Anda di halaman 1dari 82

i

BAB 1. GEOMETRI SHELL & TUBE HEAT EXCHANGER

TEMA

TEMA adalah singkatan dari “Tubular Exchanger Manufacturers Association”

dan merupakan seperangkat standar yang dikembangkan oleh manufaktur

shell & tube heat exchanger (STHE) terkemuka

(https://www.thermalproducts.com/information-and-resources/item/1995-

selecting-the-proper-tema-type-heat-exchanger). Standar-standar tersebut

menentukan tipe heat exchanger (HE) serta batas-batas toleransi HE tersebut.

Salah satu keuntungan memilih manufaktur yang merancang STHE

berdasarkan spesifikasi yang ditentukan oleh TEMA yaitu produk HE yang

diterima adalah produk dengan kriteria dan spesifikasi yang sudah sesuai

standar.

Terdapat 3 klasifikasi utama TEMA, yaitu:

 TEMA C, yaitu HE yang digunakan untuk proses-proses umum

 TEMA B, yaitu HE yang digunakan untuk proses yang melibatkan

bahan kimia

 TEMA R, yaitu HE yang khusus untuk proses refinery minyak bumi

STHE secara umum terdiri dari 4 bagian utama, yaitu:

1. Bagian depan yang tetap atau Front Head Stationary Head (Stasionary

Head)

2. Shell atau badan alat Heat Exchanger

3. Bagian ujung belakang atau Rear End Head (Rear Head)

1 | Yuli Amalia Husnil


4. Berkas tube atau tube-bundle (kumpulan tube yang dimasukan ke

dalam bagian shell)

Masing-masing bagian tersebut terbagi menjadi beberapa bentuk geometri

yang berbeda. Gambar 1 di bawah ini menunjukkan klasifikasi untuk

masing-masing bagian STHE. STHE dikonstruksi dengan mengkombinasikan

ketiga bagian tersebut. Jika suatu STHE memiliki kode BEM, artinya HE ini

memiliki bagian depan tipe B, shell dengan tipe E, dan bagian belakang

dengan tipe M. Terdapat 5 kategori konstruksi STHE yang merupakan hasil

dari kombinasi bagian-bagian yang bentuk geometrinya ditampilkan pada

Gambar 1 (https://www.process-heating.com/articles/84522-selecting-tema-

type-heat-exchangers).

2 | Yuli Amalia Husnil


Gambar 1. Klasifikasi bagian-bagian STHE menurut TEMA

3 | Yuli Amalia Husnil


Bagian-bagian STHE

Gambar 2. Bagian-bagian STHE secara umum

Klasifikasi Shell & Tube Heat Exchangers

FLOATING HEAD EXCHANGERS (Removable bundle heat exchangers)

Pada Removable bundle heat exchangers bundel tube dapat dilepaskan tanpa

mengganti shell atau bonnets. Kategori STHE ini umumnya kurang efektif

dari segi biaya dibanding disain dengan bundle tube yang tidak dapat

dilepas. Terdapat 5 konfigurasi yang termasuk dalam kategori ini.

1. BEU / AEU

U Bundle Exchangers (STHE yang bagian belakangnya berbentuk U)

umumnya merupakan gaya desain yang paling efektif dari segi biaya dari

4 | Yuli Amalia Husnil


semua konfigurasi Removable Bundle Exchangers. Bundel tube dapat

dibersihkan dengan menggunakan air, uap atau dibersihkan secara kimia.

Unit-unit ini harus memiliki jumlah aliran tube yang genap, yang justru

terkadang dapat membatasi penerapannya (mis. umumnya tidak dapat

digunakan ketika terjadi temperatur cross).

(a)

5 | Yuli Amalia Husnil


(b)

Gambar 3. STHE tipe BEU, (a) bagian-bagian penyusun, (b) skema aliran fluida

STHE dengan tipe BEU cocok digunakan untuk memanaskan atau

mendinginkan fluida dengan tingkat fouling yang rendah seperti seperti air,

susu, dan produk minuman. Selain itu tipe ini cocok untuk proses

perpindahan panas dimana perbedaan temperatur antara fluida di shell dan

di tube tidak terlalu besar.

2. BEW / AEW

Shell pada disain ini dapat dilepas sehingga dapat diinspeksi dan

dibersihkan bagian dalamnya menggunakan steam atau secara mekanik.

Tube-tube juga dapat diperbaiki atau diganti tanpa mengganggu sistem

perpipaan shell. Kelemahan dari kategori ini yaitu fluida pada shell dan

tube keduanya harus non-volatile dan tidak beracun. Aliran di tube hanya

bisa 1- atau 2-pass. STHE ini juga tidak dapat digunakan untuk proses

dimana terdapat perbedaan temperatur yang besar antara shell dan tube.

STHE dengan tipe AEW cocok digunakan untuk memanaskan atau

mendinginkan elektrolit, kondensat, brine, boiler blowdown/hydraulic,

turbine dan compressor oils/fluids

6 | Yuli Amalia Husnil


Gambar 4. STHE tipe AEW

3. AEP / BEP

Tipe ini terdiri dari unit tabung lurus dengan satu floating head di dalam

dan satu stationer head. Disain yang seperti ini memungkinkan tube bundle

untuk memuai atau mengkerut ketika dioperasikan dengan perbedaan

temperatur yang besar antara fluida di shell dengan fluida di tube. Unit-

unit ini paling sering digunakan sebagai intercooler dan aftercooler dengan

gas di sisi tube. Tipe ini juga merupakan konfigurasi STHE yang umum

digunakan untuk HE yang menggunakan oksigen sebagai salah satu fluida.

Tekanan operasi maksimum untuk STHE tipe ini adalah >2000 psig.

Tipe BEP direkomendasikan untuk aplikasi yang mengharuskan tube untuk

secara berkala dibersihkan secara mekanik serta untuk aplikasi dengan

7 | Yuli Amalia Husnil


perbedaan temperatur yang besar antara fluida di shell dengan fluida di tube.

Umumnya tipe BEP digunakan untuk memanaskan atau mendinginkan

fluida dengan viskositas tinggi dan fluida yang mengandung partikulat

(tingkat fouling yang tinggi). Mengingat tube bundle pada tipe BEP tidak

dapat dilepaskan maka fluida di bagian shell harus memiliki tingkat fouling

yang sangat rendah.

(a)

8 | Yuli Amalia Husnil


(b)

Gambar 5. STHE tipe BEP, (a) bagian-bagian penyusun, (b) skema aliran fluida

4. AES / BES

Tipe ini adalah unit bundel yang paling mahal dalam kategori ini. Tabung

dapat dibersihkan secara mekanis, secara kimia, menggunakan air atau

steam. Desain tipe ini juga mensyaratkan jumlah aliran di sisi tube

berjumlah genap. Oleh karena itu proses transfer panas yang bisa diterapkan

pada tipe ini juga terbatas seperti U bundel. STHE tipe ini umumnya

digunakan untuk proses yang tidak dapat dilakukan menggunakanl U

Bundle atau fluida yang digunakan terlalu korosif sehingga dapat merusak

packing yang digunakan dalam unit AEP/BEP.

9 | Yuli Amalia Husnil


Gambar 6. STHE tipe AES

FIXED TUBE EXCHANGERS

Jenis unit ini sering digunakan dalam layanan dan layanan bertekanan

tinggi di mana Anda ingin menghindari masalah kebocoran pada sambungan

yang bocor. Keuntungan lain adalah bahwa mereka umumnya lebih efektif

daripada desain bundel yang dapat dilepas.

1. NEU

STHE tipe NEU ekuivalen dengan tipe BEU Exchanger untuk aplikasi industri

yang tidak mengharuskan proses berjalan sesuai standar sanitasi seperti pada

aplikasi untuk produk makanan. Karena badan HE ini tidak harus dilapisi

maka tipe NEU adalah pilihan paling ekonomis untuk proses pemanasan

menggunakan steam sebagai media pemanas. U-tube dapat

memuai/mengkerut dengan bebas akibat variasi temperatur sehingga

memperkecil kegagalan operasional akibat thermal shock.

10 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
(a)

(b)

Gambar 7. STHE tipe NEU

2. AEM / BEM / AEL

11 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
STHE ini merupakan disain yang paling sederhana dan paling ekonomis.

Tube sheet dilas pada shell dan kedua head disambungkan dengan tube

menggunakan baut. Kekurangan dari disain ini yaitu, bagian shell hanya

bisa dibersihkan menggunakan larutan kimia. No ability to absorb thermal

expansion between the outer shell and tube bundle

(a)

(b)

12 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Gambar 8. STHE tipe BEM

Pembersihan menggunakan steam pada tube bundle harus dihindari kecuali

unit memiliki sambungan samping shell bersama. Uap akan menyebabkan

tabung mengembang dan terlepas dari tube sheet yang dapat menyebabkan

kegagalan saat startup.

Pemilihan Praktis

Karena terlalu banyak jenis kontruksi Shell and Tube dengan standard TEMA,

untuk mempermudah pemilihan TEMA maka dibuat prosedur singkat untuk

memilih jenis Shell and Tube:

 Pilih tipe rear head terlebih dahulu, kemudian pilih stationary head

yang cocok.

 Dilihat dari segi ekonomi, pilih B-U dahulu

 Jika tube side tinggi, pilih B-M, karena tubesheet bisa diperbaiki,

fluida pada shell side harusnya non-fouling atau shell side tidak

mungkin untuk clean chemical (dibersihkan)

 Jika shell high fouling, maka pilih A-S, jika shell side design pressure

lebih tinggi dari 40 kg/cm2g), plih A-T

 Pilih NTIW dengan tipe E, jika fluida di shell side vapor dan terjadi

getaran (vibration)

 Untuk tipe kattle reboiler, pertama pilih BKU (Gambar 2.4), jika tube

side high fouling, pilih AKT

13 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
BAB 2. PERTIMBANGAN DISAIN TERMAL

Laju alir fluida panas dan dingin, temperatur keluarannya dan properti dari

masing-masing fluida tersebut adalah input utama dalam disain termal HE.

Untuk shell dan tube, disain termal meliputi penentuan luas area

perpindahan panas, jumlah tube, panjang dan diameter tube, tata letak tube,

jumlah aliran (pass) shell dan tube, tipe HE (fixed tube, removable tube, atau

U bundle), jarak antar tube (tube pitch), jumlah sekat (baffle), tipe dan

ukuran baffle, pressure drop di shell dan tube, dan lain-lain.

Shell

Shell adalah wadah untuk fluida yang melewati shell dan tempat

diletakkannya tube bundle. Diameter shell ditentukan sedemikian sehingga

pas dengan ukuran tube bundle. Jarak antara bagian dalam shell dan tube

bundle bergantung pada tipe HE. Shell biasanya difabrikasi menggunakan

pipa baja standar dengan laju korosi yang dapat diterima.

Tube

Kondisi paling efisien untuk perpindahan panas adalah ketika suatu STHE,

pada diameter shell tertentu, memiliki jumlah tube maksimum sehingga

dihasilkan turbulensi di dalam tube. Ketebalan tube harus cukup sehingga

mampu menahan tekanan internal tube dan korosi dari fluida yang

melewatinya. Dimensi tube terdiri dari ketebalan tube yang diekspresikan

dengan BWG (Birmingham Wire Gauge) dan diameter luar (OD) yang diukur

dengan satuan inch.

14 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Semakin panjang tube akan berakibat pada semakin kecil diameter shell dan

pada akhirnya memperbesar pressure drop di shell. Nominal panjang tube

harus dibatasi untuk mengikuti panjang standar yang ada di industri, U-

tube harus diukur dari muka bagian dalam tabung ke ujung bagian lurus di

U-bend.

Tube dengan panjang 6, 8, 12, 16, 20, dan 24 ft adalah yang paling umum

digunakan. Bisa juga digunakan nominal standar panjang tube dengan

ukuran 8-32 ft atau 2500-9750 mm (Ludwig, 1965). Namun, untuk

perancangan yang ekonomis dapat dipilih panjang tube dengan ukuran 2500,

3000, 3500, 4000, 4500, 5000 dan 6000 mm. Untuk perancangan panjang

tube diluar dari standard bisa difabrikasi jika mampu. Stainless steel,

perunggu, tembaga, dan campuran tembaga-nikel adalah bahan-bahan tube

yang umum digunakan.

Alokasi Fluida

Alokasi fluida adalah penempatan/lokasi fluida transfer panas, dimana

pemilihan lokasi juga penting, untuk lebih jelasnya perhatikan Tabel 1

berikut mengenai pemilihan lokasi fluida.

Tabel 1. Penempatan Fluida pada Shell dan Tube

Shell : Tube

15 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
 Fluida yang mempunyai  Fluida yang cenderung kotor

pressure drop yang rendah (fouling)

 Fluida yang cenderung viscous  Fluida yang cenderung korosif

(kental)  Fluida non condensable gases

 Fluida dengan laju  Fluida yang mengandung

perpindahan panas yang padatan

rendah  Cooling water

 Fluida yang mengalami  Fluida yang lebih panas

perubahan fasa

 Fluida yang mengalami

perubahan temperatur yang

besar (>40oC)

Arah Aliran (Flow Direction)

Apabila ditinjau alat penukar kalor iini, maka aliran dibagi menjadi tiga

macam aliran, yaitu:

 Aliran sejajar atau searah (co-current flow)

 Aliran berlawanan (counter-current flow)

 Aliran kombinasi, gabungan antara aliran searah dengan aliran

berlawanan arah.

Aliran yang biasa digunakan adalah counter-current karena Mempunyai

LMTD yang besar, sehingga luas transfer panas yang dibutuhkan kecil, maka

16 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
ukuran HE juga kecil. Berikut adalah gambar arah aliran fluida counter-

current dan co-current pada shell and tube heat exchanger.

Jumlah Aliran di Tube

Pola Penyusunan Tube (Tube Pattern)

Susunan pemasangan tube pada tube sheet suatu STHE bisa dijumpai dalam

pola triangular dan square seperti terlihat pada Gambar 9 berikut. Tube pitch

adalah jarak dari bagian tengah satu tube ke bagian tengah tube lain yang

berdekatan. Nilai terkecil untuk tube pitch adalah 1.25 kali dari diameter

luar tube (ODt) dan biasanya nilai ini yang dipakai kecuali ada keharusan

untuk menggunakan tube pitch yang lebih lebar. Jumlah total tube yang

diletakkan di dalam sebuah shell dengan diameter tertentu dinamakan

dengan tube count. Jumlah tube bergantung pada faktor-faktor seperti

diameter dalam (ID) shell, OD tube, tube pitch, tata letak tube, jumlah aliran

(pass) tube, tipe STHE, dan tekanan disain HE.

17 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Gambar 9. Tube Pattern

Tube pitch ditentukan dengan terlebih dahulu menetapkan OD tube dan tata

letak tube. Standar tube pitch untuk pasangan beberapa OD tube dengan pola

susunan square dan triangular dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Tube Pitch pada beberapa OD Tube

Tube OD (in) Square Pitch (in) Triangular Pitch (in)

5 7 25
8 8 32

¾ 1 15
atau 1
16

1 1¼ 1¼

1¼ 1
9
1
9
16 16

1½ 18
7
18
7

18 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Diameter Tube

Diameter tube yang paling sering digunakan yakni antara 1 dan ¾ inch,

namun pada perancangan tidak menutup kemungkinan digunakan diameter

dengan ukuran lain, berikut adalah tabel diameter tube yang disediakan di

industri, yang ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Diameter Tube Haet Exchanger (Kern, 1968)

Thickness External Internal


OD of B.W.G ID tubing Internal area surface m2 surface m2
tubing (m) gauge (m) (m) (m2) per m per m
length length
22 0.0007 0.00485 0.0000185 0.019947 0.0047257
24 0.00055 0.00515 2.08125E-05 0.019947 0.005014
0.00625
25 0.00045 0.00535 0.0000225 0.019947 0.0052094
27 0.0004 0.00545 2.33125E-05 0.019947 0.0053117
18 0.001225 0.006925 3.76875E-05 0.029951 00067443
20 0.000875 0.007625 4.56875E-05 0.029951 0.0073397
0.009375
22 0.0007 0.007975 4.99375E-05 0.029951 0.0077676
24 0.00055 0.008275 0.00005375 0.029951 0.0080653
16 0.001625 0.00925 6.71875E-05 0.0399245 0.0090141
18 0.001225 0.01005 7.93125E-05 0.0399245 0.0097862
0.0125
20 0.000875 0.01075 0.00009075 0.0399245 0.0104746
22 0.0007 0.0111 0.00009675 0.0399245 0.0108095
12 0.002725 0.010175 8.13125E-05 0.049898 0.0099165
13 0.002375 0.010875 0.000092875 0.049898 0.0105955
14 0.002075 0.011475 0.000103438 0.049898 0.0111816
15 0.0018 0.012025 0.000113563 0.049898 0.0117118
16 0.001625 0.012375 0.00012025 0.049898 0.012056
0.015625
17 0.00145 0.012725 0.000127188 0.049898 0.0124002
18 0.001225 0.008175 0.000136313 0.049898 0.0128375
19 0.00105 0.013525 0.000143688 0.049898 0.0131723
20 0.000875 0.013875 0.000151188 0.049898 0.0135165
10 0.00335 0.01205 0.000114063 0.0598715 0.0117398
0.01875
11 0.003 0.01275 0.000127688 0.0598715 0.0124188
12 0.002725 0.01355 0.000138938 0.0598715 0.0129584

19 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Thickness External Internal
OD of B.W.G ID tubing Internal area surface m2 surface m2
tubing (m) gauge (m) (m) (m2) per m per m
length length
13 0.002375 0.014 0.000153938 0.0598715 0.0136375
14 0.002075 0.0146 0.000167438 0.0598715 0.0142235
15 0.0018 0.01515 0.00018025 0.0598715 0.0147631
16 0.001625 0.0155 0.000188688 0.0598715 0.0178887
17 0.00145 0.01585 0.000197313 0.0598715 0.0154422
18 0.001225 0.0163 0.000208688 0.0598715 0.0164654
20 0.000875 0.017 0.000227 0.0598715 0.0165585
10 0.00335 0.015175 0.000180875 0.0698755 0.0147817

11 0.003 0.015875 0.000197938 0.0698755 0.0154608

12 0.002725 0.016425 0.000211875 0.0698755 0.0160003

13 0.002375 0.017125 0.000230313 0.0698755 0.0166794

14 0.002075 0.017725 0.00024675 0.0698755 0.0172654


0.021875
15 0.0018 0.018275 0.000262313 0.0698755 0.017805

16 0.001625 0.018625 0.000272438 0.0698755 0.0181399

17 0.00145 0.018975 0.000282813 0.0698755 0.0184841

18 0.001225 0.019425 0.000296375 0.0698755 0.0189213

20 0.000875 0.020125 0.00318125 0.0698755 0.0196004

8 0.004125 0.01675 0.000220375 0.079849 0.0163166

10 0.00335 0.0183 0.000263 0.079849 0.0178236

11 0.003 0.019 0.0002835 0.079849 0.018512

12 0.002725 0.01955 0.000300188 0.079849 0.0190422

0.025 13 0.002375 0.02025 0.000322063 0.079849 0.0197306

14 0.002075 0.02085 0.000341438 0.079849 0.0203074

15 0.0018 0.0214 0.000359688 0.079849 0.0208469

16 0.001625 0.02175 0.000371563 0.079849 0.0211911

20 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Thickness External Internal
OD of B.W.G ID tubing Internal area surface m2 surface m2
tubing (m) gauge (m) (m) (m2) per m per m
length length
18 0.001225 0.02255 0.000399375 0.079849 0.0219725

20 0.000875 0.02325 0.000424563 0.079849 0.0226516

7 0.0045 0.02225 0.000388813 0.099796 0.0216748

8 0.004125 0.023 0.0004155 0.099796 0.0224097

10 0.00335 0.02455 0.000473375 0.099796 0.0239167

11 0.003 0.02525 0.00050075 0.099796 0.0245958

12 0.002725 0.0258 0.000522813 0.099796 0.0251354

13 0.002375 0.0265 0.000551563 0.099796 0.0258144

14 0.002075 0.0271 0.000576813 0.099796 0.0264005

0.03125 16 0.001625 0.028 0.00061575 0.099796 0.0272749

18 0.001225 0.0288 0.000651438 0.099796 0.0280563

20 0.000875 0.0295 0.0006835 0.099796 0.0287354

10 0.00335 0.0308 0.000745063 0.1197735 0.0300006

12 0.002725 0.03205 0.00080675 0.1197735 0.0312192


0.0375
14 0.002075 0.03335 0.000873563 0.1197735 0.0324843

16 0.001625 0.03425 0.000921313 0.1197735 0.0333681

11 0.003 0.044 0.0015205 0.159698 0.0428659

12 0.002725 0.04455 0.001558813 0.159698 0.0433962


0.05
13 0.002375 0.04525 0.001608188 0.159698 0.0440845

14 0.002075 0.04585 0.001651063 0.159698 0.0446613

Sumber : GPSA Engineering Databook

21 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Diameter Shell

Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk menentukan diameter shell. Yang

pertama adalah dengan membaca grafik pemilihan diameter yang sesuai

dengan jumlah tube dan pola tube triangular yang paling umum digunakan

pada STHE (Gambar 10). Diameter shell yang terbaca dari grafik tersebut

adalah diameter dalam (ID) untuk STHE dengan triangular pitch. Jika

susunan tube yang digunakan adalah square pitch maka ID yang terbaca

dikalikan dengan 1.075.

Gambar 10. ID shell pada variasi jumlah tube, OD tube dan tube pitch

Penentuan ID shell menggunakan grafik ini memang praktis namun ada

keterbatasan. Grafik ini hanya bisa digunakan untuk STHE dengan jumlah

22 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
tube antara 200-2000 dan hanya untuk OD tube dengan tube pitch tertentu.

Selain itu ID shell yang ditentukan pada grafik tersebut tidak

mempertimbangkan jumlah aliran di tube. Untuk itu, selain dikalikan

dengan faktor koreksi terkait susunan tube di shell, ID shell yang terbaca di

grafik harus dikalikan dengan faktor koreksi karena jumlah aliran di tube.

Bagaimana STHE dikonstruksi juga membuat ID shell yang terbaca di grafik

harus dikalikan dengan faktor koreksi lain, namun mengingat konstruksi

STHE bukan bagian dari bahasan di diktat ini maka faktor koreksi tersebut

diasumsikan bernilai 1. Tabel 4 di bawah ini menampilkan faktor koreksi

untuk ID shell terkait jumlah aliran di tube.

Tabel 4. Faktor Koreksi Jumlah Pass Tube

Diameter Shell Nomor Pass Tube

(Inch) Dua Empat Enam Delapan

Kurang dari 12 1,10 1,2 1,35 -

12-24 1,03 1,08 1,12 1,25

25-41 1,02 1,05 1,07 1,08

Lebih dari 41 1,01 1,03 1,04 1,06

Sumber : GPSA Engineering Handbook

Contoh 1. Penentuan ID shell melalui grafik

Tentukan ID shell yang dilengkapi dengan 320 tube dengan OD masing-


1
masing tube 1 inch dan tube pitch 14 pitch. Pola tube yang digunakan

adalah square pitch dengan 4-tube pass. Faktor koreksi inlet flow area untuk

square pitch adalah 1.02.

Langkan pengerjaan :

23 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
- Pada grafik diperoleh shell diameter 25 inch dari 320 jumlah tube dan

OD tube 1 inch.

- Untuk pola square pitch mempunyai koreksi faktor 1.075

- Selanjutnya pada Tabel diketahui faktor koreksi diameter shell 25 inchi

untuk jumlah tube 4-pass adalah 1.05

- Koreksi flow area masuk untuk square pitch adalah 1.02

ID shell = 25 inch x 1.075 x 1.05 x 1.02 = 28.783 inch = 29 inch

Cara kedua untuk menentukan ID shell adalah dengan memilihnya melalui

tabel ID shell standar. Tabel 5 di bawah ini menyediakan pilihan ID shell

standar untuk berbagai OD tube, tube pitch, dan jumlah aliran di tube.

Tabel 5. ID Shell Standar (Kern, 1968)

OD tube = 0.01875 m (3/4 in); Triangular pitch; tube pitch = 0.0234 m (15/16
in)
ID shell Number of pass
inch m 1 2 4 6 8
8 0.2 36 32 26 24 18
10 0.25 62 56 47 42 36
12 0.3 109 98 86 82 78
13.25 0.33125 127 114 96 90 86
15.25 0.38125 170 160 140 136 128
17.25 0.43125 239 224 194 188 178
19.25 0.48125 301 282 252 244 234
21.25 0.53125 361 342 314 306 290
23.25 0.58125 442 420 386 378 364
25 0.625 532 506 468 446 434
27 0.675 637 602 550 536 624
29 0.725 721 692 640 620 594

24 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
31 0.775 847 882 766 722 720
33 0.825 974 938 878 852 820
35 0.875 1102 1068 1004 988 958
37 0.925 1240 1200 1144 1104 1072
39 0.975 1377 1330 1258 1248 1212
OD tube = 0.01875 m (3/4 in); Triangular pitch; tube pitch = 0.025 m (1 in)
ID shell Number of pass
inch m 1 2 4 6 8
8 0.2 37 30 24 24 18
10 0.25 61 52 40 36 36
12 0.3 92 82 76 74 70
13.25 0.33125 109 106 86 82 74
15.25 0.38125 151 138 122 118 110
17.25 0.43125 203 196 178 172 166
19.25 0.48125 262 250 226 216 210
21.25 0.53125 316 302 278 272 260
23.25 0.58125 384 376 352 342 328
25 0.625 470 452 422 394 382
27 0.675 559 534 488 474 464
29 0.725 630 604 556 538 508
31 0.775 745 728 678 666 640
33 0.825 856 830 774 760 782
35 0.875 970 938 882 864 848
37 0.925 1074 1044 1012 986 870
39 0.975 1206 1176 1128 1100 1078
OD tube = 0.025 m (1 in); Triangular pitch; tube pitch = 0.03125 m (1 ¼ in)
ID shell Number of pass
inch m 1 2 4 6 8
8 0.2 21 16 16 14
10 0.25 32 32 26 24
12 0.3 55 52 48 46 44
13.25 0.33125 63 66 58 54 50
15.25 0.38125 91 86 80 74 72
17.25 0.43125 131 228 106 104 94
19.25 0.48125 163 152 140 136 128
21.25 0.53125 199 188 170 164 160
23.25 0.58125 241 232 212 212 202
25 0.625 294 282 256 252 242

25 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
27 0.675 349 334 302 296 286
29 0.725 397 376 338 334 316
31 0.775 472 454 430 424 400
33 0.825 538 522 486 470 454
35 0.875 608 592 562 546 532
37 0.925 674 664 632 614 598
39 0.975 766 736 700 688 672
OD tube = 0.03125 m (1 ¼ in); Triangular pitch; tube pitch = 0.039 m (1 9/16
in)
ID shell Number of pass
inch m 1 2 4 6 8
10 0.25 20 18 14
12 0.3 32 30 26 22 20
13.25 0.33125 38 36 32 28 26
15.25 0.38125 54 51 45 42 38
17.25 0.43125 69 66 62 58 54
19.25 0.48125 95 91 86 78 69
21.25 0.53125 117 112 105 101 95
23.25 0.58125 140 136 130 123 117
25 0.625 170 164 155 150 140
27 0.675 202 196 185 179 170
29 0.725 235 228 217 212 202
31 0.775 275 270 255 245 235
33 0.825 315 305 297 288 275
35 0.875 357 348 335 327 315
37 0.925 407 390 380 374 357
39 0.975 449 436 425 419 407
OD tube = 0.0375 m (1 ½ in); Triangular pitch; tube pitch = 0.0468 m (1 7/8
in)
ID shell Number of pass
inch m 1 2 4 6 8
12 0.3 15 14 14 12 12
13.25 0.33125 27 22 18 16 14
15.25 0.38125 36 34 32 30 27
17.25 0.43125 48 44 42 38 36
19.25 0.48125 61 58 55 51 48
21.25 0.53125 76 72 70 66 61
23.25 0.58125 95 91 86 80 76

26 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
25 0.625 115 110 105 98 95
27 0.675 136 131 125 118 1115
29 0.725 160 154 147 141 136
31 0.775 184 177 172 165 160
33 0.825 215 206 200 190 184
35 0.875 246 238 230 220 215
37 0.925 275 268 260 252 246
39 0.975 307 229 290 284 275
OD tube = 0.01875 m (3/4 in); Square pitch; tube pitch = 0.025 m (1 in)
ID shell Number of pass
inch m 1 2 4 6 8
8 0.2 32 26 20 20
10 0.25 52 52 40 36
12 0.3 81 76 68 68 60
13.25 0.33125 97 90 32 76 70
15.25 0.38125 137 124 116 108 103
17.25 0.43125 177 166 148 150 142
19.25 0.48125 224 220 204 192 188
21.25 0.53125 277 270 246 240 234
23.25 0.58125 341 324 308 302 292
25 0.625 413 394 370 356 346
27 0.675 481 460 432 420 408
29 0.725 553 526 480 468 456
31 0.775 657 640 600 580 560
33 0.825 749 718 688 676 648
35 0.875 845 824 780 766 748
37 0.925 934 914 886 866 838
39 0.975 1049 1024 982 968 948
OD tube = 0.01875 m (3/4 in); Square pitch; tube pitch = 0.03125 m (1 ¼ in)
ID shell Number of pass
inch m 1 2 4 6 8
8 0.2 21 16 14
10 0.25 32 32 26 24
12 0.3 48 45 40 38 36
13.25 0.33125 61 56 52 48 44
15.25 0.38125 81 75 68 68 64
17.25 0.43125 112 112 96 90 82
19.25 0.48125 138 132 128 122 116

27 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
21.25 0.53125 177 166 158 152 148
23.25 0.58125 213 208 192 184 184
25 0.625 260 252 238 226 222
27 0.675 300 288 278 268 260
29 0.725 341 326 300 294 286
31 0.775 406 398 380 368 358
33 0.825 465 460 432 420 414
35 0.875 522 518 488 484 472
37 0.925 596 574 562 544 532
39 0.975 665 644 624 612 600
OD tube = 0.03125 m (1 ¼ in); Square pitch; tube pitch = 0.039 m (1 9/16 in)
ID shell Number of pass
inch m 1 2 4 6 8
10 0.25 16 12 10
12 0.3 30 24 22 16 16
13.25 0.33125 32 30 30 22 22
15.25 0.38125 44 40 37 35 31
17.25 0.43125 56 53 51 48 44
19.25 0.48125 78 73 71 64 56
21.25 0.53125 96 90 86 82 78
23.25 0.58125 127 112 106 102 95
25 0.625 140 135 127 123 115
27 0.675 166 160 151 146 140
29 0.725 193 188 178 174 166
31 0.775 226 220 209 202 193
33 0.825 258 252 224 238 226
35 0.875 298 287 275 268 258
37 0.925 334 322 311 304 293
39 0.975 370 362 348 342 336
OD tube = 0.0375 m (1 ½ in); Square pitch; tube pitch = 0.0468 m (1 7/8 in)
ID shell Number of pass
inch m 1 2 4 6 8
12 0.25 16 16 12 12
13.25 0.3 22 22 16 16
15.25 0.33125 29 29 25 24 22
17.25 0.38125 39 39 34 32 29
19.25 0.43125 50 48 45 43 39
21.25 0.48125 62 60 57 54 50

28 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
23.25 0.53125 78 74 70 66 62
25 0.58125 94 90 86 84 78
27 0.625 112 108 102 98 94
29 0.675 131 127 120 116 112
31 0.725 151 146 141 138 131
33 0.775 176 170 164 160 151
35 0.825 202 196 188 182 176
37 0.875 224 220 217 210 202
39 0.925 252 246 237 230 224

Baffle

Baffle adalah sekat pada heat

exchanger yang didesain dari head

(kepala) sampai ujung akhir heat

exchanger untuk mengarahkan

cairan melalui tube dengan posisi

yang tepat ke dalam bundle,

sehingga transfer panas fluida

semakin baik dan memperbaiki

kecepatan fluida dalam tube.

Untuk penentuan jumlah baffle

yakni perbandingan antara

panjang tube dengan baffle spacing

dikurangi nilai 1 atau (Nb=(L/B)-

1)). Selain itu, Baffle juga terbagi

dalam beberapa jenis bentuk

29 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
susunan baffle shell and tube heat exchanger, dapat dililihat pada gambar

di samping.

Single segmental baffle (baffle satu segment) beroperasi dengan baik untuk

proses satu fasa dan memberikan cross flow heat transfer (across the tube) yang

lebih besar daripada longitudinal heat transfer (through the windows). Akan

tetapi, baffle jenis ini mungkin


Gambar 11. Susunan baffle di STHE
tidak akan efektif untuk liquid

yang sangat viscous dimana aliran tidak mengalami turbulensi dan adanya

bypass yang membuat efisiensi heat transfernya menurun. Keuntungan utama

dari baffle jenis single segmental ini adalah heat transfer rate yang tinggi

karena aliran cross flownya. Kerugian utamanya adalah pressure drop yang

juga tinggi, terutama untuk aliran berkecepatan tinggi. Ada dua orientasi

single segmental baffle, perpendicular baffle cut dan parallel baffle cut.

Tabel 6. Perbandingan Geometri dan Aplikasi Perpendicular dan Parallel Baffle Cut

Perpendicular Baffle Cut Parallel Baffle Cut

(a) (b)

Aplikasi

30 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Satu fasa (single phase) tanpa solid Satu fasa dengan atau tanpa solid

Boiling

Condensing

Jika fluida pada shell side Susunan baffle harus mengurangi


mempunyai kekentalan yang tinggi vapor dan sedimen yang akan
(high viscous), dan flow aliran ditangkap
laminer

Double segmental baffle, seperti bisa dilihat pada gambar di atas,

memberikan cross flow heat transfer yang lebih rendah (60% – 90%) untuk

spacing yang sama, total baffle cut yang sama, dan flow rate yang sama

dibandingkan dengan single segmental baffle. Akan tetapi, pressure dropnya

sekitar sepertiga sampai setengah dari pressure drop single segmental baffle.

Pada umumnya, center dan wing baffle punya overlap dua sampai empat

baris tube.

Triple segmental baffle menghasilkan cross flow dan longitudinal flow yang

lebih rendah daripada single segmental baffle. Pressure dropnya sekitar

seperempat sampai sepertiga dari single segmental baffle. Sementara heat

transfer ratenya cuma setengahnya.

Untuk konfigurasi No-Tubes-In-Window (NTIW), tidak adanya tubes di

bagian window menurunkan pressure drop, sementara penambahan support

plates meningkatkan cross flow. Secara relatif, penurunan pressure drop

tergantung dari baffle cutnya, dan peningkatan heat transfernya tergantung

dari jumlah support plate yang digunakan. Support plate digunakan untuk

meminimalkan vibrasi tube di daerah windownya. Karena tube tidak bisa

31 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
menempati daerah window, maka untuk jumlah tube yang sama diperlukan

shell yang lebih besar.

Baffle cut

Baffle cut adalah bilangan yang menggambarkan berapa persen dari diameter

shell yang TIDAK ditutupi oleh baffle (sekat).

 Untuk segmental dan single phase, baffle cut berada pada range 10-49%.

Pada kasus exchanger yang ukurannya besar (diameter shell lebih besar

dari 1000 mm) 25% adalah baffle cut yang direkomendasikan.

 Untuk segmental dan mix phase, 45% direkomendasikan untuk

menghindari vapor terakumulasi pada atas shell, kecuali untuk small size

exchanger (diameter shell lebih kecil dari 500 mm)

 Untuk single segmental NTIW, 20% direkomendasikan.

Berikut adalah baffle cut yang diizinkan untuk beberapa tipe baffle:

Segmental : 10-49%

Double segmental : 10-30%

Triple segmental : 10-40%

Segmental NITW : 15-30%

Baffle spacing

Baffle spacing adalah jarak antara satu baffle dengan yang lainnya. Nilai

minimum untuk baffle spacing biasanya adalah 0.2 x ID shell atau 51 mm,

yang manapun yang lebih besar. Nilai maksimumnya adalah 1 x ID shell.

Jika baffle spacing lebih kecil dari itu maka akan sulit memfabrikasinya.

32 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Nilai optimum baffle spacing biasanya antara 40%-60% dari inside diameter

shell.

Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh (U)

Koefisien perpindahan panas menyeluruh menyatakan mudah atau

tidaknya panas berpindah dari fluida panas ke fluida dingin dan juga

menyatakan aliran panas menyeluruh sebagai gabungan proses konduksi dan

konveksi. Berikut adalah data koefiens perpindahan panas dari beberapa

fluida, yang di tampilkan pada Tabel 6.

33 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Tabel 7. Koefisen Perpindahan Panas Menyeluruh (Ludwig,)

Hot fluid Cold fluid U


(Btu/jam.ft2. °F)
Condensing
Team (pressure) Water 350-750
Steam (vacum) Water 300-600
Saturated organic solvent, near Water 100-200
atmospheric
Saturated organic solvent, vacuum Water, brine 50-120
with some non-cond
Organic solven, atmospheric & high Water,brine 20-80
non-condensables
Aromatic vapors, atmospheric with Water 5-30
non-condensables
Organic solvent, vacuum and high Water,brine 10-50
non-condensables
Low boiling atmospheric Water 80-200
High boiling hydrocarbon. vacuum Water 10-30
Heater
Steam Water 250-750
Steam Light oils 50-150
Steam heavy oils 10-80
Steam Organic solvents 100-200
Steam Gases 5-50
Dowterm Gases 4-40
Dowterm Heavy oils 8-60
Flue gas Aromatic HC and 5-15
steam
Evaporator
Steam Watre 350-750
Steam Organic solvents 100-200
Steam Light oils 80-180
Steam Heavy oils (vacuum) 25-75
Water Refrigerants 75-150
Organic solvents Refrigerants 30-100
Heat Exchangers (no change of phase)
Water Water 150-300
Organic solvent Water 50-150
Gases Water 3-50
Light oils Water 60-160

34 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Heavy oils Water 10-50
Organic solvents Light oil 20-70
Water Brine 100-200
Organic solvents Brine 30-90
Gases Brine 3-50
Organic solvents Organic solvents 20-60
Heavy oils Heavy oils 8-50

35 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Fouling Factor (Rd)

Fouling adalah peristiwa terakumulasinya padatan yang tidak dikehendaki di

permukaan Heat Exchanger yang berkontak dengan fluida kerja, termasuk

permukaan heat transfer. Peristiwa tersebut adalah pengendapan, pengerakan,

korosi, polimerisasi dan proses biologi. Sedangkan fouling factor adalah Angka

yang menunjukkan hambatan akibat adanya kotoran yang terbawa fluida

yang mengalir di dalam HE.

Penyebab terjadinya fouling :

 Adanya pengotor berat yaitu kerak keras yang berasal dari hasil korosi

atau coke keras.

 Adanya pengotor berpori yaitu kerak lunak yang berasal dari dekomposisi

kerak keras.

Akibat fouling :

 Mengakibatkan kenaikan tahanan heat transfer, sehingga meningkatkan

biaya, baik investasi, operasi maupun perawatan.

 Ukuran Heat Exchanger menjadi lebih besar, kehilangan energi

meningkat, waktu shutdown lebih panjang dan biaya perawatan

meningkat

Berikut adalah nilai fouling dari beberapa fluida, yang ditampilkan pada

Tabel 8.

Tabel 8. Nilai Fouling Fluida

Fouling Resistance for Water


Temperature of heating Up to 240oF 240-400 oF
medium
Temperature of water 125 oF or less Over 125 oF
Type of water Water velocity ft/sec Water velocity ft/sec

36 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
3 ft and Over 3 3 ft and Over 3
less ft less ft
Sea water 0.0005 0.0005 0.001 0.001
Blackies water 0.002 0.001 0.003 0.002
Cooling tower and artificial spray pond:
Tread makeup 0.001 0.001 0.002 0.001
untreated 0.003 0.003 0.005 0.004
City or well water (such as 0.001 0.001 0.002 0.002
great lakes)
Great lakes 0.001 0.001 0.002 0.002
River water
minimum 0.002 0.001 0.003 0.002
misissippi 0.003 0.002 0.004 0.003
Delaware. schuyikill 0.003 0.002 0.004 0.003
East river and newyork bay 0.003 0.002 0.004 0.003
Chicago sanitary canal 0.008 0.005 0.010 0.008

Muddy or silty 0.003 0.002 0.004 0.003


Hard (over 15 grains/gal) 0.003 0.003 0.005 0.005
Engine jacket 0.001 0.001 0.001 0.001
Distilled 0.0005 0.0005 0.0005 0.0005
Treated boiler feedwater 0.001 0.0005 0.001 0.001
Boiler blowdown 0.002 0.002 0.002 0.002
Fouling resistance for industrial fluids
Oils
Fuel oil 0.005
Transformer oil 0.001
Engine lube oil 0.001
Quench oil 0.004
Gases and vapors
Manufactured gas 0.01
Engine exhaust gas 0.01
Steam(non oil brearing) 0.0005
Exhaust steam (oil bearing) 0.001
Refrigerant liquids 0.002
Hydraulic fluid 0.002
Industrial organic heat transfer media 0.001
Liquid
Refrigerant liquids 0.001
Hydroulic fluid 0.001

37 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Industrial organic heat transfer media 0.001
Molten heat transfer salts 0.0005
Chemical processing streams
Gases and vapors
Acid gas 0.001
Solvent vapors 0.001
Stable overhead products 0.001
Liquids
MEA & DEA solutions 0.002
DEG & TEG solutions 0.002
Stable side draw and bottom product 0.001
Caustic solutions 0.002
Vegetable oils 0.003
Natural gas-gasoline processing streams
Gases and vapors
Natural gas 0.001
Over head products 0.001
Liquids
Lean oil 0.002
Rich oil 0.001
Natural gasoline & liquidfied petrolium gases 0.001
Oil Refinery system
Crude & vacuum unit gases and vapors Atmospheric tower over 0.001
head vapors
Light napthas 0.001
Vacuum overhead vapors crude & vacuum liquids 0.002
Gasoline 0.001
Naphtha & light distilates 0.001
Kerosene 0.001
Light gas oil 0.002
Heavy gas oil 0.003
Heavy fuel oils 0.005
Asphalt & residuum 0.001
Cracking & cooking unit streams
Overhead vapors 0.002
Light cycle oil 0.002
Heavy cycle oil 0.003
Light coker gas oil 0.003
Heavy coker gas oil 0.004
Bottom slurry oil (4.5 ft/ sec. Minimum) 0.002

38 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Light liquid products 0.003
Catalytic reforming & hydrodesulfurization stream
Reformer charge 0.002
Reformer effluent 0.001
Hydrodesulfurization charge & effluent 0.002
Over head vapors & Gases 0.001
Liqiud prodict over 50o A.P.I 0.001
Liqiud prodict 30 o -50o A.P.I 0.002
Light ends processing streams
Overhead vapors & gases 0.001
Liquid products 0.001
Absorption oils 0.002
Alkylation trace acid streams 0.002
Reboiler streams 0.003
Lube oil processing stream
Feed stock 0.002
Solvent feed mix 0.002
Solvent 0.001
Extract* 0.003
Raffinate 0.001
Asphalt 0.005
Wax slurries 0.003
Refined lube oil 0.001

39 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
BAB 3. PROSEDUR PERANCANGAN STHE

Algoritma Perancangan HE

Gambar 12. Algoritma perancangan STHE

Definisi Masalah

Gambar di atas menunjukkan algoritma untuk perancangan STHE. Istilah yang

digunakan adalah algoritma karena dalam perancangan STHE ada beberapa

40 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
tahapan evaluasi untuk mengetahui apakah hasil kalkulasi dari suatu tahap

telah memenuhi syarat atau tidak. Perancangan STHE diawali dengan

mendefinisikan tujuan dari perpindahan panas yang terjadi di STHE. Apakah

STHE ini tujuannya untuk memanaskan/mendinginkan suatu fluida proses,

mengubah fasa fluida proses, atau untuk mempertukarkan panas antara dua

fluida proses.

Pengumpulan Data

Data properti fluida seperti densitas, viskositas, dan kapasitas panas adalah

hal yang paling penting dan menentukan valid atau tidak hasil perancangan

STHE. Pemilihan nilai koefisien perpindahan panas menyeluruh serta nilai

fouling juga menentukan hasil perancangan STHE. Data properti fluida yang

akurat dapat diperoleh dengan terlebih dahulu mensimulasikan proses

perpindahan panas pada STHE yang akan dirancang. Simulasi bisa dilakukan

di Aspen Hysys, Unisim Design, atau DWSIM. Jika komponen yang terdapat

fluida tidak ditemukan di software-software tersebut maka properti fluida

dapat dihitung menggunakan metode pendekatan gugus fungsi (silakan

merujuk pada Diktat PAP-Design Information Data).

Menentukan Panas Yang Dipertukarkan (Q)

Beban panas yang dipertukarkan pada HE biasanya ditentukan dari kasus

yang ada. Salah satu contohnya yaitu bila HE berfungsi untuk mengubah fasa

seperti evaporator atau kondensor, maka panas yang dipertukarkan pada HE

adalah panas latent atau gabungan panas sensible dan latent jika terjadi

perubahan suhu sebelum terjadi perubahan fasa. Sedangkan untuk HE yang

berfungsi hanya untuk menaikkan atau menurunkan temperatur fluida proses

(tanpa ada perubahan fasa), maka panas yang dipertukarkan pada HE adalah

panas sensible saja. Berikut adalah penjelasan mengenai persamaan panas yang

dipertukarkan pada beberapa kondisi proses.

41 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Untuk heater dan cooler

Q = W × cp × (t2-t1)

Untuk evaporator atau kondensor

Q=W×ƛ

Untuk heater atau cooler, namun ada perubahan fasa dalam prosesnya

Q = W × cp × (t2-t1) + W × ƛ

Keterangan

Q = beban panas kJ/jam


W = laju alir massa fluida kg/jam
Cp = kapasitas panas kJ/kgoC
t2 = temperatur fluida keluar oC

t1 = temperatur fluuida masuk oC

ƛ = panas laten kJ/kg

Log Mean Temperature Difference (LMTD)

Penentuan atau perhitungan LMTD ditentukan dari perbedaan temperatur

masuk dan keluar dari fluida dingin dan panas. Perhitungan ini juga

dipengaruhi oleh jenis arah aliran pada heat exchanger yang kita tentukan,

yakni co-current atau counter-current. Berikut ini adalah persamaan

penentuan LMTD untuk masing-masing arah aliran.

Aliran counter-current

(T1 − t 2 ) − (T2 − t1 )
𝐿𝑀𝑇𝐷𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 =
(T t )
ln 1 − 2
(T2 − t1 )

Aliran co-current atau paralel

(T1 − t1 ) − (T2 − t 2 )
𝐿𝑀𝑇𝐷𝑐𝑜 =
(T t )
ln 1 − 1
(T2 − t2 )

Keterangan :

42 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
T1 = Temperatur fluida panas oC

masuk
T2 = Temperatur fluida panas oC

keluar
t1 = Temperatur fluida dingin oC

masuk
t2 = Temperatur fluida dingin oC

keluar

LMTD yang telah dihitung di atas kemudian dikoreksi menggunakan faktor

koreksi (Ft) yang nilainya bergantung pada jumlah pass fluida di dalam tube.

Mengapa nilai LMTD harus dikoreksi?

Untuk meningkatkan efektivitas perpindahan panas STHE biasanya dirancang

dengan lebih dari satu jumlah tube pass (1,2- atau 1,4-STHE). Geometri aliran

di tube yang lebih dari satu ini menyebabkan arah aliran fluida di tube

terhadap arah aliran fluida di shell tidak selalu sama. Misalnya pada 1,2-

STHE dimana tube disusun menyerupai huruf U (Gambar 13). Untuk fluida di

tube sisi atas, alirannya mengarah ke kanan SEARAH (Co-Current) dengan

aliran fluida di dalam shell. Sementara untuk fluida di tube sisi bawah,

alirannya ke kiri BERLAWANAN ARAH (Counter Current) dengan aliran

fluida di dalam shell.

Arah aliran
fluida di tube

Arah aliran Arah aliran fluida


fluida di tube

Gambar 13. Profil aliran di shell dan tube pada 1,2 STHE

43 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
LMTD untuk sebuah heat exchanger hanya bisa dihitung menggunakan satu

jenis arah aliran, searah ATAU berlawanan arah, tidak bisa dua-duanya.

Oleh karena itu, untuk STHE yang jumlah aliran fluida di tube lebih dari

satu dan konstruksi tube menyerupai U, nilai LMTD-nya harus dikoreksi.

Faktor koreksi LMTD dapat ditentukan melalui pembacaan grafik berikut.

Sumbu X adalah P (temperature efficiency), yang dihitung menggunakan

persamaan,

𝑡2 − 𝑡1
𝑃=
𝑇1 − 𝑡1

Dari titik P di sumbu X kemudian tarik garis vertikal hingga mencapai kurva

R yang nilainya dihitung menurut persamaan,

𝑇1 − 𝑇2
𝑅=
𝑡2 − 𝑡1

Grafik yang digunakan untuk menentukan faktor koreksi (Ft) bergantung pada

jumlah tube pass pada STHE. Gambar X-Y di bawah ini menampilkan grafik-

grafik faktor koreksi untuk STHE pada berbagai konfigurasi tube pass.

44 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Gambar 14. Faktor koreksi LMTD untuk 1,2 STHE

Gambar 15. Faktor koreksi LMTD untuk 2,4 STHE

45 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Gambar 16. Faktor koreksi LMTD untuk 3,6 STHE

Contoh 2. Perhitungan LMTD

Sebuah cooler heat exchanger yang berfungsi untuk menurunkan temperatur

oil (minyak), dari 138oC menjadi 103oC. Media pendingin yang digunakan

adalah air, dengan temperatur air masuk pada 30oC dan temperatur keluar

air yang dizinkan adalah 50oC, digunakan tipe 1 pass shell- 2 pass tube Heat

exchanger. Hitung LMTD aktual (menggunakan faktor koreksi) dari aliran a)

counter current dan b) co-current/ paralel

Penjelasan :

a) counter current

T1 = 138oC T2 = 103oC

t2 = 30oC t1 = 50oC

∆t 2 = 108oC ∆t1 = 53oC

LMTD = 77.28 oC

46 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
b) co-current / paralel

T1 = 138oC T2 = 103oC

t1 = 50oC t2 = 30oC

∆t 2 = 88oC ∆t1 = 73oC

LMTD = 80.26 oC

Untuk menentukan faktor koreksi terlebih dahulu dilakukan perhitungan

nilai P dan R sebagai berikut.

P = 0.18

R = 1.75

Selanjutnya setelah didapat nilai P dan R, faktor koreksi ditentukan dengan

melihat kurva dari Gambar 2.14, dimana nilai P ditampilkan pada sumbu X

dan nilai faktor koreksi pada sumbu Y. Nilai P yang sudah ditentukan atau

didapat ditarik garis lurus katas, sampai titik temu antara garis R yang sudah

kita dapat, selanjutnya tarik garis lurus ke arah sumbu Y (faktor koreksi). Pada

kasus ini diperoleh faktor koreksi LMTD sekitar 0.97, sehingga nilai LMTD

aktualnya yaitu,

a. LMTD aktual (counter-current) = 0.97 × 77.26 oC = 74.94 oC

b. LMTD aktual (co-current) = 0.97 × 80.26 oC = 77.85 oC

Menentukan Luas Perpindahan Panas Sementara

Penentuan luas perpindahan panas dilakukan untuk mengetahui berapa besar

luas yang dibutuhkan heat exchanger agar transfer panas yang dihasilkan

tercapai. Luas perpindahan panas sementara (A’) dihitung dengan

menggunakan asumsi awal nilai koefisien perpindahan panas menyeluruh

(Uo,asm). Nilai Uo,asm diambil dari Tabel 6. Nilai A’ yang dihasilkan akan

47 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
menentukan apakah tipe HE adalah shell & tube (A’ > 200 ft 2) atau double

pipe (A’ < 200 ft2, silakan merujuk pada Diktat Perancangan Double Pipe).

Berikut adalah formula penentuan luas transfer panas sementara.

𝑄
𝐴′ =
𝑈𝑜.𝑎𝑠𝑚 × 𝐿𝑀𝑇𝐷

Keterangan :

A’ = luas perpindahan panas sementara m2


Q = beban panas J/s
LMTD = log mean temperature difference oC

Uo,asm = koefisien transfer panas menyeluruh J/s.m2.°C


(asumsi awal)

Asumsi Awal Nilai Parameter Disain

Parameter yang diasumsikan di awal perancangan adalah diameter luar (ODt)

tube, BWG dan panjang tube (L). Nilai-nilai ini kemudian digunakan untuk

menghitung jumlah tube (Nt) dan diameter dalam shell (IDs). BWG

(Birmingham Wire Gauge) adalah sistem pengukuran untuk mendeskripsikan

ketebalan tube. Semakin besar nilai BWG maka pipa semakin tipis.

Nilai ODt, BWG, dan L secara kolektif akan mempengaruhi bilangan Reynold

di tube yang ujungnya akan mempengaruhi koefisien perpindahan panas di

bagian dalam tube. Nilai ODt, dan juga tube pitch akan mempengaruhi IDs

yang akan mempengaruhi bilangan Reynold di shell. Hubungan-hubungan

ini perlu dipahami agar bisa merevisi dimensi STHE ketika kriteria disain

tidak memenuhi syarat.

Penentuan Jumlah Tube

Kebutuhan jumlah tube shell and tube heat exchanger ditentukan dengan

formula sebagai berikut:

𝐴
𝑁𝑡 =
𝜋 × 𝑂𝐷𝑡 × 𝐿

48 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Keterangan :

Nt = Jumlah tube
ODt = diameter luar tube m
L = panjang tube m
A = luas perpindahan m2
panas

Penentuan Pola Susunan Tube dan Tube Pitch

Pertimbangan penyusunan pola tube (triangular atau square) telah dijelaskan

sebelumnya. Setelah melakukan pemilihan susunan pola tube yang sesuai

dengan kondisi, dengan OD tube yang telah ditentukan kemudian tentukan

tube pitch sesuai dengan ketentuan yang ada di Tabel 2.

Penentuan Diameter Dalam (ID) Shell

Setelah menentukan OD tube, jumlah tube (Nt), pola susunan tube dan tube

pitch, nilai ID shell dapat ditentukan dengan mekanisme yang telah dijelaskan

sebelumnya.

49 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Penentuan Cross Flow Area

Gambar 17. Ilustrasi cross flow area pada shell dengan single segmental baffle

Cross flow area shell merupakan besaran yang menggambarkan luas area antar

tube yang dapat dilewati oleh fluida dari satu baffle ke baffle berikutnya

(Gambar 17). Cross flow area pada shell dapat dihitung dengan menggunakan

𝐼𝐷𝑠
persamaan berikut. Kalkulasi ⁄𝑃 dilakukan untuk menghitung ada berapa
𝑡

area kosong antar tube yang tersedia pada shell.

𝐼𝐷𝑆 × 𝐶′ × 𝐵
𝑎𝑠 =
𝑃𝑡

Cross flow area pada tube adalah besaran yang menggambarkan total luas

penampang tube yang dapat dialiri oleh fluida. Cross flow area pada tube dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.

𝑁𝑡 × 𝑎′𝑡
𝑎𝑡 =
𝑛

keterangan :

50 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
𝑎𝑠 = Flow area pada shell m2
𝑎𝑡 = Flow area pada tube m2
𝑎′𝑡 = flow area per tube m2
Nt = jumlah tube
IDs = diameter dalam shell m
C’ = jarak antar dinding tube = pitch – m
OD tube
Pt = Pitch m
B = Baffle spacing m
n = jumlah pass

Menentukan Kecepatan Massa/Mass Velocity (G)

Kecepatan massa adalah besaran yang menggambarkan laju alir massa fluida

per cross flow area. Terdapat tiga persamaan untuk menentukan kecepatan

massa fluida yang melalui shell dan tube.

Shell Tube

Tidak terjadi 𝐺𝑆 =
𝑊𝑆
𝐺𝑡 =
𝑊𝑡
𝑎𝑠 𝑎𝑡
perubahan fasa (no

phase change)

Terjadi kondensasi 𝐺 = 𝐺𝑔 + 𝐺𝐿 (𝜌𝐿 ⁄𝜌𝑔 )


0.5

parsial

Terjadi kondensasi total 𝐺𝑂 " =


𝑊𝑆
𝐺𝑖 " =
𝑊𝑡
2/3 0.5𝐿 × 𝑁𝑡
𝐿× 𝑁𝑡

Keterangan :

G = mass velocity kg/s.m2

Gg/Gl = mass velocity gas/liquid kg/ s.m2

 l/  = densitas gas/liquid

W = massa fluida kg/s

51 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
a = flow area m2

L = panjang tube m

Nt = jumlah tube

Penentuan Bilangan Reynold

Bilangan Reynold dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai

berikut:

Shell Tube

𝐷𝑒 × 𝐺𝑆 𝐼𝐷𝑡 × 𝐺𝑡
𝑅𝑒𝑆 = 𝑅𝑒𝑡 =
𝜇 𝜇

Keterangan :

Re = bilangan Reynold

IDt = diameter tube m

De = diameter equivalent m

shell

µ = viskositas kg/m.jam

G = mass velovity kg/jam.m2

Nilai untuk diameter equivalent dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini.

Tabel 9. Penentuan Nilai De Dan Pitch (SI)

Tube OD (m) Pitch (m) Pola Diameter Equivalent


(m)
0.0125 0.0156 Triangular 0.009
0.0125 0.0188 Triangular 0.01825
0.0188 0.0234 Triangular 0.01375
0.0188 0.0250 Triangular 0.01825
0.0250 0.0313 Triangular 0.018
0.0313 0.0391 Triangular 0.02275

52 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
0.0125 0.0156 Square 0.012
0.0125 0.0188 Square 0.022
0.0188 0.0234 Square 0.018
0.0188 0.0250 Square 0.02375
0.0250 0.0313 Square 0.02475
0.0313 0.0391 Square 0.03075

Diameter equivalent, De, juga dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai

berikut:

De untuk pola square pitch tube

𝑂𝐷2
4 (𝑝2 − 𝜋 × 4 )
𝐷𝑒 =
𝜋 × 𝑂𝐷

De untuk pola 60o triangular pitch tube

𝑂𝐷2
4 [0.5𝑝 × 0.86𝑝 − 0.5𝜋 ×
4 ]
𝐷𝑒 =
𝜋 × 𝑂𝐷⁄
2

Keterangan :

p = tube pitch m

OD = diameter luar tube m

53 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Penentuan Nilai JH (Heat Transfer Factor

[Penjelasan singkat mengenai arti fisik JH]

Grafik penentuan nilai JH untuk area shell terdapat pada Gambar 18 sementara untuk area tube terdapat

pada Gambar 19.

54 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Gambar 18. JH untuk shell

55 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Gambar 19. JH untuk tube

56 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Untuk mendapatkan nilai JH shell dibutuhkan data bilangan Reynold pada

shell, pola susunan tube (triangular atau square), dan % baffle cut. Bilangan

Reynold terdapat pada sumbu X dengan skala logaritmik. Misalnya bilangan

Reynold yang terhitung adalah 28000, pola susunan tube adalah triangular

dengan 25% baffle cut. Melalui pembacaan grafik tersebut diperoleh nilai JH

untuk shell sebesar 110.

Data yang dibutuhkan untuk menentukan nilai JH pada area tube adalah

Bilangan Reynold pada tube dan LD. Untuk mendapatkan nilai LD

dibutuhkan data jumlah tube (Nt), panjang tube (L) dan total ID tube. Satuan

untuk L dan D adalah ft. Misalnya bilangan Reynold untuk aliran di tube

adalah 2000, panjang tube 3 m, jumlah tube 300, dan ID tube 1 inch. Maka

nilai LD = 300 x 3 m x (1 ft/0.308 m) x 1 inch x (1 ft/12 inch) = 243.5 =

244. Pada Gambar 19 tidak ditemukan nilai LD = 244 maka gunakan saja

nilai LD terdekat yaitu 240. Dengan bilangan Reynold 2000 dan LD = 240

diperoleh nilai JH sebesar 4.

Menentukan Koefisien Perpindahan Pipa Lapisan Dalam (hi) Pada Tube

Untuk menentukan nilai koefisien perpindahan pipa lapisan dalam (hi)

ditentukan dengan formula sebagai berikut:

1
𝑗𝐻 × 𝑘 𝐶𝑝 × 𝜇 3
ℎ𝑖 = ( ) ∅𝑡
𝐼𝐷𝑡 𝑘

∅𝑡 = (µ/µ𝑤) 0.14

Jika terjadi kondensasi maka persamaan yang digunakan yaitu:

1
Φ × 𝑘 𝐶𝑝 × 𝜇 3
ℎ𝑖 = ( )
𝐼𝐷𝑡 𝑘

57 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Keterangan:

hi = nilai koefisien perpindahan pipa lapisan


dalam (hi)
Φ = koefisien kondensasi
IDt = diameter dalam tube m
k = termal konduktifitas kJ/m².jam(ºC/m)
JH = nilai jh
cp = kapasitas panas kJ/kg.ºC
µ = viskositas fluida pada tube kg/m.jam
µw = viskositas fluida pada tube pada kondisi Tw kg/m.jam
Tw = temperatur dinding tube ºC

Nilai Φ bisa diambil dari Gambar 20 di bawah. Φ adalah koefisien

kondensasi yang merupakan rasio antara jumlah vapor yang terkondensasi

dengan jumlah vapor yang ‘menyerang’ permukaan (Meyrial et al, 1968).

Dalam konteks ini permukaan bisa berarti permukaan dinding tube atau

permukaan liquid (lihat diktat pengantar peristiwa perpindahan panas

tentang mekanisme kondensasi).

58 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Gambar 20. Condensing coefficient

59 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Menentukan Koefisien Perpindahan Panas Bagian Luar (ho) Pada Shell

Nilai koefisien perpindahan pipa lapisan diluar (ho) ditentukan dengan

formula sebagai berikut:

1
𝑗𝐻 × 𝑘 𝐶𝑝 × 𝜇 3
ℎ𝑜 = ( ) ∅𝑆
𝐷𝑒 𝑘

∅𝑆 = (µ/µ𝑤) 0.14

Keterangan :

ho = nilai koefisien perpindahan pipa lapisan J/s.m2. °C


luar (ho)
De = diameter equivalent shell m
k = termal konduktifitas shell J/m².s.ºC
jH = Heat transfer factor shell
Cp = kapasitas panas fluida pada shell J/kg.ºC
µ = viskositas fluida pada shell kg/m.s
µw = viskositas fluida pada shell pada kondisi kg/m.s
Tw
Tw = temperatur dinding tube ºC

Menentukan Koefisien Transfer Panas Dalam Ketika Mengenai Luar

Diameter (hio)

Untuk menentukan nilai koefisien transfer panas dalam ketika mengenai

luar diameter (hio) ditentukan dengan menggunakan formula sebagai

berikut:

𝐼𝐷𝑡
ℎ𝑖𝑜 = ℎ𝑖 ( )
𝑂𝐷𝑡

Keterangan :

60 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
hio = nilai koefisien perpindahan pipa lapisan J/s.m2. °C
dalam ketika mengenai luar diameter
IDt = diameter dalam tube m
ODt = diameter dalam tube m

Menentukan Temperatur Dinding Tube (Tw)

Untuk menentukan temperatur dinding tube digunakan formula sebagai

berikut:

(ℎ𝑜 ⁄Φ𝑆 )
𝑇𝑤 = 𝑡𝐶 + (𝑇 − 𝑡𝐶 )
(ℎ𝑖𝑜 ⁄Φ𝑡 ) + (ℎ𝑜 ⁄Φ𝑆 ) 𝐶

Keterangan :

Tw = temperatur dinding tube ºC


ho = nilai koefisien perpindahan fluida di lapisan J/s.m2. °C
luar pipa
hio = nilai koefisien perpindahan konveksi di dinding J/s.m2.°C
terluar pipa
tc = temperatur rata-rata fluida dingin ºC
Tc = temperatur rata-rata fluida panas ºC

Koefisien Transfer Panas Menyeluruh

Koefisien transfer panas menyeluruh, secara matematis, adalah kebalikan

dari koefisien hambatan panas menyeluruh (yang merupakan total dari

seluruh hambatan yang ada pada HE). Artinya, agar transfer panas yang

diinginkan per satuan luas perpindahan panas dapat tercapai, maka HE

harus didisain sehingga memiliki koefisien transfer panas yang nilainya

disesuaikan dengan total hambatan panas yang terdapat di HE.

Berikut adalah formula untuk menentukan nilai koefisien panas

menyeluruh berdasarkan luas perpindahan panas di area luar tube.

61 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
1
𝑈𝑜 =
𝑑
1 𝑑𝑜 𝑙𝑛 ( 𝑜⁄𝑑 ) 𝑑 𝑑 1
𝑖
+ 𝑅𝑜𝑑 + + 𝑜 × 𝑅𝑜𝑑 + 𝑜 × ℎ
ℎ𝑜 2𝑘𝑤 𝑑𝑖 𝑑𝑖 𝑖

Keterangan

Uo = Koefisien perpindahan menyeluruh berdasarkan luas J/(s.m2.oC)


area bagian luar tube
ho = Koefisien perpindahan panas konveksi fluida di luar J/(s.m2.oC)
tube
hi = Koefisien perpindahan panas konveksi fluida di J/(s.m2.oC)
dalam tube
Rod = Fouling factor fluida di luar tube (s.m2.oC)/J
Rid = Fouling factor fluida di dalam tube (s.m2.oC)/J
kw = Konduktivitas termal bahan dinding tube J/(s.m2.oC)
di = Diameter dalam tube m
do = Diameter luar tube m

Evaluasi Hasil Perancangan

Ada tiga parameter yang dievaluasi pada perancangan STHE yaitu,

1. Mengevaluasi Nilai Uo,cal

Nilai Uo,cal harus lebih besar dari nilai Uo,asm. Kriteria ini harus dipenuhi

untuk memastikan bahwa HE yang didisain memiliki kapasitas transfer

panas yang memadai demi tercapainya tujuan pengoperasian HE tersebut.

Kriteria evaluasi nilai Uo,cal adalah sebagai berikut.

𝑈𝑜,𝑐𝑎𝑙 − 𝑈𝑜,𝑎𝑠𝑚
0< × 100% < 30%
𝑈𝑜,𝑎𝑠𝑚

30% adalah batas maksimum over design HE. Artinya, meskipun kapasitas

transfer panas dari HE yang dirancang harus lebih besar dari yang

62 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
dibutuhkan, tetap harus ada batasan maksimal agar biaya fabrikasi HE

dapat diminimalisir.

2. Ptube dan Pshell < 10 psi.

Perpindahan panas yang optimum di HE tercapai ketika koefisien

perpindahan panas menyeluruh bernilai maksimum pada luas area

perpindahan panas yang minimum. HE diusahakan memiliki luas area

perpindahan panas yang seminimum mungkin agar dapat memaksimalkan

velocity fluida yang melewati baik shell atau tube. Kecepatan fluida di shell

dan tube berbanding lurus dengan koefisien perpindahan panas. Namun

semakin tinggi velocity fluida maka semakin besar pula pressure drop. Ketika

terjadi penurunan tekanan, maka viskositas dan kemampuan fluida untuk

menghantarkan panas juga menurun. Oleh karena itu nilai pressure drop

dan kecepatan harus dibatasi.

Persamaan untuk menghitung pressure drop tube adalah sebagai berikut.

𝐿 𝜇 −𝑚 𝜌𝑣𝑡2
∆𝑃𝑡 = 𝑁𝑝 [8𝑗𝑓 ( ) ( ) + 2.5]
𝑑𝑖 𝜇𝑤 2

𝑚 = 0.25 untuk aliran laminar,

𝑅𝑒 < 2100
= 0.14 untuk aliran turbulen,

𝑅𝑒 > 2100
dimana,

∆𝑃𝑡 = Pressure drop tube (Pa)

𝑁𝑝 = Jumlah aliran di tube

𝑑𝑖 = Inside diameter tube (m)

63 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
𝑣𝑡 = Kecepatan aliran di tube (m/s)

𝐿 = Panjang satu tube (m)

𝑗𝑓 = Faktor friksi di tube (Gambar)

Persamaan untuk menghitung pressure drop shell adalah sebagai berikut.

𝐷𝑠 𝐿 𝜇 −0.14 𝜌𝑣𝑠2
∆𝑃𝑠 = 8𝑗𝑓 ( ) ( ) ( )
𝑑𝑒 𝑙𝐵 𝜇𝑤 2

dimana,

∆𝑃𝑠 = Pressure drop shell (Pa)

𝑑𝑒 = Diameter equivalent shell (m)

𝑣𝑠 = Kecepatan aliran di shell (m/s)

𝐿 = Panjang tube (m)

𝑙𝐵 = Baffle spacing

𝑗𝑓 = Faktor friksi di shell

64 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Gambar 21. Faktor friksi, 𝒋𝒇 , tube

65 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
66 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Gambar 22. Faktor friksi, 𝒋𝒇 , shell

67 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
KASUS 1. PERANCANGAN COOLER

Step 1. Definisi masalah

Kondensat metanol akan diturunkan temperaturnya dari 95oC menjadi 40oC

menggunakan heat exchanger dengan brackish water sebagai fluida panas.

Temperatur brackish water naik dari 25oC menjadi 40oC. Diketahui laju alir

metanol adalah 100000 kg/h.

Step 2. Pengumpulan data

Berikut ini adalah properti fluida dingin di temperatur rata-rata. Data

diambil dari Hysys.

Kondisi Metanol Brackish Water (BW)

Fasa Liquid Liquid

Temperatur rata-rata (oC)* 67.5 32.5

Laju alir massa (kg/h) 100000 Step 3

Densitas (kg/m3) 750 995

Kapasitas Panas (kJ/kg.oC) 2.84 4.2

Viskositas (cP) 0.318 0.8

Konduktivitas Thermal (W/moC) 0.19 0.59

𝑇𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡+𝑇𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡
*Temperatur rata-rata (Tavg) = 2

Step 3. Menentukan kebutuhan laju alir fluida dingin

𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠−𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 = 𝑚𝑀𝑡 ∙ 𝐶𝑝𝑀𝑡 ∙ ∆𝑇𝑀𝑡

68 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
𝑘𝑔 1ℎ 𝑘𝐽
= (100000 × ) ∙ 2.84 ∙ (95 − 40)℃
ℎ 3600 𝑠 𝑘𝑔. ℃
= 4338.89 𝑘𝐽/𝑠

𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠−𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 = 𝑄𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝−𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 𝐵𝑊


4340 𝑘𝐽/𝑠 = 𝑚𝐵𝑊 ∙ 𝐶𝑝𝐵𝑊 ∙ ∆𝑇𝐵𝑊
𝑚𝐵𝑊 4338.89 𝑘𝐽/𝑠
= = 68.871 𝑘𝑔/𝑠
𝑘𝐽
4.2 ∙ (40 − 25)℃
𝑘𝑔. ℃

Step 4. Alokasi fluida dan asumsi tipe HE

Berdasarkan data di Tabel nilai fouling factor untuk brackish water dan

methanol adalah 0.0003 m2.K/W dan 0.0002 m2.K/W. Karena brackish water

lebih ‘kotor’ dibanding methanol maka brackish water ditempatkan di tube

dan methanol di shell. Sebagai asumsi awal, tipe HE yang digunakan adalah

1,2-shell & tube.

Step 5. LMTD

(T1 − t 2 ) − (T2 − t1 ) (95 − 40) − (40 − 25)


𝐿𝑀𝑇𝐷𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 = = = 30.79℃
(T t ) (95 − 40)
ln 1 − 2 ln
(T2 − t1 ) (40 − 25)

Karena tipe HE yang digunakan adalah 1,2-STHE maka LMTD harus

dikoreksi.

𝑇1 − 𝑇2 95 − 40
𝑅= = = 3.67
𝑡2 − 𝑡1 40 − 25

𝑡2 − 𝑡1 40 − 25
𝑃= = = 0.21
𝑇1 − 𝑡1 95 − 25

69 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Dari Gambar 14 untuk nilai R dan P yang telah dihitung nilai faktor

koreksi, Ft = 0.81. Maka LMTD terkoreksi yaitu,

∆𝑇𝑚 = 0.81 × 30.79 = 24.94℃

Step 6. Luas Perpindahan Panas

Dari Tabel dapat dilihat bahwa untuk cooler dengan organic solvent sebagai

fluida panas dan water sebagai fluida dingin nilai U berada pada rentang

250-750 W/m2.oC. Asumsi nilai tebakan awal untuk U adalah,

𝑈𝑜,𝑎𝑠𝑚 = 600 𝑊/𝑚2 . ℃

maka,

70 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
1000 𝑊
𝑄 4340 𝑘𝐽/𝑠 ×
1 𝑘𝐽/𝑠
𝐴= = = 289.99 𝑚2
𝑈𝑜,𝑎𝑠𝑚 ∆𝑇𝑚 600 𝑊/𝑚2 . ℃ ∙ 24.94℃

Step 7. Asumsi Awal Nilai Parameter Disain

1. ODt = 0.01875 m (3/4 inch)

2. BWG = 12

3. IDt = 0.01355 m

4. a't = 0.000138938 m2

5. L = 4 m

Step 8. Penentuan Jumlah Tube

𝐴 289.99 𝑚2
𝑁𝑡 = = = 1231 𝑡𝑢𝑏𝑒
𝜋 × 𝑂𝐷𝑡 × 𝐿 3.14 × 0.01875 𝑚 × 4 𝑚

Step 9. Pola Susunan Tube

Pola tube yang dipilih adalah triangular. Tube pitch yang dipilih adalah

𝑃𝑡 = 15/16 inch (sesuai tabel)

Step 10. Penentuan Diameter Dalam Shell (IDs)

Pada Gambar 10, untuk jumlah tube 1231, ODt = ¾ inch, dan 𝑃𝑡 = 15/16

inch diperoleh nilai IDs = 36 inch. Karena diasumsikan terdapat 2 aliran

pada tube maka IDs terkoreksi yaitu,

IDs = 36 inch x 1.02 = 36.72 inch

Step 11. Penentuan Cross Flow Area

Asumsi awal untuk B = 50% dari IDs

71 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
15 3
𝐼𝐷𝑆 × 𝐶′ × 𝐵 (36.72 𝑖𝑛)( ⁄16 − ⁄4 𝑖𝑛)(0.5 × 36.72𝑖𝑛)
𝑎𝑠 = = = 129.6 𝑖𝑛2 = 0.081 𝑚2
𝑃𝑡 15⁄ 𝑖𝑛
16

𝑁𝑡 × 𝑎′𝑡 (1231)(0.000138938 𝑚2 )
𝑎𝑡 = = = 0.0855 𝑚2
𝑛 2

Step 12. Menentukan Kecepatan Massa/Mass Velocity (G)

Dari Tabel dipilih persamaan untuk perpindahan panas yang tidak

melibatkan perubahan fasa. 𝑊𝑆 adalah laju alir massa fluida di shell yaitu

methanol dan 𝑊𝑡 adalah laju alir massa fluida di tube yaitu brackish water

1ℎ
𝑊𝑆 100000 𝑘𝑔/ℎ × 3600 𝑠
𝐺𝑆 = = = 342.94 𝑘𝑔/(𝑚2 . 𝑠)
𝑎𝑠 0.081 𝑚2

𝑊𝑡 68.871 𝑘𝑔/𝑠
𝐺𝑡 = = = 805.51 𝑘𝑔/(𝑚2 . 𝑠)
𝑎𝑡 0.0853 𝑚2

Step 13. Penentuan Bilangan Reynold

De yang dipilih adalah sebagai berikut. Nilai ODt dan pitch dipilih yang

paling mendekati.

Tube OD (m) Pitch (m) Pola Diameter Equivalent


(m)
0.0125 0.0156 Triangular 0.009
0.0125 0.0188 Triangular 0.01825
0.0188 0.0234 Triangular 0.01375
0.0188 0.0250 Triangular 0.01825
0.0250 0.0313 Triangular 0.018
0.0313 0.0391 Triangular 0.02275
0.0125 0.0156 Square 0.012
0.0125 0.0188 Square 0.022
0.0188 0.0234 Square 0.018
0.0188 0.0250 Square 0.02375
0.0250 0.0313 Square 0.02475

72 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
0.0313 0.0391 Square 0.03075

𝐷𝑒 × 𝐺𝑆 (0.01375 𝑚)(324.65 𝑘𝑔/(𝑚2 . 𝑠))


𝑅𝑒𝑆 = = = 14828.187
𝜇 1 𝑘𝑔/(𝑚. 𝑠)
0.318 𝑐𝑃 ×
1000 𝑐𝑃

𝐼𝐷𝑡 × 𝐺𝑡 (0.01355 𝑚)(805.51 𝑘𝑔/(𝑚2 . 𝑠))


𝑅𝑒𝑡 = = = 13643.361
𝜇 1 𝑘𝑔/(𝑚. 𝑠)
0.8 𝑐𝑃 × 1000 𝑐𝑃

Step 14. Penentuan Nilai JH

Asumsi awal untuk baffle cut yaitu 25%. Dari pembacaan grafik JH diperoleh

nilai JH shell = 68 dan JH tube = 48

73 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Step 15. Menentukan Koefisien Perpindahan Panas Pipa Lapisan Dalam

(hi) Tube

1
𝑗𝐻 × 𝑘 𝐶𝑝 × 𝜇 3
ℎ𝑖 = ( ) ∅𝑡
𝐼𝐷𝑡 𝑘

1
𝑘𝑔 3
𝑊 𝐽 1 𝑚. 𝑠
48 × 0.59 2 4200 × 0.8 𝑐𝑃 ×
(𝑚 . ℃) (𝑘𝑔. ℃) 1000 𝑐𝑃
ℎ𝑖 = ×1
0.01355 𝑚 𝑊
0.59 2
(𝑚 . ℃)
( )

ℎ𝑖 = 3732.356 𝑊/(𝑚2 . ℃)

*∅𝑡 diasumsikan bernilai 1 karena viskositas brackish water tidak secara

signifikan dipengaruhi oleh temperatur

74 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Step 16. Menentukan Koefisien Perpindahan Panas Bagian Luar (ho) Pada

Shell

1
𝑗𝐻 × 𝑘 𝐶𝑝 × 𝜇 3
ℎ𝑜 = ( ) ∅𝑆
𝐷𝑒 𝑘

1
𝑘𝑔 3
𝑊 𝐽 1 𝑚. 𝑠
68 × 0.19 2 2840 × 0.318 𝑐𝑃 × 1000 𝑐𝑃
(𝑚 . ℃) (𝑘𝑔. ℃)
ℎ𝑖 = ×1
0.01375 𝑚 𝑊
0.19 2
(𝑚 . ℃)
( )

ℎ𝑖 = 1579.879 𝑊/(𝑚2 . ℃)

* ∅𝑆 diasumsikan bernilai 1 karena viskositas methanol tidak secara

signifikan dipengaruhi oleh temperatur

Step 17. Menentukan Koefisien Transfer Panas Menyeluruh

1
𝑈𝑜,𝑐𝑎𝑙𝑐 =
𝑑
1 𝑑𝑜 𝑙𝑛 ( 𝑜⁄𝑑 ) 𝑑 𝑑𝑜 1
𝑖 𝑜
+ 𝑅𝑜𝑑 + + × 𝑅𝑖𝑑 + ×
ℎ𝑜 2𝑘𝑤 𝑑𝑖 𝑑𝑖 ℎ𝑖

Misalkan bahan yang digunakan untuk konstruksi HE adalah 302 Stainless

Stell dengan 𝑘𝑤 = 16.2 𝑊/𝑚. ℃. Dari Tabel diketahui bahwa fouling factor

( 𝑅𝑜𝑑 ) untuk methanol (light organic) adalah 5000 𝑊/(𝑚2 . ℃) dan untuk

brackish water (sea water) adalah 3000 𝑊/(𝑚2 . ℃)—nilai tertinggi.

1
𝑈𝑜,𝑐𝑎𝑙𝑐 =
0.01875
1 0.01875 𝑙𝑛 ( )
+ 0.0002 + 0.01355 + 0.01875 × 0.00033 + 0.01875 × 1
1579.879 2(16.2) 0.01355 0.01355 3732.356

𝑈𝑜,𝑐𝑎𝑙𝑐 = 539.685 𝑊/(𝑚2 . ℃); di bawah nilai asumsi awal

75 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Karena nilai 𝑈𝑜,𝑐𝑎𝑙𝑐 < 𝑈𝑜,𝑎𝑠𝑚 , maka ketika dimasukkan dalam persamaan
𝑈𝑜,𝑐𝑎𝑙 −𝑈𝑜,𝑎𝑠𝑚
× 100% nilainya akan < 0. Disain STHE harus diulang dari Step 6
𝑈𝑜,𝑎𝑠𝑚

yaitu menghitung luas area perpindahan panas dengan menggunakan nilai

𝑈𝑜,𝑐𝑎𝑙𝑐 .

TRIAL 2

Step 6

Hitung ulang nilai 𝐴 dengan menggunakan 𝑈𝑜,𝑐𝑎𝑙𝑐

1000 𝑊
𝑄 4340 𝑘𝐽/𝑠 ×
1 𝑘𝐽/𝑠
𝐴= = 2
= 322.401𝑚2
𝑈𝑜,𝑐𝑎𝑙𝑐 ∆𝑇𝑚 539.685 𝑊/𝑚 . ℃ ∙ 24.94℃

Step 7

Agar proses trial kedua penentuan perancangan dimensi STHE bisa lebih

sederhana, sebisa mungkin hindari mengganti ODt atau BWG tube. Dimensi

STHE akan sesuai kriteria jika nilai 𝑈𝑜,𝑐𝑎𝑙𝑐 > 𝑈𝑜,𝑎𝑠𝑚 . Kriteria ini akan tercapai

jika bilangan Reynold baik di shell maupun di tube cukup besar. Dari

rangkaian persamaan yang telah dijelaskan di atas dapat dilihat bahwa

nilai Res dan Ret sangat dipengaruhi oleh dimensi tube. Untuk menghindari

trial yang berulang-ulang, pertama kali ubah panjang tube (L) sehingga

diperoleh jumlah tube (Nt) yang lebih sedikit. Nt yang lebih sedikit

menghasilkan IDs yang lebih kecil dan nilai at yang lebih kecil. Nilai at

yang lebih kecil, tanpa mengubah IDt, menghasilkan nilai Gt yang lebih

besar. Dengan demikian diperoleh nilai Ret yang lebih besar serta JH yang

lebih besar.

76 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
Ubah nilai parameter disain STHE. Untuk trial yang kedua ubah perbesar

nilai L tanpa mengubah dimensi tube.

1. ODt = 0.01875 m (3/4 inch)

2. BWG = 12

3. IDt = 0.01355 m

4. a't = 0.000138938 m2

5. L = 5 m.

Step 8

Hitung ulang nilai 𝑁𝑡 dengan menggunakan 𝐴 dan 𝐿 yang baru

𝐴 322.401 𝑚2
𝑁𝑡 = = = 1095 𝑡𝑢𝑏𝑒 → 1100 𝑡𝑢𝑏𝑒
𝜋 × 𝑂𝐷𝑡 × 𝐿 3.14 × 0.01875 𝑚 × 5 𝑚

Step 9

Tidak berubah karena tidak ada perubahan pada dimensi tube

Step 10

Pada Gambar 10, untuk jumlah tube 1100, ODt = ¾ inch, dan 𝑃𝑡 = 15/16

inch diperoleh nilai IDs = 34 inch. Karena diasumsikan terdapat 2 aliran

pada tube maka IDs terkoreksi yaitu,

IDs = 34 inch x 1.02 = 34.68 inch

Step 11

Hitung ulang nilai 𝑎𝑠 dan 𝑎𝑡 dengan menggunakan parameter yang baru

15 3
𝐼𝐷𝑆 × 𝐶′ × 𝐵 (34.68 𝑖𝑛)( ⁄16 − ⁄4 𝑖𝑛)(0.5 × 34.68 𝑖𝑛)
𝑎𝑠 = = = 115.6 𝑖𝑛2 = 0.0722 𝑚2
𝑃𝑡 15⁄ 𝑖𝑛
16

77 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
𝑁𝑡 × 𝑎′𝑡 (1100)(0.000138938 𝑚2 )
𝑎𝑡 = = = 0.07604 𝑚2
𝑛 2

Step 12

Hitung ulang nilai 𝐺𝑠 dan 𝐺𝑡 dengan menggunakan 𝑎𝑠 dan 𝑎𝑡 yang baru

1ℎ
𝑊𝑆 100000 𝑘𝑔/ℎ × 3600 𝑠
𝐺𝑆 = = = 384.47 𝑘𝑔/(𝑚2 . 𝑠)
𝑎𝑠 0.0722 𝑚2

𝑊𝑡 68.871 𝑘𝑔/𝑠
𝐺𝑡 = = = 905.67 𝑘𝑔/(𝑚2 . 𝑠)
𝑎𝑡 0.07604 𝑚2

Step 13

Nilai De tidak berubah karena 𝑂𝐷𝑡 dan 𝑃𝑡 tidak berubah

𝐷𝑒 × 𝐺𝑆 (0.01375 𝑚)(384.47 𝑘𝑔/(𝑚2 . 𝑠))


𝑅𝑒𝑆 = = = 16623.988
𝜇 1 𝑘𝑔/(𝑚. 𝑠)
0.318 𝑐𝑃 ×
1000 𝑐𝑃

𝐼𝐷𝑡 × 𝐺𝑡 (0.01355 𝑚)(905.67 𝑘𝑔/(𝑚2 . 𝑠))


𝑅𝑒𝑡 = = = 15339.851
𝜇 1 𝑘𝑔/(𝑚. 𝑠)
0.8 𝑐𝑃 ×
1000 𝑐𝑃

Step 14

Asumsi untuk baffle cut masih 25%. Dari pembacaan grafik JH diperoleh

nilai JH shell = 72 dan JH tube = 70

Step 15

Hitung ulang nilai ℎ𝑖 dengan menggunakan 𝑗𝐻 yang baru

1
𝑗𝐻 × 𝑘 𝐶𝑝 × 𝜇 3
ℎ𝑖 = ( ) ∅𝑡
𝐼𝐷𝑡 𝑘

78 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
1
𝑘𝑔 3
𝑊 𝐽 1
70 × 0.59 2 4200 × 0.8 𝑐𝑃 × 𝑚. 𝑠
(𝑚 . ℃) (𝑘𝑔. ℃) 1000 𝑐𝑃
ℎ𝑖 = ×1
0.01355 𝑚 𝑊
0.59 2
(𝑚 . ℃)
( )

ℎ𝑖 = 5443.019 𝑊/(𝑚2 . ℃)

Step 16

Hitung ulang nilai ℎ𝑜 dengan menggunakan 𝑗𝐻 yang baru

1
𝑗𝐻 × 𝑘 𝐶𝑝 × 𝜇 3
ℎ𝑜 = ( ) ∅𝑆
𝐷𝑒 𝑘

1
𝑘𝑔 3
𝑊 𝐽 1 𝑚. 𝑠
72 × 0.19 2 2840 × 0.318 𝑐𝑃 × 1000 𝑐𝑃
(𝑚 . ℃) (𝑘𝑔. ℃)
ℎ𝑖 = ×1
0.01375 𝑚 𝑊
0.19 2
(𝑚 . ℃)
( )

ℎ𝑖 = 1672.813 𝑊/(𝑚2 . ℃)

Step 17

Hitung ulang nilai 𝑈𝑜,𝑐𝑎𝑙𝑐 dengan menggunakan ℎ𝑖 dan ℎ𝑜 yang baru

1
𝑈𝑜,𝑐𝑎𝑙𝑐 =
0.01875
1 0.01875 𝑙𝑛 ( )
+ 0.0002 + 0.01355 + 0.01875 × 0.00033 + 0.01875 × 1
1672.813 2(16.2) 0.01355 0.01355 5443.019

𝑈𝑜,𝑐𝑎𝑙𝑐 = 587.805 𝑊/(𝑚2 . ℃); lebih besar dari nilai 𝑈𝑜,𝑐𝑎𝑙𝑐 yang dihasilkan dari

trial pertama.

Step 18. Evaluasi Hasil Perancangan

18.1 Evaluasi Uo,cal

𝑈𝑜,𝑐𝑎𝑙 − 𝑈𝑜,𝑎𝑠𝑚 587.805 − 539.685


× 100% = × 100% = 8.91%
𝑈𝑜,𝑎𝑠𝑚 539.685

79 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
18.2 Evaluasi Pressure drop tube

Dari Gambar untuk 𝑅𝑒 = 15339.851 diperoleh nilai 𝑗𝑓 tube sebesar 0.0043

𝐿 𝜇 −𝑚 𝜌𝑣𝑡2
∆𝑃𝑡 = 𝑁𝑝 [8𝑗𝑓 ( ) ( ) + 2.5]
𝑑𝑖 𝜇𝑤 2

𝑊𝑡 (68.87 𝑘𝑔/𝑠)
𝑣𝑡 = = = 0.91 𝑚/𝑠
𝜌𝑡 𝑎𝑡 (995 𝑘𝑔/𝑚3)(0.07604 𝑚2 )

5𝑚 (995 𝑘𝑔/𝑚3 )(0.91 𝑚/𝑠)2 1 𝑏𝑎𝑟 14.69 𝑝𝑠𝑖


∆𝑃𝑡 = 2 [8(0.0043) ( ) + 2.5] × 5 2
×
0.01355 𝑚 2 10 𝑘𝑔/(𝑚. 𝑠 ) 1 𝑏𝑎𝑟

∆𝑃𝑡 = 1.839 𝑝𝑠𝑖 < 10 𝑝𝑠𝑖; memenuhi syarat

18.3 Evaluasi Pressure drop shell

Dari Gambar untuk 𝑅𝑒 = 16623.988 diperoleh nilai 𝑗𝑓 shell sebesar 0.048

80 | Y u l i A m a l i a H u s n i l
𝐷𝑠 𝐿 𝜇 −0.14 𝜌𝑣𝑠2
∆𝑃𝑠 = 8𝑗𝑓 ( ) ( ) ( )
𝑑𝑒 𝑙𝐵 𝜇𝑤 2

1ℎ
𝑊𝑠 (100000 𝑘𝑔/ℎ × 3600 𝑠)
𝑣𝑠 = = = 0.512 𝑚/𝑠
𝜌𝑠 𝑎𝑠 (750 𝑘𝑔/𝑚3)(0.072254 𝑚2 )

0.85 𝑚 5𝑚 (750 𝑘𝑔/𝑚3 )(0.512 𝑚/𝑠)2 1 𝑏𝑎𝑟 14.69 𝑝𝑠𝑖


∆𝑃𝑠 = 8(0.048) ( )( ) × 5 2
×
0.01375 𝑚 0.425 𝑚 2 10 𝑘𝑔/(𝑚. 𝑠 ) 1 𝑏𝑎𝑟

∆𝑃𝑠 = 4.042 𝑝𝑠𝑖 < 10 𝑝𝑠𝑖; memenuhi syarat

81 | Y u l i A m a l i a H u s n i l

Anda mungkin juga menyukai