Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu kimia adalah bagian ilmu pengetahuan alam, mempelajari komposisi,

struktur zat kimia, dan perubahan-perubahan yang dialami materi dalam prosesproses

alamiah maupun dalam eksperimen yang direncanakan. Komposisi (susunan) zat

menyatakan perbandingan unsur membentuk zat itu.Sifat kimia adalah kecendrungan


dari suatu zat untuk mengalami perubahan kimia. Misalnya, sifat kimia dari air

adalah akan bereaksi secara hebat dengan natrium dan akan menghasilkan gas

hidrogen dan suatu zat yang disebut natrium hidroksida (Juwita, 2017: 6-7).

Materi ilmu kimia itu dapat di kelompokkan menjadi unsur, senyawa,dan

campuran. Unsur adalah zat murni yang tidak dapat diuraikan lagi mrnjadi zat yang

lebih sederhana. Senyawa adalah zat murni yang dengan proses kimia yang lebih

sederhana. Campuran adalah gabungan dari beberapa zat murni.campuran itu di bagi

atas dua yakni campuran Homogen dan Heterogen. Campuran homogen atau biasa

dii sebut larutan itu memiliki komposisi yang sama sedangkan campuran heterogen

itu memiliki komposis yang berbeda- beda (Hernani, 2014: 11).

Larutan adalah campuran homogen yanng terdiri dari dua atau lebih zat yang
komposisnya itu dapat diatur dan sifat masing- masing zat penyusunya masih

tampak. Larutan itu terdiri dari pelarut yang digunakan sebagai media untuk

melarutkan zat, dan zat terlarut merupakan zat yang melarut dalam sebuah pelarut.

Zat adalah sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang, tersususn atas

partikel- partikel yang sangat kecil yang tidak dapat di lihat dengan mata telanjang.

Zat cair mempunyai sifat bentuk berubah- ubah dan volumenya tetap

(Putri dkk, 2017: 147).

1
2

Penyiapan/pembuatan larutan merupakan aktivitas yang sering sekali

dilakukan dalam bekerja di laboratorium, baik dalam analisis kimia secara

konvensional. Dalam analisis konvensional misalnya adalah pembuatan larutan

standar yang digunakan untuk titrasi, sedangkan dalam analisis instrumentasi

misalnya adalah pembuatan serangkaian larutan standar untuk memperoleh grafik

standar (Kulon, 2020: 1).

Salah satu hal yang dilakukan di laboratorium adalah pembuatan dan


pengenceran larutan. Hal ini dilakukan untuk menentukan suatu konsentrasi pada

larutan yang akan digunakan pada tujuan tertentu. Larutan sendiri memiliki dua zat

yaitu zat yang dilarutkan (solute) dan zat pelarut (solvent). selain itu, larutan juga

memiliki konsentrasi larutan (Nisa, dkk., 2016: 1).

Pembuatan larutan adalah suatu cara mempelajari cara pembuatan larutan dari

bahan cair atau padat denagn konsentrasi tertentu. Adapun satuan yang digunakan

untuk menentukan kepekaan larutan adalah molaritas. Dalam pembuatan larutan,

dapat diketahui reaksi apa saja yang terjadi jika zat terlarut saling bercampur

membentuk larutan (Hikmawati, 2021: 1).

Dari uraian di atas bahwa yang melatar belakangi Pembuatan larutan yakni

dapat diketahui konsentrasi dari larutan yang akan dibuat. Pembuatan larutan
merupakan hal yang penting untuk dipelajari, sebab pembuatan dan pengenceran

termaksud dalam hal dasar yang harus dikuasai oleh seorang praktikan sebelum

melakukan sebuah praktikum. Maka dari itu, percobaan ini dilakukan agar kita dapat

mengetahui cara pembuatan larutan yang baik dan benar.


3

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah bagaimana tekhnik

pembuatan larutan ?

C. Tujuan percobaan

Tujuan percobaan pada percobaan ini adalah dapat mengetahui

tekhnik pembuatan larutan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Larutan
Konsep dalam pembelajaran ilmu kimia terdiri dari sifat konkret serta konsep

yang bersifat abstrak. Pada pendekatan analogi, suatu konsep abstrak dianalogikan

dengan objek atau peristiwa dalam dunia nyata. Ilmu kimia merupakan cabang ilmu

pengetauan alam yang mempelajari tentang materi dan perubahannya. Perubahan


materi meliputi sifat dan energi yang menyertai perubahan tersebut. Konsep pada

pembelajaran kimia larutan merupakan suatu abstraksi atau gagasan tentang suatu

perubahan (Azhar, 2017: 74).

Sifat- sifat suatu larutan sangat di pengaruhi oleh susunan komposisinya.

Untuk menyatakan komposisi larutan tersebut maka gunkan istilah konsentrasi

larutan yang menunjukkan perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut.

Konsentrasi larutan adalah jumlah zat yang terlarut dalam setiap satuan larutan atau

pelarut atau yang memebari gambaran perbandingan jumlah zat terlarut dan

pelarutnya (Putri dkk, 2017: 147).

Dalam Istilah kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua

atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut zat terlarut
atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam

larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan

dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut

dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi

(Roni, Herawati, 2020: 5).

4
5

Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solut) untuk

dapat larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen. Kelarutan suatu zat

dasarnya sangat bergantung pada sifat fisika dan kimia solut dan pelarut pada suhu,

tekanan dan pH larutan. Secara luas kelarutan suatu zat pada pelarut tertentu

merupakan suatu pengukuran konsentrasi kejenuhan dengan cara menambahkan

sedikit demi sedikit solut pada pelarut sampai solut tersebut mengendap, tidak dapat

larut lagi (Roni, Herawati, 2020: 6).


Campuran zat- zat terlarut dan pelarut yang komposisinya merata atau serba

sama (homogen) di sebut dengan larutan. Suatu larutan dapat terdiri dari satu zat

terlarut atau lebih dan satu macam pelarut, tetapi umumnya terdiri dari satu jenis

terlarut dan satu pelarut. Kata solven (pelarut) dan solute (zat yang terlarut) dalam

larutan. Solven sebagai komponen yang secara fisik tidak berubah jika larutan

berbentuk, sedangkan solute sebagai semua komponen yang larut dalam pelarut.

(Rusman, dkk., 2018: 1-2).

Menurut (Haris, 2014: 4). Larutan dapat dibedakan menjadi beberapa sifat

yaitu sebagai berikut :

- Larutan encer adalah larutan yyang mengandung sejumlah kecil zat terlarut

relative terhadap jumlah zat pelarut.


- Larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar jumlah zat

terlarut.

- Larutan lewat jenuh adalah larutann yang tidak dapat melarutkan zat terlarut atau

sudah terjadi pengendapan

- Larutan belum jenuh adalah larutan yang masih bisa untuk melarutkan zat

terlarut atau belum terjadi atau terbentuk endapan.

- Larutan tepat jenuh adalah larutan yang menimbulkan endapan.


6

B. Pembuatan Larutan
Jika dua zat yang berbeda dimasukkan dalam suatu wadah ada tiga

kemungkinan, yaitu bereaksi, bercampur, dan tidak bercampur. Jika tidak bereaksi

akann mennghasilkan zat yang baruu yang sifatnya berbeda dari zat semula. Dua zat

dapat bercampur bila ada interaksi antara partikelnya. Interaksinya itu ditentukan

oleh wujud dan sifat zatnya. Oleh sebab itu campuran dapat dibagi atas gas-gas,

gas-padat, cair-cair, cair-padat, dan padat-padat (Syukri, 1990: 350).

Untuk membuat suatu larutan dalam laboratorium maka diperlukan cara-cara

tertentu agar tidak terjadi kesalahan yang dapat membahayakan diri kita sendiri.

Mungkin bagi orang yang biasa membuat larutan itu merupakan hal yang biasa

namun tidak bagi orang yang baru ingin melakukan pembuatan larutan. Misalnya

untuk menghomogenkan antara larutan asam pekat (HCl) dengan Aquades (H2O),

atau pun larutan berbentuk padatan (CuSO4) dengan Aquades (H2O). Tetapi sebelum

mencampurkan larutan atau mengencerkan sebuah padatan itu terelbih dahulu di

ketahui berapa banyak larutan atau padatan yang akan digunakan (Abrar, 2021: 1).

Menurut (Nisa, 2016: 80). Proses pembentukan larutan dapat mengikuti salah

satu mekanisme yakni sebagai berikut :

1. Zat terlarut bereaksi secara kimia dengan pelarut dan membentuk zat baru.

Ada zat yang dapat bereaksi secara permanen dengan pelarut, sehingga terbentuk

zat baru yang tidak dapat dipilih lagi.

2. Zat terlarut membentuk zat tersolvasi dengan pelarut

Zat terlarut berinteraksi kuat dengan pelarut bila partikel zat tersebut bersifat ion,

atau polar dan pelarutnya. Gaya ini lebih besar dari gaya dipol- dipol antara

molekul pelarut. Akhir terjadi solvasi, yaitu pengurangan partikel zat terlarut

oleh molekul- molekul pelarut. Jika pelarutnya air disebut hidrasi.


7

3. Zat pelarut berinteraksi dengan pelarut

Suatu zat dapat larut dalam cairan walaupun daya tarik antar partikel zat dengan

pelarut lemah. Hal ini dapat terjadi bila molekul kedua zat bersifat polar. Antara

molekul zat terlarut dan pelarut hanya terdapat gaya London yang relative

lemah. Akibatnya proses pelarutan lebih lama dibandingkan solvasi. Jika kedua

zat (zat terlarut dan zat terlarut) berwujud cair, kedudukan satu molekul pelarut

dapat digantikan oleh molekul zat terlarut. Sehingga kedua zat dapat saling
melarutkan.

Sifat larutan sedikit menyimpanng dari zat pelarut, karena adanyya zat

terlarut. Penyimpangan itu semakin besar jika komposisi zar nya ditambahkan. Untuk

menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif di sebut konsentrasi. Konsentrasi

adalah perbandingan jumlah zat terlarut dengan pelarut (Alfan, 2014: 4).

Menurut (Rusman, dkk., 2018: 5-25). Ada beberapa satuan konsentrasi, yaitu

sebagai berikut :

1. Molaritas (M)

Molaritas dalam konsentrasi larutan dikenal dengan istilah konsentrasi molar

atau molaritas dengan simbol yang dimiliki yaitu M. Molaritas digunakan untuk

mendapatkan konsentrasi larutan secara kuantitatif. Dinyatakan sebagai jumlah mol


suatu Solut dalam larutan dibagi dengan volume larutan yang ditentukan dalam liter.

n
M=
V
………………………………………………..(1)
8

2. Molalitas (m)
Molalitas adalah suatu konsentrasi larutan yang menyatakan banyaknya mol

senyawa atau zat setiap kilogram pelarut (Solvent).

g 1000
m= x
Mr mL
………………………………………..(2)

3. Normalitas (N)

Normalitas dapat diartikan sebagai jumlah mol ekuivalen dari suatu zat per

liter larutan.
massa zat cair x e
N=
Mr x volume
……………………………..(3)

4. Fraksi Mol

Fraksi mol digunakan untuk menyatakan mol suatu zat per jumlah mol

keseluruhan.

np
Xp=
nt +np
………..………………………..(4)

5. Konsentrasi dalam Persen

Untuk menyatakan konsentrasi larutan sering digunakan istilah persen. Persen

dalam konsentrasi larutan dapat dinyatakan menjadi tiga bentuk, yaitu persen berat

(%W/W), persen volume (%V/V), dan persen berat volume (%W/V). Persen berat

sering digunakan karena persen ini tidak bergantung pada temperatur suhu.

6. ppm
Part Per Million Konsentrasi parts per million merupakan bagian per satu

juta.
massa zat terlarut (mg)
ppm=
volume terlarut (L)
……………………………(5)
9

7. Keformalan (F)
Keformalan adalah perbandingan antara jumlah massa rumus zat terlarut

dalam setiap liter larutan. Keformalan dapat disebut sebagai konsentrasi

sesungguhnya yang berasal dari zat terlarut atau ion terlarut yang ada di dalam

larutan. Karena hal tersebut, maka muncul perbedaan sekaligus persamaan antara

keformalan dan kemolaran.

mol zat telarut


keformalan=
liter kelarutan
………………………….(6)

C. Larutan Hcl
Asam klorida merupakan larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl),

termasuk asam kuat, dan komponen utama asam lambung. Potensi Bahaya : Asam

klorida pekat (asam klorida berasap) akan membentuk kabut asam. Baik kabut dan

larutan tersebut bersifat korosif terhadap jaringan tubuh, dengan potensi kerusakan

pada organ pernapasan, mata, kulit, dan usus. Seketika asam klorida bercampur

dengan bahan kimia oksidator lainnya, seperti natrium hipoklorit (pemutih NaClO)

atau kalium permanganat (KMnO4), gas beracun klorin akan terbentuk


(Irawan 2020: 1).

Zat ini dapat menyebabkan batuk, tersedak, radang tenggorokan, hidung, dan

saluran pernafasan bagian atas, serta edema paru-paru jika terhirup. Selain itu, zat ini

dapat menyebabkan kegagalan peredaran darah, dan kematian. Jika tertelan, zat ini

dapat menyebabkan luka bakar pada mulut dan kerongkongan, dan saluran

pencernaan, mual, muntah, dan diare. Jika kontak dengan kulit, zat ini dapat

menyebabkan kemerahan, nyeri, dan luka bakar pada kulit. Jika kontak dengan mata

(Redhana, 2013: 55).


10

D. Larutan CuSO4
Copper dalam bentuk copper sulfat (CuSO4) merupakan padatan kristal biru.

Digunkan pada skala industry senyawa ini di buaty dengan memompakan udara

melalui campuran tembaga panas dengan asam sulfat encer. Tembaga sulfat memiiki

banyak kegunaan dalam bidang industry, antara lain untuk membuat caump-uran

Bordeaux (suatu fungisida) dan senyawa tembaga lainnya. Senyawa ini juga

digunkan dalam penyepuhan dan pewarnaan testil serta sebagai bahan pengawet

kayu. Tembaga sulfat juga di kenal sebgai vitrol biru. (Wirawan, 2005: 13).

Senyawa cupric sulphate memiliki rumus molekul CuSO4 ataupun CuO4S

dan juga dikenal sebagai tembaga (II) Sulfat. Senyawa ini memiliki berat molekul

159,61 gram / mol dan umum digunakan dalam berbagai bidang seperti pertanian,

medis, dan juga industri (Adinda, 2020: 1). Zat ini dapat menyebabkan iritasi pada

kulit dan mata, saluran pencernaan, dan saluran pernafasan. Beracun bagi ginjal dan

hati. Jika kontak terlalu lama dan berulang, zat ini dapat merusak organ

(Redhana, 2013: 55).


BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat


Percobaan ini dilakukan pada hari , rabu 17 November 2021 pukul

13.00-14.30 Wita bertempat di Laboratium Kimia Organik Jurusan Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunkan pada percobaan ini yakni :

1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini Yaitu Pipet Skala 10 Ml,

Labu Takar 100 Ml, Neraca Analitik, Bulp, Pipet Tetes, Botol Semprot,

Spatula, Corong, Botol Kaca, Tissu, Alu dan Lumpang, Kaos Tangan, serta

Batang Pengaduk.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu Aquades (H 2O),

Asam Klorida (Hcl), dan Tembaga II Sulfat (CuSO4).

C. Prosedur Kerja

Adapun Prosedur kerja Pada pembuatan larutan HCl dan CuSO4:

1. Pembuatan Larutan Asam Klorida (HCl) 1 M dalam 100 mL

Pertama-tama ditentukan konsentrasi dan volume larutan HCl 1 M,

disiapkan alat dan bahan, catat di bon alat dan bahan. Alat dan bahan yang

digunakan yakni, pipet skala, bulp, labu takar, pipet tetes, batang pengaduk,

tissue, botol kaca, larutan HCl pekat, serta aquades. Setelah ditentukan

konsentrasi larutan yakni sebanyak 12,26 mL. Di isi sedikit aquades kedalam

11
labu takar, kemudian di pipet Asam Klorida (HCl) sebanyak 12,26 mL yang

berada di lemari asam, dimasukkan kedalam

12
13

labu takar yang berisi sedikit aquades, di pipet sebanyak 12,26 mL, kemudian

ditambahkan kembali Aquades hingga tanda batas (dihimpitkan), ditutup labu takar,

kemudian di homogenkan larutan, di lap pinggir dalam labu takar menggunakkan

tissue yang dililitkan di batang pengaduk, kemudian dimasukkan larutan tersebut ke

dalam botol kaca dan diberi label.

2. Pembuatan Larutan Tembaga Sulfat (CuSO4) 1 M dalam 100 mL

Pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang akan digunkan, kemudian catat di bon
alat dan bahan. Kemudian ditentukan massa (gr) CuSO4. Alat dan bahan yang

digunakan yakni, gelas kimia, labu takar, corong, botol semprot, alu dan lumpang,

neraca analitik, spatula, batang pengaduk, tissue, botol kaca, padatan CuSO4 dan

Aquades. Setelah ditentukan massa larutan yakni 16 gram. Ditimbang padatan

CuSO4 seberat 16 gr, kemudian dihaluskan padatan CuSO4 yang masih berbentuk

kristal menggunakan alu dan lumpang untuk mempermudah pelarutan, kemudian

dimasukkan kedalam gelas kimia dan ditambahkan Aquades sedikit demi sedikit agar

proses pelarutan lebih mudah dilakukan, setelah larut dimasukkan larutan ke dalam

labu takar menggunakan corong dan ditambahkan aquades menggunakan pipet tetes

agar volumenya sampai pada tanda batas (dihimpitkan), ditutup labu takar kemudian

di homogenkan, setelah itu dimasukkan larutan ke dalam botol kaca dan diberi label.
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada percobaan ini yaitu sebagai berikut:

1. Pembuatan Larutan

a. Pembuatan larutan HCl 1 M

Larutan HCL 12,26 mL

b. Pembuatan Larutan CuSO4

Larutan CuSO4 0,016 Kg

2. Reaksi

a. Laruran HCl

HCl H+ + Cl-

b. Larutan CuSO4

CuSO4 Cu2+ + SO42-

3. Analisis Data

a. Pembuatan Larutan HCl 1 M dalam 100mL


Diketahui : M 2=1 mol/mL
V 2=100 mL=0,1 L

%=25 % (T ) , 37 % ( Pa )

Mr=36,5 g /mol

BJ=1,19 g/mol

Ditanyakan : M 1 danV 1 ?

Penyelesaian
% . BJ . 1000
M=
Mr

14
25 % . 1,19 g /mL .1000
M=
36,5 g /mL

15
16

M =8,15 mol /mL


Mencari V1,
V 1 . M 1=V 2 . M 2
V 1 .8,15 mol /mL=100 mL.1 mol /mL
100 mL . 1mol /mL
V 1=
8,15 mol/mL
V 1=12,26 MmL

b. Pembuatan larutan CuSO4 1M dalam 100mL

Diketahui : M =1 mol /mL


V =100 mL=0,1 L

Ar=1 60 g /mol

Ditanyakan : gr (CuS O4 ) ?

Penyelesaian
n
M=
V
g
Mr
M=
V
gr=M . Ar .V
gr=1 mol /mL .160 gr /mol . 100 mL

gr=16 gr .

B. Pembahasan

Larutan adalah campuran homogen yanng terdiri dari dua atau lebih zat yang

komposisnya itu dapat diatur dan sifat masing- masing zat penyusunya masih

tampak. Larutan itu terdiri dari pelarut yang digunkan sebagai media untuk

melarutkan zat, dan zat terlarut merupakan zat yang melarut dalam sebuah pelarut.

Zat adalah sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang, tersususn atas

partikel- partikel yang sangat kecil yang tidak dapat di lihat dengan mata telanjang.
17

Zat cair mempunyai sifat bentuk berubah- ubah dan volumenya tetap

(Putri dkk, 2017: 147).

Hal pertama dilakukan adalah menyiapkan alat untuk percobaan setelah

semua alat untuk percobaan, gunakan pelindung diri terlebih dahulu hal ini

dilakukan agar zat kimia yang digunakan pada percobaan ini tidak terkontaminasi

secara langsung pada kulit. setelah semuanya siap maka ambilah larutan HCl

menggunakan pipet skala dengan bantuan bulp ,pengambilan cairan HCL dengan
menggunakan pipet skala hal tersebut berfungsi agar konsentrasi yang telah

ditentukan dapat terlihat jumlah dari ukuran volumenya. Setelah itu larutan pekat

HCl dimasukkan kedalam labu takar, menggunakan labu takar hal tersebut berfungsi

memudahkan kita untuk mencampurkan cairan dengan menggunakan ukuran yang

telah di tentukan. Setelah itu aquades ditambahkan, penambahan aquades hal tersebut

berfungsi sebagai bahan pelarut pada kedua zat yang ingin di larutkan atau

diencerkan. Akuades dimasukkan atau ditambahkan pada zat HCl yang telah ada

dalam wadah, hal ini bertujuan karena aquades sebagai penetral panas yang

dihasilkan oleh HCL sehingga tidak menyebabkan ledakan yang disebabkan oleh

panas cairan HCL. Himpitkan jumlah volume zat terlarut dan pelarut di labu takar

hingga tanda batas. Setelah zat pelarut dan yang akan dilarutkan telah ada dalam
labu takar maka langkah selanjutnya adalah menghomogenkan larutan hingga larutan

mencapai titik keseimbangan. Setelah itu masukkan hasil yang telah dihomogenkan

kedalam botol kaca lalu berikan label, pemberian label ini bertujuan guna untuk

mengetahui bahwa cairan yang ada dalam botol tersebut merupakan cairan hasil dari

penghomogenan antara kedua larutan yang mengandung zat.

Hal pertama dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

Kemudia cari berapa gram CuSO4 yang dibutuhkan. Setelah itu, timbang CuSO4
18

sesuai dengan hasil yang didapatkan pada timbangan neraca analitik. Setelah itu,

haluskan padatan CuSO4 dengan menggunakan lumpang dan alu agar mudah untuk

dilarutkan. Setalah halus masukkan CuSO4 ke dalam gelas kimia dan larutkan

dengan menambahkan aquadest sedikit demi sedikit agar proses pelarutan lebih

mudah untuk dilakukan. Setalah dirasa halus, masukkan larutan kedalam labu takar

dan tambahkan air menggunakan pipet tetes agar volumenya sampai pada tanda

batas. Setelah dihimpitkan, tutup labu takar dan kocok agar larutan menjadi
homogen. Kemudian masukkan kedalam botol dan beri label.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah

Tekhnik pembuatan larutan 100 ml, pada pereaksi dari bahan cairan

menggunakan HCl ialah aquades dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml

secukupnya. Kemudian, memipet HCl dan dimasukkan ke dalam labu takar. Lalu,
dihimpitkan dengan aquades hingga tanda batas dan dihomogenkan.

Tekhnik pembuatan larutan 100 ml, pada pereaksi dari bahan padatan

menggunakan NaOHl, NaOH ditimbang sebanyak 1,81 gram terlebih dahulu.

Kemudian dimasukkan kedalam gelas kimia dan dilarutkan dengan aquades. Diaduk

hingga larut, lalu dimasukkan ke dalam labu takar. Setelah itu, dihimpitkan dengan

aquades hingga tanda batas dan dihomogenkan.

B. Saran

Saran pada percobaan ini adalah :

Sebaiknya, dalam percobaan pembuatan larutan dapat menggunakan zat lain

seperti Asam Sulfat H2SO4 agar bisa mendapatkan hasil yang lebih beragam.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abrar. “pembuatan Larutan di HCl di laboratorium kimia”. Jurnal kimia 1. No 1


(2021) h. 1-5.
Adinda “Cupric Sulphate”. Indonesia: kemenkes RI, 2020.
Haris. “pembuatan Larutan, pengenceran dan pencampuran Larutan”.Jurnal
Pendidikan 1, no. 1 (2014).
Hernani. “Kimia”. Indonesia: Peki press, 2014.
Irawan. “Introduction Larutan HCL”. Skripsi: Jurusan Analisis Kesehatan Poltekes
Bengkulu, 2020.
Juwita. “Kimia Dasar”. Sumatera Barat. Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu
Peendidikan, 2013.
Kulon. “ Preparasi Larutan”. Semarang: Undip, 2020.
Nisa, dkk., “Proses pembentukan larutan berdasarkan mekanismenya”. Jurnal kimia
2, no 2. (2016): h.78-92.
Putri, dkk,. “Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap Laju Keenaikan Suhu
Larutan”. Jurnal Pembeajaran Fisika 6. no. 2 (2017): h. 147-153
Redhana. “Identifikasi Bahan Kimia Berbahaya Yang Digunakan Dalam”. Jurnal
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III 1. no. 3 (2013): h. 53-61.
Roni, dan Herawati. “Kimia Fisika II”. Palembang: Rafah Press, 2020.
Rusman, dkk “Buku ajar kimia larutan”. Banda Aceh: Syiah Kuala Lumpur
University Pres, 2018.
Syukri. “Kimia Dasar 2”. Bandung: ITB Press, 1999.

Anda mungkin juga menyukai