Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Larutan sangat melekat dari campuran homogen yang molekul, atom

ataupun ion dari dua zat atau lebih. Suatu larutan dapat disebut campuran karena

susunannya dapat berubah-ubah. Larutan menjadi bahan yang sangat penting

untuk dipelajari terutama menyangkut sifat komponen dan sifat larutan itu sendiri.

Pengetahuan ini sangat bermanfaat dalam memprediksi jenis pelarut yang tepat

dalam proses-proses tertentu, misalnya dalam isolasi bahan kimia dari bahan

alam, pelarut suatu bahan untuk berbagai keperluan praktis, pengembangan teori

terutama menyangkut campuran biner, campuran terner, serta keperluan –

keperluan lainnya dalam bidang sains dan teknologi (Malau, 2021: 79).

Dalam kerja kimia, reaksi kimia membantu untuk menghitung berapa

bahan mentah yang diperlukan untuk menyiapkan produk dengan jumlah tertentu.

Perlu juga diketahui apa saja metode reaksi lainnya. Menganalisis bahan berarti

mencari tahu jumlah setiap unsur yang ada. Untuk melakukan pengukuran, kita

sering mengkonversi bagian dari bahan menjadi menjadi senyawa yang mudah

dipisahkan dan kemudian kita mengukur senyawa tersebut. Semua pengukuran ini

melibatkan stoikiometri kimia, yaitu ilmu tentang pengukuran seberapa banyak

bahan dapat diproduksi dari sejumlah bahan tertentu lainnya.

Menurut Zidny dkk (2015: 44) stoikiometri dan persamaan kimia menjadi

materi kimia yang bersifat abstrak yang memuat pemahaman konsep dan

pemahaman algoritmik. Tujuan memahami reaksi kimia dan persamaan reaksinya

yaitu mempelajari hukum-hukum yang berlaku dalam stoikiometri. Mempelajari

stoikiometri akan berdampak pada pemahaman yang baik tentang menggunakan

persamaan reaksi kimia dengan baik dan benar.

1
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan percobaan

stoikiometri 1 yang bertujuan untuk mengetahui teknik pembuatan pereaksi dari

bahan-bahan kimia, mengetahui berapa volume yang harus dipipet untuk

membuat suatu larutan, serta mengetahui berapa gram yang harus ditimbang

untuk membuat suatu larutan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana teknik pembuatan pereaksi dari bahan-bahan kimia?

2. Berapa volume yang harus dipipet untuk membuat larutan asam

klorida (HCl)1 M dalam 100 mL?

3. Berapa gram yang harus ditimbang untuk membuat larutan natrium

hidroksida (NaOH) 1 M dalam 100 mL?

4. Berapa gram yang harus ditimbang untuk membuat larutan natrium

tiosulfat (Na2S2O3) 0,01 N dalam 100 mL?

C. Tujuan

Tujuan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui teknik pembuatan pereaksi dari bahan-bahan kimia.

2. Untuk mengetahui berapa volume yang harus dipipet untuk membuat

larutan asam klorida (HCl) 1 M dalam 100 mL

3. Untuk mengetahui berapa gram yang harus ditimbang untuk membuat

larutan natrium hidroksida (NaOH) 1 M dalam 100 mL.

4. Untuk mengetahui berapa gram yang harus ditimbang untuk membuat

larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,01 N dalam 100 mL.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stoikiometri

Ilmu kimia mempelajari tentang materi yang meliputi struktur, susunan,

sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertainya. Ilmu kimia menjadi

dasar bagi manusia dalam melakukan percobaan-percobaan untuk mereaksikan

suatu zat dengan zat lainnya sehingga membentuk zat baru yang dapat

dimanfaatkan oleh manusia dengan tujuan tertentu. Salah satu ilmu kimia yang

sering kita pelajari yaitu stoikiometri, Stoikiometri ini menjelaskan mengenai

kuantitatif (massa) hubungan antara suatu unsur-unsur dalam senyawa. Misalnya,

stoikiometri komposisi tersebut menggambarkan (massa) nitrogen dengan

hidrogen yang bergabung dan menjadi amonia kompleks. yakni 1 mol nitrogen

dan juga 3 mol hidrogen dalam tiap-tiap 2 mol ammonia (Sappaile, 2019: 58).

Dalam Ilmu Kimia, stoikiometri (kadang disebut stoikiometri reaksi untuk

membedakan dari stoikiometri komposisi) adalah ilmu yang mempelajari dan

menghitung hubungan kuantitatifnya dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia

(persamaan kimia). Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa

unsur-unsur dalam senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan

kimia secara stoikiometri, biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia

(Alfian, 2009: 4).

Hukum kimia adalah hukum alam yang relavan dengan bidang kimia.

Konsep paling fundamental dalam kimia adalah hukum konservasi massa, yang

menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu reaksi kimia

biasa. Fisika modern ini menunjukkan bahwa sebenarnya yang terjadi adalah

konversi energi yang saling berhubungan suatu konsep penting dalam kimia

3
nuklir. Konversi energi menuntun ke suatu konsep-konsep penting mengenai

kesetimbangan termodinamika dan kinetika (Alfian, 2009: 4).

B. Larutan

Larutan dapat didefinisikan sebagai suatu campuran homogen yanng

terdiri dari dua atau lebih zat dalam komposisi yang bervariasi. Zat yang

jumlahnya sedikit dalam larutan disebut zat terlarut, sedangkan zat yang

jumlahnya lebih banyak daripada zat yang lain dalam larutan disebut pelarut.

Sebagai contoh, jika sejumlah gula dilarutkan dalam air dan diaduk dengan baik,

maka campuran tersebut pada dasarnya akan seragam (sama) di semua bagian

(Putri, dkk., 2017: 147).

Bahan cairan dan padatan, molekul-molekul yang saling terikat dengan

adanya tarik-menarik antar molekul. Gaya ini akan memainkan peran penting

dalam pembentukan larutan. Air sebagai pelarut dalam fase cair memiliki ikatan

hydrogen antara molekul H2O yang satu dengan yang lainnya (Rusman, dkk.,

2018: 3).

C. Konsentrasi Larutan

Konsentrasi sering dikenal sebagai istilah untuk menyatakan banyaknya

bagian zat terlarut dan pelarut yang terdapat dalam larutan. Secara kualitatif,

konsentrasi larutan dinyatakan dengan istilah larutan pekat dan encer. Larutan

pekat berarti jumlah zat terlarut relatif besar, sedangkan larutan encer berarti

jumlah zat terlarut relative lebih sedikit. Tinggi rendahnya konsentrasi larutan,

akan mempengaruhi intensitas serapan namun tidak mempengaruhi panjang

gelombang. Oleh karena itu, jika terdapat dua larutan terkandung senyawa yang

sama akan menghasilkan panjang gelombang maksimum yang sama (Sugianti,

2016: 176).

Ketika mendefinisikan konsentrasi, banyaknya mol harus dikaitkan dengan


kuantitas lain yang dapat diukur dengan mudah. Bekerja tidak harus selamanya

tepat satu liter larutan, kadang-kadang cukup dengan volume yang jauh lebih

sedikit, dan kadang-kadang diperlukan volume yang lebih besar. Volume larutan

sangat diperlukan untuk menentukan suatu konsentrasi dalam suatu larutan bahan

kimia (Achmadi, 2008: 139).

1. Molaritas (M)

Salah satu satuan konsentrasi yang paling umum dalam kimia adalah

molaritas (M) atau konsentrasi molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter

larutan. Molaritas didefinisikan oleh persamaan berikut.


Mol zat terlarut
M=
Liter larutan
Dengan mengetahui volume larutan (yaitu volume labu yang digunakan)
dan kuantitas senyawa (jumlah mol) yang terlarut, kita dapat menghitung
molaritas larutan dengan menggunakan persamaan molaritas (Martoprawiro,
2004: 107).
2. Molalitas (m)
Molalitas adalah nisbah massa dan ini tidak bergantung pada suhu.
Molalitas didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut per kilogram pelarut.
Molalitas memiliki persamaan berikut.
Mol zat terlarut
m=
Kilogram pelarut
Dalam larutan berair encer, jumlah mol zat terlarut per liter kira kira sama
dengan jumlah mol per kilogram air. Jadi, molaritas dan molalitas hamper sama
nilainya. Untuk larutan tak berair dan larutan pekat dalam air, molaritas dan
molalitas tidak sama (Achmadi, 2001: 154).
3. Normalitas (N)
Normalitas didefinisikan sebagai jumlah mol ekivalen dari suatu zat per
liter larutan, Sehingga rumus normalitas dapat ditulis sebagai berikut.
Mol ekivalen
N=
Liter larutan
Pengendapan atau pembentukan kompleks bobot gram ekivalen adalah
bobot dalam gram dari zat itu yang diperlukan untuk memberikan atau beraksi
dengan i mol kation univalen (Rusman, 2018: 17).

4. Fraksi Mol (X)


Fraksi mol adalah salah satu satuan konsentrasi larutan dan bagian dari zat
terlarut dan pelarut dari mol totalnya. Fraksi mol didefinisikan persamaannya
sebagai berikut.
n p+ nt n p+ nt
Xp = Xp =
np np
5. Pengenceran
Pengenceran adalah pengurasngan tingkat kepekatan suatu larutan.
Pengenceran bertujuan untuk mengurangi konsentrasi pada suatu larutan.
Pengenceran dapat didefinisikan sebagai berikut.
M1  V1 = M2  V2
6. Persen Massa
Persen massa menunjukkan massa suatu zat dalam 100 gram larutannya.
Persen massa dapat didefinisikan sebagai berikut.
W
= ×100
W total
7. Persen Volume
Persen larutan yang menunjukkan volume zat terlarut dalam 100 mL
larutannya. Persen volume dapat didefinisikan sebagai berikut.
W
= ×100
V total

C. Pembuatan Larutan dan Faktor Pengencer

Pembuatan larutan adalah suatu cara mempelajari cara pembuatan larutan

dari bahan cair atau padat dengan konsentrasi tertentu. Untuk menyatakan

kepekatan atau konsentrasi suatu larutan dapat dilakukan berbagai cara tergantung
pada tujuan penggunaanya. Pembuatan larutan dibutuhkan zat pelarut yang

menjadi sebagai bahan pelarut untuk menghasilkan perubahan konsentrasi pada

suatu larutan (Nugroho, 2018: 42).

Proses pengenceran adalah mencampurkan larutan pekat (konsentrasi

tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih

besar atau konsentrasi yang lebih kecil. Faktor yg digunakan untuk mengalikan

hasil perhitungan dalan menetapkan kadar suatu zat dalam sampel jika sampel

tersebut diencerkan dari kondisi semula menjadi konsentrasi yang lebih rendah

(Fahmi, 2021: 42).


BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat

Percobaan ini dilakukan pada hari Selasa, 1 November 2022 pukul

13.00- 16.00 WITA dan bertempat di Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah neraca analitik, pipet

volum, pipet skala, bulp, labu takar, gelas kimia, corong, kaca arloji, batang

pengaduk, pipet tetes, spatula, dan botol semprot.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan akuades (H2O),

cairan asam klorida (HCl), padatan natrium hidroksida (NaOH), dan padatan

natrium tiosulfat (Na2S2O3).

C. Prosedur Kerja

1. Pembuatan larutan asam klorida (HCl) 1 M dalam 100 mL

Memipet asam klorida (HCl) sebanyak 8,3 mL di lemari asap

menggunakan pipet skala 10 mL, kemudian dilarutkan secukupnya dengan

akuades (H2O) ke dalam labu takar 100 mL. Menghimpitkan hingga tanda

batas, lalu larutan dihomogenkan. Setelah itu, memindahkan larutan asam

klorida (HCl) ke dalam botol serta memberi label.

2. Pembuatan larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 1 M dalam 100 mL

Menimbang narium hidroksida (NaOH) sebanyak 0,4 gram di

neraca analitik, kemudian dilarutkan secukupnya dengan akuades (H2O) ke

dalam labu takar 100 mL. Menghimpitkan hingga tanda batas, lalu larutan

8
dihomogenkan. Setelah itu. memindahkan larutan natrium hidroksida

(NaOH) ke dalam botol serta memberi label.

3. Pembuatan larutan Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) 0,01 N dalam 100 mL

Menimbang natrium tiosulfat sebanyak 0,079 gram di neraca

analitik, kemudian dilarutkan secukupnya dengan akuades (H2O) ke dalam

labu takar 100 mL. Menghimpitkan hingga tanda batas, lalu larutan

dihomogenkan. Setelah itu, memindahkan larutan natrium tiosulfat

(Na2S2O3) kedalam botol serta memberi label.


BAB IV

HASIL DAN PENGAMATAN

A. Hasil Pengamatan

1. Tabel Pengamatan
Tabel IV.1. Pembuatan Larutan NaOH

Jenis Zat Volume (mL) Konsentrasi (M) Massa (g)

Padatan 100 1 0,4

Tabel IV.2. Pembuatan Larutan HCl

Jenis Zat Volume (mL) Konsentrasi (M) Massa (g)

Cairan 100 1 8,3

Tabel IV.3. Pembuatan Larutan Na2S2O3

Jenis Zat Volume (mL) Konsentrasi (N) Massa (g)

Padatan 100 0,01 0,079

2. Analisis Data

a) Pembuatan larutan HCl 1 M dalam 100 mL

Diketahui:
M HCl = 1 M
V2 HCl = 100 mL
Mr Hcl = 36,5 g/mol
Ditanyakan:

V1 HCl = … mL?

Penyelesaian:
BJ 10
M1 =
Mr
1,1910
M1 = = 12,06 M
36,5
M1V1=M2V2
12,06 MV1=1 M100 mL

10
12,06V1 =100 mL
100 mL
V1=
12,06
V1 = 8,3 mL
b) Pembuatan larutan NaOH 1 M dalam 100 Ml

Diketahui:
M NaOH = 1 M
V NaOH = 100 mL
Mr NaOH = 40 g/mol
Ditanyakan:

gram HCl = … gram?

Penyelesaian:
n
M=
V
gr
M = Mr
V
gr
1 M = 40 g/mol
100 mL
gr
1M=
0,4 g
gr = 0,4 g
c) Pembuatan larutan Na2S2O3 0,01 N dalam 100 mL

Diketahui:

Mr Na2S2O3 = 158 g/mol

Valensi =2

N Na2S2O3 = 0,01 N

V Na2S2O3 = 100 mL

Ditanyakan: W Na2S2O3 = … gram?

Penyelesaian:

N = M  Valensi
gram 1000
N=( × ) Valensi
Mrt Wp
gram 1000
× ¿
0,01 N = ( g 100 mL
158
mol
gram
0,01 N = ( × 10) 2
158 g/mol
20 gram
0,01 N =
158 g/mol

20 gram = 158 g/mol (0,01 N)

gram = 0,079 g

B. Pembahasan

Secara umum stoikiometri merupakan bidang dalam ilmu kimia yang

membahas tentang cara perhitungan dan pengukuran atau hubungan kuantitatif

antara zat–zat yang terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometri membahas

perbandingan zat–zat yang digunakan alam reaksi dengan zat–zat yang dihasilkan

dari reaksi tersebut dalam sebuah persamaan reaksi (Sappaile, 2019: 62).

Larutan pereaksi adalah larutan yang digunakan sebagai bahan untuk

berlangsungnya suatu reaksi. Prinsip Pembuatan larutan yang perlu dilakukan

adalah menentukan konsentrasi larutan yang diinginkan. Selain konsentrasi perlu

juga ditentukan volume larutan yang diinginkan. Setelah mengetahui konsentrasi


dan volume dapat ditentukan banyaknya zat terlarut. Prinsip yang dapat

digunakan adalah pelarutan dan pengenceran.

Pelarutan zat berupa gas, cairan, atau padatan menjadi sebuah sebuah

proses yang dilakukan untuk membuat zat asli menjadi larutan (komponen

terlarut), mengubah bentuk dari gas, cairan, atau padatan dari bentuk asalnya.

Pengenceran larutan adalah proses penurunan Konsentrasi larutan dengan

penambahan zat pelarut seperti air ke dalam larutan yang pekat untuk menurunkan

konsentrasi larutan dari yang semula pekat menjadi lebih encer guna keperluan

didalam Laboratorium. Pengenceran pada prinsipnya hanya menambahkan pelarut


saja, sehingga jumlah mol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah

mol zat terlarut sesudah pengenceran.

Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan

cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.

Prosedur pembuatan larutan yang lebih encer dari larutan yang lebih pekat melalui

penambahan sejumlah pelarut pada larutan dengan volume dan konsentrasi

tertentu. Pengenceran biasanya dilakukan dengan cara mencampurkan akuades

(H2O) ke dalam zat terlarut.

Alat yang dipakai dalam pembuatan pereaksi larutan HCl adalah gelas

kimia, pipet skala, pipet tetes, botol semprot, corong kaca, dan bulp. Saat

menuangkan dan mengukur larutan harus teliti agar kepekatan dalam suatu larutan

tidak berubah. Bahan yang digunakan dalam pembuatan pereaksi ini adalah cairan

HCl 1M sebanyak 100 mL dan larutan akuades (H 2O). Saat mengambil cairan

HCl di lemari asap harus menggunakan sarung tangan untuk menghindari

percikan cairan gas dari HCl itu sendiri. Di laboratorium, asam klorida (HCl)

biasa digunakan untuk titrasi penentuan kadar basa dalam sebuah larutan. Asam

klorida (HCl) juga berguna sebagai bahan pembuatan cairan pembersih porselen

dan digunakan pada proses produksi gelatin dan bahan aditif pada makanan.

Pembuatan pereaksi larutan natrium hidkroksida (NaOH) dan natrium tiosulfat

(Na2S2O3) memiliki prosedur kerja yang sama, memiliki persamaan menimbang

menggunakan neraca analitik. Hanya saja, memiliki konsentrasi yang berbeda.

Alat yang dipakai dalam pembuatan pereaksi larutan natrium hidroksida

(NaOH) dan natrium tiosulfat (Na2S2O3) adalah gelas kimia, batang pengaduk,

spatula, gelas arloji, dan tissue. Pembuatan pereaksi ini menggunakan neraca

analitik karena akan ditimbang. Karakteritistik neraca analitik harus disimpan atau
diletakkan di dasar yang datar agar tidak mengganggu ketelitian dalam

pengukuran. Pengukuran dalam hal ini menggunakan penimbangan langsung

yaitu dengan menimbang padatan natrium hidroksida (NaOH) dan natrium

tiosufat di dalam neraca analitik.

Larutan-larutan yang sudah ditimbang maupun dipipet akan disimpan di

dalam botol yang sudah disediakan agar tetap menjaga konsentrasi dari larutan

dan menghindari larutan terpapar dari sinar matahari. Larutan dihimpitkan sampai

tanda batas dengan akuades agar yang kita buat tidak terkontaminasi dengan

matriks lain yang dapat bereaksi dengan larutan, sehingga larutan yang

dihimpitkan akan mengalami perubahan yang diinginkan.

Hasil dari percobaan ini adalah kita dapat mengetahui teknik pembuatan

pereaksi dari bahan cairan maupun padatan. Cairan asam klorida (HCl) yang harus

dipipet adalah sebanyak 8,3 ml sedangkan padatan natrium hidroksida (NaOH)

yang harus ditimbang seberat 0,4 gram serta padatan natrium tiosulfat yang harus

ditimbang sebesar 0,079 gram.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan pereaksi berupa padatan, dilakukan dengan terlebih dahulu

mencari bobot yang akan ditimbang kemudian dilarutkan dengan akuades

(H2O) dan dihimpitkan sampai tanda batas, setelah itu larutan

dihomogenkan. Sedangkan pembuatan pereaksi berupa cairan, dilakukan

terlebih dahulu mengukur jumlah volume yang akan dipipet, kemudian

dilarutkan dengan akuades (H2O dan dihimpitkan sampai tanda batas,

setelah itu larutan dihomogenkan.

2. Jumlah volume yang harus dipipet pada pembuatan pereaksi larutan asam

klorida (HCl) 1 M dalam 100 mL sebanyak 8,3 mL yaitu dengan cara

menggunakan rumus pengenceran.

3. Jumlah gram yang harus ditimbang pada pembuatan pereaksi larutan

natrium hidroksida (NaOH) 1 M dalam 100 mL seberat 0,4 gram, yaitu

dengan menggunakan rumus molaritas.

4. Jumlah gram yang harus ditimbang pada pembuatan pereaksi larutan

natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,01 N dalam 100 mL seberat 0,079 gram,

yaitu dengan menggunakan rumus hubungan massa dengan valensi.

B. Saran

Saran pada praktikum ini adalah sebaiknya pada praktikum selanjutnya

menggunakan bahan Asam Sulfat (H2SO4), Natrium Klorida (NaCl) dan

Tembaga Sulfat (CuSO4), karena tingkat persen kepekatan pada senyawa

tersebut lebih pekat dibanding senyawa pada praktikum ini.

15
LAMPIRAN I

SKEMA KERJA

1. Pembuatan Bahan Pereaksi dari Bahan Kimia Cairan

a. Pembuatan pereaksi larutan HCl 1 M sebanyak 100 mL

Cairan Asam
klorida (HCl)

 Disiapkan pipet tetes, pipet skala, gelas kimia, botol semprot,

bulp, corong kaca, dan labu ukur

 Dipasang bulp pada bagian ujung pipet skala

 Ditekan bulp yang bersimbol S untuk mengambil larutan

yang ada di botol HCl sebanyak 10 mL

 Ditekan bulp yang memiliki simbol E untuk mengeluarkan

larutan dari dalam pipet ke gelas kimia sebanyak 8,3 mL

 Ditambahkan akuades (H2O)

 Dituangkan ke labu ukur kemudian dihimpitkan hingga


sampai tanda batas

 Dihomogenkan lalu dituangkan ke dalam botol yang

disediakan

 Diberi label berisikan nama senyawa dan konsentrasinya.

Hasil
2. Pembuatan Bahan Pereaksi Dari Bahan Kimia Padatan

a. Pembuatan larutan NaOH 1 M dalam100 mL


PadatanNatrium
hidroksida
(NaOH)

 Ditimbang natrium hidroksida (NaOH) seberat 0,4 gram

 Dimasukkan hasil timbangan natrium hidroksida (NaOH)

ke glass beaker

 Dilarutkan secukupnya dengan akuades (H2O)

 Dihomogenkan

 Dituang ke dalam labu ukur dan dihimpitkan sampai tanda

batas

 Dihomogenkan

 Diberi label berisikan nama senyawa dan konsentrasinya.

Hasil
b. Pembuatan larutan NaOH 1 M dalam100 mL

Natrium Tiosulfat
(Na2S2O3)

 Ditimbang natrium hidroksida (NaOH) sebanyak 0,4 gram

memakai spatula

 Dimasukkan hasil timbangan natrium tiosulfat (Na2S2O3) ke glass

beaker

 Dilarutkan secukupnya dengan akuades (H2O)

 Dihomogenkan

 Dituang ke dalam labu ukur dan dihimpitkan sampai tanda batas

 Dihomogenkan

 Beri label berisikan nama senyawa dan konsentrasinya.

Hasil
LAMPIRAN II

DOKUMENTASI PRAKTIKUM

1. Pembuatan pereaksi cairan HCl

Diambil cairan HCl 1 M di Dipipet HCl sebesar 10 mL Dituang ke dalam glass


lemari asap/asam beaker sebesar 8,3 mL

Dituang larutan HCl ke botol Dilabel berisikan nama


yang disediakan senyawa beserta
konsentrasinya

2.
Dilarutkan dengan akuades Dihimpitkan sampai tanda Dihomogenkan
(H2O) batas

Pembuatan pereaksi
padatan NaOH

Dituangkan padatan NaOH Dihomogenkan


ke dalam gelas kimia dan
dilarutkan secukupnya
dengan akuades (H2O)

Ditimbang padatan NaOH


seberat 0,4 gram
Dilabel berisikan nama
senyawa beserta
konsentrasinya

3. Pembuatan pereaksi padatan Na2S2O3

Ditimbang padatan Na2S2O3 Dituangkan padatan Na2S2O3 Dihomogenkan.


seberat 0,079 gram ke dalam gelas kimia dan
dilarutkan secukupnya dengan
Dilabel berisikan nama
senyawa beserta
konsentrasinya
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. General Chemistry: The Essential Concepts. Terj.


Martoprawiro, Abdulkadir, Muhamad, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti.
Bandung; Erlangga, 2004.
Fahmi, Aliyah. Kimia Klinik Dasar: Pemahaman Apa Dan Hal-Hal Yang
Berkaitan Dengan Kimia Klinik, Cet. Media Sains Indonesia; Bandung:
Cijerah, 2002.
Malau, aisyah, Nur. dkk., “Study of Energy and Structure on Intermolecular
Interactions in Organic Solvents Using Computational Chemistry Method”.
Chemical Science and Technology 4, no. 2 (2021): h. 79-84.
Nugroho, Deni, Endik. Bioteknologi: Penuntun Praktikum, Cet. CV Budi Utama;
Yogyakarta, 2018.
Oxtoby, W, David. dkk., Principles of Modern Chemistry. Terj. Achmadi, Setiati,
Suminar, Prinsip-Prinsp Kimia Modern, Jakarta; Erlangga, 2001.
Petrucci. dkk., General Chemistry: Principles and Modern Applications. Terj.
Achmadi, Setiati, Suminar. Kimia Dasar: Prinsip-Prinsip dan Aplikasi
Modern. Bandung; Erlangga, 2008.
Rusman. dkk., Kimia Larutan: Buku Ajar, Cet. Syiah Kuala University Press;
Aceh, 2018.
Sappaile, Nursiah. “Hubungan Pemahaman Konsep Perbandingan dengan Hasil
Belajar Kimia Materi Stoikiometri”. STKIP Kusuma Negara 10, no. 2
(2019): h. 58-71.
Sugianti, Cicih. “Studies on the use of UV-VIS Spectroscopy for Identification of
Blending of Civet Coffee with Arabica Coffee”. Teknik Pertanian Lampung
5, no. 31 (2016) : h. 167- 176.
Zidny, Robby. dkk., “Gambaran Level Submikroskopik untuk Menunjukkan
Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Persamaan Kimia”. Penelitian dan
Pembelajaran IPA 1, no. 1 (2015) : h. 42-59.
Zul, Alfian. Kimia Dasar. Cet. Art Design; Medan, 2009.
REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai