PENDAHULUAN
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 1
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
1.2.1 Tujuan Umum KKN-P
Tujuan umum pengerjaan KKN-P adalah sebagai berikut:
a. Bagi Mahasiswa
1. Sebagai mata kuliah wajib Kuliah Kerja Nyata-Praktik.
2. Mencoba mencari penyelesaian suatu masalah dari praktik kerja lapangan.
3. Menerapkan ilmu-ilmu teoritis yang selama ini didapat dari bangku kuliah
terhadap masalah yang dihadapi langsung di dunia kerja.
4. Mendapatkan pengalaman nyata dari dunia kerja dan mendapatkan pengalam
hidup dari sharing dengan para pekerja.
b. Bagi Program Studi Teknik Mein Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
1. Meningkatkan hubungan baik kerja sama dengan pelaku industri khususnya
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap.
2. Sebagai sarana untuk mengetahui kualitas pendidikan yang ada di Program
Studi Teknik Mein Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
3. Untuk mengetahui kemampuan mahasiswanya dalam mengaplikasikan ilmu
yang didapat di bangku kuliah.
c. Bagi PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
1. Terjalin hubungan yang baik dengan pihak Universitas Brawijaya terutama
Program Studi Teknik Mein Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Sebagai
pendidikan calon tenaga ahli bidang teknik yang dibutuhkan perusahaan.
2. Sebagai sarana untuk mengetahui kualitas pendidikan yang ada di Program
Studi Teknik Mein Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
3. Sebagai sarana untuk mengetahui kriteria tenaga kerja yang dibutuhkan
perusahaan.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 2
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
1.3 Manfaat KKN-P
Manfaat dari melaksanakan Kuliah Kerja Nyata-Praktik yaitu:
1. Dapat digunakan mahasiswa sebagai bekal atau dasaran setelah menyelesaikan
tingkat pendidikan di Universitas dalam memasuki dunia kerja.
2. Mengetahui dan dapat mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi sesuai
dengan tuntutan perkembangan industri.
3. Mengetahui kondisi nyata suatu perusahaan baik dari segi manajemen yang
diterapkan, kondisi fisik, teknologi yang digunakan, kinerja para karyawan serta
proses produksi di industri.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 3
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
suhu pada unit 101 s/d 108 RFCC (Residual Fludizied Catalytic Cracking) PT
Pertamina (Persero) RU IV Cilacap.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 4
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
1.8 Metode Pengumpulan Data
1. Metode Pengenalan, praktikan diharapkan mendapat materi pengenalan secara
umum tentang bagian-bagian penting pada RFCC
2. Metode pemilihan dan penganalisaan, praktikan diharapkan mencari
permasalahan sebagai tahap awal perencanaan pembuatan laporan.
3. Metode dokumen, pengumulan data dari dokumen perusahaan yang tersedia.
4. Metode wawancara, dengan menanyakan langsung kepada yang bersangkutan.
5. Metode partisipasi, praktikan terlibat langsung dan turut berpartisipasi dalam
kegiatan yang berhubungan dengan topik yang diambil.
6. Metode literatur, pengumpulan data dan penanganan dari buku-buku dan
penunjang yang lain.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 5
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
3. Karakteristik compound
4. Metode OLS dan penerapannya
5. Kekurangan dan kelebihan dari OLS
BAB IV : PEMBAHASAN
Pada Pembahasan akan membahas penyebab utama kebocoran pada
pipa-pipa OLS yang ada pada kilang RFCC dan membahas tentang
bagaimana prosedur OLS yang dilakukan PT. Pertamina (persero)
RU-IV CIlacap dengan Standar OLS yang ada.
BAB V : POKOK BAHASAN
Pada pokok bahasan ini berisikan tentang kesimpulan dan saran dari
praktik kerja selama di PT Pertamina RU-IV Cilacap
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 6
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 7
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
dan kekuatan finansialnya, maka pada tahun 1902 Royal Dutch Company, yaitu
perusahaan yang mengambil ahli konsesi Zylker, dapat menyisihkan perusahaan-
perusahaan yang ada pada waktu itu. Pada tahun 1907, Royal Dutch Company
bergabung dengan Shell Transport and Trading Company, dimana perusahaan yang
beroperasi dari kelompok Royal Dutch dan Shell di Indonesia adalah Bataafshe
Petroleum Maatschappij (B.P.M.), dan ini merupakan satu- satunya perusahaan
yang beroperasi di Indonesia sampai tahun 1911. Pada tahun 1912 Standard
Vacum Oil Company (STANVAC), suatu anak perusahaan Standard Oil (New
Jersey) dan Vacum Oil Company mulai beroperasi di Indonesia. Perusahaan
tersebut mengerjakan lapangan-lapangan minyak di Talang Akar dan Pendopo
Sumatera Selatan.
Menghadapi saingan dari Standard Oil pada tahun 1930 pemerintah kolonial
Belanda dan B.P.M, dibentuklah suatu campuran yaitu N.V. Nederlandsche
Indische Aardolie Maatschappij (N.I.A.M.) pada tahun 1935, CALTEX yaitu
sebuah anak perusahaan Standard Oil of California and Texas Company mulai
beroperasi di Indonesia, dimana lapangan produksinya terletak di Minas dan Duri
di daerah Daratan Riau. Pada tahun 1935, dibentuk perusahaan minyak bernama
Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij (N.N.G.P.M) untuk
mengeksploitasi Irian Jaya (sekarang disebut Papua) bagian barat, dengan
sahamnya dari Royal Dutch-Shell, STANVAC, dan CALTEX. Kilang minyak yang
ada sebelum perang dunia II ada 6 buah yaitu di Plaju (B.P.M), Sungai Gerong
(STANVAC), Balikpapan (B.P.M), Cepu (B.P.M), Wonokromo (B.P.M.) dan
Pangkalan Brandan (B.P.M.). Dengan berakhirnya Perang Dunia II, karena
serangan bala tentara Jepang ke Indonesia dan politik bumi hangus pemerintah
Hindia Belanda, sebagian besar instalasi- instalasi kilang minyak hancur, terutama
kilang minyak Pangkalan Brandan.
Pada saat 17 Agustus 1945, satu-satunya lapangan minyak yang dapat
dikuasai oleh pejuang-pejuang kemerdekaan Indonesia adalah lapangan minyak
sekitar Pangkalan Brandan dan daerah Aceh, bekas milik Shell-B.P.M, yang
selanjutnya merupakan perusahaan minyak Indonesia yang pertama dan diberi
nama Perusahaan Tambang Minyak Negara Republik Indonesia (P.T.M.N.R.I).
Pada tahun 1945 B.P.M. berhasil meneruskan produksi minyak mentahnya di
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 8
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
Tarakan, dan pada tahun 1946 Kilang Plaju dan Sungai Gerong dikembalikan
kepada B.P.M. dan STANVAC untuk rekonstruksi. Di Jawa Tengah B.P.M. tidak
berhasil memperoleh kembali lapangan minyak Kawengan, Ledok, dan kilang
minyak Cepu karena telah dikuasai oleh koperasi buruh minyak yang kemudian
menjadi perusahaan negara PERMIGAN.
Tahun 1950 P.T.M.N.R.I. juga belum menunjukkan usaha-usaha
pembangunannya, maka bulan April 1945 P.T.M.N.R.I diubah menjadi Tambang
Minyak Sumatera Utara (T.M.S.U). Tindakan ini ternyata juga belum ada
manfaatnya, sehingga pada tangggal 10 Desember 1957 T.M.S.U diubah menjadi
PT Perusahaan Pertambangan Minyak Nasional (PT PERMINA). Tanggal 1 Juli
1961 statusnya dirubah menjadi Perusahaan Negara Pertambangan Minyak
Nasional (PN. PERMINA) yang diatur dalam PP No.198/1961.
Penyerahan kedaulatan oleh pemerintah kolonial Belanda kepada
Republik Indonesia, maka pada tanggal 1 Januari 1959 status N.V. N.I.A.M.
dirubah menjadi PT Pertambangan Minyak Indonesia (PT PERMINDO). Untuk itu,
Pemerintah Indonesia mengeluarkan UU No. 19 Tahun 1960 tentang Perusahaan
Negara. Berdasarkan UU No. 44 Tahun 1961 tentang Pertambangan Minyak dan
Gas Bumi. dibentuk tiga perusahaan negara sektor Minyak dan Gas Bumi, yaitu :
1. PN Pertamin (Perusahaan Negara Pertambangan Minyak Indonesia)
berdasarkan PP No.3/1961.
2. PN Permina (Perusahaan Negara Pertambangan Minyak Nasional)
berdasarkan PP No.198/1961.
3. PN Permigan (Perusahaan Negara Pertambangan Minyak dan Gas Nasional)
berdasarkan PP No.199/1961
Pada tahun 1961 PN Permigan dibubarkan, semua proses produksi
diserahkan kepada PN Permina dan fasilitas pemasarannya diserahkan kepada PN
Pertamin. PN Pertamin dan PN Permina bertindak selaku kuasa pertambangan
yang usahanya meliputi bidang minyak dan gas bumi dengan kegiatan eksplorasi,
eksploitasi, pemurnian, pengolahan dan pengakutan. kedua perusahaan tersebut
digabung menjadi PN. PERTAMINA pada tahun 1968. Demi kelanjutan dan
perkembangannya, pada tanggal 15 September 1971 pemerintah mengeluarkan
UU No.8/1971 tentang PERTAMINA sebagai Pengelolaan Tunggal di Bidang
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 9
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
Minyak Dan Gas Bumi di Indonesia, sehingga pada tanggal 1 Januari 1972 PN.
PERTAMINA diubah namanya menjadi PERTAMINA.
PERTAMINA terus tumbuh dan berkembang menjadi salah satu BUMN
yang handal. Tetapi berdasarkan Undang-Undang MIGAS baru UU No.22 Tahun
2001 dan No.31 Tahun 2003, status PERTAMINA mengalami perubahan dari
Lembaga Pemerintahan Non- Departemen (LPND) menjadi Persero. Dengan
adanya perubahan status ini, PT PERTAMINA (Persero) berada di bawah
stakeholder-nya, dalam hal ini adalah pemerintah yang berperan sebagai profit
oriented. Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang MIGAS baru,
PERTAMINA tidak lagi menjadi satu-satunya perusahaan yang memonopoli
industri MIGAS dimana kegiatan usaha minyak dan gas bumi diserahkan kepada
mekanisme pasar.
Pendirian PT Pertamina (Persero) dilakukan menurut ketentuan-ketentuan
yang tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan
terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan
(Persero), dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas
Peraturan No. 12 tahun 1998 dan peralihanya berdasarkan PP No.31 Tahun 2003
Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Negara (PERTAMINA) menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO).
Berikut ini adalah kronologis sejarah berdirinya PT Pertamina :
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 10
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
PT PERMINDO berubah menjadi Perusahaan Negara
Februari 1961 Pertambangan Minyak (PN PERTAMIN) yang berfungsi
sebagai satu-satunya distributor minyak di Indonesia.
1 Juli 1961 PT PERMINA dijadikan PN PERMINA
Peleburan PN PERMINA dan PN PERTAMIN menjadi
20 Agustus 1968 Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Nasional (PN PERTAMINA)
15 September 1971 PN PERTAMINA berubah menjadi PT PERTAMINA
17 September 2003 PT PERTAMINA menjadi PT PERTAMINA (Persero)
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 11
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
d. Penunjang
Menyediakan fasilitas penunjang, contohnya adalah rumah sakit
dan perumahana. PT Pertamina (Persero) memiliki unit-unit operasi yang
tersebar diseluruh Indonesia yang meliputi beberapa operasi dan produksi,
7 unit pengolahan, 8 unit Pemasaran, dan unit yang lain. PT Pertamina
(Persero) Refinery Unit (RU) adalah salah satu unit usaha yang berada di
bawah Direktorat Pengolahan Pertamina.
Dalam pembangunan nasional, PT Pertamina (Persero) memiliki tiga
peranan penting, yaitu:
1. Menyediakan dan menjamin pemenuhan kebutuhan BBM.
2. Sebagai sumber devisa negara.
3. Menyediakan kesempatan kerja sekaligus pelaksana alih teknologi dan
pengetahuan.
Untuk memenuhi dan menjamin pemenuhan kebutuhan BBM, PT
Pertamina (Persero) membangun tujuh buah kilang di berbagai wilayah Indonesia
namun hanya mengoperasikan enam buah unit kilang dengan kapasitas total
mencapai 1.046,70 barrel. Adapun kapasitas produksi untuk masing-masing unit
pengolahan PT Pertamina (Persero), sebagai berikut:
1. RU I Pangkalan Brandan (Sumatra Utara), kapasitas 5000 barrel/hari.*
2. RU II Dumai dan Sungai Pakning (Riau), kapasitas 170.000 barrel/hari
3. RU III Plaju dan Sungai Gerong (Sumatra Selatan), kapasitas 132.500
barrel/hari.
4. RU IV Cilacap (Jawa Tengah), kapasitas 348.000 barrel/hari.
5. RU V Balikpapan (Kalimantan Timur), kapasitas 253.500 barrel/hari.
6. RU VI Balongan (Jawa Barat), kapasitas 125.000 barrel/hari.
7. RU VII Kasim (Papua Barat), kapasitas 10.000 barrel/hari
*) sejak tahun 2007 PT Pertamina (Persero) RU I Pangkalan Brandan, Sumatera
Utara yang tadinya memiliki kapasitas pengolahan sebesar 5.000 BPSD sudah tidak
beroperasi lagi dikarenakan beberapa sumur yang menjadi sumber feed sudah tidak
berproduksi.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 12
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
Gambar 2.1 Lokasi Refinery Unit PT Pertamina (Persero) di Indonesia
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 13
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
Tabel 2.2 Sejarah Kilang Pertamina Refinery Unit IV Cilacap
Tahun Proyek Tujuan
Middle East Crude
FOC I = 100 MBSD Memenuhi kebutuhan
1974-1976 LOC I = 80.000 Ton/Tahun BBM & Lube Oil Base
Asphalt = 245.000 Ton/Tahun dalam negeri.
Utilities & Offsite
Domestic Crude
Memenuhi pertumbuhan
FOC II = 200 MBSD
kebutuhan BBM, LPG,
1981-1983 LOC II = 175.000 Ton/Tahun
Lube Base dan Asphalt
Asphalt = 550.000 Ton/Tahun
dalam negeri.
Utilities & Offsite
Memenuhi kebutuhan
Naphtha dari FOC II
Paraxylene & Benzene
1988-1990 Paraxylene = 270.000
dalam negeri dan luar
Benzene = 120.000 Ton/Tahun
negeri.
Debottlenecking atau Proyek
Memenuhi pertumbuhan
peningkatan kapasitas
kebutuhan BBM, LPG,
1996-1998 FOC I = 118 MBSD
Lube Base dan Asphalt
FOC II = 230 MBSD
dalam negeri.
Lube Base = 480.000 Ton/Tahun
Sulfur Recovery Unit Recovery LPG dan
2001-2005 LPG = 400 Ton/Day memenuhi baku mutu
Sulfur = 70 Ton/Day limbah udara (SOx).
Instalasi Pengolahan Air Limbah Meningkatkan baku mutu
2011-2014
(IPAL) limbah cair.
Peningkatan yield
RFCC(Residual Fludizied
2011-2015 valuable product dan
Catalytic Cracking)
complexity index.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 14
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
Gambar 2.2 Blok Diagram Proses PT Pertamina RU IV Cilacap Sebelum RFCC
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 15
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
2. Competitive
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional,
mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya
dan menghargai kinerja.
3. Confidence
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor
dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa.
4. Customer Focus
Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk
memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan.
5. Commercial
MenciPTakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil
keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
6. Capable
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki
talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun
kemampuan riset dan pengembangan.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 16
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
Gambar 2.4 Perubahan Logo PT Pertamina (Persero)
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 17
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
2.7 Kilang di PT Pertamina RU IV
2.7.1 Kilang Minyak I
Kilang minyak I dibangun pada tahun 1974 dan mulai beroperasi sejak
diresmikan Presiden Soeharto pada tanggal 24 Agustus 1976. Kilang ini
dirancang oleh Shell International Petroleum Maatschappij (SIPM) sedangkan
pembangunannya dilakukan oleh kontraktor Fluor Eastern Inc. dan dibantu oleh
kontraktor-kontraktor dalam negeri. Selaku pengawas dalam pelaksanaan proyek
ini adalah Pertamina.
Kilang Minyak I didesain untuk menghasilkan produk BBM dan NBM
(minyak dasar pelumas dan asphalt). Oleh karena itulah bahan baku kilang
ini adalah minyak mentah dari Timur Tengah, yaitu Arabian Light Crude (ALC)
yang kadar sulfurnya cukup tinggi (sekitar 1,5% berat).
Minyak mentah dengan kadar sulfur yang tinggi dibutuhkan dalam
pembuatan minyak dasar pelumas karena sulfur dapat berperan sebagai antioksidan
alami dalam pelumas tetapi kadar sulfurnya juga tidak boleh terlalu tinggi supaya
tidak menyebabkan korosi pada tembaga. Sementara sulfur dalam asphalt dapat
meningkatkan ketahanan asphalt terhadap deformasi dan cuaca. Sekarang bahan
baku kilang ini bukan hanya ALC melainkan juga Iranian Light Crude (ILC) yang
kadar sulfurnya 1% berat dan Basrah Light Crude (BLC).
Kilang ini dirancang dengan kapasitas produksi 100.000 barrel/hari tetapi
karena meningkatnya kebutuhan konsumen kapasitas kilang ini ditingkatkan
menjadi 118.000 barrel/hari melalui Debottlenecking Project pada tahun
1998/1999.
Unit Area Kilang Minyak I meliputi:
1. Fuel Oil Complex I (FOC I) yang memproduksi BBM.
2. Lube Oil Complex I (LOC I) yang memproduksi bahan dasar pelumas (lube
base oil), dan asphalt.
3. Utilities Complex I (UTL I) yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan penunjang
unit-unit proses seperti steam, listrik, angin instrumen, air pendingin, serta fuel
system (fuel gas dan fuel oil).
4. Offsite Facilities, yaitu sebagai fasilitas penunjang yang terdiri dari tangki-
tangki storage, flare system, utility, dan environment system.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 18
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
Gambar 2.6 Diagram Blok Proses Kilang I
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 19
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
Sebelum diadakan Debottlenecking Project pada tahun 1998/1999,
kapasitas Kilang Minyak II hanya 200.000 barrel/hari tetapi setelah diadakan
proyek tersebut, kapasitasnya meningkat menjadi 230.000 barrel/hari. Unit Area
Kilang Minyak II meliputi:
1. Fuel Oil Complex II (FOC II) yang memproduksi BBM.
2. Lube Oil Complex II (LOC II) yang memproduksi bahan dasar pelumas dan
Asphalt.
3. Lube Oil Complex III (LOC III) yang juga memproduksi bahan dasar
pelumas dan Asphalt.
4. Utilities Complex II (UTL II) yang fungsinya sama dengan UTL I.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 21
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
2.7.4 Debottlenecking Project
Seiring dengan meningkatnya laju pembangunan di Indonesia,
kebutuhan akan BBM, minyak pelumas, dan asphalt juga meningkat. Sebagai
upaya untuk memenuhinya, Pertamina merealisasikan Debottlenecking Project
RU IV Cilacap yang dibangun pada awal tahun 1996 dan mulai beroperasi pada
awal Oktober 1998. Sebenarnya kegiatan perencanaan proyek ini sudah dimulai
sejak tanggal 16 Desember 1995 dan yang bertindak sebagai pelaksana EPC
(Engineering, Procurement, and Construction) Contract adalah Fluor Daniel.
Sementara perancang dan pemilik lisensi untuk Lube Oil Complex adalah SIPM
(Shell International Petroleum Maatschppij).
Proyek Debottlenecking Project Cilacap (DPC) untuk peningkatan
kapasitas operasional Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap telah berhasil
dilaksanakan dengan modernisasi instrumentasi kilang meliputi unit pada : FOC I,
FOC II, Utilities I, Utilities II, LOC I, dan LOC II. Modernisasi instrumentasi
tersebut juga ditambah beroperasinya Utilities IIA yang dihubungkan dengan
Utilities I dan Utilities II serta beroperasinya LOC III, maka secara otomatis
meningkatkan operasional Pertamina RU IV Cilacap.
Proyek peningkatan kapasitas kilang minyak secara keseluruhan termasuk
kilang Paraxylene dan pembuatan sarana pengolahan pelumas baru (LOC III)
dimulai tahun 1995 da selesai Maret 1999.
Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas Pengolahan FOC I dari
100.000 barrel/hari menjadi 118.000 barrel/hari. FOC II dari 200.000
barrel/hari menjadi 230.000 barrel/tahun. Kapasitas LOC I dan LOC II dari
225.000 ton/tahun menjadi 286.800 ton/tahun. Unit LOC III dapat memproduksi
141.200 ton/tahun lube base untuk semua grade.
Total kapasitas kilang BBM naik dari 300.000 barrel/hari menjadi 348.000
barrel/hari, produksi bahan baku minyak pelumas (lube base oil) naik dari 225.000
ton/tahun menjadi 428.000 ton/tahun atau sebesar 69%, sedangkan produksi aspal
naik dari dari 512.000 ton/tahun menjadi 720.000 ton/tahun atau sebesar 40,63%.
Tujuan dari proyek ini adalah untuk:
1. Meningkatkan kapasitas produksi Kilang Minyak I dan II dalam rangka
memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 22
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
2. Meningkatkan kapasitas produksi Lube Oil Plant dalam rangka memenuhi
kebutuhan Lube Base Oil, Asphalt, dan Minarex.
3. Menghemat / menambah devisa negara.
Pendanaan Debottlenecking Project Cilacap (DPC) berasal dari pinjaman
dari 29 bank dunia yang dikoordinir oleh CITICORP dengan penjamin US Exim
Bank. Dana yang dipinjam sebesar US$ 633 juta dengan pola Tyrustee Borrowing
Scheme. Sedangkan sistem penyediaan dananya adalah Non Recourse
Financing artinya pengembalian pinjaman berasal dari hasil penjualan produk
yang dihasilkan oleh proyek sehingga dana pinjaman tersebut tidak membebani
anggaran pemerintah maupun cash flow Pertamina.
Lingkup dari proyek ini adalah :
a. Modifikasi FOC I dan II, LOC I dan II, dan Utilities II / Offsite.
b. Pembangunan LOC III (Lube Oil Complex III).
c. Pembangunan Utilities III dan LOC III Tankage.
d. Modernisasi Instrumentasi Kilang dengan DCS (Distributed Control System).
Area untuk pembangunan Lube Oil Complex III seluas 6,8 hektar dengan
perincian 4,3 hektar untuk pembangunan kilang LOC III dan 2,5 hektar untuk
pembangunan tangki produk. Fasilitas untuk melindungi lingkungan dari
pencemaran pun ditambah dengan modifikasi peralatan yang ada, serta
penambahan peralatan baru. Berbagai pekerjaan yang dilakukan pada masing-
masing area selama Debottlenecking Project dapat dilihat pada Tabel 2.3:
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 23
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
SWS Modifikasi/penambahan peralatan
Modifikasi/penambahan pumping dan piping
Lain-lain system
Modifikasi/penambahan heat exchange system
Penambahan Crude Desalter
Modifikasi/penambahan tray pada Crude
CDU
Splitter, Product Side Stripper, Naphtha
Stabilizer, dan Gasoline Splitter
AH Union Modifikasi/penambahan peralatan
FOC II
LPG Recovery Modifikasi/penambahan peralatan
SWS Modifikasi/penambahan peralatan
Modifikasi/penambahan pumping dan piping
Lain-lain system
Modifikasi/penambahan heat exchange system
HVU Modifikasi/penambahan peralatan
LOC I Rekonfigurasi/penambahan heat exchanger,
Lain-lain
pumping tank farm dan piping system
HVU Modifikasi/penambahan peralatan
PDU Modifikasi/penambahan peralatan
FEU Modifikasi/penambahan peralatan
LOC II
HOS Modifikasi/penambahan peralatan
Rekonfigurasi/penambahan heat exchanger,
Lain-lain
pumping tank farm dan piping system
Pembangunan PDU
Pembangunan MDU
LOC III Pembangunan HTU/RDU
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 24
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
Pembangunan Instrument Air
Pembangunan tangki penimbun Asphalt dan Lube Oil
Modifikasi/penambahan kolam pengolah limbah
Modifikasi/penambahan Cooling Water System
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 25
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
208.000
Asphalt Asphalt 512.000 720.000
(40,63%)
LPG Recovery Gas Propane/Butane 7.321 7.740 419 (5,72%)
Dengan demikian kapasitas desain FOC I, FOC II, LOC I, II, dan III
mengalami perubahan seperti terlihat pada Tabel berikut :
Tabel 2.8 Kapasitas Desain Baru LOC I, II, & III Pertamina RU IV Cilacap
Kapasitas (ton/hari)
Unit
LOC I LOC II LOC III
High Vacum Unit 2.574 3.883 -
Propane DeAsphalting Unit 538 784 784
Furfural Extraction Unit 478-573 1.786-2.270 -
Mek Dewaxing Unit 226-340 501-841 5
Hydrotreating Unit - - 1
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 26
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
RU IV membangun kilang SRU dengan luas area proyek 24.200 m2 yang terdiri
dari unit proses dan unit penunjang. Proyek ini dapat mengurangi emisi gas dari
kilang RU IV, khususnya SO2 sehingga emisi yang dibuang ke udara akan lebih
ramah terhadap lingkungan. Kilang ini mengolah off gas dari berbagai unit di RU
IV menjadi produk berupa sulfur cair, LPG, dan kondensat. Kilang SRU ini
memiliki beberapa unit antara lain, Gas Treating Unit, LPG Recovery Unit, Sulphur
Recovery Unit, Tail Gas Unit, dan Refrigeration.
Gambar 2.9 Diagram Blok Proses Kilang LPG dan Sulphur Recovery Unit (SRU)
Umpan pada Gas Treating Unit terdiri dari 9 stream sour gas yang
sebelumnya kesembilan stream gas ini hanya dikirim ke fuel gas system sebagai
bahan bakar kilang atau dibakar di flare. Dengan melakukan treatment terhadap 9
stream sour gas dengan jumlah total sebesar 600 metric ton/hari dapat diperoleh
produk sulfur cair sebanyak 59-68 metrik ton/hari, produk LPG sebanyak 324-407
metrik ton/hari dan produk kondensat (C5+) sebanyak 28-103 metrik ton/hari.
Sedangkan hasil atas yang berupa gas dengan kandungan H2S sangat rendah dari
Unit LPG Recovery akan dikirimkan keluar sebagai fuel gas system.
Unit-unit di Kilang SRU adalah sebagai berikut:
1. Gas Treating
Gas treating unit dirancang untuk mengurangi kadar hydrogen sulfide
(H2S) di dalam gas buang (sebagai umpan) agar tidak lebih dari 10 ppmv
sebelum dikirim ke LPG Recovery unit dan PSA unit yang telah ada. Dalam
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 27
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
metode operasi normal larutan amine disirkulasikan untuk menyerap H2S pada
suhu mendekati suhu kamar.
2. LPG Recovery
Memiliki Cryogenic Refluxted Absorber Design sebagai utilitas di LPG
Recovery Unit untuk menambah produk LPG Recovery secara umum. Proses ini
mempunyai LPG Recovery oPTimum pada ekses 99,9% (pada Deethanizer
Bottom Stream). Refrigeration process digunakan sebagai pelengkap umum
Chilling (pendinginan).
3. Sulfur Recovery Unit
Sulphur Recovery Unit (SRU) didirikan untuk memisahkan acid gas dari
amine regeneration di Gas Treating Unit (GTU) dirubah menjadi H2S dalam
bentuk gas menjadi sulfur cair dan dalam bentuk gas sulfur untuk bisa dikirim
melalui ekspor.
4. Tail Gas Unit
TGU (Tail Gas Unit) dirancang untuk mengolah acid gas dari Sulphur
Recovery Unit (SRU). Semua komponen sulfur diubah menjadi H2S untuk
dihilangkan di unit TGU absorber, arus recycle kembali ke unit SRU dan
sebagian dibakar menjadi jenis sulfur yang terdiri dari SOx kemudian dibuang
ke atmosfer.
5. Unit 95 : Refrigeration
Unit Refrigeration dilengkapi dengan pendinginan yang diperlukan
untuk LPG Recovery Unit dan juga dilengkapi dengan Trim Amine Chilling di
bagian Tail Gas Unit untuk memaksimalkan pengambilan sulfur secara umum.
Sistem Refrigeration terdiri dari dua tahap Loop Propane Refrigeration.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 28
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
Kilang RFCC ini. Pada RFCC dibangun fasilitas-fasilitas antara lain, tankage
facilities, manine loading arm, waste water treatment, sea water intake facility,
building, fire fighting, dan flare system.
Pada Kilang RFCC terdapat unit-unit operasi, utilities, berikut ini
merupakan unit-unit dari unit operasi yaitu sebagai berikut :
RFCC Unit kapasitas 62.000 BPSD
Gasoline Hydrotreating Unit dengan Hydrogen Purification Unit
Gasoline Sweetening Unit
LPG Sweetening Unit
Propylene Recovery Unit
Amine Treating Unit
Sour Water Streapping Unit
Hydrogen Purification Unit
Ekses Utilities tidak tersedia dari Kilang existing RU IV Cilacap, sehingga
fasilitas untuk proyek RFCC perlu dibangun secara independen. Berikut unit utilitas
di dalam RFCC:
Steam & Power Generation System
Cooling Water & Water Treatment System
Fuel Gas System
Instrument Air & Nitrogen System
Sea Water Intake Facility
Wastewater & Spent Caustic Treatment System
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 29
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
Gambar 2.10 Diagram Blok Proses Kilang RFCC
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 30
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
Produk : HVI 95, HVI 160S, Propane Asphalt, Minarex H, Slack
Wax
5. Lube Oil Complex III
Bahan baku : Distilat LOC 1 dan LOC II
Produk : HVI 650, Slack Wax, Propane Asphalt, Minarex
6. Kilang Paraxylene
Bahan baku : Naphtha
Produk : Paraxylene, Benzene, Raffinate, Heavy Aromate, LPG,
Toluene
7. Kilang RFCC
Bahan baku : LSWR
Produk : LPG, gasoline propylene
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 31
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
AH Unibion 3.084 23.000
Platformer II 2.441 20.000
LPG Rec 636 -
Naphtha Merox 1.311 11.100
Sour Water Stripper 2.410 -
THDT 1.802 13.200
Visbreaker 8.390 55.600
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 32
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
Tabel 2.13 Produksi Kilang RFCC Pertamin RU IV Cilacap
UNIT KAPASITAS DESIGN
Fresh Feedstock 62000
Propylene 5309,5
Propylene 1585,9
Total C3 6895,4
Total C4 10242,3
Total C3+C4 LPG 11828,2
Total C5 + Gasoline (90%
37588
355 F)
Light Cycle Oil (90% @ 616
8947,1
F)
Clarified Oil (DCI) 3652
LCO+DCO 12599,1
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 33
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
Gambar 2.11 Diagram Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero)
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 34
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
Direktur Pengolahan Pertamina membawahi unit-unit pengolahan yang
ada di Indonesia. Kegiatan utama operasi kilang di RU IV Cilacap adalah : Minyak
(BBM dan Non BBM) Kilang Petrokimia
PT Pertamina RU IV Cilacap dipimpin oleh seorang General Manager yang
membawahi :
Engineering and Development
Manager
General Affair Manager
Health Safety Enviromental Manager
Procurement Manager
Reability Manager
Senior Manager Operation & Manufacturing
OPI Coordinator
IT Area Manager
Hospital Cilacap Director
Refinery internal audit Cilacap Manager
Marine region IV Manager
Refinery Finance Offsite Support Region III Manager
Human Resources Manager
Sedangkan Manajer kilang membawahi 3 manager, 1 kepala bagian dan
shift Superintendet, yaitu :
Manajer Produksi I
Manajer Produksi II
Manajer Reliabilitas
Kepala Bagian Laboratorium
Shift Superitendent
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 35
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
2.10 Lokasi dan Tata Letak PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
2.10.1 Lokasi Pabrik
Lokasi perusahaan adalah hal penting yang akan menentukan kelancaran
perusahaan dalam menjalankan operasinya. Demikian pula dalam menentukan
lokasi kilang. Hal-hal yang menjadi pertimbangan meliputi biaya produksi, biaya
operasi, dampak sosial, kebutuhan bahan bakar, sarana, studi lingkungan, dan letak
geografis.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 36
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
2.10.2 Tata Letak Kilang
Tata letak Kilang Minyak Cilacap beserta sarana pendukung adalah sebagai
berikut :
1. Areal kilang minyak dan perluasan : 300,0 ha
2. Areal terminal minyak dan pelabuhan : 22.5 ha
3. Areal pipa track dan jalur jalan : 10.5 ha
4. Areal perumahan dan jalur jalan : 87.5 ha
5. Areal rumah sakit dan lingkungannya : 27,0 ha
6. Areal lapangan terbang : 70,0 ha
7. Areal kilang Paraxylene : 9,0 ha
8. Areal kilang RFCC : 9,0 ha +
Total : 535.5 ha
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 37
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
b. Area 01
Fuel Oil Complex II, terdiri atas :
c. Area 20
Lube Oil Complex I, terdiri atas :
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 38
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
d. Area 02
Lube Oil Complex II, terdiri atas :
e. Area 30
Tangki-tangki BBM, terdiri atas :
f. Area 40
Tangki-tangki non-BBM, terdiri atas :
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 39
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
42 Tangki-tangki Bitumen
43 Tangki-tangki Long Residue
44 Gasoline station, Bengkel, Gudang, dan Pool Alat Berat
45 Tangki-tangki Feed FOC II
46 Tangki-tangki Feed Mixed LPG
47 Flare system
48 Drum Plant, untuk Pengisian aspal
g. Area 50
Utilities Complex I, terdiri atas :
h. Area 05
Utilities Complex II, terdiri atas :
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 40
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
i. Area 60
Jaringan Oil Movement dan Perpipaan, terdiri atas :
j. Area 70
Terminal Minyak Mentah dan Produk, terdiri atas :
k. Area 80
Kilang Paraxylene, terdiri atas :
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 41
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
86 Tatoray Unit
87 Xylene Fractionation Unit
88 Parex Unit
89 Isomar Unit
l. Area 90
LPG Recovery & Sulphur Recovery Unit, terdiri atas :
m. Area 200
Lube Oil Complex III, terdiri atas :
n. Area 500
Utilities IIA, terdiri atas :
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 42
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
520 Steam Generator Unit
530 Cooling Water system
560 Unit Sistem Udara Tekan
o. Area 100
Kilang RFCC, terdiri atas :
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 44
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
Gambar 2.13 Blok Diagram Kilang RFCC RU-IV Cilacap
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 45
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
2.11.1 Unit 101 Resid Fluid Catalytic Cracking Unit
Unit ini merupakan unit inti dari kilang RFCC karena pada unit inilah
proses catalytic cracking terjadi. Umpan yang masuk ke kilang RFCC untuk
pertama kalinya akan diolah di unit 101. Pada unit 101 terjadi proses perekahan
fraksi minyak berat menjadi fraksi minyak yang lebih ringan dengan bantuan
katalis. Produk hasil penolahan dari unit 101 selanjutnya akan diproses pada unit-
unit lainnya di kilang RFCC.
Pada unit 101 terdapat tiga proses utama yang terjadi di reaktor,
regenerator, dan main column. Diagram alir proses unit 101 dapat dilihat di
Gambar 2.14
a. Reaktor
Umpan unit RFCC berasal dari LSWR panas keluaran CDU II dan
LSWR dingin keluaran tanggki dari unit 103 dan 104. Sebelum memasuki raw
oil surge drum, minyak mentah umpan RFCC terlebih dahulu dipanaskan di
feed preheater 101-E-534 menggunakan Medium Pressure Steam hingga
tercapai temperature 150 C. Dari surge drum 101-V-521, umpan dipompa
dan melalui serangkaian sistem pemanas hingga temperature mencapai 235
C saat akan masuk riser.
Umpan lalu diinjeksikan ke dalam reaktor (101-R-501) melalui
delapan buah distributor dan mempergunakan MP steam sebagai atomizer.
Katalis panas yang diregeneerasi dari regenerator bawah (101-R-502)
dialirkan menuju riser dengan bantuan lift steam dan lift gas keluaran knock
out drum (102-V-504) di unit Gas Concentration 102.
Katalis panas naik bertemu dengan umpan dalam riser dan terjadi
pertukaran panas dari katalis ke umpan minyak kemudian menguap.
Campuran uap katalis naik melalui riser dengan minimum back mixing.
Aliran katalis menuju riser diatur oleh regenerated catalyst slide valve (101-
A-512) untuk mengendalikan temperature reaktor. Pada bagian atas riser,
reaksi perengkahan akan sempurna dan uap hidrokarbon terpisah dari katalis
oleh vortex separation system (VSS) dan katalis jatuh ke seksi stripping, guna
meminimalkan reaksi perengkahan sekunder yang tidak dikehendaki. VSS
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 46
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
didesain berfungsi untuk memisahkan katalis dalam uap hidrokarbon hingga
95%.
b. Regenerator
Regenerator (101-R-502) mempunyai dua fungsi, yaitu untuk
mengembalikan aktifitas katalis yang telah berkurang setelah melakukan
perengkahan dan mensuplai panas yang diperlukan untuk reaksi perengkahan
umpan. Katalis sisa mengalir dari reaktor stripper menuju ke bagian atas
regenerator melalui spent catalyst stand pipe yang diatur oleh spent catalyst
slide valve (101-A-513) untuk mengendalikan level reaktor. Katalils sisa ini
banyak mengandung coke dengan komponen karbon dan hidrogen serta
sebagian kecil sulfur dan nitrogen yang terdeposit pada permukaan katalis (8
- 10 % wt) selama terjadi reaksi perengkahan.
Regenerasi katalis dilakukan dengan membakar karbon menggunakan
oksigen yang diperoleh dari udara melalui Main Air Blower (101-K-501).
Pada bagian atas regenerator dikehendaki pembakaran parsial coke guna
menghindari tingginya temperatur regenerator akibat panas reaksi
pembakaran bila dilakukan pembakaran sempurna. Sekitar 80 % coke dapat
dihilangkan pada bagian atas regenerator melalui pembakaran parsial C
menjadi CO.
Dari bagian atas regenerator, katalis mengalir turun ke lower
regenerator yang diatur oleh recirculated catalyst slide valve (101-A-511)
untuk mengendalikan level bagian bawah regenerator. Catalyst cooler (101-
E-501A/B) digunakan untuk menyerap panas hasil reaksi pembakaran coke
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 47
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
pada katalis dengan menghasilkan steam. Catalyst cooler didesain beroperasi
dengan mode flow-through. Jumlah penyerapan panas pada catalyst cooler
dilakukan dengan mengatur jumlah udara fluidisasi (lance air) pada masing-
masing catalyst cooler dan kuantitas aliran katalis yang mengalir dari bagiam
atas ke bagian bawah regenerator melalui catalyst cooled slide vallve (101-A-
510A/B) yang mengendalikan temperature bagian bawah regenerator.
Di bagian bawah regenerator, udara berlebih digunakan untuk
membakar sisa coke pada katalis dengan pembakaran sempurna dari C
menjadi CO2. Katalis panas pada temperature 700 - 735C akibat pembakaran
tersebut selanjutnya dialirkan dari lower regenerator menujuke wye piece riser
melalui regenerated catalyst slide valve (101-A-512) untuk mengendalikan
temperature reaktor.
Pada wye piece regenerated katalis naik ke riser dengan bantuan lift
gas dan lift steam untuk bertemu dengan umpan residu yang diinjeksikan ke
dalam riser. Aliran katalis antara seksi reactor dan regenerator ini merupakan
jantung proses RFCC. Aliran katalis tersebut jumlahnya sangat besar yakni
secara desain pada kapasitas 100% berkisar antara 54 - 56 ton katalis sirkulasi
tiap menit. Flue gas yang mengandung CO pada bagian atas regenerator
mengalir melalui 20 buah double stage cyclone guna mengembalikan partikel
katalis yang terikut. Sekitar 75 - 90 % catalyst dipisahkanpada stage pertama
dan sisanya pada stage kedua.
Aliran flue gas panas bersama sebagian kecil katalis kemudian
mengalir menuju UOP third stage separator (101-V-509) untuk mengambil
kembali partikel katalis yang terikut, diharapkan ukuran partikulat terikut
bersama flue gas kurang dari 10 m. Tekanan flue gas keluar regenerator
diturunkan dengan mengalirkannya melalui orifice chamber (101-V-510).
Flue gas panas pada tekanan rendah dipergunakan untuk membangkitkan
superheated steam dalam CO boiler (101-F-503) dengan cara membakar CO
menjadi CO2.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 48
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
c. Main Column
Pemisahan produk dilakukan dalam kolom fraksinasi utama (101-C-
menjadi fraksi fraksi Decant Oil (DCO), Light Cycle Oil (LCO), Naphtha, dan
Wet Gas. Uap hidrocarbon panas dari reactor masuk ke main column pada
temperatur 535 538 C dan harus didinginkan sampai suhu 360 C sebelum
dilakukan pemisahan. Pendinginan uap dari reactor tersebut dilakukan dengan
mengkontakkan uap tersebut dengan sejumlah besar aliran sirkulasi bagian
bawah main column yang telah didinginkan terlebih dahulu di main column
bottoms steam regenerators (101-E-526A/B), main column bottoms MP steam
superheater (101-E-527A/B), dan main column bottoms raw oil exchanger
(101-E-524A/B/C/D).
Bagian bawah kolom dirancang untuk men-desuperheat uap
hidrokarbon panas dari reaktor, mengkondensasi produk bawah dan
menghilangkan entrained catalyst particle. Laju sirkulasi bagin bawah kolo,
didesain 175% laju umpan dari kisaran umum 130 180 % laju umpan atau
14,5m3/hr per meter persegi diameter kolom. Sirkulasi dari MCB menuju 5
tray terbawah dan dari sini uap naik ke seksi HCO dimana fraksinasi awal
dilakukan. Sebagian sirkulasi HCO dikirim menuju debutanizer reboiler
(102-E-513A/B) sebagai medium pemanas di kolom debutanizer (102-C-504)
di unit Gas Concentration (102).
Dari seksi HCO, uap hidrokarbon naik ke seksi LCO. Sebagian
sirkulasi LCO dikirim menuju debutanizer feed exchanger (102-E-512)
sebagai medium pemanas feed kolom debutanizer (102-C-504). Sebagian
aliran LCO dimasukan ke dalam LCO stripper (101-V-523) untuk
mengendalikan flash point-nya. Dari seksi LCO, uap hidrokarbon naik
menuju main column overhead, dimana reflux hasil kondensasi di main
column condenser (101-E-532) dan trim condenser (101-E-530A~H) dari
main column receiver (101-V-522) dikembalikan menuju kolom (101-C-521)
untuk mengendalikan temperature bagian atas siste dan neraca panas kolom,
serta menentukan EP gasoline. Wet gas dan cairan nafta sebagai produk bersih
bagian atas dialirkan menuju unit Gas Concentration (102).
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 49
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
2.11.2 Unit 102 Gas Concentration Unit
Unit 102 merupakan unit proses lanjutan dari fraksi ringan produk unit
101 RFCC. Tujuan utama dari unit ini adalah memaksimalkan recovery fraksi
komponen C3 dan C4, mengontrol kandungan H2S serta C2- di LPG, dan
mengontrol RVP steam produk gasoline. Unit 102 Gas Concentration secara
umum dapat dibagi menjadi dua area, yaitu seksi recovery dan seksi fraksinasi.
Pada seksi recovery, etana yang merupakan komponen ringan dan hidrogen
sulfida dipisahkan dari aliran umpan. Peralatan utama dari seksi ini adalah WGC
, HP receiver, absorber primer, sponge absorber dan stripper. Pada seksi
fraksinasi utamanya adalah debutanizer untuk memisahkan produk unstabilized
(C3+) menjadi produk petroleum gas (LPG cair) dan stabilized gasoline.
Gambar 2.14 Diagram Alir Unit 101 dan Unit 102 RFCC
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 50
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
di sistem stripper-absorber. Aliran spillback pada setiap stage disediakan untuk
mencegah kompresor dari surging ketika start up dan upset. Kecepatan
kompresor divariasikan untuk mengontrol tekanan main column overhead
receiver. Jantung dari konfigurasi sistem stripper-absorber adalah high pressure
condenser, high pressure trim condenser, dan high pressure receiver. HPS
berfungsi sebagai surge vessel agar aliran tetap normal bila ada upset proses dan
pemisahan air. Semua aliran internal dan umpan melalui peralatan tersebut
kecuali unstabilized gasoline yakni wet gas, overhead vapor dari stripper, bottom
primary absorber, dan liquid dari compressor suction drum.
Gas yang berasal dari HPS mengandung produk pada rentang propana-
butana (biasa disebut rich gas). Gas ini di-recovery di primary absorber dengan
diinjeksikan unstabilized gasoline kelauran unit 101 maupun stabilized gasoline
dari debutanizer pada top section absorber. Panas dihasilkan ketika aliran liquid
turun sepanjang kolom menyerap material ringan dari gas yang naik. Panas
tersebut dipindahkan melalui upper & lower intercooler untuk meningkatkan
efisiensi pemisahan. Liquid hidrokarbon dari bottom primary absorber kemudian
dipompakan menuju high pressure condenser.
Aliran gas dari primary absorber bagian atas mengalir menuju bottom
sponge absorber. Sponge absorber berupa packed tower dimana sisa material
C5+ dipisahkan via kontak secara berlawanan arah dengan lean oil, LCO keluran
LCO circulation pump. Lean gas keluar dari top sponge absorber kemudian
dikirimkan menuju lean gas amine absorber untuk penghilangan H2S dan
mengalami proses lebih lanjut untuk dikirimkan ke fuel gas header. Sebagian
lean gas yang belum di-treating dikembalikan ke riser reaktor sebagai lift gas.
Adapun LCO keluaran bottom sponge absorber (rich oil) dikembalikan ke main
column.
Proses absorpsi tidak seselektif proses fraksinasi dalam pemisahan
karena masih terikutnya fraksi ringan pada bottom primary absorber. Oleh
karena itu, dari HPS, liquid hidrokarbon diumpankan menuju stripper. Stripper
steam reboiler digunakan untuk melucuti sejumlah tertentu material sebagai
produk overhead yang mengalir kembali menuju HPS. Adapun bagian bawah
stripper yang mengandung kandungan C3- dan H2S minim diproses lebih lanjut
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 51
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
di debutanizer menjadi LPG dan gasoline. Debutanizer dioperasikan seoptimal
mungkin untuk mengontrol RVP gasoline dan kandungan C5 di produk LPG
pada nilai target. Pemanasan di reboiler debutanizer disuplai dari sirkulasi HCO.
Net LPG dikirim ke LPG amine absorber di unit LPG Merox 103 untuk
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 52
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
Gambar 2.15 Diagram Alir Proses LPG Merox Unit 103
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 53
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
Merox atau Mercaptan Oxidation merupakan proses yang berfungsi
untuk mengurangi atau mengkonversikan senyawa merkaptan dengan cara
catalytic oxidation dengan media kaustik. Proses ini menggunakan katalis khusus
untuk reaksi oksidasi dari merkaptan menjadi disulfide. Didalam tahapan Merox
terdapat proses ekstraksi yang berfungsi untuk mengurangi kandungan
merkaptan, sedangkan proses sweetening mengkonversikan merkaptan menjadi
disulfida.
Katalis merox terdiri dari komposisi iron chelates, berfungsi untuk
mempromote reaksi oksidasi menjadi merkaptan dengan reaktan udara (O2)
dalam suasana basa. Terdapat kotoran sulfur lainnya selain merkaptan, seperti
hidrogen sulfide (H2S), karbonil sulfide (COS), elemen sulfur (S), dialkil sulfide
(RSR), dan dialkil disulfide (RSSR).
Hidrogen sulfide ditemukan secara alami dalam deposit gas, terbentuk
dari produk proses catalytic cracking dan desulfurisasi. Sedangkan COS
merupakan senyawa yang muncul hanya pada fraksi yang memiliki titik didih
rendah, seperti produk atas depropanizer atau debutanizer. Pada kondisi tertentu,
COS akan terhidrolisis menjadi H2S dan CO2, namun jika masih terdapat COS
maka diperlukan proses treating di downstream unit. Tidak ada pengurangan
produk COS pada Merox unit, namun jika produk Merox sebagai umpan C3/C4
splitter, maka COS akan terkonsentrasi pada fraksi atas propana kemudian
dikonsentrasikan di bagian atas propilen melalui proses fraksinasi.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 54
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
Proses pertama yang terjadi di unit 104 adalah campuran C3/C4 dialirkan
menuju splitter untuk dipisahkan butane atau butilena (C4) dan propana atau
propilena (C3) dengan menggunakan sistem kolom distilasi konvensional.
Propilena dipisahkan dari propana di C3 Splitter menggunakan sistem
distilasi termodifikasi dengan penerapan tiga teknologi, yaitu heat pump
compressor untuk penyedia panas medium reboiler serta refluks, UOP MD
distillation trays sebagai internal kolom, dan UOP high flux tube pada
reboiler
Butana atau butilena sebagai produk bawah splitter pertama dan propana
sebagai produk bawah splitter kedua dialirkan menuju tangki LPG.
Propilena keluaran splitter kedua yang masih mengandung air dalam
konsentrasi jenuh dihilangkan di propylene drier, sedangkan kandungan
logam dihilangkan di propylene treater. Propilena yang sudah diproses dan
telah memenuhi spesidikasi kelas polimer dialirkan menuju tanki Propilena.
Skema lengkap alur proses pada unit ini dapat dilihat di Gambar 2.16
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 55
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
Gambar 2.16 Diagram Alir Proses Propylene Recovery Unit 10
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 56
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
2.11.5 Unit 105 Gasoline Hydrotreating Unit
Unit Gasoline Hydrotreating berguna untuk mengurangi kandungan
sulfur pada gasoline dari 400 ppm.wt menjadi 150 ppm.wt. Unit ini memiliki
kapasitas sebesar 37,6 MBSD atau setara dengan 191,73 ton/hari. Proses utama
yang terjadi di unit ini yaitu konversi diolefin yang terjadi di reaktor SHU dan
juga desulfurisasi di reaktor HDS.
Proses utama pada unit 105 ini terjadi di dalam reaktor SHU (Selective
Hydrogenation Unit) dan dilanjutkan dengan reaktor HDS (Hydro
Desulfurization). Berikut prosesnya :
Umpan gasoline yang merupakan keluaran dari debutanizer pada unit 102-
Gas Concentration masuk ke dalam surge drum dengan temperatur sebesar
110oC.Pada surge drum ini, gasoline akan dipisahkan dari air yang
terkandung didalamnya.
Hidrogen yang dibutuhkan pada unit 105 ini disuplai dari unit 108-Hydrogen
Purification dengan kemurnian 99%. Hidrogen ini kemudian diinjeksikan ke
dalam gasoline yang akan memasuki reaktor SHU. Gasoline yang memasuki
reaktor SHU ini memiliki temperature sebesar 150oC dan tekanan sebesar
25,5 kg/cm2g.
Pada reaktor SHU terjadi beberapa reaksi yaitu hidrogenasi senyawa diolefin,
konversi senyawa sulfur, dan juga isomerisasi senyawa olefin. Produk yang
dihasilkan dari reaktor SHU ini memiliki temperatur 166oC dan tekanan 22,5
kg/cm2g.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 57
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
Produk hasil dari reaktor SHU kemudian memasuki splitter untuk dipisahkan
antara fraksi ringan LCN (Light Cracked Naphta) dan fraksi beratnya HCN
(Heavy Cracked Naphta). Kandungan sulfur maksimum pada LCN diatur
sebesar 200 ppm.w. LCN yang keluar dari splitter biasanya sebanyak 52%
dari total umpan yang masuk kedalam reaktor SHU, sisanya merupakan HCN
yang akan diproses secara lanjut di reaktor HDS.
Pada reaktor HDS, terjadi reaksi desulfurisasi senyawa sufur yang ada pada
HCN menjadi H2S. Umpan yang masuk ke dalam reaktor HDS
sebelumnyadipanaskan terlebih dahulu sampai suhunya mencapai 270oC
pada tekanan 20,6 kg/cm2g. Produk yang keluar dari reaktor ini memiliki suhu
288oC pada tekanan 19,1 kg/cm2g.
Produk yang telah keluar dari reaktor HDS kemudian memasuki stabilizer.
Stabilizer memisahkan fraksi ringan yang masih terkandung di dalam produk
sehingga produk yang dihasilkan memiliki nilai RVP sesuai dengan
spesifikasi produk yang diinginkan.
Produk dari reaktor HDS kemudian bergabung dengan LCN keluaran dari
splitter kemudian menuju ke tangki produk gasolin dengan kandungan sulfur
rendah yaitu sekitar 150 pp
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 58
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
Gambar 2.18 Diagram Alir Proses Gasoline Hydrotreating Unit 105
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 59
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
2.11.6 Unit 106 Amine Treating Unit
Unit Amine Treating berfungsi untuk memisahkan komponen H2S dalam
rich amine sehingga dihasilkan amine yang memiliki kandungan sulfur rendah
(lean amine) yang akan digunakan dalam proses di unit 102, 103, dan juga 105.
Kapasitas yang dimiliki oleh unit ii yaitu 204,45 ton/jam, dengan produk yang
dihasilkan memiliki kandungan H2S maksimum sebesar 0,01 mol H2S/mol
MDEA. Proses utama pada unit ini terjadi di amine regenerator dimana H2S dan
CO2 terpisahkan dari larutan MDEA.
Sedangkan produk yang dihasilkan di unit 106 memiliki spesifikasi
sebagai berikut:
Lean Amine. Kandungan H2S dalam Lean Amine (mol H2S/mol-Amine)
adalah 0.01 max dengan tekanan saat BL 28 kg/cm2g. Temperatur yagn
diguankan 40 oC untuk aliran ke gas concentration unit dan LPG Merox
unit, serta 56 oC ke Prime G+ unit. Konsentrasi amine 35% wt. Laju alir
yang digunakan 202,685 kg/hr (62,000 BPSD) atau 233,087 kg/hr (70,000
BPSD).
Rich amine dikirimkan dari unit 102, 103, dan 105 menuju rich amine flash
drum di unit 106. Pada vessel ini terjadi pemisahan fraksi ringan yang
kemudian akan dialirkan menuju FGS (Fuel Gas System).
Jika terdapat kandungan minyak yang masih terbawa pada rich amine, fraksi
minyak tersebut akan dipisahkan pada surge drum dan akan dikirimkan ke
Light Slop Oil Tank.
Rich amine yang telah dipisahkan dari kandungan minyak akan memasuki
kolom regenerator. Pada regenerator akan terjadi proses pemisahan H2S
menggunakan reboiler dengan medium LP steam.
Fraksi ringan di bagian atas kolom akan dikondensasikan secara parsial
dimana nantinya liquid yang dihasilkan akan tekumpul dalam regenerator
reflux drum kemudian akan dikembalikan sebagai refluks ke dalam kolom.
Sedangkan pada bagian bawah kolom terdapat injeksi demin water.
Fraksi berat pada kolom sebagai bottom product lean amine siap untuk
dikirimkan kembali menuju unit 102, 103, dan 105.
Sour Off Gas. Tekanan saat BL 0,74 kg/cm2g
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 60
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
Rich amine diregenerasi menjadi lean amine pada tekanan rendah dan
temperature tinggi (normal 81.6oC, maksimum 132oC). Suhu yang lebih dari
132oC akan menyebabkan degradasi amine. Selain proses fisis, juga berlangsung
proses reaksi kimiawi antara amine dan acid gas sebagai berikut:
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 61
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
November 2017 Desember 2017
Gambar 2.19 Diagram Alir Proses Amine Regeneration Unit 106
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 62
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
2.11.7 Unit 107 Sour Water Stripping Unit
Unit 107 yaitu unit Sour Water Stripper merupakan unit yang
memisahkan komponen acid gas (H2S dan NH3) dan material volatil dalam sour
water sebelum sour water tersebut dikirimkan ke pengolahan air limbah (Waste
Water Treatment). Acid gas yang telah dipisahkan kemudian akan dialirkan ke
flare untuk dibakar. Proses utama pada unit ini terjadi pada kolom stripper
dengan prouk yang dihasilkan akan memiliki kandungan H2S maksimum
Umpan unit 107 yaitu sour water dari bootleg vessel pada unit 101/104/105
dialirkan menuju Sour Water Storage Tank pada unit 107. Kemudian, sour
water akan dipompakan menuju Sour Water Surge Drum.
Pada surge drum, sour water akan dipisahkan dari kandungan minyak yang
masih terbawa, minyak yang dipisahkan ini kemudian akan dikirimkan ke
Light Slop Oil Tank.
Proses selanjutnya yaitu pemisahan H2S dan NH3 dari sour water di Sour
Water Stripper menggunakan Reboiler 107-E-502 dengan medium MP
steam.
Fraksi ringan di overhead berupa Acid Gas (NH3 dan H2S) akan langsung
dialirkan ke flare. Sedangkan liqud dari tray 6 akan dikembalikan sebagai
overhead reflux setelah didinginkan oleh cooler. Bottom product dari
stripper sebagian akan dikembalikan lagi masuk ke tray 24 setelah keluar
dari reboiler 107-E-502.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 63
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
Gambar 2.20 Diagram Alir Proses Sour Water Stripping Unit 107
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 64
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
2.11.8 Unit 108 Hydrogen Purification Unit
Unit hydrogen purification memiliki tuga untuk meningkatkan
kemurnian hidrogen yang didapatkan dari unti existing yaitu FOC-I dan FOC-II
mencapai 99% dan kemudian produk tersebut akan dipergunakan kembali di unit
105. Kapasitas yang dimiliki oleh unit ini yaitu sebesar 2857 Nm3/hr dengan
distribusi 262.1 kgmol/hr dari FOC-I dan 124.1 kgmol/hr dari FOC-II. Proses
pemurnian hidrogen yang terjadi pada unit 108 ini menggunakan prinsip
Pressure Swing Adsorption (PSA).
Prinsip pemurnian yang dilakukan pada unit 108 yaitu dengan cara
mengadsorpsi impurities gas hidrogen ke permukaan solid adsorbent yang
berupa karbon aktif. Pada tekanan tinggi, impurities akan teradsorb ke pori-pori
adsorbent dan pada tekanan rendah, impurities akan terdesorpsi dari permukaan
adsorbent. Proses ini dikenal sebagai Pressure Swing Adsorption (PSA).
Dari unit existing, hidrogen dari FOC-I dan FOC-II disupply dengan 2 control
valve, yaitu 108-PV-019 dan 108-PV-020. Saat normal operasi, 108-PV-019
akan digunakan sebagai pressure control hidrogen masuk, dan jika tekanan
hidrogen masuk rendah maka 108-PV-020 akan mengatur untuk menjaga
tekanan hidrogen konstan.
Sebelum masuk ke vessel PSA, hidrogen dinaikkan tekanannya dengan
kompresor dari 16.5 menjadi 34 kg/cm2.g
Kemudian hidrogen masuk ke vessel PSA, saat tekanan tinggi maka proses
adsorpsi terjadi, sedangkan saat sequence timer selesai, tekanan akan
menurun untuk masuk ke tahap desorpsi.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 65
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
Produk hasil adsorpsi dari PSA akan didistribusikan ke unit 105 dan sebagian
akan dialirkan ke fuel gas. Untuk produk tail gas hasil proses desorpsi, akan
menuju ke kompresor untuk dinaikkan tekanannya dari 0.5 menjadi 5.0
kg/cm2.g dan dialirkan ke fuel gas.
Skema tentang alur proses dan peralatan yang ada pada unit 108 dapat
dilihat pada Gambar 2.21
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 66
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
Gambar 2.21 Diagram Alir Proses Hydrogen Purification Unit 108
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 67
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 68
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
3. Pemilihan bahan
Setelah menentukan bentuk, pemilihan bahan bertujuan agar mengetahui
bahan apa yang mampu menahan beban di lapangan. Clamp yang biasa
digunakan pada kilang RFCC PT Pertamina (persero) RU-IV Cilacap adalah
baja karbon ASTM 283 atau bahan minimal disamakan dengan bahan pipa yang
bocor. pemilihan bahan dimaksudkan agar kekuatan dan ketahananya mampu
menahan tekanan compound dan kebocoran dengan baik.
4. Menentukan langkah proses produksi
Pemilihan langkah proses produksi Ini dilakukan agar cacat pada clamp
(ketidak sesuain geometri) terminimalisir. Tingkat kesulitan yang dihadapi
tergantung pada desain. Langkah proses juga memperhatikan biaya produksi
agar minim biaya namun hasil yang memuaskan.
5. Eksekusi
Setelah mengetahui proses produksi, maka dilakukan langkah eksekusi.
Hasil benda yang tidak sesuai dengan geometri yang telah dibuat merupakan
sebuah hasil buruk. Jika hal tersebut terjadi, maka clamp akan tidak sesuai
dengan yang ada di lapangan atau bisa dilakukan proses pemesinan atau pun
dilakukan pembuatan ulang.
Langkah-langkah diatas harus dilakukan agar tercapainya clamp yang
diinginkan demi keberhasilan operasi penutupan bocor. clamp yang biasa dihadapi
dilapangan bervariasi. Berikut merupakan bentuk-bentuk Clamp :
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 69
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
Gambar 3.1 Flange clamp
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 70
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
3.2.1.3 Elbow Clamp
Merupakan clamp yang digunakan pada kebocoran elbow (siku-siku) pipa
dengan variasi kelengkungan dan besar derajat belokan pipa. memiliki bentuk pipa
yang sama dengan ordinary pipe clamp namun membutuhkan proses produksi yang
lebih sulit dari Ordinary pipe Clamp karena bentuk nya yang melengkung. Ukuran
Ordinary pipe clamp juga harus diperhatikan agar biaya yang dikeluarkan tidak
terlalu besar. Untuk itu perlu beberapa dimensi yang perlu diperhatikan, Berikut
dimensinya :
1. Diameter pipa
2. Diameter dalam Clamp
3. Diameter luar Clamp
4. Panjang clamp
5. Diamter Kelengkungan
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 71
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
3. Diameter luar Clamp
4. Panjang clamp Horizontal
5. Panjang clamp vertikal
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 72
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
a b
Gambar 3.5 (a) Injector Tool Kit dan (b) Injection
3.2.3.1 Adaptor
Pada clamp terdapat beberapa adaptor sebagai media koneksi antara injektor
dan rongga clamp agar compound bisa masuk mengisi ruang celah clamp. Jumlah
adapator pada clamp disesuaikan dengan diameter atau ukuran dari clamp agar
compound dapat disuntik melalui masing-masing adaptor dan mengisi celah clamp
secara optimal dan efisien.
Ada dua adaptor yang digunakan, yaitu angle adaptor (gambar 3.5 a) dan
adaptor ring (Gambar 3.5 b) juga berfungsi sebagai jalan keluarnya fluida dalam
pipa melalui celah kebocoran.
a b
Gambar 3.6 Angle Adaptor (a) Dan Adaptor Ring (b)
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 73
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
3.2.3.2 G-clamp
Merupakan clamp berbentuk huruf G. clamp ini berfungsi untuk mengganti
peran baut dan mur sementara saat menjepit pipa maupun komponen-komponen
lain.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 74
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
Gambar 3.9 Air Reammer & hose
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 75
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
Gambar 3.11 Metal Belt
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 76
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
spesifikasi compound dirahasiakan oleh PT. Todaco sehingga saya selaku penulis
laporan tidak dapat menyertakan data compound dari PT. Todaco.
Pada saat di lapangan, compound bisa di rekayasa oleh eksekutor untuk
mendapatkan pencegahan terbaik, sehingga dilakukan percampuran compound
tergantung pada media yang dihadapi eksekutor dilapangan. Rekayasa tersebut
bertujuan untuk menguatkan compound untuk menghadapi kebocoran
Untuk mempermudah pengenalan compound, perusahaan memberikan kode
compound mereka sesuai dengan kondisi dari kebocoran yang ingin disegel. Berikut
contoh:
Compound produksi Deacon
Deacon 3100 dan 3300 : Deacon 3100 dan 3300 adalah senyawa
penyegelan reaktif termal dari suhu tinggi, tekanan, dan toleransi kimia yang
dirancang untuk memberikan penyegelan yang superior kinerja pada permukaan
logam-ke-logam, tanpa adhesi kimia. Bahan yang diekstrusi seperti dempul
mempertahankan karakteristik fleksibilitas dan kelenturannya rangkaian
operasinya yang lengkap sehingga bisa mengisi rongga, celah, dan, potongan uap
dengan adanya panas, Deacon 3100 akan membentuk segel mekanis (tipe mekanis
") Rentang Suhu: Deacon 3100 = 200F to 950F, sedangkan Deacon 3300 =
600F to 1600F.
Deacon 3100 memiliki komposisi :
Aluminosilicate = 1-20%
Crystalline Silica = <10 %
Modified Natural Resins = 20-50%
Non Hazardous Ingredients = 20-50%
Deacon 3300 memiliki komposisi :
Aluminosilicate = 1-20%
Crystalline Silica = <15 %
Modified Natural Resins = 50-75%
Non Hazardous Ingredients = 20-50%
Perbedaan dari keduanya kemampuan deacon 3300 dalam menahan
suhu lebih tinggi dari deacon 3100. Di tinjau dari segi komposisi compound nya.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 77
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
modified natural resin dan crystalline silica type 3300 lebih banyak
dibandingkan type 3100.
Pada dasarnya, komposisi tersebut masih sulit untuk di ketahui karena
adanya modifikasi komposisi dari compound. Modifikasi komposisi tersebut terus
di kembangkan oleh pabrik-pabrikan compound. Harga compound sendiri sangat
mahal sehingga perlu meminimalisir penggunaan compound dengan perhitungan
yang baik. Perhitungan jumlah compound juga memperhartikan volume dari celah
yang dibentuk antara pipa dan clamp maupun celah-celah yang dibentuk oleh ulir
antar mur dan baut (gambar 3.13). Volume celah tersebut juga sebanding dengan
compound yang digunakan, sehingga compound yang digunakan dapat dihitung
agar tidak terlalu banyak digunakan dan tidak terlalu sedikit.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 78
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
3.4 Gland Packing
Gland packing merupakan bahan khusus yang terbuat dari ayaman-ayaman.
(gambar 3.15). gland packing juga berfungsi seperti compound yaitu untuk
menahan kebocoran didalam clamp. namun disisi lain, gland packing juga
memusatkan aliran compound agar tidak menjalar keluar pada sisi-sisi tepi
compound.
Gland packing mengisi celah pada clamp-clamp panjang (tidak untuk clamp
flange) dikarenakan kesalah pemesinan mungkin akan terjadi pada saat pembuatan
clamp, baik secara dimensi maupun cacat yang terjadi. Untuk meminimalisir
kelonggaran pada sisi pemasangan clamp, gland packing berfungsi untuk
memusatkan jalannya compound agar benar-benar menutupi celah pada bagian
tersebut (lihat gambar 3.16)
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 79
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
kegiatan pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja guna tercapai kondisi
kerja yang aman, sesuai norma-norma kesehatan untuk menghindarkan kerugian
perusahaan.
Untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan, dalam melakukan
prosedur OLS, pekerja harus memperhatikan beberapa aspek yang perlu
diperhatikan guna mengutamakan keselamatan. Salah satunya adalah
memeperhatikan protective equipment di lapangan saat proses OLS.
Memperhatikan tempat kerja yang akan dihadapi merupakan hal utama. Protective
equipment menyesuaikan pekerja dengan lapangan yang akan dihadapi. Berikut
beberapa protective equipment umum yang biasa digunakan saat melakukan OLS :
1. Insulated Protective Clothing
Digunakan untuk mencegah kebocoran pipa dengan panas bertempertaur tinggi
tersentuh langsung dengan tubuh saat proses OLS.
2. Water Proff Clothing
Digunakan untuk mencegah air dari kebocoran bersentuhan langsung dengan
tubuh pada saat proses OLS. Air yang bertempertur tinggi sangat berbahaya
sehingga perlu adanya perlindungan dengan Water Proff Clothing.
3. Anti-Chemical Steam Uniform
Digunakan untuk melindungi tubuh dari paparan cairan uap kimia berbahaya
saat proses OLS.
4. Anti-Static Clothing
Digunakan untuk melindungi tubuh dari timpaan beban pada saat proses OLS.
5. Acid-resistant Protective Clothing
Digunakan untuk melindungi tubuh dari cairan asam saat proses OLS.
6. Anti-Noise Earphone
Digunakan untuk melindungi telinga dari suara bising.
7. Masked Saftey Hat
Digunakan untuk melindungi wajah dan kepala secara sekaligus.
8. Anti Static Shoes
Digunakan untuk melindungi kaki dari timpaan beban.
9. Acid and Heat Proof Gloves
Digunakan untuk melindungi tangan dari panas dan cairan asam.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 80
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
10. Protective Glasses
Digunakan untuk melindungi mata dari paparan langsung dengan apapun.
11. P3K case
Sebagai pertolongan pertama ketika terjadi kecelakaan dilapangan.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 81
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
Gambar 3.18 kebocoran pada Flange Pipa
4. Dilakukan pemasangan clamp secara sejajar pada sisi flange, hingga media pipa
keluar dari lubang-lubang clamp.
clamp
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 82
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
Gambar 3.21 Penginjeksian pada adaptor terakhir.
Gambar 3.22 Metode Pemasangan Adaptor Dengan Drilling Pada Bagian Stud Area
Flange
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 83
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
2. Metode Pemasangan adaptor di stud area tanpa drilling pada bagian flange:
a. Menggunakan G-clamp pada flange sebagai pengganti peran saat melepas
baut dan mur pada stud area
b. Pada stud area di pasang ring adaptor dengan aliran menuju celah yang
masuk melalui lubang stud area
c. kemudian adaptor dijepit dengan mur dan baut dan diikuti pelepasan G-
clamp (Lakukan hal tersebut pada setiap stud area).
d. Tutup celah flange dengan wire brass dan diikuti dengan metal belt hingga
celah tertutup menyeluruh.
e. Kuatkan ikatan belt dengan belt tighterner
f. Suntikan compound pada adaptor hingga compound mengisi celah secara
menyeluruh.
g. OLS selesai
Gambar 3.23 Metode Pemasangan Adaptor Di Stud Area Tanpa Drilling Pada
Bagian Flange
3.6.3 Kombinasi
Merupakan metode OLS dengan menggabungkan beberapa proses untuk
menutup kebocoran. Diantaranya :
Kombinasi pengelasan untuk memaksimalkan peran compound untuk menutup
antara clamp dan pipe
Kombinasi sampah logam-logam yang dimasukan kedalam celah clamp dan pipa
yang di kombinasikan dengan compound untuk pemanfaatan limbah logam
maupun mengurangi jumlah compound yang dibutuhkan
Kombinasi compound pada satu proses kerja OLS untuk mendapat hasil yang
lebih maksimal
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 85
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
2. Memakan waktu untuk memesan clamp karena perlu proses pemesinan terlebih
dahulu.
3. Resiko yang besar saat media yang dihadapi ekstrim.
4. Saat maintenance, compound yang menempel tidak dapat dibersihkan,
sehingga perlu pergantian total pada bagian tersebut.
5. Pada saat start-up setelah stop, sering terjadi kebocoran pada compound karena
aliran kejut bertekanan besar sehingga OLS terkikis dan menyebabkan
kebocoran kembali.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 86
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
BAB IV
PEMABAHASAN
4.1.1 Data Jumlah kebocoran yang di tangani dengan OLS pada tiap-tiap Unit
bedasarkan lokasi kebocoran yang terjadi
Dari tabel, unit 101 paling banyak mengalami kebocoran yang di tangani
OLS sebanyak 60 kebocoran. Diikuti unit 102 sebanyak 6, unit 104 sebanyak 3, dan
kebocoran paling sedikit pada unit 107, 154, 156, 165, dan 47 sebanyak 1 buah.
Total kebocoran yang ditangani dengan OLS sebanyak 75 buah di RFCC.
Dari tabel, kebocoran paling banyak terjadi pada flange, yaitu sebanyak 60
buah. Diikuti dengan kebocoran pada Nozzle, Bonnet, dan Valve masing -masing
sebanyak 4 buah, dan paling sedikit terjadi pada valve sebanyak 3 buah.
Kebocoran Flange paling banyak terjadi pada unit 101 sebanyak 51 buah.
Kebocoran Nozzle paling banyak pada Unit 101sebanyak 3 buah. Kebocoran pada
bonnet paling banyak terjadi pada unit 101 sebanyak 3 buah, kebocoran pada valve
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 87
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
paling banyak terjadi pada unit 101 sebanyak 2 buah, dan kebocoran pada las paling
banyak terjadi pada unit 104 sebanyak 2 buah.
Dapat disimpulkan Dari table 4.1 bahwa kebocoran yang ditangani dengan
OLS paling banyak pada unit 101 sebanyak 60 buah.
4.1.2 Data Jumlah kebocoran yang di tangani dengan OLS pada Tiap-Tiap
Unit bedasarkan media kebocoran yang terjadi
Tabel 4.2 Jumlah Kebocoran Terhadap Media yang Mengalir Melalui Pipa
Service
Unit OLS
HC Air Catalist Steam
101 60 20 1 6 33
102 6 2 1 4
103 1 1 1
104 3 2 3
107 1 1
154 1 1
156 1 1
165 1 1
47 1 1
Total 75 26 5 6 42
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 88
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
Tabel 4.3 Level Steam pada RFCC PT. Pertamina RU-IV Cilacap
Tekanan Steam
level Steam Temperatur Steam (oC)
(Kg/cm2)
HP 385 42
MP 310 18.5
LP 220 3.5
rata-rata 305 21,34
Dari ketiga level tersebut, didapat rata-rata steam sebesar 305 oC dan
tekanan rata-rata sebesar 21.34 Kg/cm2. Disisi lain, dengan adanya flange sebagai
sambungan pipa, Flange juga memiliki celah yang ditutup dengan gasket. Oleh
sebab itu, umur atau kekuatan gasket yang tidak ideal pada flange yang menahan
steam dengan suhu 220-385 oC dan tekanan 3.5-42 Kg/cm2 yang menyebabkan
banyaknya kebocoran pada flange dan pipa steam.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 89
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
Tabel 4.4 Variasi data Pipa dengan Variasi Media, Ukuran, Tekanan, Temperature, Tanggal , Jenis OLS , dan Permasalahan
TAG TEKANAN TEMPERATUR JENIS
UNIT DESKRIPSI SERVICE UKURAN PERMASALAHAN
NUMBER Kg/cm2 o
C OLS
HEADER MCB
101-
SUPPLY, END BOCOR DI END
101 Header HC 14"300# 0.06 340.9 CLAMP
FLANGE SISI FLANGE
MCB
SEBELAH BARAT
NON
103 103-V-504 103-PV-001 LPG 3/4 IN 23.50 71.3 BOCOR DI VALVE
CLAMP
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 90
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
4.3 Analisa metode OLS yang dilakukan pada Pipa-pipa RFCC
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui apakah prosedur OLS yang
digunakan oleh kilang RFCC PT. Pertamina (persero) Cilacap sudah sesuai standar
OLS yang digunakan.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 91
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
Gambar 4.1 Flange OLS 101-Header MCB
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 92
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
OLS 101-Header
MCB
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 93
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
4.3.2 101-V-511
Mengalami kebocoran pada flange dengan ukuran 30900# dengan media
mengalir Catalyst dari 101-R-502 (lokasi bisa dilihat gambar 4.4) dengan
temperature 702.6 oC dan tekanan 1.884 Kg/cm2. Dilakukan OLS dengan metode
Clamp dengan Compound produk PT. Todico bahan clamp plate steel carbon A516-
70 dengan spesifikasi :
Ultimate Tensile Strength : 510 Mpa = 5200 Kg/cm2
Yield Tensile strength : 335 Mpa = 3619.99 Kg/cm2
Melting point : 1504.4444 oC
Dengan spesifikasi bahan clamp mampu menahan deformasi pada 3619.99
Kg/cm2, sedangkan tekanan dalam pipa sebesar 1.884 Kg/cm2. Pada melt point clamp
berada pada 1504oC dengan suhu media pipa 702.6 oC. Maka kemampuan clamp >
kondisi pipa. Tidak hanya itu, peran clamp juga dibantu dengan peran compound
untuk menutup celah kebocoran.
Compound yang digunakan pada kebocoran ini di rahasiakan oleh PT
Todaco. Sehingga spesifikasi dari compound tidak dapat dijelaskan. Pada gambar
4.3 merupakan pipa 101-V-511 yang telah di lakukan proses OLS pada tanggal 10
april 2015 hingga saat ini belum terjadi masalah lebih lanjut.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 94
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
101-R-502
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 95
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
4.3.3 101-P-522A
Mengalami kebocoran pada flange di valve dengan ukuran flange 30900#
dengan media mengalir HC dari pompa 101-P-522A (lokasi lihat gambar 4.6)
dengan temperature 344.9 oC dan tekanan 7.0 Kg/cm2. Dilakukan OLS dengan
metode Non-Clamp dengan Compound produk PT. Todico. Sehingga diperlukan
wire brass dan Metal belt dalam menahan compound. Metode OLS yang digunakan
adalah metode drilling pada stud area.
Dengan keadaan pada flange bocor celah < 8mm dan tekanan < 20.3496
Kg/cm2 maka digunakan metode Non-clamp pada flange 101-P-522A (lihat gambar
4.5) namun pada OLS ini tidak menggunakan Metal Belt. Hal tersebut dikarenakan
permukaan antara pipa yang dipisahkan flange tidak merata, sehingga perlu
dilakukan gerinda untuk meratakan permukaannya. Jika di lakukan pemasangan
metal belt maka hanya membuang biaya karena compound akan tetap keluar pada
celah metal belt yang tidak rata.
Pelakuan gerinda juga sangat berbahaya karena fluida mengalirnya adalah
HC yang mudah terbakar pada 101-P-522A. Percikan api akan keluar saat bagian
tersebut di gerinda. Compound yang digunakan pada kebocoran ini di rahasiakan
oleh PT todaco. Sehingga sepsifikasi dari compound tidak dapat dijelaskan. Pada
gambar 4.5 merupakan flange 101-P-522A yang telah di lakukan proses OLS pada
tanggal 6 Desember 2016 hingga saat ini belum terjadi masalah lebih lanjut.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 96
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
101-P-522A
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 97
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
4.3.4 103-V-504
Mengalami kebocoran pada di valve dengan ukuran inch dengan media
mengalir HC (LPG) dari unit 103-V-504 menuju unit sampling (lokasi lihat gambar
4.8) dengan temperature 71.3 oC dan tekanan 23.50 Kg/cm2. Dilakukan OLS dengan
metode Non-clamp dengan Compound produk PT. Todico. Sehingga diperlukan
wire brass dan Metal belt dalam menahan compound. Metode OLS yang digunakan
adalah metode drilling pada stud area.
Dengan kadaan pada flange bocor celah < 8mm dan tekanan 23.50 Kg/cm2
2 Mpa= 20.3496 Kg/cm2 (syarat non clamp) digunakan metode Non-clamp pada
flange 101-P-522A (lihat gambar 4.7). pada kondisi ini, prosedur untuk
menggunakan OLS non-clamp seharusnya tidak dilakukan karena tekanan yang ada
> 2Mpa.
Compound yang digunakan pada kebocoran ini di rahasiakan oleh PT
Todaco. Sehingga spesifikasi dari compound tidak dapat dijelaskan. Pada gambar
4.7 merupakan Valve 103-V-504 menuju Unit Sampling yang telah di lakukan proses
OLS pada tanggal Oktober 2015 hingga saat ini belum terjadi masalah lebih
lanjut.
Resiko penggunaan Non-clamp dengan ketidak sesuaian prosedur pada
tekanan dilakukan karena pada valve tersebut hanya mengaliri LPG untuk sampling
saja yang artinya LPG tidak mengalir secara continyu. Sehingga OLS pada 103-V-
504 valve masih bertahan hingga saat ini.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 98
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
Gambar 4.8 Lokasi OLS Valve 103-V-504 Menuju Unit sampling
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 99
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
4.4.5 104-V-505
Mengalami kebocoran pada shoe support dengan ukuran 12 inch dengan
media mengalir HC+Steam dari unit 104-E-505 menuju 104-C-502 (lokasi bisa
dilihat pada gambar 4.10) dengan temperature 54.09 oC dan tekanan 18.79 Kg/cm2.
Dilakukan OLS dengan metode Clamp dengan Compound produksi PT. Todico. PT
Todico memenangkan penawaran untuk mampu menangani kebocoran dengan
permasalahan tersebut, sehingga didapat bahan clamp sebagai berikut :
bahan clamp plate steel carbon A283 dengan spesifikasi :
Fatigue Strength : 170 Mpa = 1733.52 Kg/cm2
Ultimate Tensile Strength : 450 Mpa = 4588.72 Kg/cm2
Yield Tensile strength : 230 Mpa = 2345.35 Kg/cm2
Melting point : 1460 oC
Dengan spesifikasi bahan clamp mampu menahan deformasi pada 2345.35
Kg/cm2, sedangkan tekanan dalam pipa sebesar 18.79 Kg/cm2. Pada melt point clamp
berada pada 1460 oC dengan suhu media pipa 54.09 oC. Maka kemampuan clamp >
kondisi pipa. tidak hanya itu, peran clamp juga dibantu dengan peran compound
untuk menutup celah kebocoran.
Compound yang digunakan pada kebocoran ini di rahasiakan oleh PT
Todaco. Sehingga spesifikasi dari compound tidak dapat dijelaskan. Pada gambar
4.9 merupakan pipa 104-V-505 yang telah di lakukan proses OLS pada tanggal 29
13 Desember 2015 hingga saat ini belum terjadi masalah lebih lanjut.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 100
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
Gambar 4.10 Lokasi OLS 104-V-505
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 101
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pada kesempatan ini, saya selaku praktikan di MA 7 kilang RFCC PT.
Pertamina (persero) RU-IV Cilacap mendapatkan banyak sekali ilmu dilapangan.
Baik secara nyata, maupun teori. Tidak hanya soal pembelajaran kuliah, namun
juga pelajaran hidup dalam menghadapi pekerjaan.
Ditugaskan untuk membahas secara khusus mengenai OLS (online Leak
Sealing) yang ada di kilang RFCC. Sehingga didapatkan data-data mengenai OLS
pada kilang RFCC. Dari data-data tersebut didapat bahwa kebocoran yang ditangani
dengan OLS sebanyak 75 kebocoran dengan kebocoran terbanyak terjadi pada
flange sebanyak 60 kebocoran dan dengan media aliran pipa steam sebanyak 42
kebocoran, jadi kebocoran terbanyak terjadi pada flange aliran steam. hal itu
desebabkan karena flange merupakan peluang terjadi kebocoran paling besar pada
pemipaan. Adanya celah pada gasket dan pipa membuat terjadinya kebocoran
ditambah dengan steam yang bertekanan 3.5 42 Kg/cm2 dan temperature 220-385
o
C membuat pembebanan pada gasket semakin besar.
Setelah diketahui penyebab kebocoran, dilakukan pengambilan sempel dari
5 metode OLS dengan beberapa variasi data pendukung untuk di banding kan
dengan prosedur yang ada. Bagian kebocoran 101-Header MCB, 101-V-511, 101-
P-522A, 103-V-504, dan 104-V-505. Dari kelima sempel didapati variasi data
pendukung : aliran yang berbeda, letak kebocoran, temperature, tekanan, dan
ukuran.
Dari 5 sample tersebut di, 3 menggunakan metode Clamp yaitu 101-Header
MCB dan 104-V-505 menggunakan Clamp yang digunakan adalah baja karbon
plate A283, dan 101-V-511 menggunakan Clamp plate baja karbon A516-70.
Didapat bahwa metode OLS yang digunakan sudah sesuai dengan prosedur yang
ada. Karena bahan dari clamp mampu menutupi kekuatan dari media pipa.
2 menggunakan non-clamp yaitu 101-P-522A dan 103-V-504. Pada 103-V-
504 terjadi penyimpangan dikarenakan metode OLS yang digunakan tidak sesuai.
Tekanan pada 103-V-504 sebesar 23.50Kg/cm2 lebih besar dari standar
penggunaan non clamp yaitu 2 Mpa atau 20.3496 kg/cm2. Namun penyegelan
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 102
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
kebocoran tersebut oktober 2015 hingga saat ini belum terjadi masalah lebih
lanjut.
ketidak sesuaian prosedur tersebut dilakukan karena pada valve tersebut
hanya mengaliri LPG untuk sampling saja yang artinya LPG tidak mengalir secara
continyu pada Valve tersebut. Valve tersebut terbuka jika dibutuhkan hanya pada
saat membutuhkan sampling. Sehingga OLS pada 103-V-504 valve masih bertahan
hingga saat ini.
5.2 Saran
1. saran untuk PT. Pertamina (persero) RU-IV Cilacap, seharusnya Pertamina
menyediakan refrensi baik dasar teori maupun prosedur khususnya tentang OLS
2. saran untuk pembimbing, pembimbing sudah baik dalam menjalankan tugas
sebagai pembimbing. Tetap focus dalam menjalankan tugas dan mengetahui
mana prioritas utama saat berada di kilang.
3. saran untuk praktikan, seharusnya praktikan lebih aktif dalam mengikuti
kegiatan-kegiatan yang ada dikilang.
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 103
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017
DAFTAR PUSTAKA
Raymizard (145060200111022)
Laporan Kuliah Kerja Nyata-Praktik 104
PT Pertamina (Persero) RU-IV Cilacap
Januari 2017 Februari 2017