Anda di halaman 1dari 46

06:39

FURNACE
Disampaikan Dalam
Inclass Training BPST Non-Proses Angkatan 30

CONFIDENTIAL AND PROPRIETARY


Any use of this material without specific permission of
PT Pertamina (Persero) is strictly prohibited

Sungai Gerong, 28 Desember 2017

PT PERTAMINA (PERSERO) DIREKTORAT PENGOLAHAN


REFINERY UNIT III PLAJU
DATA DIRI
Nama : ARMANSYAH
Nopeg : 750543
Status : 100
Pendidikan Formal : S1–Teknik Mesin, Universitas Diponegoro
Jabatan : Junior Engineer II Stationary Inspection, 11.2016 – sekarang
Junior Engineer I Stationary Inspection, 02.2013 – 10.2016
TMT Dinas : 01 Februari 2013 (ex. BPST 23)
Penugasan : CDL Inspector, RU III, 2015 - sekarang
Tank Farm Inspector, RU III, 2013 – 2015
Achievement : + Peringkat 1 Ujian Sertifikasi Pressure Vessel Inspector - 2015
+ Tim “Problem Solving Stuck SSV-302” – 2015
+ Tim “Penyiapan Sarfas Blending Pertamax Racing” - 2014
+ Tim “Standarisasi Gondola dan Bracket OH Tangki” - 2013
Keanggotaan : Pengurus INDOCOR Cabang SUMSEL - 2017
Training : + API 510, PetroSync – 2017
+ Maintenace Management, PCU - 2014
+ CPT Inspector, PCU - 2013
Kualifikasi : + NDT Level-II (UT), B4T - 2017
+ Pressure Vessel Inspector, MIGAS - 2015
+ NDT Level-I (UT, MT, PT), B4T - 2014
1
Kontak : armansyah1@pertamina.com ; 081297292900
OUTLINE
PENGERTIAN FURNACE

KLASIFIKASI FURNACE

BAGIAN-BAGIAN FURNACE

MATERIALS

INSPEKSI

DESIGN THICKNESS

CREEP RUPTURE PARAMETER

REFERENCE STANDARD API 560 & API 530

www.pertamina.com 2
PENGERTIAN FURNACE
Furnace (Fired heater) adalah suatu peralatan yang banyak
digunakan dilingkungan industri perminyakan maupun
Petrokimia yang berfungsi untuk memindahkan panas dari
suatu media (gas panas hasil pembakaran) ke media lain yang
bersuhu lebih rendah didalam ruang tertutup.
Didalam industri perminyakan, Furnace merupakan peralatan
yang vital dan beresiko tinggi, antara lain dipakai untuk
memanaskan minyak mentah maupun minyak hasil destilasi
untuk proses lebih lanjut sampai suhu yang dikehendaki sesuai
dengan fraksi-fraksi yang diinginkan.

REFERENCE STANDARD

+ API RP 573 Inspection of Fired Boilers and Heaters


+ API Standard 560 Fired Heaters for General Refineries
Services
+ API Standard 530 – Calculation of Heater tube Thickness in
Petroleum Refineries
+ ASME B16.9 Factory-Made Wrought Steel Buttwelding Fitting
+ ASME B16.28 Wrought Steel Buttwelding Short Radius
Elbows and Return
+ ASME Section V - Non Destructive Examination
+ ANSI B.31.3 - Chemical Plant and Petroleum Refinery Piping
+ Standard Engineering Pertamina KP 52

www.pertamina.com 3
PENGERTIAN FURNACE
Ruang Lingkup
penggunaan Standard di
dalam peralatan Kilang.
Contoh :
- ASME BPVC
- ASME B31.3
- ASME B31.1
- API 560, dll

www.pertamina.com 4
KLASIFIKASI FURNACE
Vertical Heater

BENTUK Box Type Heater

High Temp. – Chemical Heater

Horizontal Coil

Vertical Coil
FURNACE ORIENTASI COIL

Cylindrical Coil

Natural Draft

Induced Draft
DRAFT
Forced Draft

Balanced Draft

www.pertamina.com 06:39 5
FURNACE IN REFINERY

Crude Destilling & Vacuum Units

Hydrotreating & Hydrocracking Units

Residue Treatment

Visbreaking & Delayed Coking Unit

Reforming (CCR, Platformers)

FCCU/RFCC

www.pertamina.com 6
KLASIFIKASI FURNACE
BENTUK
VERTICAL HEATER
+ Vertical heater mempunyai casing berupa cylindrical vertical steel fire box yang di
dudukan diatas pondasi dimana bagian dalamnya diberi lapisan pelindung panas
berupa fire brick maupun refractory. Vertical heater mempunyai heating coil berupa
vertical radiant tube yang satu dengan lainnya dihubungkan dengan 180° short
radius return bend pada bagian atas dan bawahnya serta ditumpu dengan high alloy
tube support.
+ Burner dengan castable muffle blocks yang berjumlah satu sampai dengan enam
diletakkan pada bagian lantai furnace dan disusun secara simetris, begitu juga
jendela dan lubang intip (peep hole). Jumlah dari burner tergantung dari ukuran
dapur dan kebutuhan panas dalam proses.
+ Pada stack dipasang stack damper, stack thermocouple, flue gas sample connection
dan draft gauge connection. Fungsi draft gauge adalah untuk mengukur tekanan
didalam stack (dalam inches of water), dimana tekanan ini harus negative untuk
memungkinkan flue gas dapat keluar.
+ Heating coil dapat berupa single pass (aliran proses dari satu inlet) maupun
multipass yang terdiri dari beberapa inlet ke convection section dan cross over
menuju radiant section dan keluar dengan beberapa outlet dari bottom.
+ Aliran proses yang masuk melalui convection section mendapatkan pemanasan
awal dari flue gas yang akan dibuang keluar melalui stack. Seterusnya aliran proses
dialirkan ke radiant section dan dipanasi sesuai dengan temperatur yang diinginkan,
baru kemudian keluar meninggalkan furnace.
+ Snuffing steam line diletakkan pada bottom dari fire box dan dipergunakan untuk
purging bagian dalam furnace sebelum dilakukan pembakaran bahan bakar pada
saat start up, maupun untuk pemadaman kebakaran.

www.pertamina.com 7
KLASIFIKASI FURNACE
VERTICAL HEATER

www.pertamina.com 8
KLASIFIKASI FURNACE
BENTUK
BOX TYPE HEATER
+ Box type heater atau sering juga disebut sebagai cabin type heater, banyak
dipergunakan pada HVU dan CDU. Kelebihan dari furnace ini adalah kemungkinan
terjadinya jilatan api secara langsung pada tube sangat kecil.
+ Tube pada radiant section disusun horizontal disepanjang vertical wall, sehingga
daerah ini sering disebut dengan wall tube.
+ Burner pada furnace ini ditempatkan di kedua dinding sisinya untuk dapat
memberikan panas yang cukup pada fire box.
+ Convection section dari box heater ini diletakkan pada bagian atas box heater,
hampir sama saja denga vertical heater. Fluida umumnya masuk melalui convection
section dan kemudian dialirkan ke radiant section.
+ Pada outlet line terdapat flanges connection untuk memasukkan udara atau steam
dalam proses decoking. Bila bagian dalam tube telah terbentuk lapisan coke, maka
untuk melepas / membersihkan coke tersebut dilakukan dengan memasukkan steam
dan udara yang kemudian dipanaskan.
+ Convection section ini juga dilengkapi dengan draft gauge connection yang berfungsi
untuk mengetahui tekanan di dalam fire box. Tekanan disekeliling lantai fire box
biasanya sekitar 0,5 inch H2O dan ini merupakan negative pressure yang
menyebabkan udara dapat masuk kedalam fire box untuk kebutuhan pembakaran.
Tekanan di roof biasanya sekitar 0,05 inch H2O dan tekanan di stack sekitar 0,68 -
0,75 inch H2O.
+ Shoot blower bekerja secara periodik melakukan penyemprotan permukaan luar tube
yang telah kotor oleh lapisan jelaga dari hasil pembakaran bahan bakar. Diatas
convection section dipasang breeching atau damper yang fungsinya mengatur
temperatur didalam fire box dengan mencegah flue gas terlalu cepat keluar dari
ruang pembakaran secara manual.

www.pertamina.com 9
KLASIFIKASI FURNACE
BOX TYPE HEATER

www.pertamina.com 06:39 10
KLASIFIKASI FURNACE
BENTUK
HIGH TEMPERATURE – CHEMICAL HEATER (REFORMER HEATER)
+ High pressure box furnace biasanya dipergunakan pada Hydrocracking unit reactor
charge heater. Heater ini dipergunakan pada heater proses tube dengan tekanan
tinggi. Tube tergantung vertikal dari atap ke lantai. Burner diletakkan pada lantai
dapur, dimana burner yang agak besar diletakkan ditengah-tengah dan yang lebih
kecil diletakkan dipinggir. Salah satu perbedaan dari dapur ini adalah pada bentuk
insulating
+ concrete atau refractory yang di lining beberapa inches oleh heavy duty fire brick,
juga pada lantai di lining dengan heavy duty fire brick. Heater ini sama saja dengan
heater-heater yang lain yang dilengkapi dengan lined stack, damper, roofbaffles pada
breeching dan tubes digantung dari roof sampai ke lantai. Juga dilengkapi dengan
snuffing steam, sample taps dan skin thermocouple dilekatkan pada tube.
+ Biasanya bahan tube dari austenitic stainless steel dan bahan ini sangat peka
terhadap asam, terutama pada kondisi basah sewaktu heater shutdown. Bila
dikarenakan sesuatu hal dapur ini tidak dapat dioperasikan maka sebaiknya pilot
tetap dinyalakan untuk menjaga temperatur tetap sekitar ± 400 oF. Bila ada
kemungkinan air masuk kedalam tube maka sebelum dioperasikan kembali bagian
dalam tube diflushing dengan soda ash untuk menetralisir asam-asam yang ada.
Juga pada bagian luar tube harus disemprot dengan soda ash sebagai proteksi
terhadap serangan asam dari luar.
+ Kondisi operasi dapur sangat perlu diperhatikan, karena bila beroperasi sedikit diatas
kondisi operasi dapat memperpendek umur pemakaian dapur. Bila pada suatu saat
dimana operasi dibawah design kapasitas dan karenanya burner yang dinyalakan
hanya sebagian saja, maka secara periodik agar burner dinyalakan bergantian untuk
mendapatkan pemanasan yang merata pada seluruh bagian dapur.

www.pertamina.com 11
BAGIAN-BAGIAN FURNACE

www.pertamina.com 12
BAGIAN-BAGIAN FURNACE
TUBE

www.pertamina.com 13
BAGIAN-BAGIAN FURNACE
TUBE SUPPORT
Panjang bagian yang tidak ter-support pada horizontal tube
tidak boleh melbihi 35 x OD atau 6 m (mana yang lebih kecil).

www.pertamina.com 14
BAGIAN-BAGIAN FURNACE
BURNER
 Burner bertugas mencampur bahan bakar dengan
udara dengan perbandingan tertentu, sehingga reaksi
pembakaran dapat berjalan dengan baik dan bahan
bakar yang dibakar menghasilkan energi panas yang
maksimal.
 Berdasarkan penggunaan bahan bakarnya, burner
diklasifikasikan menjadi:
1.Gas Burner
2.Oil Burner
3.Kombinasi Gas & Oil Burner

www.pertamina.com 15
BAGIAN-BAGIAN FURNACE
SHOOT BLOWER
• Fungsinya untuk menghilangkan / meniup jelaga atau senyawa logam teroksidasi, yang menempel di
permukaan pipa pemanas di ruang konveksi. Dengan alat ini diharapkan pipa di ruang konveksi selalu
bersih, sehingga efisiensi pertukaran panasnya tetap tinggi. Fluida yang digunakan untuk meniup jelaga
ini adalah steam.
• Fasilitas soot blower ini dipasang pada dapur yang menggunakan bahan bakar fuel oil, yang
mengandung Vanadium, Natrium dan Belerang. Jika menggunakan bahan bakar naptha, minyak diesel
dan bahan bakar gas fasilitas ini tidak diperlukan, disini pembersihan kotorannya dilakukan secara
periodik pada waktu TA.

www.pertamina.com 16
BAGIAN-BAGIAN FURNACE
BATU ISOLASI KALOR
1. Batu api isolasi (IFB - Insulating Fire Brick).
Adalah bata poros berkarakteristik isolasi baik dan mempunyai ketahanan mekanik memadai, daerah
temperatur operasi dapat mencapai antara 1100 C s/d 1750 C. Tembok/dinding yang terbuat dari IFB
relatif sangat berat sehingga perlu penyanggaan khusus. Suatu lapisan blok wool mineral seringkali
disisipkan diantara dinding luar dan IFB guna meningkatkan daya isolasi kalornya, konstruksi "brick and
block" ini merupakan standard untuk unit-unit khusus bertemperatur tinggi, seperti pada "Hydrocarbon
Steam Reformer" dan tungku pirolisis.

2. Refraktori Kastabel (Castable Refractory).


Digunakan pada daerah temperatur 2000 C s/d 3200 C dan merupakan konstruksi lapisan dalam yang
paling populer dewasa ini. Tebal lapisan 5 inci untuk dinding seksi konveksi dan seksi konveksi yang
terhalang pembuluh (shield section), dan 6-8 inci untuk dinding seksi radiasi.

3. Serat Keramik (Ceramic Fiber).


Merupakan hasil perkembangan terbaru dalam teknologi isolasi dan dapat digunakan untuk temperatur
850 C – 1700 C. Mempunyai keunggulan ringan, daya hantar kalor rendah, kapasitas kalor rendah,
ulet/tidak rapuh, inert, dan tahan kejutan temperatur maupun mekanik. Dalam praktek digunakan orang
dalam bentuk selimut setebal 1 inci dengan dinsitas 130 kg/m3. Karena permukaannya yang lebih porous
dibandingkan dengan lainnya, maka dianjurkan untuk melapisi pelat dinding bajanya dengan lapisan
pelindung.

www.pertamina.com 17
BAGIAN-BAGIAN FURNACE
LUBANG INTIP (PEEP HOLE)
Lubang kecil yang dibuat pada dinding ruang pembakaran untuk mengamati keadaan di ruang
pembakaran seperti nyala api, warna pipa pemanas dan warna batu tahan api. Lubang pengintip
diperlengkapi dengan penutup dari baja, dan harus selalu tertutup setelah digunakan.

www.pertamina.com 18
BAGIAN-BAGIAN FURNACE
STACK
 Fungsinya untuk mengalirkan gas hasil bakar ke atmosfir. Tinggi cerobong ditentukan berdasarkan draft
di ruang pembakaran dan peraturan tentang polusi udara. Bahan konstruksi cerobong biasanya adalah
baja karbon.
 Temperatur gas hasil pembakaran yang keluar dari cerobong diusahakan diatas 350 F agar
pengembunan SO2 tidak terjadi. Temperatur tidak boleh terlalu tinggi karena berarti banyak panas
terbuang, dalam praktek temperatur dijaga kurang dari 900 F untuk mencegah keharusan memasang
isolasi panas pada cerobong tersebut.

www.pertamina.com 19
BAGIAN-BAGIAN FURNACE
STACK DAMPER
1. Stack damper berfungsi untuk mengatur draft diruang pembakaran Jika damper dibuka lebar, maka
udara pembakaran akan bertambah sehingga pembakaran sempurna dapat terjadi, tetapi efisiensi
dapur menjadi kecil.
2. Damper diatur sedemikian rupa sehingga dicapai keadaan optimal antara kesempurnaan pembakaran
dan efisiensi panasnya.
3. Dalam praktek diatur dengan mempertahankan tekanan pada daerah tepat dibawah seksi konveksi
sebesar kira-kira 0,05 inchi H2O / 0,125 milibar vacum.
4. Damper dapat berdaun tunggal (untuk cerobong kecil) atau berdaun ganda (untuk cerobong besar).
Posisi bukaan diatur dari luar baik secara manual ataupun otomatik.
5. Bahan konstruksi damper dapat beraneka macam tergantung dari temperaturnya :

www.pertamina.com 20
BAGIAN-BAGIAN FURNACE
AIR PREHEATER
Alat ini merupakan bagian dari fired heater yang berfungsi memanaskan udara yang akan dialirkan ke
ruang pembakaran dengan memanfaatkan sisa panas dari hasil pembakaran.

www.pertamina.com 21
BAGIAN-BAGIAN FURNACE
IDF / FDF

FDF IDF

www.pertamina.com 22
MATERIALS
TUBE / PIPE
Hasil kalkulasi terhadap
Tube-Wall-Thickness harus
telah mempertimbangkan
korosi dan erosi pada sisi
internal beserta corrosion
allowance (CA), dimana
nilai CA yang harus
digunakan minimal
sebagai berikut :
 CS s/d C-1/2Mo : 3 mm
 Low alloy s/d
9Cr-1Mo : 2 mm
 Diatas 9Cr-1Mo : 1 mm
s/d austenitic SS

www.pertamina.com 06:39 23
MATERIALS
TUBE SUPPORT
1. Design tube support untuk radiant dan shock section berdasarkan flue gas temperature plus 100 °C,
dengan minimum design temperature adalah 870 °C.
2. Convection section, temperature flue gas plus 55 °C.
3. Panjang bagian yang tidak ter-support pada horizontal tube tidak boleh melbihi 35 x OD atau 6 m
(mana yang lebih kecil).
4. CA untuk tube support adalah 1.3 mm (austenitic materials), dan 2.5 mm (ferritic materials)

www.pertamina.com 06:39 24
MATERIALS
PLUG HEADER & RETURN BEND

Plug Header/Return Bend Material Center to Center Dimension

www.pertamina.com 25
MATERIALS
PLUG HEADER & RETURN BEND

Plug Header Return Bend

www.pertamina.com 26
MATERIALS
PLUG HEADER & RETURN BEND

www.pertamina.com 27
MATERIALS
EXTENDED SURFACE Extended Surface

Studded Finned
(by arc / resistance welding) (continuous welded to tube)

www.pertamina.com 28
MATERIALS
REFRACTORY LINING

1. Radiant Section
Refractory lining berfungsi untuk thermal resistance dalam melindungi pelat dinding agar terhindar dari
kerusakan akibat temperature tinggi, selain itu berfungsi juga dalam memproteksi pelat dinding dari
serangan sulfur yang terkandung didalam fuel gas.

2. Convection Section
Refractory lining pada convection section berfungsi untuk meminimalkan heat loss dan sebagai proteksi
pelat dinding. Refractory hot-face area convection ber-type erosion resistance (jika terdapat system soot-
blowing).

3. Header Box
Refractory lining pada header box berfungsi untuk meminimalkan heat loss dan sebagai proteksi korosi
pada panel door.

4. Breeching, Ducting dan Stack


Refractory lining berfungsi sebagai thermal resistance, mechanical integrity dan sebagai proteksi korosi
pada shell.

www.pertamina.com 29
MATERIALS
CERAMIC FIBER LINING
1. Tidak dapat diaplikasikan pada layer hot-face yang melebihi temperature 700 °C.
2. Untuk konstruksi berlapis, hot-face layer harus memiliki 25 mm thickness dan density 128 kg/m3.
3. Backup layer/lapisan lainnya harus terbuat dari material yang dapat ditembus oleh stud anchor (needled
material) dengan minimum density 96 kg/m3, lebar blanket max 600 mm.
4. Overlapping blanket harus searah dengan flow flue gas.
5. Vertical wall  Anchor spacing = 254 mm (arah lebar blanket)
= 254 – 305 mm (arah memanjang blanket)
6. Overhead (roof,arch,dll)  Anchor spacing = 254 mm (arah lebar blanket)
= 225 – 250 mm (arah memanjang blanket)

www.pertamina.com 30
MATERIALS
CERAMIC FIBER LINING

Fiber Lining Anchoring System

www.pertamina.com 31
Stud Layout Anchoring System & Overlap
INSPEKSI

www.pertamina.com 32
DESIGN THICKNESS
+ Pertimbangan design untuk tube thickness pada fired heater adalah pada temperature operasinya.
+ Steel/baja yang beroperasi pada temperature tinggi akan mengalami creep (mulur/deformasi
permanen), oleh sebab itu pertimbangan design tube fired heater terdiri dari Elastic Design dan Creep-
Rupture Design.
Elastic design  allowable stress berdasarkan yield strength
Creep-Rupture Design  allowable stress berdasarkan rupture strength
+ Temperature mulai terjadinya Creep pada material CS = 425 °C; SS347 = 590 °C.
+ Elastic Design :

+ Creep-Rupture Design :

www.pertamina.com 33
DESIGN THICKNESS

www.pertamina.com 34
DESIGN THICKNESS
Pada API last edition tahun 2015, masing-masing kurva telah terpisah, seperti gambar dibawah ini :

www.pertamina.com 35
DESIGN THICKNESS

www.pertamina.com 36
DESIGN THICKNESS
Minimum thickness untuk tube baru (termasuk dengan CA) tidak boleh kurang dari yang
ditunjukkan table dibawah ini :

www.pertamina.com 37
CREEP RUPTURE

Parameter yang dapat digunakan dalam Penentuan Creep Rupture Time :

1 LARSON-MILLER T = Service Temperature


PARAMETER
tr = Creep Rupture Time
P = 𝑇 + (𝐶 + 𝑙𝑜𝑔𝑡𝑟 ) R = Gas Constant
CLM = Larson-Miller Constant
C/C1, C2 = L-M/M-H Constant
MANSON-HAFERD
2 C untuk L-M biasanya 20 (carbon steel, low alloy steel)
PARAMETER
15 (ferritic & austenitic SS)
(log 𝑡𝑟 − log C1 )
P= 30 (T91/P91, 9Cr-1Mo-V Steel)
(𝑇− C2 ) Q = O-S-D Constant

Dari 3 (tiga) parameter disamping, yang biasa digunakan dan yang


di adopt didalam Stress Curve API 530 adalah LARSON-MILLER
ORR-SHERBY-DORN
3 PARAMETER (LMP).
PARAMETER

𝑄
P = log 𝑡𝑟 −
𝑅𝑇

www.pertamina.com 38
CREEP RUPTURE

Contoh penggunaan LMP Formula dalam menentukan Remaining Life Tube Furnace :
Data : - Material tube = 16Cr-12Ni-2Mo (type 316 SS)
- OD tube = 168.3 mm
- Initial min. thickness = 6.8 mm
dengan history pengoperasian sbb :

Minimum Thickness
Operating Gauge Tube Metal
Periode Durasi
Pressure Temperature Awal Akhir
Operasi
(tahun) (MPa) (psi) (°C) (°F) (mm) (inch) (mm) (inch)
I 1.3 3.96 575 649 1200 6.81 0.268 6.40 0.252
II 0.6 4.27 620 665 1230 6.40 0.252 6.20 0.244
III 2.1 4.07 590 660 1220 6.20 0.244 5.51 0.217

Asumsi : - OD konstan
- Temperatur operasi & tube metal temperatur adalah uniform

www.pertamina.com 39
CREEP RUPTURE

Contoh penggunaan LMP Formula dalam menentukan Remaining Life Tube Furnace :
Data : - Material tube = 18Cr-10Ni-Nb (type 347 SS)
- OD tube = 168.3 mm
- Initial min. thickness = 6.8 mm
dengan history pengoperasian sbb :

Rupture Time Based on


Larson-Miller Value Minimum
Average Stress Average Strength
Periode Strength
Operasi
Minimum Average
Life Life
(tahun) (tahun)
(MPa) (psi) (°C) (°F) (°C) (°F) Fraction Fraction

I 48.47 7038 20.53 36.95 20.53 36.95 33.7 0.04 94.95 0.01
II 54.90 7970 20.25 36.43 20.25 36.43 7.2 0.08 20.3 0.03
III 56.46 8183 20.18 36.34 20.18 36.34 8.5 0.25 23.9 0.08
Accumulated Damage = 0.37 0.12

Asumsi : - OD konstan
- Temperatur operasi & tube metal temperatur adalah uniform

www.pertamina.com 40
CREEP RUPTURE
SOLUTION
Solusi :
Dalam menghitung minimum strength rupture time (tDL) seperti langkah berikut ini :
6,81+6,40
1. Perhitungan average stress thickness δσ,𝑎𝑣𝑒 = =6,605 mm
2
1 𝑝𝑟 𝐷𝑜 1 3.96 𝑥 168.3
2. Perhitungan rupture allowable stress 𝜎𝑟 = − 𝑝𝑟 = − 3.96 = 48.47 𝑀𝑃𝑎
2 δσ,𝑎𝑣𝑒 2 6.605
3. Dengan rupture allowable stress tersebut, didapatkan LMP = 20.5
4. Untuk menentukan rupture time dengan menggunakan minimum strength, adalah: tDL = Design life
LMP (σ) = (Td + 273) (CLM + log tDL) x 10-3
20.5 = (649 + 273) (16.76 + log tDL) x 10-3
20.5 = 0.922 (16.76 + log tDL)
22.23 = 16.76 + log tDL
log tDL = 5.47
tDL = 295120 jam
tDL = 33.7 tahun
5. Untuk menentukan rupture time dengan menggunakan average strength, adalah:
LMP (σ) = (Td + 273) (CLM + log tDL) x 10-3
20.5 = (649 + 273) (16.31 + log tDL) x 10-3
20.5 = 0.922 (16.31 + log tDL)
22.23 = 16.31 + log tDL
log tDL = 5.92
tDL = 831763 jam
tDL = 94.95 tahun
1.3
6. Life fraction adalah rasio durasi operasi terhadap rupture time, 𝐿𝑖𝑓𝑒 𝑓𝑟𝑎𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 = = 0.04
33.7
7. Akumulasi damage adalah total dari life fraction.

www.pertamina.com 41
LARSON-MILLER PARAMETER

48.47

20.5

www.pertamina.com 42
CLM

www.pertamina.com 43
REFERENCE STANDARD API

www.pertamina.com 44
www.pertamina.com 45

Anda mungkin juga menyukai