Anda di halaman 1dari 6

Analisis Pinch 

adalah sebuah metodologiuntuk memperkecil pemakaian energi dari


proses kimia dengan menghitung target energi secara pasti menggunakan
prinsip termodinamika yang dapat dicapai dengan mengoptimalkan sistem pemulihan
panas, metode pasokan energi dan kondisi proses operasi. Metode ini juga disebut
dengan teknologi pinch atau sebagai integrasi proses, integrasi panas, dan integrasi
energi.
Metode ini dimulai dengan mendata seluruh aliran panas dari unsur pemasok dan
aliran dingin dari unsur pemakai energi dalam suatu proses. Data aliran panas dan
aliran dingin ini kemudian digabungkan ke dalam suatu kurva yang dinamakan
sebagai kurva komposit.[1]Titik terdekat antara kurva komposit aliran panas dan kurva
komposit aliran dingin disebut dengan Titik Pinch.

Teknik pinch analysis ini digunakan stlh perhitungan energy and material balance-
nya lengkap. Bisa diaplikasikan utk grassroot designs dan jg retrofit designs.
Pengambilan data yg tepat menjamin penggunaan pinch analysis yg lbh baik. Dgn
menggunakan data2 dan perhitungan ini di pinch analysis, kita bisa melihat berapa
target jumlah energi recovery yg bisa dicapai, cooling, dan jg heating utility-nya.

Berikut ini contoh sederhana dgn data yg dicuplik dr “Introduction to Pinch


Technology” oleh Linnhoff March.

Aliran (stream) proses dinamakan sbg hot stream jika kita bertujuan utk
menurunkan temperature-nya. Contohnya aliran H1 yg ingin diturunkan dr 180 oC
ke 80oC dan H2 (dr 130oC ke 40oC). Demikian sebaliknya utk cold stream, di mana
kita ingin agar temperature-nya dinaikkan. Contohnya C1 (dr 60 oC ke 100oC) dan
C2 (dr 30oC ke 120oC). Data lebih lengkapnya sbb:
Pertanyaan terbesarnya adalah apa yg harus kita isi di kotak dgn 3 tanda tanya tsb?
Apakah kita akan lgsg menggunakan heating utility (misalnya steam) utk
memanaskan cold stream dan cooling utility (misalnya cooling water) utk
mendinginkan hot stream? Klo iya, maka total heating utility yg diperlukan adalah
5600 kW dan cooling utility sebesar 6440 kW.

Nah, sblm mengaplikasikan pinch analysis, kita mesti menentukan terlebih dahulu
berapa perbedaan temperature yg diperbolehkan sbg batas minimum utk transfer
energinya. Di banyak aplikasi industri, nilai ini cukup bervariasi. Ada yg 10 oC,
20oC, dan bahkan ada yg 2oC utk Plate and Frame HE dgn heat transfer coefficient
yg sgt tinggi (referensinya saya lupa J). Di contoh ini kita pake 10 oC aja.

Dari data ini kita akan buat composite curves utk hot dan cold streams. Composite
curves ini merupakan representasi dr keseluruhan aliran proses hot (hot
composite curve) atau cold (cold composite curve). Cara membuatnya bisa dibaca
di literature dan hasilnya spt ini:

Garis biru adalah cold composite curve dan garis merah adalah hot composite
curve. Kedua kurva memiliki jarak terdekat (pinch) sebesar 10 oC, berdasarkan nilai
yg kita tentukan td. Dengan cara ini mmg yg namanya pinch (jepit) tidak terlihat
dgn jelas.

Data energi di atas bisa kita modifikasi sesuai dgn besarnya minimum temperature
difference yg kita tentukan. Data temperature hot streams kita turunkan sebesar
10oC/2 = 5oC, dan data temperature cold streams kita naikkan jg sebesar 5 oC. Hal
ini dilakukan utk mendekatkan kedua kurva di atas sehingga saling bersentuhan.
Modifikasi data ini jg digunakan utk cara lain (misalnya cascade di transshipment
model) dlm menentukan titik pinch (pinch point).

Data modifikasinya sbg berikut:

Dr gambar modifikasi ini, pinch pointnya terlihat dgn sgt jelas. Daerah di mana
kedua kurva saling overlap adalah daerah utk recovery energy. Daerah di mana
cold composite curve tidak tertutupi oleh hot composite curve adalah daerah di
mana kita harus menggunakan heating utility. Sementara daerah di mana hot
composite curve tidak tertutupi oleh cold composite curve harus kita penuhi dgn
cooling utility.

Final overview dr keseluruhan aliran hot dan cold ini bisa dilihat di gbr berikut.
Nilai2 yg kita dapat ini merupakan target yg bisa kita capai dgn menggunakan
minimum temperature difference 10oC. Minimum heating utility yg bisa kita capai
sebesar 960 kW. Nilai ini jauh lbh kecil drpd nilai awal yg 5600 kW. Minimum
cooling utilitynya turun jauh dr 6440 kW jd 120 kW. Maksimum energi yg bisa
kita gunakan kembali sebesar 5480 kW. Jadi, dgn menerapkan pinch analysis ini
kita bisa mengetahui sebesar apa energi yg bisa kita gunakan kembali dan energi
yg sbnrnya perlu kita berikan ke system (heating and cooling utilities).

Memvariasikan nilai minimum temperature difference akan membuat cold


composite curvenya bergeser ke kanan dan ke kiri. Semakin kecil nilainya (misal:
2oC), maka cold composite curve akan bergeser ke kiri, yg berarti akan semakin
besar energy recovery dan semakin kecil utilities yg diperlukan. Demikian
sebaliknya jika nilai minimum temperature differencenya kita naikkan (misal:
20oC), kita akan memerlukan utilities yg lbh besar lg dgn maximum energy
recovery yg lbh kecil.

Nah, setelah kita tau berapa target yg bisa kita capai, pertanyaan selanjutnya adalah
bagaimana kita bisa mendesain HE yg diperlukan? Aliran hot mana yg mesti
dipasangkan dgn aliran cold yg mana? Di tulisan selanjutnya ttg desain Heat
Exchanger Network (HEN design), akan diberikan petunjuk2nya. Dan petunjuk2
itu didasarkan pada gambar di atas ini.

Exergi didefinisikan sebagai potensi kerja maksimum dalam bentuk materi atau
energi dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Potensi kerja ini diperoleh
melalui proses reversibel. Exergi dapat ditransfer di antara sistem dan dapat
dihancurkan oleh irreversibilitas di dalam sistem. Sebagai contoh penurunan kualitas energi
thermal yang dipindahkan dari temperatur tinggi menjadi temperatur rendah tidak
nampak bila dinyatakan dalam analisis energi. Sedangkan analisis exergi dilakukan
berdasarkan hukum thermodinamika kedua, yaitu proses thermodinamika selalu tidak
ideal sehingga terjadi penurunan kualitas energi.
Exergi didefinisikan sebagai potensi kerja maksimum dalam bentuk materi atau
energi dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Potensi kerja ini diperoleh
melalui proses reversibel. Exergi dapat ditransfer di antara sistem dan dapat
dihancurkan oleh irreversibilitas di dalam sistem.
Analisis exergi mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan analisis energi
yaitu :
– lebih akurat dalam membuat desain yang optimal, baik untuk proses industri
maupun pembangkit listrik.
– lebih teliti dalam menentukan energi yang hilang dalam proses maupun yang
dibuang ke udara.
– dapat menentukan kualitas energi.
Dengan mengembangkan analisis exergi ini dapat membantu para pengambil keputusan
maupun analis kebijakan untuk dapat lebih memahami dampak dari perubahan peraturan
maupun standard lingkungan terhadap sistem. Dan untuk kedepannya optimasi exergy
dapat dijadikannya panduan pengembangan dalam konservasi energi(exergi).
Exergy itu betul adalah berapa besar sebuah energy yg bisa dirubah menjadi
WORK dengan syarat Energy itu di alirkan melalui REVERSIBLE PROCESS menuju
REFERENSI
ENVIROMENT.. Jadi ada tiga kata kuncinya: 
WORK, REFERNSI dan REVERSIBLE PROCESS..
Exergy dari sebuah WORK adalah Work itu sendiri.. Ex = W..
Exergy dari sebuah heat adalah berapa besar WORK apabila HEAT ini dimasukkan
dalam process reversible (Carnot Process)menjadi kondisi lingkungan (ENVIROMENT)..
Ex = Q*(1-T/T0)
EXERGY dari sebuah aliran (stream) adalah apabila stream ini dimasukkan kedalam
sebuah process REVERSIBLE sehingga menghasilkan WORK..Ini sama dengan perubahan
Gibs energy dari aliran tersebut jika diproces oleh reversible process menjadi
kondisi lingkungan.. Ex= (H-Ho)-T0(S-S0)..
Kelebihan memakai analisa Exergy daripada analisa Energy adalah kita membandingkan
hal yg sama yaitu energy dalam bentuk WORK. Jadi kita tidak membandingakn peer
sama apel.Secara realnya harga 1 MMBTU Panas tentu tidak sama dengan 1 MMBTU
Work..
Apabila kita melakukan analisa Exergy pada sebuah plant dengan mengetahui berapa
Exergy Efficiency maupun Exergy loss dari setiap process step (Equipment atau
Unit process).. Kita bisa memberi prioritas dengan benar bagian dari plant yg
mana yang harus kita perhatikan untuk konservasi Exergy yang hasilnya adalah
konservasi UANG..

Prinsip dasar dari efisiensi energi adalah menggunakan jumlah energi yang sedikit
tetapi tujuan atau hasil yang didapat sangat maksimal. Dalam upaya efisiensi
energi ini, kajian kimia dan fisika terutama pada hukum Termodinamika yang
membahas masalah energi telah memberikan konsep ilmiah yang berguna dalam
upaya efisiensi energi secara tepat guna dan optimal. Namun sayang terkadang
para pembuat kebijakan energi di negeri ini sering melupakan tentang fenomena
tersebut.
Konsep Efisiensi
Dalam membuat konsep efisiensi energi, kita dapat menggunakan hukum
termodinamika. Ada dua hukum termodinamika, yaitu termodinamika 1 dan
termodinamika 2. Hukum termodinamika 1 mencakup analisis energi sedangkan
hukum termodinamika 2 tentang analisis exergi.
Disebutkan dalam hukum ke-1 Termodinamika tentang kekekalan energi bahwa
energi adalah sesuatu yang kekal, tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi
dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Dalam pendekatan hukum ke-1
ini, strategi efisiensi energi lebih cenderung pada pemanfaatan sumber daya energi
secara efisien. Efisien yang dimaksud disini adalah penggunaan sumber-sumber
energi disesuaikan dengan kualitas yang dibutuhkan. Dengan menyesuaikan
sumber-sumber energi dengan penugasannya sehingga dapat mencegah
pemborosan penggunaan energi berkualitas tinggi hanya untuk tugas yang
berkualitas rendah. Kelemahan pada pendekatan hukum ke-1 Termodinamika ini
terletak pada hukum ini tidak memperhitungkan terjadinya penurunan kualitas
energi.
Untuk itu, pendekatan hukum ke-2 Termodinamika telah memberikan konsep
efisiensi yang lebih baik. Dalam hukum ke-2 Termodinamika atau dikenal juga
sebagai hukum degradasi energi dijelaskan bahwa energi terkait erat dengan
efisiensi. Bila tidak ada penggunaan secara efisien pastilah energi tersebut
mengalami penurunan kualitas energi, kualitas energi itulah yang disebut dengan
exergy.
Dari kedua analisis diatas yaitu analisis energi dan exergi. Diketahui bahwa hasil
dari analisis exergi lebih mempunyai dampak secara signifikan dalam upaya
efisiensi energi dan exergi secara optimal dibandingkan analisis energi. Beberapa
kelebihan analisis exergi dibandingkan analisis energi menurut Agus Sugiyono
(2000) adalah (1) lebih akurat dalam membuat desain yang optimal bagi proses
industri maupun pembangkit listrik, (2) lebih teliti dalam menentukan energi yang
hilang dalam proses maupun yang dibuang ke udara, dan terakhir (3) dapat
menentukan kualitas energi. Jelasnya adalah memaksimalkan efisiensi hukum ke-2
Termodinamika akan mendorong strategi yang lebih baik daripada
memaksimalkan efisiensi hukum ke-1 Termodinamika.

Contoh sederhana dalam membedakan kedua strategi antara hukum ke-1 dan 2
Termodinamika adalah dalam hal evaluasi penggunaan listrik untuk pemanas
ruangan. Pendekatan hukum ke-1 Termodinamika hanya akan memberikan strategi
efisiensi energi dengan cara merekomendasikan penggunaan peralatan pemanas
ruangan yang efisien. Sedangkan hukum ke-2 Termodinamika menilai bahwa
penggunaan listrik untuk pemanas ruangan termasuk dalam kategori pemborosan
energi. Hal ini karena energi panas termasuk dalam kategori energi berkualitas
rendah. Tugas dan kebutuhan energi kualitas rendah seperti pemanas ruangan ini
dapat diperoleh lebih efisien dan murah dengan cara lain.
Sejauh ini, penggunaan analisis exergi yang berdasarkan pada hukum ke-2
Termodinamika ini telah banyak diterapkan di berbagai proses industri maupun di
pembangkit-pembangkit listrik. Untuk membuat model dalam analisis exergi ini
melibatkan variabel-variabel data yang sangat banyak dan berinteraksi dengan
persamaan yang kompleks. Penggunaan data-data primer tentang energi yang rinci
dan konsisten, sangatlah diperlukan dalam mendukung pembuatan model exergi
untuk kemudian dintreprestasi lebih lanjut untuk menentukan langkah-langkah
efisiensi yang harus dilakukan. Disadur dari tulisan Sinly Evan Putra

Anda mungkin juga menyukai