Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

Stoikiometri dan Kesetimbangan Kimia

1. Pengertian Stoikiometri
Dalam ilmu kimia, stoikiometri (/ˌstɔɪkiˈɒmɪtri/) adalah ilmu yang mempelajari dan
menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan
kimia). Stoikiometri didasarkan pada hukum-hukum dasar kimia, yaitu hukum kekekalan
massa, hukum perbandingan tetap, dan hukum perbandingan berganda. Stoikiometri
diilustrasikan melalui gambar berikut, dengan persamaan reaksi setara:
CH4 +2O2 → CO2 +2H2O.
Di sini, satu molekul metana bereaksi dengan dua molekul gas oksigen untuk menghasilkan
satu molekul karbon dioksida dan dua molekul air. Persamaan kimia khusus ini adalah contoh
pembakaran sempurna. Stoikiometri mengukur hubungan kuantitatif ini, dan digunakan untuk
menentukan jumlah produk dan reaktan yang diproduksi atau dibutuhkan dalam reaksi yang
diberikan. Menggambarkan hubungan kuantitatif antara zat-zat ketika mereka berpartisipasi
dalam reaksi kimia dikenal sebagai stoikiometri reaksi. Dalam contoh di atas, stoikiometri
reaksi mengukur hubungan antara metana dan oksigen ketika mereka bereaksi membentuk
karbon dioksida dan air.
Karena hubungan mol yang diketahui dengan massa atom, rasio yang diperoleh dengan
stoikiometri dapat digunakan untuk menentukan jumlah massa dalam suatu reaksi yang
dijelaskan oleh persamaan yang setimbang. Hal ini disebut sebagai stoikiometri komposisi.
Stoikiometri gas berkaitan dengan reaksi yang melibatkan gas, di mana gas berada pada
suhu, tekanan, dan volume yang diketahui dan dapat dianggap gas ideal. Untuk gas, rasio
volume idealnya sama dengan hukum gas ideal, tetapi rasio massa dari reaksi tunggal harus
dihitung dari massa molekul dari reaktan dan produk. Dalam praktiknya, karena
keberadaan isotop, massa molar digunakan sebagai gantinya ketika menghitung rasio massa.
Mol merupakan suatu satuan jumlah, yang berasal dari kata moles yang artinya
sejumlah massa / sejumlah kecil massa , hampir sama dengan lusin.
1 mol = 6,02 X 1023 jumlah partikel/molekul/atom.
Bagan Stoikimetri

Mengubah gram ke mol


Stoikiometri tidak hanya digunakan untuk menyeimbangkan persamaan kimia tetapi juga
digunakan dalam konversi, misalnya, mengubah dari gram ke mol menggunakan massa
molar sebagai faktor konversi, atau dari gram ke mililiter menggunakan kerapatan (densitas).
Misalnya, untuk menentukan jumlah NaCl (natrium klorida) dalam 2 gram senyawa ini, maka
dapat dikonversi dengan jalan:

Dalam contoh di atas, ketika dituliskan dalam bentuk pecahan, satuan gram membentuk
identitas multiplikatif, yang setara dengan satu (g/g = 1), dengan jumlah yang dihasilkan
dalam mol (unit yang dibutuhkan), seperti yang ditunjukkan pada persamaan berikut,

Proporsi molar
Stoikiometri sering digunakan untuk menyeimbangkan persamaan kimia (stoikiometri reaksi).
Sebagai contoh, dua gas diatomik, hidrogen dan oksigen, dapat bergabung untuk membentuk
cairan, air, dalam reaksi eksotermik, seperti dijelaskan oleh persamaan berikut ini:
2H2 + O2 → 2H2O
Stoikiometri reaksi menggambarkan perbandingan molekul hidrogen, oksigen, dan air 2: 1: 2
dalam persamaan di atas.
Rasio molar memungkinkan konversi antara satu mol zat dan mol lainnya. Misalnya dalam
reaksi
2CH3OH + 3O2 → 2CO2 + 4H2O
Jumlah air yang akan dihasilkan oleh oleh pembakaran 0.27 mol CH 3OH diperoleh dengan
menggunakan rasio molar antara CH3OH dan H2O dari 2 menjadi 4.

Istilah stoikiometri juga sering digunakan untuk proporsi molar unsur-unsur dalam senyawa
stoikiometris (stoikiometri komposisi). Misalnya, stoikiometri hidrogen dan oksigen dalam
H2O adalah 2:1. Dalam senyawa stoikiometris, the molar proportions are whole numbers.

Rasio stoikiometris
Stoikiometri juga digunakan untuk menemukan jumlah yang tepat dari satu reaktan untuk
"sepenuhnya" bereaksi dengan reaktan lain dalam reaksi kimia – yaitu, jumlah stoikiometris
yang akan menghasilkan tidak ada reaktan sisa ketika reaksi berlangsung. Contoh ditunjukkan
di bawah ini menggunakan reaksi termit,
Fe2O3 +2 Al → Al2O3 + 2 Fe
Persamaan ini menunjukkan bahwa 1 mol besi(III) oksida dan 2 mol aluminum akan
menghasilkan 1 mol aluminium oksida dan 2 mol besi. Maka untuk tepat mereaksikan
85.0 g besi(III) oksida (0.532 mol), 28.7 g (1.06 mol) aluminium dibutuhkan.

2. Perhitungan Konsentrasi
Meskipun larutan berupa campuran homogen, komposisi yang ada pada setiap larutan
bisa berbeda-beda. Misalnya, ada dua buah larutan yang dimana masing-masing pelarutnya
berisi satu liter, tetapi jumlah garam yang terlarut berbeda.
Dari dua larutan garam tadi, orang lain tidak bisa mengetahui berapa banyak garam yang
terkandung didalamnya. Oleh karena itu, untuk mengetahui informasi mengenai jumlah
relatif Solut dan Solvent yang ada pada larutan digunakan istilah konsentrasi larutan.
Konsentrasi larutan adalah jumlah zat yang terlarut dalam setiap satuan larutan atau pelarut.
Secara sederhana, konsentrasi larutan dapat memberikan gambaran atau sebuah informasi
tentang perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarutnya. Konsentrasi larutan yang
biasa dipakai pada laboratorium, yaitu Molaritas, Molalitas, Normalitas, Fraksi Mol,
Konsentrasi dalam Persen, Parts per Million (ppm) dan Parts per Billion (ppb), dan
Keformalan.

Konsentrasi Molar (M)


Sering dibutuhkan penentuan konsentrasi suatu larutan secara kuantitatif. Ada
beberapa cara yang untuk memperoleh konsentrasi larutan secara kuantitatis. Suatu istilah
yang sangat berguna dan berkaitan dengan stoikiometri suatu reaksi dalam larutan disebut
konsentrasi molar atau molaritas dengan simbol M. Dinyatakan sebagai jumlah mol suatu zat
terlarut (solut) dalam larutan dibagi dengan volume larutan yang ditentukan dalam liter.
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝑀) =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟)
Molalitas (m)
Molalitas adalah suatu konsentrasi larutan yang menyatakan banyaknya mol senyawa atau zat
setiap kilogram pelarut (Solvent).
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑚𝑜𝑙𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝑚) =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝐾𝑔)
Atau
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 1000
𝑚𝑜𝑙𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝑚) = 𝑥
𝑀𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑔)

Normalitas (N)
Normalitas dapat diartikan sebagai jumlah mol ekuivalen dari suatu zat per liter larutan. Jadi,
rumus normalitas dapat ditulis seperti berikut:

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝑚𝑜𝑙 =
𝑀𝑟
Grek = mol x valensi
Valensi adalah jumlah ion H+ atau OH-
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
𝑥
𝑀𝑟 𝑉 (𝑚𝐿)
𝑁 = 𝑀 𝑥 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
Fraksi mol
Fraksi mol digunakan untuk menyatakan mol suatu zat per jumlah mol keseluruhan. Berikut
rumus fraksi mol.
𝑚𝑜𝑙 𝐴
𝑋𝐴 =
𝑚𝑜𝑙 𝐴 + 𝑚𝑜𝑙 𝐵
Dan
𝑚𝑜𝑙 𝐵
𝑋𝐵 =
𝑚𝑜𝑙 𝐴 + 𝑚𝑜𝑙 𝐵

Jumlah fraksi mol seluruh zat dalam larutan adalah 1. XA + XB = 1

Konsentrasi dalam persen


Dalam ilmu kimia, untuk menyatakan konsentrasi larutan sering digunakan istilah persen.
Persen dalam konsentrasi larutan dapat dinyatakan menjadi tiga bentuk, yaitu persen berat
(%W/W), persen volume (%V/V), dan persen berat volume (%W/V). Persen berat sering
digunakan karena persen ini tidak bergantung pada temperatur suhu.
a, Persen berat (%W/W)
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
% 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
b. Persen volume (%V/V)

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


% 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = 𝑥 100%
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

c. Persen berat volume (%W/V)

% 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑥 100%


𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

Parts Per Million (ppm) dan Parts per Billion (ppb)


Kedua satuan konsentrasi larutan itu biasa digunakan ketika larutan menjadi encer.
Konsentrasi parts per million merupakan bagian per satu juta dan parts per billion
merupakan bagian dari
per satu miliar. Kedua satuan ini banyak digunakan untuk menganalisis unsur
jumlah trace (kelumit) dengan SSA (Spektrometri Serapan Atom).
Satuan ppm menyatakan banyaknya gram suatu zat dalam 106 gram larutan. Simak rumus
Parts Per Million (ppm).
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 6
𝑝𝑝𝑚 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑥 10
Satuan ppb menyatakan banyaknya gram suatu zat dalam 109 gram larutan. Simak rumus
Parts Per Billion (ppb).
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 9
𝑝𝑝𝑏 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑥 10

Pengenceran
Dalam pekerjaan sehari-hari di laboratorium, biasanya kita menggunakan larutan yang
lebih rendah konsentrasinya dengan cara menambahkan pelarutnya, misalnya banyak
laboratorium kimia membeli larutan senyawa kimia dalam konsentrasi yang pekat.
Biasanya senyawa kimia yang dibeli ini demikian pekatnya, sehingga larutan ini harus
diencerkan. Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi)
dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Proses
pengenceran dapat dirumuskan secara singkat sebagai berikut:
M1V1 = M2V2

3. Kesetimbangan Kimia
Kinetika kimia adalah studi tentang kecepatan (speed) atau laju (rate) reaksi kimia.
Berikut reaksi pembentukkan C dari A dan B
A+B↔C
Ketika laju pengurangan A dan B sama dengan laju pertambahan C maka kondisi inilah yang
disebut keadaan setimbang. Meskipun mungkin hanya sesaat namun seolah-olah reaksi
berhenti saat laju pengurangan dan laju pembentukan sama.
Salah satu tujuan utama mempelajari kinetika kimia adalah untuk mempelajari faktor-
faktor yang mempengaruhi reaksi kimia. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kecepatan reaksi kimia dibagi atas empat kelompok :
a) Sifat kimia molekul pereaksi dan hasil reaksi (produk). Bila semua faktor lain sama
maka susunan kimia molekul atau ion akan mempengaruhi kecepatan reaksi kimia.
b) Konsentrasi zat-zat yang bereaksi. Bila dua buah molekul beraksi satu dengan yang lain,
maka kedua molekul tersebut harus bertemu atau bertumbukan. Kebolehjadian antar
molekul untuk bertumbukan di dalam sistem homogen (satu jenis fasa, biasanya gas atau
larutan) makin besar jika konsentrasi makin besar. Di dalam sistem reaksi heterogen,
dimana pereaksi berada pada fasa terpisah, kecepatan reaksi tergantung pada luas kontak
antar fasa. Karena luas permukaan makin besar bila ukuran partikel makin kecil, maka
penurunan ukuran partikel akan menaikkan kecepatan reaksi.
c) Pengaruh temperatur. Hampir semua jenis reaksi kimia berlangsung lebih cepat bila
temperaturnya dinaikkan.
d) Pengaruh zat lain yang disebut katalis. Kecepatan beberapa reaksi kimia, termasuk
hampir semua reaksi biokimia, dipengaruhi oleh zat yang disebut katalis. Secara
keseluruhan selama reaksi, katalis tidak mengalami perubahan atau pengurangan.

Bagi ahli kimia salah satu manfaat paling penting yang dapat diperoleh dalam
mempelajari kecepatan reaksi kimia adalah pengetahuan tentang bagaimana proses lengkap
perubahan kimia itu dapat terjadi. Ternyata, umumnya reaksi kimia tidak berlangsung
hanya satu tahap tetapi merupakan kumpulan dari serangkaian tahap-tahap reaksi
sederhana. Rangkaian reaksi ini disebut mekanisme reaksi. Jadi, mempelajari kecepatan
reaksi dapat memberi petunjuk tentang mekanisme reaksi yang terjadi. Dengan demikian
kita memperoleh wawasan alasan-alasan sangat mendasar (fundamental) kenapa zat-zat
kimia bereaksi.
Kesetimbangan kimia adalah reaksi kimia yang berlangsung 2 arah, yaitu hasil
reaksi dapat berubah kembali menjadi pereaksinya hingga konsentrasi reaktan dan produk
konstan. Reaksi kimia mencapai kesetimbangan jika laju reaksi ke kanan sama dengan laju
reaksi ke kiri sehingga tidak terjadi lagi perubahan dalam system kesetimbangan.
Persamaan reaksi kesetimbangan kimia dapat dituliskan dengan mencantumkan panah
bolak balik. Panah tersebut menyatakan bahwa reaksi berlangsung dua arah.
Berdasarkan fase zat-zat yang terlibat dalam reaksi, kesetimbangan kimia dapat
dikelompokkan menjadi kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen.
Kesetimbangan homogen adalah reaksi kesetimbangan yang zat-zat yang terlibat dalam
reaksi memiliki fase yang sama.kesetimbangan heterogen adalah reaksi kesetimbangan
yang zat-zat terlibat dalam reaksi memiliki fase yang berbeda.Konsentrasi larutan adalah
salah satu faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesetimbangan


1. Volume
Jika volume tambahkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang
memiliki koefisien lebih besar. Sebaliknya Jika volume dikurangi,maka pergeseran
kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang memiliki jumlah koefisien lebih kecil
Contoh : reaksi Nitrogen (N2) dan hidrogen (H2) membentuk amonia (NH3).
N2(g) + 3H2(g) ↔2NH3(g)
Jika volume ditambahkan,maka pergeseran kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang
memiliki jumlah koefisien lebih besar
Jumlah koefisien reaksi kiri
1 N2(g) + 3 H2(g), maka N2=1 H2= 3
jadi jumlah koefisien reaksi= koefisien reaksi N2 + koefisien reaksi H2=
1+3=4 Koefisien kanan
2NH3, maka NH3= 2
Koefisien reaksi kiri=4
Koefisien reaksi kanan=2
Koefisien reaksi kiri > Koefisien reaksi kanan
Maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri

2. Tekanan
Jika tekanan diperbesar maka kesetimbangan bergeser ke koefisien kecil
sebaliknya Jika tekanan diperbesar maka kesetimbangan bergeser ke koefisien reaksi besar
Contoh :
reaksi Nitrogen (N2) dan hidrogen (H2) membentuk amonia (NH3)
N2(g) + 3H2(g) ↔2NH3(g)
Jika tekanan ditambahkan, maka pergeseran kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang
memiliki jumlah koefisien lebih kecil
Jumlah koefisien reaksi kiri
1 N2(g) + 3 H2(g), maka N2=1 H2= 3
jadi jumlah koefisien reaksi= koefisien reaksi N2 + koefisien reaksi H2= 1+3=4
Koefisien kanan
2NH3, maka NH3= 2
Koefisien reaksi kiri=4
Koefisien reaksi kanan=2
Koefisien reaksi kanan< Koefisien reaksi kiri
Maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan

3. Suhu
Jika suhu dinaikkan maka kesetimbangan akan bergeser ke arah pembentukkan senyawa-
senyawa yang menyerap endoterm.
Ciri reaksi ini adalah harga ∆H nya positif (+).∆H adalah harga perubahan panas atau kalor
Jika suhu diturunkan maka kesetimbangan akan bergeser ke arah pembentukkan senyawa-
senyawa yang melepas panas eksoterm. Ciri reaksi ini adalah harga ∆H nya negatif (-)
Agar terbayang begini nih ya reaksinya:
N2(g) + 3H2(g) ↔2NH3(g) ∆H=-90 kJ
Reaksi pembentukan NH3 adalah eksoterm (∆H nya negatif ya)
Kebalikan dari reaksi eksoterm adalah endoterm. Jika reaksi pembentukan NH3 adalah
eksoterm, maka reaksi B2 dan h2 adalah endoterm.
Maka jika suhu dinaikkan, reaksi akan bergeser ke arah N2 dan H2 karena mereka endoterm

4. Konsentrasi
Jika konsentrasi unsur/senyawa di salah satu ruas ditambah, maka kesetimbangan akan
bergeser ke arah yang berlawanan
Misalnya: N2(g) + 3H2(g) ↔ 2NH3(g)
Jika N2 atau H2 ditambah, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah NH3 (kanan/ produk)
Sebaliknya jika NH3 ditambah, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah N2 atau H2
reaktan (kiri)
N2(g) + 3H2(g) ↔ 2NH3(g)
Jika konsentrasi unsur/senyawa di salah satu ruas dikurangi, maka kesetimbangan akan
bergeser ke arah dirinya sendiri
Misalnya
N2 atau H2 kita kurangi, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah N2 dan H2 (kiri)
Sebaliknya jika NH3 dikurangi, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah NH3 (kanan)
Besaran dan Rumus Kesetimbangan Kimia
Karena reaksi kesetimbangan berlaku untuk reaksi bolak balik yang tak pernah usai maka, ada
harga K konstanta atau tetapan kesetimbangan yang akan didapatkan dari reaksi
kesetimbangan. K ini didapat dengan membandingkan kondisi panah dengan produk.
K = produk Reaktan
Ada dua harga K dihitung pada reaksi kesetimbangan yaitu tetapan konsentrasi (Kc)
Dan tetapan tekanan (Kp)
Kc
Harga Kc hanya dipengaruhi oleh senyawa dengan wujud larutan (aq) atau gas (g) saja.
Rumusan menghitung Kc adalah sebagai berikut:

Misalkan ada reaksi:


2A(g) + 3B(s) ↔ A2B3(aq)
Karena B berbentuk solid alias padatan ,maka B tidak masuk pada persamaan K

Kp
Harga Kp hanya dipengaruhi oleh senyawa/ unsur dengan wujud gas saja.
Rumusan persamaan Kp :
Misalnya:
perhatikan reaksi berikut
2A(g) + 3B(aq) ↔ AB3(g)
Maka untuk persamaan Kp, B tidak akan masuk ke dalam persamaan karena larutan (aq).
Jadi persamaan Kp nya seperti ini :

Anda mungkin juga menyukai