PENDAHULUAN
Termodinamika adalah ilmu tentang energy yang secara spesifik membahas tentang
hubungan antara energi panas dengan kerja. Energy dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk
lain, baik secara alami maupun hasil rekayasa teknologi. Selain itu energy di alam semesta
bersifat kekal, tidak dapat dibangkitkan atau di hilangkan yang terjadi adalah perubahan energy
dari satu bentuk menjadi bentuk lain tanpa ada pengurangan atau penambahan. Hal ini erat
hubungannya dengan hukum-hukum dasar pada termodinamika. Dalam makalah ini saya akan
membahas tentang termodinamika 2 dan termodinamika 3.
Termodinamika kedua adalah mengatakan bahwa aliran kalor memiliki arah.dengan kata
lain, tidak semua proses dialam adalah reversible (arahnya dapat dibalik). Hukum kedua
termodinamika menyatakan bahwa kalor mengalir secara spontan dari benda bersuhu tinggi
kebenda bersuhu rendah, dan tidak pernah mengalir secara spontan dalam arah kebalikanya.
Hukum pertama termodinamika tidak dapat menjelaskan apakah proses tersebut mungkin terjadi.
Oleh karena itu muncul hukum kedua termodinamika yang disusun tidak lepas dari usaha untuk
mencari sifat atau besaran system yang merupakan fungsi keadaan.
“ proses suatu system terisolasi yang disertai dengan penurunan entropi tidak mungkin
terjadi. Dalam setiap proses yang terjadi pada system terisolasi, maka entropi system tersebut
selalu naik atau tetap tidak berubah”. Hukum termodinamika juga memberikan batasan dasar
pada efisien sebuah mesin atau pembangkit daya. Kegunaan hukum termodinamika II tidak
hanya sebatas hanya pada mengidentifikasikan arah dari suatu proses, tetapi juga bias masuk
untuk mengetahui kualitas energy, menentukan batas teroritis unjuk kerja dari suatu system.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam satu siklus, menerima kalor dari
sebuah reservoir dan mengubah seluruhnya menjadi energi atau usaha luas (Kelvin
Planck).
3
2. Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam suatu siklus mengambil kalor dari
sebuah reservoir rendah dan memberikan pada reservoir bersuhu tinggi tanpa
memerlukan usaha dari luar (Clausius).
3. Pada proses reversibel, total entropi semesta tidak berubah dan akan bertambah ketika
terjadi proses irreversibel (Clausius).
Untuk menjelaskan tidak adanya reversibilitas para ilmuwan merumuskan prinsip baru,
yaitu Hukum II Termodinamika, dengan pernyataan : “kalor mengalir secara alami dari benda
yang panas ke benda yang dingin, kalor tidak akan mengalir secara spontan dari benda dingin
ke benda panas”.
Mesin pendingin merupakan peralatan yang prinsip kerjanya berkebalikan dengan mesin
kalor. Pada mesin pendingin terjadi aliran kalor dari reservoir bersuhu rendah ke reservoir
bersuhu tinggi dengan melakukan usaha pada sistem. Contohnya, pada lemari es (kulkas) dan
pendingin ruangan (AC). Bagan mesin pendingin dapat dilihat pada gambar berikut.
Ukuran kinerja mesin pendingin yang dinyatakan dengan koefisien daya guna merupakan hasil
bagi kalor yang dipindahkan dari reservoir bersuhu rendah Q2 terhadap usaha yang dibutuhkan
W.
4
dengan:
Penerapan hukum II termodinamika dapat diamati pada proses mengalirnya kalor pada mesin
pemanas seperti ditunjukan pada gambar berikut.
Siklus adalah serangkaian proses yang dimulai dari suatu keadaan awal dan berakhir pada
keadaan yang sama dengan keadaan awalnya. Agar dapat melakukan usaha terus-menerus, suatu
sistem harus bekerja dalam satu tsiklus. Ada 2 macam siklus, yaitu siklus reversibel (siklus yang
dapat balik) dan irreversibel (siklus yang tidak dapat balik).
5
Perhatikan gambar diatas. Gambar diatas merupakan gambar siklus mesin pemanas carnot.
terdapat empat proses dalam siklus Carnot, yaitu:
Proses-proses dalam mesin kalor Carnot, perhatikan gambar siklus carnot diatas. Siklus dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Siklus a-b
Gas menyerap kalor Qt pada temperatur Tv Suhu sistem sama dengan suhu reservoir
panas sehingga disebut proses isotermik. Gas memuai dan melakukan usaha pada
pengisap. Oleh karena energi dalam tetap maka usaha yang dilakukan pada sistem sama
dengan kalor yang diserap.
Siklus b-c
Beban pengisap dikurangi sehingga gas memuai menurut proses adiabatik. Terjadi
pengurangan energi dalam dan suhu sistem menurun sampai sama dengan suhu pada
reservoir dingin Tr
6
Siklus c-d
Gas mengalami penyusutan secara isotermik dengan membuang kalor Qr pada reservoir
dingin pada temperatur 7) sehingga usahanya negatif (usaha dilakukan pada sistem).
Siklus d-1
Beban pengisap ditambah sehingga gas menyusut menurut proses adiabatik. Terjadi
penambahan energi dalam dan suhu naik sampai sama dengan suhu pada reservoir panas
T,. Energi dalam gas kembali seperti pada awal siklus.
W = Qt – Qy
Karakteristik mesin kalor carnot dinyatakan dengan efisiensi mesin (η) yaitu perbandingan antara
usaha yang dilakukan dengan kalor yang diserap. Secara matematis ditulis sebagai berikut.
Efisiensi suatu mesin kalor jenis apa pun selalu lebih kecil dari efisiensi mesin ideal atau mesin
Carnot. Berdasarkan hukum I Termodinamika berlaku:
Keterangan:
η = efisiensi mesin
Tr = temperatur pada reservoir rendah
Tt = temperatur pada reservoir tinggi
7
Qr = kalor yang dibuang pada reservoir rendah
Qt = kalor yang diserap pada reservoir tinggi
Contoh dari mesin pendingin Carnot antara lain mesin pendingin ruangan dan lemari es.
Siklus mesin pendingin Carnot merupakan kebalikan siklus mesin kalor Carnot karena siklusnya
reversibel (dapat balik). Usaha pada mesin pendingin Carnot dapat dituliskan:
W= Qt — Qr
Dari Gambar 4.9 dapat dijelaskan bahwa kalor yang diambil dipindahkan ke dalam
ruangan.
Karakteristik mesin pemanas dinyatakan dengan koefisien kerja yang simbolnya Kp . Secara
matematis dapat dituliskan:
8
merupakan salah satu sifat dari sifat fisis yang dapat diukur dari sebuah sistem. Entropi dapat
diartikan sebagai ukuran ketidakteraturan. Dalam sistem tertutup peningkatan entropi diikuti oleh
penurunan jumlah energi yang tersedia. Semakin tinggi entropi, semakin tinggi
ketakteraturannya.
∆S = S2 – S1 = Q/T
Keterangan:
∆S= perubahan entropi (J/K)
S1 = entropi mula-mula (J/K)
S2 = entropi akhir (J/K) ΔS = perubahan entropi ( J/K)
Q = kalor ( J)
T = suhu (K)
Entropi pada proses temperatur perubah pada proses yang mengalami perubahan
temperatur, entropi dituliskan sebagai berikut.
Keterangan:
∆S = perubahan entropi (J/K)
S1= entropi mula-mula (J/K)
S2 = entropi akhir (J/K)
c = kalor jenis (J/kg K)
m = massa (kg)
T1= suhu mula-mula (K)
T2 = suhu akhir (K)
9
Bunyi hukum II Termodinamika:” Kalor mengalir secara alami dari benda yang panas ke
benda yang dingin; kalor tidak akan mengalir secara spontan dari benda dingin ke benda panas
tan pa dilakukan usaha”.
Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam satu siklus, menerima kalor dari satu
reservoir dan mengubah kalor seluruhnya menjadi usaha.
Tidak mungkin membuat mesin yang bekerja dalam satu siklus dengan mengambil kalor
dari reservoir yang mempunyai suhu rendah dan memberikannya ke reservoir suhu tinggi
tanpa usaha dari luar.
Mesin yang bekerja di antara reservoir suhu Tt dan reservoir suhu Tt(Tt > Tr), memiliki
efisiensi maksimum.
Contoh soal!
1. Suatu mesin memiliki suhu reservoir tinggi 400°C dan suhu reservoir rendah 70°C. Hitunglah
efisiensi mesin tersebut!
Penyelesaian:
Diketahui :
Tt = 400°C = 673 k
Tr = 70°C = 343 K
Ditanyakan : η…..?
Jawab:
10
2. Suatu system menyerap kalor sebesar 60 kJ pada suhu 27°C. Berapakah peubahan entropi
system ini?
Penyelesaian:
Diketahui:
Q = 60 kJ = 60. 000J
T = 27°C = 300 K
Ditanyakan:
Jawab:
𝐐
∆S =
𝐓
𝟔𝟎.𝟎𝟎𝟎 𝐉
=
𝟑𝟎𝟎 𝐉
= 200 K/J
Demikian penjelasan yang bisa kami sampaikan tentang Hukum Termodinamika I dan
II,Penjelasan, Rumus dan Contoh Pembahasan Soal. Semoga postingan ini bermanfaat bagi
pembaca dan bisa dijadikan sumber literatur untuk mengerjakan tugas. Sampai jumpa pada
postingan selanjutnya.
Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini
menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut (temperatur Kelvin)
semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum.hukum ini jugga
menyatakn bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut
bernilai nol.
11
Hukum termodinamika III menyatakan bahwa pada suhu 0 K (-2730 C) sistem ini ada
dalam kondisi diam atau statis. Pada kondisi suhu lingkungan kita,anggap saja suhu ruang (250)
berada pada suhu yang tidak memungkinkan sistem untuk diam.
“Entropi dari suatu kristal sempurna pada absolut nol adalah sama dengan nol,”
Entropi mutlak dari zat padat ditentukan dengan hukum ini. Dengan pengetahuan bahwa entropi
zat Kristal murni adalah nol pada suhu nol mutlak, kenaikan entropi zat dapat diukur jika
dipanaskan. Perubahan entropi diberikan oleh:
∆S = Sakhir - Sawal
= Sakhir
∆Stotal > 0
Untuk menentukan tanda dari ∆Stotal , ∆Ssis dan ∆Slingk harus diketahui.
Fungsi termodinamika lain diperlukan untuk membantu menemukan apakah suatu reaksi
berjalan secara spontan atau tidak dengan hanya mempelajari system itu sendiri.
atau
12
Kriteria kespontanan reaksi dapat diekspresikan berdasarkan sifat sisitem (∆Hsis dan T∆Ssis) dan
tidak lagi memperhatikan lingkungan.
Untuk menyatakan kespontanan reaksi secara langsung, funsi termodinamika baru yang disebut
energy bebas Gibbs (G) digunakan dimana :
G = H – TS
Semua besaran dalam persamaan merujuk ke system dan T merupakan suhu system, G
merupakan fungsi keadaan :
∆G = -∆H - T∆S
Kondisi kespontanan dan kesetimbangan pada suhu dan tekanan tetap dapat disimpulkan
berdasarkan ∆G sebagai berikut :
∆G > 0 reaksi tidak spontan (reaksi spontan dalam arah yang berlawanan)
Untuk reaksi yang dilakukan pada kondisi keadaan standar, yakni pereaksi dalam
keadaan diubah menjadi hasil reaksi pada keadaan standar, perubahan energy bebas disebut
perubuhan energy bebas standar, ∆Gf0.
aA + Bb → cC + dD
13
∆G0rxn = 𝚺𝒏∆𝐆0f (hasil reaksi) = 𝚺𝒎∆𝐆0f (pereaksi)
Dimana
14
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Kebanyakan logam bias menjadi superkonduktor pada suhu sangat rendah, karena tidak
banyak keacakan gerakan kinetic dalam skala molecular yang menggangu electron. Siklus
Rankine adalah siklus termodinamika yang mengubah panas menjadi kerja.
Terdapat 4 proses dalam siklus rankine, setiap siklus mengubah keadaan fluida (tekanan
atau wujud ).
Proses 1: Fluida dipompa dari bertekanan rendah ke tekanan tinggi dalam bentuk cair.
Proses 2: Fluida cair bertekaan tinggi masuk keboiler dimana fluida dipanaskan hingga menjadi
uap pada tekanan konstan menjadi uap jenuh.
Proses 3: Uap jenuh bergerak menuju turbin, menghasilkan energy listrik. Hal ini mengurangi
temperature dan tekanan uap, dan mungkin sedikit kondensasi juga terjadi.
Proses 4 : Uap basah memasuki condenser dimana di embunkan dalam tekanan dan temperature
tetap hingga menjadi cairan jenuh.
15
3.2. SARAN
Dengan mempelajari teori mengenai termodinamika, kita menjadi tahu bagaimana Tuhan
menganugerahkan kemampuan yang luar biasa yang dimiliki manusia untuk meneliti ilmu
pengetahuan sehingga apa yang diteliti dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Penyusun
berharap dengan adanya makalah ini, pembaca terpacu untuk selalu memiliki rasa ingin tahu
terhadap bidang keilmuan untuk melakukan penelitian dimasa mendatang.
16