job Tranining (OJT) adalah di PERTAMINA HULU ENERGI PHE NSB dan PHE NSO
Point “A”. Wilayah kerja Aceh Production Operation (APO). Tepatnya pada departemen
Central Control Room point A & Central Control Room Cluster IV PERTAMINA HULU
ENERGI. Waktu pelaksanaannya dimulai tanggal 01 Agustus dan berakhir pada 30
September 2017.

1.5 Manfaat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan(PKL)


1.5.1 Bagi mahasiswa/i
1. Memperoleh pengetahuan yang berguna bagi perwujudan kerja yang akan di
hadapi setelah selesai mengikuti studinya.
2. Memperoleh kesempatan untuk melatih keterampilan dalam melakukan pekerjaan
atau kegiatan lapangan.
3. Dapat mengetahui dan memahami berbagai macam aspek kegiatan dalam
perusahaan.
4. Dapat membandingkan teori-teori yang telah di peroleh di bangku kuliah dengan
di lapangan.

1.5.2 Bagi Politeknik Negeri Lhokseumawe.


1. Mempererat kerja sama antara perusahaan dengan Teknik Kimia prodi Teknik Kimia
Industri Politeknik Negeri Lhoksemawe.
2. Sebagai bahan masukan dari pimpinan perusahaan dalam rangka memajukan sumber
daya manusia (SDM).

1.5.3 Bagi perusahaan


1. Melihat penerapan teori-teori ilmiah yang dipraktekkan oleh
mahasiswa/mahasiswi.
2. Dapat melihat perusahaan dari sudut pandang mahasiswa/mahasiswi.
3. Sebagai bahan masukan atau usulan sebagai perbaikan perusahaan.

3
PHE NSB
1.6 Metodelogi Penulisan
Metodelologi penulisan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Studi di APO Central Control Room (CCR) dan Cluster -IV PERTAMINA HULU
ENERGI NSB.
2. Mencari bahan yang mendukung dalam penulisan baik itu di Perpustakaan, internet,
dan manual operating yang ada.
3. Bertanya langsung kepada Engineer, karyawan , dan Operator yang ada di APO CCR
dan Cluster-IV.
4. Studi langsung ke lapangan.

4
PHE NSB
BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Profil Pertamina Hulu Energi


Pertamina Hulu Energi (PHE) mengoperasikan Lapangan Arun di Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam sebagai KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama/Cooperation Contract
Contractor) bagi Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (SKKMIGAS).
PERTAMINA HULU ENERGI juga mengoperasikan South Lhoksukon A dan D, serta
lapangan gas lepas pantai North Sumatera Offshore.
PT PERTAMINA HULU ENERGI (PHE) merupakan anak perusahaan PT Pertamina
(Persero). Perusahaan ini menyelenggarakan usaha hulu di bidang minyak, gas bumi dan
energi lainnya. Melalui pengelolaan operasi dan portofolio usaha sector hulu minyak dan gas
bumi serta energi lainnya secara fleksibel, lincah dan berdaya laba tinggi, PHE mengarahkan
tujuannya menjadi perusahaan multi nasional yang terpandang di bidang energi, dan mampu
memberikan nilai tambah bagi stakeholders.
Pertamina (Persero), secara langsung kendalinya di bawah PHE. Dalam perannya sebagai
sub-holding yang membawa anak-anak perusahaan pemegang PI (Participating
Interest), PHE berbeda dibandingkan dengan anak perusahaan Pertamina lainnya.
Sedangkan di luar negeri, PHE memiliki satu anak perusahaan yaitu, PHE Australia
yang memiliki 10% license di Blok VIC/L26, VIC/L27 dan VIC L/28 BMG Australia. Di
samping itu PHE juga bekerja sama dengan mitra untuk mengelolalahan di Blok SK-305
Sarawak, Malaysia; Blok-13 di lepas pantai Laut Merah, Sudan, Blok-3 Qatar, Blok 17-3
Sabratah dan Blok 123-3 Sirte yang berlokasi di Libya.
Sebagai perusahaan induk bagi seluruh anak perusahaan pemegang PI, PHE memiliki
peranan yang besar dalam peningkatan produksi Pertamina melalui optimalisasi produksi di
lapangan yang dimiliki maupun akuisisi wilayah kerja eksplorasi dan produksi, baik di dalam
maupun di luar negeri. Bahkan, boleh disebutkan bahwa PHE merupakan satu-satunya
kendaraan PT Pertamina (Persero) yang menjalankan bisnis di luar negeri.
PHE tidak hanya bertindak sebagai pengelola portofolio bisnis, namun di lapangan,
terutama untuk luar negeri. Walau memiliki banyak anak perusahaan, bentuk organisasi PHE

5
PHE NSB
tidak bersarna munefektif, karena PHE memiliki pekerja yang mempunyai pengalaman dan
kapabilitas tinggiuntuk membuat analisis cermat serta menghasilkan keputusan tepat dalam
menjalankan bisnis .

2.2 MASUKNYA PERTAMINA HULU ENERGI


Dibawah ini tercantum mulai beroperasinya ExxonMobil di Indonesia sampai kepada
pengalihan kontrak kerja ke PT. PERTAMINA HULU ENERGI dan kemajuan-kemajuan
yang telah diperoleh di lapangan Arun Field .
1. Tahun1898 Kantor pemasaran dibuka di Indonesia.
2. Tahun 1912 Dimulainya kegiatan eksplorasi.
3. Tahun 1968 Awal operator KKS di Provinsi Aceh.
4. Tahun 1971 Penemuan Lapangan Arun.
5. Tahun 1973 Penandatanganan anak kontrak LNG pertama dengan Jepang.
6. Tahun 1977 Dimulainya kegiatan di Cluster-III Lapangan Arun.
7. Tahun 1978 Dimulainya kegiatan di Cluster-II Lapangan Arun.
8. Tahun 1981 Penandatanganan kontrak LNG kedua dengan Jepang.
9. Tahun 1982 Dimulainya kegiatan di Cluster-I Lapangan Arun.
10. Tahun 1986 Pengiriman gas pertama ke pabrik pupuk PT Pupuk Iskandar Muda.
11. Tahun 1988 Pengiriman gas pertama ke PT Kertas Kraft Aceh.
12. Tahun 2000 Exxon Mobil Oil Indonesia bergabung menjadi Exxon Mobil
Corporation.
13. Pada tanggal 1 Oktober 2015 pengalihan Operational Blok NSO (Offshore) dan B
(Onshore) dari Exxon Mobil ke PHE, dan Blok NSO dan B yang sebelumnya
masing-masing di operasikan oleh Exxon Mobil Oil Indonesia (EMOI).

2.3 Gambaran Umum Perusahaan


Perusahaan PERTAMINA HULU ENERGI yang merupakan pengalihan kontrak
kerja dari Exxon Mobil Oil Indonesia pada tanggal 1 Oktober 2015. Operator ship untuk
masing-masing blok secara penuh (100%) di pegang oleh anak perusahaan pertamina yaitu
PHE NSO dan PHE NSB. Sebelum pengalihan kontrak kerja ke PT PERTAMINA HULU
ENERGI, Mobil Oil dan Exxon Mobil telah melakukan kegiatan operasional di Lapangan

6
PHE NSB
Arun atau dikenal dengan sebutan Arun Field. Lapangan Arun mulai ditemukan pada awal
tahun 1971 melalui pengeboran awal pada sumur observasi Well A-1. Berdasarkan pada
penemuan tersebut maka dikembangkanlah pengeboran pada sumur-sumur observasi lainnya
sebelum pada akhirnya dibangun beberapa unit fasilitas produksi yang disebut dengan
Clusters Operation yang terdiri dari Cluster-I, Cluster-II, Cluster-III dan Cluster-IV. Peta dari
hasil survei yang dilakukan terhadap reservoir (tempat pengambilang gas alam) sehingga
dilakukan pembangunan tempat pengambilan gas dan hidrocarbon dapat dilihat pada gambar
2.1

Gambar 2.1 Daerah Produksi Arun Field (Sumber Perpustakaan Point A PHE NSB)

Cluster yang pertama sekali dibangun dan di fungsikan adalah Cluster-III yang mulai
dioperasikan pada bulan Mei tahun 1977. Berikutnya dibangun Cluster-II dan mulai
dioperasikan pada bulan Februari tahun 1978, selanjutnya ditambah dengan pembangunan
Cluster-I yang mulai dioperasikan pada bulan September tahun 1982 dan Cluster yang
terakhir sekali dibangun adalah Cluster-IV yang mulai dioperasikan pada bulan Juni tahun
1983. Mobil Oil Indonesia Incorporated juga membangun fasilitas pendukung lainnya seperti
Gas Injection Compressors (unit penginjeksian kembali gas alam kedalam perut bumi) dan
Power Generator (Unit Pembangkit Tenaga Listrik). Dua unit Gas Injection Compressor di
bangun di Cluster-III dan satu unit Gas Injection Compressor di bangun di Cluster-II.
Sedangkan untuk Power Generator keempat-empat unitnya di bangun di Point A dengan
kapasitas terpasang masing-masing unit Power Generator adalah 4,4 mega watt.

7
PHE NSB
Untuk memenuhi suplai gas kepada konsumen yang telah mengikat kontrak
pembelian dengan Pemerintah Republik Indonesia maka di adakan lah penambahan dua unit
fasilitas produksi lainnya yaitu Operasi daerah terpencil atau disebut dengan Remote Area
Operation(South Lhoksukon-Pase) dan operasi lepas pantai yang disebut dengan North
Sumatera Offshore Operation (NSO-Offshore).
Operasi daerah terpencil atau Remote Area Operation yang dikenal dengan sebutan
South Lhoksukon Pase Operation di bangun di daerah Seureuke, Kecamatan Langkahan
Kabupaten Aceh Utara Nanggroe Aceh Darussalam berjarak 35 kilometer dari Kantor Induk
yang berlokasi di Point A dan mulai dioperasikan pada bulan Desember tahun 1996.
Operasi lepas pantai atau North Sumatera Offshore Operation di bangun di laut lepas
yang berjarak 100 KM laut dari bibir pantai Lhokseumawe ke arah utara pulau Sumatera dan
mulai dioperasikan pada bulan Juli tahun 1999.
Semua fasilitas produksi PERTAMINA HULU ENERGI (PHE) pada saat ini tidak
lagi beroperasi pada kapasitas maximum seiring dengan berkurangnya cadangan gas alam
yang ada dalam perut bumi atau dikenal dengan sebutan Hydrocarbon Reservoir. Hal ini
terlihat dari menurunnya volume produksi pada setiap Cluster Operation termasuk dari
remote area South Lhoksukon Pase Operation.

2.3.1 Point A

Point A merupakan kantor utama PT.PERTAMINA HULU ENERGI NSB yang


bertanggung jawab atas semua area lapangan produksi yang memiliki Production Control
Room,main Office Utility Building,tempat ibadah,Power Plan,Laboratorium,Mesh hall dan
lain sebagainya.

CCR mempunyai kepanjangan dari Central Control Room yang dimaksudkan disini
adalah yang berkaitan dengan proses produksi,fungsi dari CCR adalah mengontrol semua
aktivitas yang terjadi disebuah lapangan yang dioperasikan. Adapun tempat yang dioperasi
kan di POINT A adalah power Plan dan Scrapper Trap Area. Umumnya CCR mengontrol
Flow,Pressure,Level dan Temperature agar proses berjalan dengan normal.

8
PHE NSB
2.3.1.1 Scrapper Trap Area

Scrapper Trap area merupakan suatu area yan berfungsi untuk melakukan proses:

 Metering
 Pigging
 Gas fuel for Power Gas Turbine
o Metering
Proses pengukuran gas dan condensate yang dihasilkan dari semua cluster yang
dimana proses metering tersebut berlokasi di Srapper Trap Area proses di Point A.
Proses metering gas menggunakan alat ukur yang disebut Orifice Plate.
o Pigging
Pigging adalah aktifitas pembersihan bagian dalam pipa dari kotoran atau material
yang dianggap bisa menghambat laju fluida atau merusak bagian dalam pipa dengan
cara scrap atau swab dengan menggunakan pig . Pig merupakan sebuah istilah yang
berasal dari U.S yang berarti Pipeline Intergrity Gathering. Untuk pipeline PIG
Condensate dilauncher dan direceiver dari pipa 42 inci sedangkan untuk pipelina PIG
fluida gas berukuran 16 inci.
o Fuel Gas for Power Gas Turbine
Proses yang mengalirka bahan bakar yang digunakan oleh Power Gas Turbine (PGT).
Sebelum bahan bakar di supply ke power Gas Turbine bahan bakar diproses terlebih
dahulu karena bahan bakar dari prose scrapper Trap area mungkin masih ada liquid
yang terikut dalam bahan bakar(gas) yang dapat menyebabkan kerusakn pada turbine
seperti terjadinya perkaratan pada komponen-komponen turbine dan pembakaran
menjadi tidak sempurna.

2.3.1.2 Utility Building


Utility Building merupakan suatu area yang berfungsi untuk melakukan proses:
 Fire And Water System
 Instrument Air compressor
 Produced Water System
o Fire And Water System

9
PHE NSB
Fire and water system merupakan sistem yang berfungsi sebagai water supply ke
seluruh area kerja di Point A apabila terjadi kejadian seperti kebakaran dan lain-lain.
Air yang digunakan untuk mensupply ke seluruh area kerja tersebut dihasilkan dari
sumur air yang terdapat di Point A dan juga hasil pemisahan dari Cluster yang
memproduksi air yang langsung di transfer ke point A untuk diproses kembali
sehingga layak untuk digunakan.
o Instrument Air Compressor
Air Instrument Compresssor merupakan proses untuk menghasilkan udara
yang digunakan untuk seluruh peralatan instrumentasi yang menggunakan sistem
pneumatic sebagai tenaga penggerak dan kebutuhan utility .
Instrument air adalah sebagai tenaga pneumatic yang disupply untuk
peralatan-peralatan instrument seperti valve dan lain-lain.
Utility air adalah suatu unit yang berfungsi sebagai air supplier(penyuplai
udara) untuk keperluan sehari-hari di pabrik untuk keperluan maintanance,mechanical
dan lain-lain.
o Produced Water System
Produce water system adalah istilah yang digunakan di industri migas yang
merupakan sistem yang memproses air yang digunakan untuk kebutuhan disekitar
area. Air yang diambil dari well point A dan dari hasil sisa pengolahan dari Cluster
akan diproses di Treatment Water System sebelum didistribusikan keseluruhan area
kerja agar layak digunakan.
o Power Plant Area
Power Plant area merupakan suatu area yang berfungsi untuk melakukan proses:
 Power Distribution
Secara ringkas Power Plant Area merupakan pembangkit tenaga listrik dengan
memanfaatkan equipment power gas turbin yang berfungsi menggerakkan
generator untuk menghasilkan tenaga listrik. Tenaga listrik yang berfungsi
menggerakkan generator untuk menghasilkan tenaga listrik.

10
PHE NSB
2.3.2 Cluster IV
Cluster IV merupakan suatu lapangan produksi minyak dan gas bumi yang bergerak
dibidang eksploitasi dan eksplorasi. Eksplorasi merupakan kegiatan untuk mencari minyak
dan gas bumi didalam perut bumi melalui teknologi survey pencitraan bawah tanah,eksplorasi
mencakup penyelidikan atas wilayah atau lokasi yang diperkirakan mengandung mineral
berharga tersebut, proses eksplorasi jauh lebih mudah karena banyak cadangan migas yang
letaknya sangat dekat ke permukaan bumi bahkan ada yang merembes ke permukaan tanah.
Obyek kegiatan eksplorasi adalah suatu tempat di dalam bumi yang disebut reservoir yaitu
wadah tempat minyak dan gas.kegiatan eksplorasi bisa diteruskan ke tahap produksi apabila
hasil uji kandungan lapisan sumur (well test) yang ditemukan akan mampu mengalirkan
minyak atau dalam jumlah yang memadai artinya secara ekonomi akan menguntungkan,
setelah tahap eksplorasi proses industri hulu migas berlanjut ke tahap produksi atau disebut
eksploitasi.eksploitasi merupakan kegiatan untuk mengambil minyak atau gas dari dalam
perut bumi untuk kemanfaatan ekonomi,tahap ini disebut juga tahap “menuai hasil” setelah
melalui tahap krisis itu kegagalan di tahap eksplorasi.untuk produksi minyak mengalirkan
migas dari permukaaan reservoir ke permukaan tanah pada awal produksi umumnya dapat
dilakukan tanpa alat bantu, hal ini disebabkan tekanan reservoar masih sangat tinggi sehingga
minyak atau gas dari reservoir akan terangkat ke permukaan dengan sendirinya yang disebut
natural flowing. Namun disaat tekanan reservoir semakin menurun diperlukan teknologi
tambahan untuk mengeksploitasi kandungan minyak bumi tersebut.

Dibawah ini merupakan penjelasan kegiatan eksploitasi yang ada dilapangan produksi
Cluster IV PT.Pertamina Hulu Energy. Proses lapangan produksi PT.Pertamina Hulu Energi
khususnya cluster IV meliputi pendingin gas,proses pemisahan/separasi gas dan proses
pengeringan gas (Dehydration) untuk mengurangi kadar liquid yang terkandung didalam gas.

2.3.2.1 Proses Pendinginan Gas

Merupakan proses untuk mendekati dew point/nilai pengembunan untuk mendapatkan


ethane dan hydrocarbon yang lebih berat sebagai condensate yang lebih banyak yang
bertujuan untuk mengkondensasikan gas atau perubahan wujud benda ke wujud yang lebih
padat, seperti gas (uap) menjadi cairan. Kondensasi terjadi ketika uap didinginkan menjadi
cairan, tetapi dapat juga terjadi bila sebuah uap dikompresi (tekanan ditinggikan) menjadi

11
PHE NSB
cairan, atau mengalami kombinasi dari pendinginan dan kompresi. Cairan yang telah
terkondensasi dari uap di sebut condensate. Sebuah alat yang digunakan untuk
mengkondensasi uap menjadi cairan disebut cooler/condenser, cooler pada umumnya adalah
sebuah equipment pendingin fluida dengan media air atau udara dengan bantuan fan yang
diciptakan untuk berbagai tujuan,memiliki rancangan yang bervariasi dan banyak ukurannya.

Gas dari wellhead masuk ke header kemudian diturunkan tekanannya melalui


wellstream cooler dan memasuki production separator. Hidrokarbon yang terkondensasi dari
gas,dipisahkan di production separator.

2.3.2.2 Proses Pemisahan/separasi

Adalah proses untuk memisahakan hidrokarbon yang mana pemisahan ini dipisahkan
di production separator. Secara umum separator berfungsi untuk memisahkan dua atau tiga
phase, sedangkan di Cluster IV sendiri hanya memisah fluida produksi menjadi dua phase
yaitu gas dan liquid.

Supaya pemisahan lebih sempurna maka sebuah separator harus :

1. Mengontrol dan mengarahkan aliran fluida-fluida yang masuk pada saat memasuki
separator.
2. Memiliki residence time (waktu tinggal) yang cukup lama.
3. Meminimalkan terjadi turbulensi gas dan menurunkan kecepatan gas.
4. Mencegah terjadinya pencampuran kembali gas,air dan minyak.
5. Adanya Pressure Control yang memadai untuk outlet gas.
6. Adanya Level Control yang memadai.
7. Memiliki peralatan pengaman jika terjadi Over Pressure.
8. Memiliki alat-alat visual untuk pemeriksaan kondisi-kondisi operasi.
Gas yang telah dipisahkan dari production separator memasuki proses low pressure
Dehydration facilities untuk dihilangkan kandungan liquidnya kemudian di naikkan pressure
dan kembali memasuki proses High Pressure Dehydration facilities sebelum di jual.

12
PHE NSB
2.3.2.3 Proses Dehydration

Cairan dan uap yang dikandung oleh gas alam yang di produksikan dari reservoir
harus di pisahakan agar memenuhi syarat lebih kecil dari 2 – 4 lb/MMSCF.

Jika produksi gas kandungan airnya lebih besar dari syarat maka harus di lakukan
proses lebih dahulu sebelum dijual,dibakar sebagai bahan bakar dan dikirim ke konsumen,
tujuan proses ini adalah :

1. Mencegah terjadinya hydrate dalam pipa transmisi.


2. Menyesuaikan syarat kontrak yang telah ditetapkan.
3. Mencegah korosi dalam pipa.
4. Mencegah terjadinya pembekuan pada proses pendinginan.
Dehydration adalah proses pengolahan gas alam untuk mengurangi dan mengeluarkan
kandungan air. Teknik dehydration terdiri dari :
1. Absorbtion menggunakan liquid desiccant (desikan cair)
2. Adsorption menggunakan solid desiccant (desikan padat)
3. Dehydration dengan menggunakan pendingin.

Sedangkan di Cluster IV sendiri untuk proses dehydrationnya menggunakan pendingin


yang memanfaatkan gas propane untuk menurunkan suhu gas supaya liquid terlepas dari gas.

Berikut pada gambar 2.2 ditunjukkan peta alur pengaliran gas asalm kering dari setiap
lokasi fasilitas produksi di daerah operasi APO yang bermuara ke kilang PT.PAG Blang
Lancang Lhokseumawe,dan dapat dilihat pada gambar 2.2.

13
PHE NSB

Gambar 2.2 Alur aliran gas alam kering dari sumber produksi ke kilang PT.PAG (Sumber
Perpustakaan Point A PHE NSB)

2.3.3 Organisasi Perusahaan dan Tenaga Kerja.


Untuk dapat mencapai efisiensi dan produktifitas kerja yang tinggi sebagaimana yang
harapkan oleh perusahaan, maka pengelolaan sumber daya manusia harus dilakukan secara
optimal sehingga mampu memberikan hasil yang maksimal untuk mencapai target produksi
yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

2.3.4 Struktur Organisasi Perusahaan


Berdasarkan struktur organisasi yang ada sekarang, maka perincian tenaga kerja pada
perusahaan Pertamina Hulu Energi adalah sebagai berikut :
Aceh Production Operation Manager Field Manager, membawahi 4 divisi yang terdiri
dari Operation Superintendent (OP.Supt), Maintenance Superintendent, SCM
Superintendent, dan Security Superintendent.
Dari setiap divisi–visi tersebut membawahi beberapa Senior Supervisor dan setiap
Senior Supervisor membawahi beberapa Supervisor dan dari setiap Supervisor membawahi
beberapa tenaga Teknisi atau Operator lapangan.
Tenaga kerja bantuan harian juga dipekerjakan pada beberapa bagian Departemen
Operasi dan Departemen Pemeliharaan untuk membantu tenaga kerja ahli dalam
14
PHE NSB
menyelesaikan tugas sehari–hari. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja
dalam jumlah yang cukup untuk menyelesaikan tugas-tugas penting dan urgensinya tinggi
bagi kelangsungan hidup fasilitas proses operasi pada bagian produksi.
Skema Organisasi Perusahaan pada Perusahan PERTAMINA HULU ENERGI (PHE
NSB) & (PHE NSO) di Aceh Production Operation Lapangan Arun (Arun Field), dapat
dilihat pada gambar 2.3 sampai 2.7

2.3.4.1 Departemen Produksi

APO Field Manager

APO Asset Arun Sls & ERT NSO Offshore Field


Coordinator Senior Supervisor Point A & Senior Maintenance
Supervisor Superintendent

Operasional Shift Operasional Shift APO CCR Shift


Supervisor Arun, Supervisor NSO Leader & Lab.
SLS&ERT Offshore

Gambar 2.3 Top Departemen Produksi (Sumber Perpustakaan Point A PHE NSB)

15
PHE NSB
2.3.4.2 Departemen Maintenance

Machinery
Maintenance &
Reability

Gambar 2.4 Departemen Maintenance ( Sumber Perpustakaan Point A PHE NSB)

2.3.4.3 Departemen SCM

Field SCM
Superintendent

Ground Field Service & Camp & Catering Warehouse


Transport Marine Base Coordinator Officer
Coordinator

Gambar 2.5 Departemen SCM (Sumber Perpustakaan Point A PHE NSB)

2.3.4.4 Departemen Security

Security
Superintendent

Administrator APO Specialist

16
PHE NSB
Gambar 2.6 DepartemenSecurity(Sumber Perpustakaan Point A PHE NSB)

2.3.4.5 Departemen (ICT)

Gambar 2.7 Departemen (ICT) (Sumber Perpustakaan Point A PHE NSB)

Berdasarkan kepada status ketenagakerjaan maka pegawai perusahaan di PERTAMINA


HULU ENERGI Indonesia dibagi menjadi 2 kategori yaitu, Pegawai Reguler dan Pegawai
Sub-Kontraktor dengan komposisi sebagai berikut:

1. Pegawai Reguler di APO : 113 orang


2. Pegawai Sub-Kontraktor di APO : 524 orang

2.4 Keselamatan Kerja


Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.1 tahun 1970, maka Perusahaan
PERTAMINA HULU ENERGI (PHE) menerapkan suatu kebijakan keselamatan kerja
dengan tujuan untuk mencapai Zero Acident and No Body Get Hurt, dengan cara memberikan
pelatihan yang sangat memadai kepada setiap pegawai sesuai dengan kebutuhan masing–
masing pegawai tersebut. Pelatihan serupa juga diberikan kepada pegawai sub-kontraktor
yang mempunyai perjanjian ikatan kerja waktu tertentu dengan Perusahaan PERTAMINA
HULU ENERGI NSB, hal ini dilakukan untuk memaksimalisasi pencegahan terhadap
kecelakaan kerja baik di lingkungan perusahaan maupun diluar jam kerja.
Alat pelindung diri yang sesuai diwajibkan untuk dipakai oleh setiap pegawai pada
saat melakukan aktifitas kerja di lapangan. Alat pelindung diri seperti sepatu pengaman kaki
(safety shoes), baju terusan penolak api (fire retardance coverall), topi pengaman kepala
(safety hard head), kaca mata pengaman (safety glasses) dan sarung tangan (glove) adalah
17
PHE NSB
kebutuhan perlindungan yang sangat minimum yang harus dipakai oleh setiap pegawai /
karyawan saat melakukan aktifitas. Pegawai bahkan akan mendapat teguran dari atasannya
apabila kedapatan tidak menggunakan alat pelindung diri yang lengkap dan sesuai dengan
yang dibutuhkan pada saat bekerja.
Para perkerja juga harus membuat permit kerja, karena dalam permit itu para pekerja
bisa mendapatkan izin kerja dan bisa melakukan pekerjaan di lapangan ini juga termasuk
dalam Safety khusus untuk pekerjaan bagi para pekerja.
Tujuan dari Kesehatan Dan Keselamatan Kerja :

1. Tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja selalu dalam
keadaan selamat den sehat.
2. Peralatan dapat dipergunakan dengan aman dan efisien.
3. Proses produksi dapat berjalan dengan lancar sehingga dapat menghasilkan hasil yang
aman.
4. Agar lingkungan kerja dapat diperlihara dengan aman.
5. Sebagai alat kerja dapat diperlihara dengan aman
6. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya.

2.5 Kegiatan Pertamina Hulu Energi di Indonesia


Saat ini PERTAMINA HULU ENERGI memiliki 43 di seluruh Indonesia :

Gambar 2.8 Peta Kegiatan Pertamina Hulu Energi (Sumber


Perpustakaan Point A PHE NSB)

18
PHE NSB
2.5.1 Aceh Production Operation PHE NSB dan PHE NSO
PERTAMINA HULU ENERGI mengoperasikan Ladang Arun di Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam sebagai Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) bagi Satuan Kerja
Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKKMIGAS). Afiliasi
PERTAMINA HULU ENERGI Indonesia juga mengoperasikan lapangan South Lhoksukon
A dan D, selain di North Sumatera Offshore (NSO) yang merupakan ladang gas lepas-pantai
di Sumatera Utara. Gas dari Arun field ini di kirimkan kefasilitas PT.PAG Natural Gas
Liquefaction (NGL), kemudian gas ini diproses menjadi gas alam cair (liquid natural gas),
atau “LNG”. Pertamina Hulu Energi juga telah memasok gas kepada pabrik pupuk local dan
pabrik kertas. Pada puncaknya, Ladang Arun memproduksi sekitar 3,4 MMSCFD (1994) dan
sekitar 130.000 barrel kondensat per hari (1989).

19
PHE NSB
BAB III
FASILITAS OPERASI

Pada Aceh Production Operation (APO) proses-proses yang terjadi mulai dari
pengambilan gas sampai dengan proses dimana gas tersebut telah siap untuk dikirim ke point
“A” yaitu dapat dilihat pada gambar 3.1 yaitu aliran diagram proses di Aceh Production
Operation (APO) dan unit Fasilitas Operasi dan sarana Penduduknya,seperti pada gambar
berikut, ,

Gambar 3.1 Aliran diagram proses di Aceh Production Operation (APO)

3.1 Sumur Produksi

Disetiap Cluster pada Arun Field banyaknya sumur yang masih beroperasi berbeda-
beda , Cluster-I jumlah sumur keseluruhan 21 buah sumur, dan sekarang masih berproduksi
7 sumur (4 sumur online dan 3 sumur cycling), Cluster-II jumlah sumur keseluruhan 21 buah

20
PHE NSB
sumur , yang masih berproduksi 10 sumur (8 sumur online 2 sumur shut in to cycling) ,
ceased flow 10 sumur dan yang tidak berproduksi lagi saat ini (abandon) yaitu 1 buah sumur
, Cluster III jumlah sumur keseluruhan 20 buah sumur , yang masih berproduksi 15 sumur ,
ceased flow 3 sumur dan yang sudah tidak berproduksi lagi saat ini (abandon) yaitu 2 buah
sumur , dan yang terakhir yaitu Cluster -IV jumlah sumur keseluruhan 17 buah sumur , yang
masih berproduksi 8 sumur , ceased flow 6 sumur dan dan yang tidak berproduksi lagi saat
ini (abandon) yaitu 3 sumur. Untuk setiap sumur yang tidak lagi beroperasi disebabkan
karena sumber gas alam ada pada cadangan produksi sumur tersebut sudah tidak mampu lagi
untuk keluar yang disebabkan oleh tekanan yang lebih rendah dari tekanan rata-rata,sumur -
sumur produksi yang lain dan juga cadangan gas alam yang ada pada sumur tersebut sudah
tidak bisa di produksikan.
Di arun field terdapat dua jenis well ada yang Single Loop dengan tekanan 5000 psig
dan ada Double Loop dengan tekanan 10.000 psig. Pada saat gas alam masih melimpah dan
tekanan masih sangat tinggi digunakan well Double Loop, yang tujuanya adalah supaya pipa
pada aliran well tersebut seimbang , dan tidak mengalami goncangan , dan pada saat
sekarang dengan kondisi gas yang semakin menipis, digunakan yang Single Loop , karena
tekanan sudah tidak tinggi lagi , dan yang Double Loop masih digunakan. Pada Cluster-IV
gas alam yang keluar dari setiap sumur produksi di alirkan melalui pipa gas ukuran 8 inci ke
pipa pengumpulan induk gas alam yang berukuran 30 inci sebelum memasuki pendinginan
gas alam yang disebut dengan inlet well stream cooler, hal ini dilakukan untuk memudahkan
pengumpulan gas alam dari semua sumber sumur produksi sebelum di alirkan ke fasilitas
pendigin gas alam. Berikut ini adalah gambar dari proses yang terjadi pada train 1 well
stream coller dan dapat di lihat pada gambar 3.2

21
PHE NSB

Gambar 3.2 flow gas dari wellhead menuju wellstream cooler

Berikut ini adalah gambaran kondisi sumur produksi yang digunakan di fasilitas
produksi yang ada pada Cluster-IV, seperti terlihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.3 Tipikal sumur produksi Cluster-IV

22
PHE NSB
Di setiap sumur produksi, terdapat satu buah katup induk utama atau disebut dengan
master valve -1 (MV-1), kemudian di susul dengan 1 buah katup pendamping katup induk
utama disebut dengan master Valve-2 (MV-2) berikutnya disusul dengan katup pengaman
pertama disebut dengan safety valve -1 (SV-1) dan pada puncak sumur produksi terdapat 1
buah katup pelepasan gas pada saat aktivitas perbaikan sumur produksi yang disebut dengan
crown valve digunakan untuk menambahkan pengamanan ganda apabila terjadi kebocoran
pada pipa gas basah.
Semua katup yang terpasang pada sumur-sumur produksi di operasikan dengan
menggunakan fasilitas udara bertekanan dan minyak hidraulic yang dibantu oleh sistem
elektrik (Elektrik Power Supply) sehingga katup-katup ada pada sumur produksi dapat di
operasikan secara local atau secara jarak jauh (remote) kecuali katup induk utama yang
disebut dengan Master Valve-1 (MV-1) yang hanya dapat dioperasikan secara manual. Katup
induk utama ini di operasikan secara outomatic untuk menghindari kegagalan operasional
pada saat tidak sedianya fasilitas bantu operasi seperti udara bertekanan , minyak hidrolic
atau sistem elektrik. Hal ini dilakukan untuk memberikan pengaman yang cukup kepada
sumur produksi dan menghindari sekecil mungkin kegagalan operasi yang bisa berakibat fatal
kepada sumur produksi itu sendiri atau kepada para operatornya saat melakukan inspeksi ke
setiap sumur pada setiap saat yang telah dijadwalkan.
Sumur-sumur produksi di bordengan kedalaman yang bervariasi rata-rata kedalaman
dari pada semua sumur produksi adalah 10.000 kaki, ada yang di bor vertikal dan ada juga di
bor hrizontal. Setiap sumur produksi di pasang alat pencegah ledakan sumur tiba-tiba atau di
sebut dengan well blow-outpreventer (BOP). Pemasangan ini dilakukan untuk menghindari
terulang kembali kejadian yang menimpa sumur produksi Arun Operation pada tahun 1987
dulu .
Di setiap sumur produksi juga di pasang alat pemantau tekanan gas yang disebut
dengan pressure gauge dan alat pemantau suhu yang disebut dengan Temperature gauge.
Kedua alat ini di pantau secara terjadwal untuk mengetahui sedini mungkin apabila terjadi
perubahan tekanan atau suhu sumur produksi yang tidak bisa ditoleril. Untuk keperluan
pemantauan jarak jauh disetiap sumur dipakai juga alat pemantau tekanan jarak jauh disebut
juga presure transmiter. Kedua alat ini di pantau melalui ruang monitor operasi di ruang
Control Room Cluster -IV.

23
PHE NSB
Fasilitas pendukung lainnya yang ada pada sumur produksi adalah panel, alat bantu
produksi secara lokal atau disebut dengan local panel. Lokal panel tersebut dilengkapi 3 buah
tangki minyak hidrolik yang bertekanan rata-rata 3000 psig untuk alat bantu untuk
mengoprasikan katup-katup sumur produksi.
Untuk menghindari efek pencemaran lingkungan dengan sebab tetesan gas cair yang
keluar dari setiap penyambungan pipa atau saluran sambung lainnya yang gagal, maka pada
setiap sumur produksi dilengkapi dengan bak penampungan cairan yang terkontakminasi atau
disebut well cellar. Bak ini akan di kosongkan secara terjadwal apabila permukaan cairan
terkumpul dalam bak tersebut sudah mencapai permukaan yang tidak dapat ditolerirkan lagi.
Cairan ini diangkat dengan mobil pengangkut cairan kotor (Vacum Truck) ke tempat
perjernihan air limbah atau disebut dengan water treatmend plant.
Apabila ada keadaan darurat, maka sumur-sumur produksi yang ada di Cluster-IV
dapat ditutup secara automatic dengan menggunakan fasilitas remote control atau penutupan
sumur-sumur dalam keadaan darurat yang disebut dengan emergency shut down (ESD)
system. Tombol emergency shut down system di pasang di ruang monitor Cluster-IV, untuk
menutupkan sumur-sumur produksi di Cluster-IV dan juga satu buah tombol Emergency Shut
Down System dipasang dilokasi South Lhoksukon-D untuk menutup sumur-sumur produksi
yang ada di South Lhoksukon Cluster-D. Tombol Emergency Shut Down System yang di
pasang di lokasi Cluster-IV dioperasikan oleh petugas yang mengawasi Cluster-IV hanya
apabila di perlukan dan pengoperasianya harus atas intruksi dari operator yang memonitor
operasi di ruang kontrol Cluster-IV. Tombol-tombol Emergency Shut Down Sytstem tersebut
di operasikan menggunakan fasilitas elektronik sistem yang dikombinasikan dengan alat
bantu udara bertekanan dan minyak hidraulic. Tombol-tombol Emergency Shut Down
Sytstem tersebut dapat berkerja secara automatic dan manual. Untuk menutup sumur-sumur
produksi secara darurat, maka operator yang ada di South Lhoksukon Cluster bisa langsung
menekan tombol Emergency Shut Down Sytstem yang ada di tempat tersebut sesuai
kebutuhan, sekaligus secara keseluruhan tergantung bagaimana kebutuhan Emergency
tersebut. Tombol Emergency Shut Down Sytstem tersebut akan berkerja secara automatic
apabila hal-hal seperti yang tersebut dibawah ini terpenuhi yaitu:
- Hilangnya arus listrik yaitu 125 Volt DC power.
- Berkurangnya tekanan udara dari 110 psig sampai ke 70 psig.
- Berkurangnya tekanan minyak hidrolic dari 3000 psig sampai ke 1500 psig.
24
PHE NSB
- Terjadi peledakan pipa gas yang mengakibatkan berkurangnya tekanan gas dalam
pipa pada batas yang telah ditentukan.
Skema dibawah ini adalah gambaran sederhana cara kerja kombinasi antara minyak
hidraulic (Hydraulic Oil), udara bertekanan (Air Supply) dan tenaga elektrik arus
lemah (Elecetric Power Supply) 125 Volt DC dalam mengoperasikan katup-katup
yang ada pada semua sumur produksi dan dapat dilihat pada gambar 3.4 berikut ini :

KatupUtama Hydraulic
Quick
Dump Hydraulic
Valve Supply Line

Air Supply Line

Solenoid Electric power


Valve supply

Gambar 3.4 Schematic Drawing of Hydraulic Valve Operation

3.2 Fasilitas Pendinginan Gas alam


Gas basah dari sumur-sumur produksi, baik yang di Cluster-IV maupun di Cluster-Cluster
lain dikumpulkan kedalam satu pipa penampung induk masukan gas basah yang disebut
dengan inlet well stream cooler header. Fasilitas proses di Cluster-IV di bagi kepada dua
jalur aliran atau disebut dengan train yaitu proses train-1 dan proses train-2. Pembagian ini
dimulai semenjak gas basah memasuki inlet well stream cooler header. Ukuran pipa gas inlet
well stream cooler header masing-masing adalah 16 inci dan panjang keseluruhnya 50 meter.
Gas basah yang terkumpul dalam pipa ini kemudian dengan cara berkesinambungan di
alirkan ke fasilitas pendinginan gas basah yang disebut dengan Wellsteam Cooler Train-1 dan
Wellstream Cooler Train-2. Gas basah yang keluar dari fasilitas pendinginan kemudian di
alirkan ke dalam fasilitas pemisahan gas, minyak kondensat dan air yang disebut dengan
condensat and water separator.

25
PHE NSB
Fasilitas pendinginan gas basah atau yang disebut dengan Wellstream Cooler di lengkapi
dengan beberapa komponen penunjang lainnya seperti berikut:
- Motor listrik atau disebut dengan Elektric Motor.
- Pipa pendingin atau disebut dengan Cooler tube.
- Pipa penyalur masukan atau disebut inletriser.
- Pipa penyalur keluaran atau disebut outletriser.
- Pipa pengumpulan masukan atau disebut inlet wellstream header.
- Sudu-sudu pendingin atau disebut dengan fin-fan cooler.
- Kipas pendinginan disebut dengan cooler fan.
Proses kerja pendinginan gas basah adalah gas basah yang terkumpul di dalam inlet
well stream header masing-masing train di alirkan melalui pipa inlet riser yang berukuran 6
inci kedalam cooler tube yang berukuran 1-1/4 inci didinginkan dengan menggunakan kipas
cooler fan yang berukuran 4 meter untuk menurunkan suhu gas basah tersebut dari suhu rata-
rata 235 °F ke suhu rata-rata 110 °F (suhu dulu ). Suhu Current rata-rata 170°F ke suhu rata-
rata 96°F. Dikarenakan kondisi sekarang tekanan gas sudah rendah maka temperature pun
menurun.

3.3 Fasilitas Pemisahan Gas, Minyak Kondensat dan Air (Production Separator)

Gas yang keluar dari sistem pendinginan gas basah dari masing – masing train
memasuki unit pemisahan gas atau disebut juga dengan Three Phase Separator (D-416),
untuk kemudian dengan menggunakan fasilitas pemisahan gas basah dan cairan, gas tersebut
dipisahkan menjadi tiga klasifikasi pokok yaitu gas kering (dry gas), minyak kondensat
(condensate) dan air ikutan produksi (produced water). Proses pemisahan ini mengacu pada
sistem pemisahan secara grafitasi yaitu cairan yang massa jenisnya lebih berat seperti air
akan turun ke lapisan separator yang paling bawah sedangkan yang massa jenisnya lebih
ringan seperti minyak kondensat akan terapung di separator bagian tengah dan gas yang
massa jenisnya lebih ringan diantara air dan minyak kondensat akan naik dengan sendirinya
ke permukaan separator yang paling atas dan dengan mudah dialirkan ke fasilitas proses
selanjutnya.

Pemisahan akan lebih sempurna apabila kondisi suhu dan tekanannya berada pada
posisi yang stabil yaitu tidak fluktuative atau berubah-ubah selama proses pemisahan tersebut
26
PHE NSB
terjadi. Berikut ini adalah typical dari alat pemisahan yang digunakan pada cluster IV, dapat
dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 3.5 Tipikal Produksi Separator Cluster-IV

3.4 Unit Pendinginan Gas (Propane Chiller)


Gas kering yang keluar dari unit pemisahan dan telah terpisah dari cairan atau liquid
lainnya dari masing-masing train belum sempurna kering dan suhunya perlu diturunkan
dahulu tampa menurunkan tekanannya, sebelum memasuki fasilitas pendingin gas atau
disebut dengan Propane Refgeration System dari masing-masing train yang terdiri dari
beberapa fasilitas yaitu, Scrubber (D-4504 dan D-4505), Booster Compresor (K-4504dan K-
4505), Condenser (E-4504 dan E-4505), Accumulator (D-4507),Propane Chiller (E-4501 dan
E-4502).
Gas yang keluar dari unit pemisahan atau separation unit dari masing-masing train
tersebut dialirkan ke dehydration Low Pressure Unit (E-418) untuk penurunan tekanan
setelah penerapan pada Production Separator. Kemudian gas kering yang telah tersaring
impuritis tersebut dialirkan ke unit High Presurre Dehidration Unit, kemudian di alirkan ke
propane Refrigeration atau unit pertemuan awal antara gas kering dengan Propana . Gas

27
PHE NSB
masuk kedalam Propane Chiller dimana terjadi kontak antara propane dan Gas yang terjadi
diantara Tube (gas) and Shell (Propane). Uap air yang ada setelah proses pendinginan karena
gas terjadi kondensasi dialirkan melalui pipa menuju Booster Kompresor guna menaikkan
tekanannya kembalikan ke dehydration.

3.5 Booster Kompressor

Booster compresor merupakan unik peningkatan tekanan fluida gas dari Arun
cluster dan South Lhoksukon sampai ke point “A” dan ke point” B” ( PT.PERTA ARUN
GAS). Peningkatan tekanan terjadi dengan di kompres oleh compressor LP K-4920B/K-
4930B dan HP K-4920A/K-4930A yang di gerakan oleh KGT- 4920 sehingga tekanan gas
yang rendah sekitar 30 psig menjadi tekanan yang tinggi sekitar 320 psig. Proses ini
dilakukan untuk mempercepat aliran gas.

28
PHE NSB
BAB IV

TUGAS KHUSUS

4.1 Judul Tugas Khusus

Judul yang diberikan kepada penulis saat melaksanakan kerja praktek di PT.
PERTAMINA HULU ENERGI NSB adalah: Produced Water Injection System.

4.3 Tujuan Khusus

1. Untuk menganalisa pH dan jumlah Hydrocarbon Content yang ada dalam sample
Produced Water Injection System.
2. Menghitung total air yang diinjeksi dan jumlah rata-rata ke GW-06/07 selama 1
bulan.

4.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus


Pelaksanaan Kerja Praktek di lakukan di PT.Pertamina Hulu Energi(NSB)Lhoksukon,
Aceh Utara dimulai sejak tanggal 01 Agustus s/d 30 September Penulis tempatkan di CCR
Point- A (Central Control Room) dan Cluster IV.

4.5 Objek Tugas Khusus


Objek yang diambil pada tugas khusus ini adalah Produced Water Injection System
merupakan pengolahan air dari hasil produksi yang diinjeksi kembali ke bumi (GW-06/07).
Fasilitas Produced Water Injection terdapat di Cluster IV sedangkan sumur injeksi (GW-
06/07 ) berada jauh dari fasilitas Produced Water Injection yaitu berada di 6 km dari Cluster
IV tepatnya di Desa Paya Medru Kecamatan Pirak Timu Kab.Aceh Utara.

4.6 Metode Pelaksanaan Tugas Khusus


Metodelogi yang di lakukan selama melakukan kerja praktek adalah sebagai berikut:
1. Studi langsung dengan operator di CCR di point-A dan Cluster 4.
2. Studi langsung ke lapangan sumur gas.
3. Bertanya langsung kepada Senior Supervisor di lapangan.
4. Dan konsultasi dengan mentor.
29
PHE NSB

4.6.1 Metodelogi percobaan


Dalam menyelesaikan laporan ini, data yang di peroleh dari Central Control Room di
Cluster IV tanggal 01 Agustus 2017 sampai 30 September 2017 berdasarkan data aktual di
lapangan Cluster IV.

4.7 Landasan Teori Tentang Tugas Khusus


4.7.1 Fasilitas Operasi pada Produce Water Injection

Produksi air mengalir melalui serangkaian bejana atau tangki. Air yang dikirim ke Produced
Water bertujuan untuk membuang kandungan hidrokarbon dalam air dan memindahkan
kandungan uap sebelum dipompakan ke Produced Water Injection Fasilities di Cluster 4
kemudian air disuntikkan ke GW-06/07 oleh pompa G-423D/E/F. Pompa injeksi (G-423E)
akan berjalan selama keadaan darurat saja, jika pompa G-423D/F gagal . Pompa G-423E
akan bekerja tidak melewati alat Deoiler unit karena pelepasan tekanan kapasitasnya menjadi
lebih rendah.

4.7.1.1 Peralatan Yang Digunakan

Adapun alat-alat yang dibutuhkan dan digunakan dalam operasi ini adalah :

1. Degassing Column (F-422).


2. Depressurizing Vessel (D-411).
3. Produce Water Surge Tank(F-420).
4. Produce Water Skim Tank(F-421).
5. Condensate Recovery Pump(G-427B).
6. Produced Water Injection Pumps (G-423D/E/F).
7. Slop Tank(F-409).
8. Ex-used GW-06/07 Wells and Flow Lines
9. CIV-1/11/17 wells,Flow lines & W/S header and (CIV-15 for future) The are still not
utilized yet).
10. Chemical Injection Skid
30
PHE NSB
11. Hydro Cyclone Skid (V-451) / (Deoiler)
12. Retention Vessel(F-420A)

4.7.1.2 Sistem Pengontrolan

Pompa yang digunakan pada Produced water merupakan pengontrolan secara


Manual-OFF-Auto pengoperasian ada juga yang menggunakan metode manual. Pompa yang
digunakan pada Cluster 4 sistem pemberhentian automatis , dengan saklar tekanan High-high
dan Low-low yang berada pada jalur pelepasan pompa dan sakelar level dipasang dengan
keadaan rendah pada tangki Surge Tank F-420.

Alarm visual yang terletak di dalam ruang control dipasang untuk memantau status
operasi(Running-Motor Fault) dari setiap pompa. Semua alarm untuk saklar akan ditampilkan
pada tanda peringatan dan alaram motor pompa. Pompa akan memulai secara manual dengan
menekan tombol Push di ruang control dan kontrol pompa untuk pemberhentian secara
otomatis yang dikendalikan oleh Relay logic yang dipasang Annunciator dan relay logic pada
control panel . Aliran keluaran dari pompa dilengkapi dengan level kontrol recycle valve,
yang akan dikontrol oleh LIC-45055A dan PT-45055A pada aliran keluaran dari pompa.

Penurunan tekanan melewati De-oiler hydro-cyclone dikendalikan oleh Pressure


Indicator Control . Kinerja Deoiler dikontrol dengan perbedaan rasio tekanan (PDR) pada
kisaran 1.7-2.0 psig.

4.7.2 Deskripsi Aliran Proses

4.7.2.1 Overview

Produced Water dari Cluster 1 yang dialirkan ke production separator, kira-kira air
yang di transfer ke Cluster 2 sekitar (2000 BPD) yang dipompa oleh Liquid Handling Pump
melalui pipa berukuran 6 inci.

Penggabungan Produced Water dari Cluster 1&2 dikirim ke Cluster 3 yaitu ke alat
Condensate Water Separator (D-318) di Cluster 2 dipompa oleh liquid Handling Pump dan
dialirkan oleh Fuel gas 8 inci carbon steel pipeline. Produksi Water Transfer pump (G-
323E/D) di Cluster 3 ditransfer ke Cluster 4 (Produksi Water Injeksi) ke tangki Surge dan

31
PHE NSB
tangki Skim (F-422 & F-421) pompa transfer yang baru dipasang dengan sistem kontrolnya
berkapasitas 2500 BPD .

Produced Water Injeksi pada Cluster 4 dari penggabungan air yang dihasilkan dari
Cluster 1/2/3 dengan kapasitas 6.500 BPD ke GW 06/07 , De oiler Hydro cyclone yang baru
dipasang dibawah aliran pompa injeksi di Cluster 4 dan dirancang untuk menangkap dan
menghilangkan tetesan minyak yang relatif kecil dari aliran air . Hal ini dilakukan dalam satu
jarak lintasan dan dalam beberapa detik ke aliran air yang melewati lapisan siklon. De-oiler
Hydro Cyclone merupakan pemisahan kondensate dalam air oleh karena itu memerlukan
tekanan untuk menciptakan aliran yang menyebabkan pemisahan antara tetesan minyak dari
air . Air yang ada kandungan minyak dimasukkan pada setiap pipa dimana bentuk inlet
Tangensial memaksa campuran cairan berputar dalam keadaan aliran spiral dan sentrifugal
post .

Pada Cluster 4 terdapat liquid metering yang dipasang De-oiler hydro cyclone yang
dapat memantau air dengan kisaran 4000-7500 BPD dengan 4 diameter . Flow dapat di
pantau pada komputer diruang control yang dapat menampilkan laju alir perjam ,harian dan
laju alir kumulatif saat ini. Jadi total injeksi current dikurang dengan total injeksi kemarin.

4.7.2 RECOMENDED OPERATING RANGES ( RORs)

Berikut merupakan tabel parameter untuk pengoperasian pada sistem ini.

Normal
Low Low High High
Tag No. Low Alarm Operating High Alarm
Trip Trip
Range

PSHH-
--- --- 100 psig --- 200psig
45059A1/B1

PSLL-
50 psig --- 100 psig --- ---
45059A

32
PHE NSB
2’-0”from the 8’-0” from the
LSLL-
bottom of the --- bottom of the --- ---
45057A
tank tank

4.8 Data Pengamatan


4.8.1 Data hasil pemantauan Air Injeksi Ke Sumur Injeksi GW-06/-07 Bulan
Agustus 2017

Beban Maksimum
Debit Tekanan Injeksi
Tekanan Water
No. Waktu Injeksi Sumur (100 Psig)
Selubung Injeksi (BPD)
(16000 BPD) (Mingguan)
(Mingguan)
(Harian)
1 01-Agust 5069
2 02-Agust 6703
3 03-Agust 6379
4 04-Agust 6201
5 05-Agust 5753
6 06-Agust 5182
7 07-Agust 47 0 2514
8 08-Agust 2222
9 09-Agust 4656
10 10-Agust 3327
11 11-Agust 4737
12 12-Agust 4057
13 13-Agust 4783
14 14-Agust 50 0 5284
15 15-Agust 4055
16 16-Agust 5040
17 17-Agust 5765
18 18-Agust 6863
19 19-Agust 5408

33
PHE NSB
20 20-Agust 6147
21 21-Agust 48 0 4232
22 22-Agust 7626
23 23-Agust 3412
24 24-Agust 4705
25 25-Agust 5085
26 26-Agust 5716
27 27-Agust 5298
28 28-Agust 45 0 4243
29 29-Agust 5281
30 30-Agust 5055
31 31-Agust 6227
Rata-Rata 5.234,16

4.8.2 Hasil Analisa Sample Produced Water Injection To GW-7

Sample Date / Time 21 Agustus 2017

Sample : Produced Water

Source : Water Injection To GW-07

Test Description Unit Spesification Method Result

APHA 4500-
pH - - 6.6
H+ B

Hydrocarbon
Ppm - Volumetric 442298.0
content

34
PHE NSB

35

Anda mungkin juga menyukai