Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“PUASA”

DOSEN MATA KULIAH ILMU FIQIH:


Sohra S.Pd.,M.P.d

DISUSUN OLEH :
Halim Ardiansyah/ 604001210
Dian Rizky Wulandari K/ 60400121032
Nur Fitri Aningsih/ 604001210

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Swt berkat rahmat dan
hidayahnya kami dapat menuntaskan tugas dari mata kuliah ilmu fiqih dengan judul
“Puasa” sholawat dan salam kita curahkan kepada nabi besar kita nabi Muhammad
Saw beserta para sahabatnya. Tidak lupa kami juga mengucapkan terimah kasih
terhadap pihak-pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Adapun Tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah ilmu fiqih. Selain itu makalah juga ini di buat untuk berbagi ilmu dan
menambah wawasan bagi pembaca dan dari pada diri kami selaku penyusun.
Diluar itu kami sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan
kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , kami selaku
penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sekalian.
Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I PEMBAHASAN...........................................................................................................4
A. Pengertian Puasa...........................................................................................................4
B. Rukun dan Syarat Puasa................................................................................................4
1. Rukun puasa..............................................................................................................4
2. Syarat puasa..............................................................................................................4
C. Macam- macam Puasa..................................................................................................5
1. Puasa wajib atau fardu, yaitu puasa pada bulan ramadhan........................................5
2. Puasa sunnah (mandub)............................................................................................5
3. Puasa makruh............................................................................................................7
4. Puasa Haram.............................................................................................................7
D. Hal-hal yang membatalkan puasa dan mengurangi nilai puasa.....................................9
1. Hal-hal yang membatalkan puasa..............................................................................9
2. Hal-hal yanng mengurangi pahala puasa...................................................................9
E. Halangan / uzur pada saat puasa..................................................................................10
F. Qadha, Kifarat, Fidyah................................................................................................11
G. Hal hal yang disunnahkan dalam berpuasa..................................................................12
H. Hikmah puasa..............................................................................................................13
BAB II PENUTUP..................................................................................................................14
A. Kesimpulan.................................................................................................................14
B. Saran...........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
BAB I
PEMBAHASAN
BAB I PEMBAHASAN
A. Pengertian Puasa
Secara terminologi puasa berasal dari kata bahasa arab yaitu ‫يام‬BB‫وم ص‬BB‫ام يص‬BB‫ص‬
shaama-yashuumu, yang bermakna menahan atau sering juga disebut al-imsak. Yaitu
menahan diri dari segala apa yang membatalkan puasa.
Secara etimologi, puasa berarti menahan, baik menahan makan, minum, bicara
dan perbuatan. Sedangkan secara terminologi, puasa adalah menahan dari hal-hal
yang membatalkan puasa dengan disertai niat berpuasa. Sebagian ulama
mendefinisikan, puasa adalah menahan nafsu dua anggota badan, perut dan alat
kelamin sehari penuh, sejak terbitnya fajar kedua sampai terbenamnya matahari
dengan memakai niat tertentu.
Puasa memiliki banyak hikmah dan manfaat untuk tubuh, ketenangan jiwa, dan
kecantikan. Saat berpuasa, organ-organ tubuh dapat beristirahat dan miliaran sel
dalam tubuh bisa menghimpun diri untuk bertahan hidup. Puasa berfungsi sebagai
detoksifikasi untuk mengeluarkan kotoran, toksin/racun dari dalam tubuh,
meremajakan sel-sel tubuh dan mengganti sel-sel tubuh yang sudah rusak dengan
yang baru serta untuk memperbaiki fungsi hormon, menjadikan kulit sehat dan
meningkatkan daya tahan tubuh karena manusia mempunyai kemampuan terapi
alamiah.
B. Rukun dan Syarat Puasa
1. Rukun puasa
Dalam buku fikih ada 2 rukun puasa, yaitu:
a. Niat mengerjan puasa pada tiap- tiap malam di bulan ramadhan
(puasa wajib) atau hari yang hendak berpuasa (puasa sunah). Waktu berniat
adalah mulai daripada terbenaamnya matahari hingga terbit fajar.
b. Meninggalkan sesuatu yang membatalkan puasa mulai terbit fajar hingga
masuk matahari
2. Syarat puasa
a. Syarat wajib
1) Berragama islam
2) Balig
3) Berakal
4) Berupaya untuk mengerjkannya
5) Sehat
6) Tidak musafir
b. Syarat sah puasa
1) Beragama islam
2) Berakal
3) Tidak dalam haid, nifas dan wiladah (melahirkan anak) bagi kaum
wanita
4) Hari yang sah berpuasa.
C. Macam- macam Puasa
Ulama madzhab Maliki, Syafi’I dan Hambali seepakat bahwasanya puasa itu
terbagi menjadi empat macam, yaitu :
1. Puasa wajib atau fardu, yaitu puasa pada bulan ramadhan
Puasa yang dilakukan secara tepat waktu artinya pada bulan Ramadhan secara
ada’ dan demikian pula yang dikerjakan secara qadha’. Termasuk puasa fardhu lagi
ialah puasa kifarat yakni puasa yang diwajibkan oleh suatu sebab (‘illat) dan puasa
yang dinazarkan yakni puasa yang diwajibkan karena seseorang mewajibkan puasa
kepada dirinnya sendiri. Ketentuan ini telah disepakati menurut para imam-imam
madzhab.
Puasa ramadhan adalah fardhu ‘ain bagi setiap orang mukallaf yang mampu
berpuasa. Puasa ramdhan tersebut mulai diwajibkan pada tanggal 10 sya’ban satu
setengah tahun setelah hijrah. Tentang dalil dasarnya yang menyatakan kewajiban
puasa ramadhan ialah Al-qur’an, hadits dan ijma’. Dalil dari Al-qur’an surah Al
baqarah ayat 185 yang berbunyi:
‫شهر رمضان الذي انزل فيه القران‬
Artinya : “(bulan yang diwajibkan berpuasa didalamnya) ialah bulan ramdhan,
yang didlamanya diturunkan (permulaan) Al-qur’an”.(Al-baqarah 185).

2. Puasa sunnah (mandub)


Puasa sunnah ialah puasa yang apabila kita kerjakan mendapat pahala, dan
apabila kita tinggalkan atau tidak kita kita kerjakan tidak berdosa.
Contoh puasa sunnah adalah sebagai berikut:
a. Puasa hari Tasu’ah- ‘Asyura- hari-hari putih dan sebagainnya
Puasa hari Tasu’ah dan‘Asyura yakni puasa yang dilaksanakan dua hari
berturut yakni pada 9 dan 10 muharram. Kedua puasa tersebut saling melengkapi,
menambah pahala serta mennghapuskan dosa-dosa kecil selama setahun
sebelumnya dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Adapun dalam riwayat Imam Muslim. Telah dijelaskan tentang pengertian
dari puasa Tasu’ah dan‘Asyura yaknni puasa yang paling utama setelah puasa di
bulan ramadhan.“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah
puasa di bulan Allah, Muharram.”( HR. Muslim).
Sedangkan puasa putih atau biasa di sebut puasa ayyamul bidh adalah
puasa yang dilakukan pada tanggal 13, 14,15 pada bulan takwim islam kenapa di
namakan sebagai puasa putih? Karena pada malam-malam tersebut di mana bulan
mengambang penuh dan sangat cerah menerangi bumi. Adapun keutamaan puasa
ini adalah seperti berpuasa sunnah selama setahun seperti yang dijelaskan dalam
hadis berikut;

َ ‫صوْ ُم ثَالَثَ ِة َأي ٍَّام‬


‫صوْ ُم ال َّد ْه ِر ُكلِّ ِه‬ َ
Artinya:“puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang
tahun.”(HR. Bukhari).
Puasa putih juga memiliki keutamaan lain yakni menjadikan hati
penyabar, mendapatkan keberkahan, pemancar aura layaknya bulan purnama,
dimudahkan urusannya, penenang hati, dan ritual menuju suksenya dunia.
Hadits yang menjelaskan tentang anjuran Puasa sunnah Ayyamul Bidh
dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
‫صوْ ِم ثَالَثَ ِة َأي ٍَّام ِم ْن ُك ِّل‬
َ َ‫ث الَ َأ َد ُعه َُّن َحتَّى َأ ُموت‬ َ ْ‫َأو‬
ٍ َ‫صانِى خَ لِيلِى بِثَال‬
‫ َونَوْ ٍم َعلَى ِو ْت ٍر‬، ‫صالَ ِة الضُّ َحى‬ َ ‫ َو‬، ‫َشه ٍْر‬
Artinya:“Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam)
mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku
mati: 1- berpuasa tiga hari setiap bulannya, 2- mengerjakan shalat Dhuha, 3-
mengerjakan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari).

b. Puasa hari Arafah


Disunnahkan berpuasa pada tanggal 9 dari bulan Dzulhijjah, dan hari itu
disebut hari ‘arafah. Disunnahkannya, pada hari itu bagi selain orang yang sedang
melaksanakan ibadah haji. Keutamaan dari puasa arafah yakni menghapus dosa
satu tahun sebelum dan satu tahun sesudahnya.

c. Puasa 6 hari di bulan syawal


Keutamaan puasa syawal yakni mendapatkann pahala puasa seperti
berpuasa selama setahun penuh.
.
‫صيَ ِام ال َّد ْهر‬ ٍ ‫ضانَ ثُ َّم َأ ْتبَ َعهُ ِستًّا ِم ْن َش َّو‬
ِ ‫ال َكانَ َك‬ َ ‫َم ْن‬
َ ‫صا َم َر َم‬
Artinya: "Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa
enam hari di bulan Syawal, maka baginya (pahala) puasa selama setahun penuh."
(HR Muslim).

d. Puasa sehari dan berbuka sehari (puasa daud)


Puasa dawud adalah puasa terbaik, puasa ini ibarat berpuasa separuh
tahun dan lebih baik sepanjang tahun ada hadis yang mengatakan bahwa:
“Sebaik-baik shalat di sisi Allah adalah shalatnya Nabi Daud ‘alaihis
salam. Dan sebaik-baik puasa di sisi Allah adalah puasa Daud. Nabi Daud dahulu
tidur di pertengahan malam dan beliau shalat di sepertiga malamnya dan tidur
lagi di seperenamnya. Adapun puasa Daud yaitu puasa sehari dan tidak berpuasa
di hari berikutnya.” (HR. Bukhari).

e. puasa senin kamis dalam setiap minggu


puasa ini berdasarkan perkataan dari Usamah bin Zaid bahwasanya:
“sesungguhnya Nabi SAW, berpuasa pada hari senin dan kamis. Lalu
ketika beliau ditanya mengenai itu, beliau bersabda,’sesungguhnya amalan-
ammalan mannusia dipeerlihatkan pada hari senin dan kamis’.”
3. Puasa makruh
Puasa makruh adalah puasa yang oleh nash-nash syar’i dilarang untuk
dikerjakan, tetapi larangan tersebut tidak bersifat keras, karena tidak sampai pada
tingkat pengharaman. Di antara hari-hari yang dimakruhkan untuk puasa adalah:
a. Puasa arafah bagi orang yang menunaikan haji
b. Puasa hari jum’at saja
c. Dll

4. Puasa Haram
Puasa yang diharamkan dalam islam adalah sebgai berikut :
a. Puasa hari tasyrik
Puasa hari tasyrik adalah puasa yang diharamkan dalam Islam. Imam An
Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim memberikan penjelasan mengenai Hari
Mina dalam hadis yang di riwayatkan oleh Abu Hurairah r.a bahwasanya
Rasulullah mengutus Abdullah bin Hudzaifah agar mengelilingi kota Mina serta
menyampaikan jika, “ Janganlah kamu berpuasa pada hari ini, karena ia
merupakan hari makan, minum, dan berzikir kepada Allah.” Hari tasyrik atau hari
Mina, merupakan tiga hari setelah Idul Adha.

b. Puasa hari syak


Puasa hari Syak adalah puasa yang diharamkan dalam Islam, dimaksud
dengan hari yang meragukan atau dilarangnya mendahulukan puasa satu atau dua
hari sebelum Ramadan dalam rangka hati-hati mengenai masuknya bulan
Ramadan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda mengenai puasa yang
diharamkan dalam Islam ini, “Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan
berpuasa satu atau dua hari sebelumnya, kecuali bagi seseorang yang terbiasa
mengerjakan puasa pada hari tersebut maka berpuasalah.” (HR. An Nasai).
Namun, berpuasa hari syak diperbolehkan jika:
Untuk mengqodho’ puasa Ramadhan.
Bertepatan dengan kebiasaan puasanya seperti puasa Senin Kamis atau
puasa Daud.
Puasa dahr
Puasa dahr atau berpuasa setiap hari selain hari yang tidak sah puasa
(yakni hari ied dan hari tasyrik) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak ada puasa bagi yang berpuasa setiap hari tanpa henti. Tidak ada puasa
bagi yang berpuasa setiap hari tanpa henti. Tidak ada puasa bagi yang berpuasa
setiap hari tanpa henti.” (HR. Muslim).

c. Puasa wishol
Adalah puasa yang dilakukan 2 hari tampa makan dan minum sama sekali
nabi shallahu ‘Alaihi Wasallam bersamda yang artinya:
“Janganlah kalian berpuasa wishol.” Para sahabat pun mengatakan, “Lalu
engkau sendiri melakukan wishol, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Kalian
tidaklah seperti aku dalam hal ini. Aku selalu diberi kenikmatan makan dan
minum oleh Rabbku. Lakukanlah amalan sesuai dengan kemampuan kalian.”
(HR. Muslim)
Namun, jika dirasa tidak menyulitkan, boleh melakukan puasa wishol
hingga waktu sahur saja. “Janganlah kalian melakukan wishol. Jika kalian ingin,
maka lakukanlah wishol hinga sahur saja.” (HR. Bukhari)

d. Puasa hari jum’at


Puasa hari jumat adalah puasa yang diharamkan dalam Islam. Tidak
diperbolehkan berpuasa pada hari jumat secara bersendirian.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Janganlah
salah seorang di antara kalian berpuasa pada hari Jum’at, kecuali jika ia berpuasa
pada hari sebelum atau sesudahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Namun, berpuasa pada hari Jumat dapat diperbolehkan jika:
Ingin menunaikan puasa wajib, mengqodho’ puasa wajib, membayar
kafaroh (tebusan) dan sebagai ganti karena tidak mendapatkan hadyu
tamattu’.
Jika berpuasa sehari sebelum atau sesudah hari Jumat sebagaimana
diterangkan dalam hadits di atas.
Jika bertepatan dengan hari puasa Daud (sehari puasa, sehari berbuka).
Berpuasa pada hari Jumat yang bertepatan dengan puasa sunnah lainnya
seperti puasa Asyura, puasa Arofah, dan puasa Syawal.

e. Puasa saat idul fitri


Hari Raya Idulfitri merupakan hari kemenangan bagi seluruh umat Islam
di dunia setelah sebulan lamanya menjalankan puasa Ramadan. Maka dari itu,
puasa saat Idulfitri adalah puasa yang diharamkan dalam Islam. Dari Umar bin
Khathab ra, ia berkata:
"Sesungguhnya Rasulallah SAW melarang berpuasa di kedua hari raya.
Pada hari raya Idulfitri kamu berbuka puasamu dan pada hari raya Iduladha kamu
makan daging kurbanmu." (HR Bukhari Muslim).

f.Puasa saat idhul Adha


puasa saat Iduladha yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijah adalah puasa
yang diharamkan dalam Islam. Hal ini dikarenakan umat Islam disunahkan untuk
menyembelih hewan kurban serta menyantapnya sehingga sangat diharamkan
untuk berpuasa pada hari raya Iduladha.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam melarang dari puasa pada dua hari: Idul Fitri dan Idul ‘Adha,"
(HR. Muslim)

g. Puasa pada saat haid


Larangan ini berlaku khusus untuk wanita. Wanita yang sedang berada
dalam masa haid atau nifas sangat dilarang untuk berpuasa, bahkan hukum dari
wanita yang menjalankan puasa pada saat sedang haid atau nifas adalah berdosa.

h. Puasa tanpa izin suami


Puasa tanpa izin suami bagi wanita adalah puasa yang diharamkan dalam
Islam. Apabila suami memberi izin, maka istri baru boleh menunaikan puasa
sunnah. Akan tetapi jika suami tidak memberikan izin namun puasa tetap
dilakukan, maka suami memiliki hak untuk memaksa istri berbuka.
i.Puasa saat sakit
Amalan ini disebut puasa yang diharamkan dalam Islam karena salah satu
syarat menjalankan puasa ialah, mampu dan sehat.
Allah berfirman tentang hukum puasa yang diharamkan dalam Islam ini
dalam Surat Al-Baqarah ayat 185:
Artinya: "Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka),
maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada
hari-hari yang lain."

D. Hal-hal yang membatalkan puasa dan mengurangi nilai puasa

1. Hal-hal yang membatalkan puasa


Hal-hal yang membatalkan puasa antara lain:

a. Makan dan minum dengan sengaja. Jika dilakukan karena lupa maka tidak
batal puasanya.
b. Melakukan hubungan suami istri disiang hari, Jima’ (bersenggama).
c. Memasukkan makanan ke dalam perut. Termasuk dalam hal ini adalah
suntikan yang mengenyangkan dan transfusi darah bagi orang yang
berpuasa.
d. Mengeluarkan mani dalam keadaan terjaga karena onani, bersentuhan,
ciuman atau sebab lainnya dengan sengaja,  Adapun keluar mani karena
mimpi tidak membatalkan puasa karena keluamya tanpa sengaja. .
e. Keluamya darah haid dan nifas. Manakala seorang wanita mendapati darah
haid, atau nifas batallah puasanya, baik pada pagi hari atau sore hari
sebelum terbenam matahari.
f. Sengaja muntah, dengan mengeluarkan makanan atau minuman dari perut
melalui mulut. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam .  Barangsiapa yang muntah tanpa sengaja maka tidak wajib
qadha, sedang barangsiapa yang muntah dengan sengaja maka wajib
qadha. ” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi).

2. Hal-hal yanng mengurangi pahala puasa


Hal-hal yangmengurangi pahala puasa antara lain:
a. Wajib menjauhkan diri dari perbuatan dusta.
b. Menghindari ghibah (menyebutkan kejelekan orang lain).
c. Dilarang melakukan namimah (mengadu domba).
d. Melaknat atau mendo’akan orang yang tidak baik dan mencaci-maki.
e. Diharuskan menjaga telinga, mata, lidah dan perutnya dari perkataan yang
haram.
E. Halangan / uzur pada saat puasa
Beberapa halangan (uzur) yang membolehkan tidak berpuasa antara lain :
1. Sakit yang menderita kepayahan yang sangat
2. Khawatiran wanita hamil dan wanita yang menyusui terhadap bahaya bila
berpuasa
Apabila wanita hamil dan wanita menyusui merasa khawatir ditimpa bahaya
akibat berpuasa yang kelak akan menimpa pada diri mereka dan anak mereka
sekaligus, atau pada dirinya saja, atau pada anak mereka saja, maka mereka
diperbolehkan tidak berpuasa(berbuka).
3. Berpergian shafar
Safar yang memperbolehkan berbuka adalah safar yang berjarak minimal kira-
kira 89 km. Safar ini, menurut jumhur (mayoritas) ulama, harus dilakukan sebelum
terbitnya matahari. Jika dia telah berpuasa saat memulai perjalanan (karena dia
memulai perjalanannya sehabis Subuh), maka dia tidak boleh membatalkan puasanya.
Kendati begitu jika ternyata dia tidak mampu menuntaskan puasanya karena
perjalanan yang amat melelahkan, maka dia boleh berbuka dan wajib mengqadha’nya,
sebagaimana hadis riwayat Jabir: "Bahwasanya Rasulullah berangakat menuju
Makkah pada ‘Aam al-Fath. Sampai masuk kawasan Kurâ’ al-Ghamîm (nama sebuah
jurang di Asfân, dataran tinggi Madinah) Nabi masih berpuasa, maka para sahabat
pun ikut berpusasa. Kemudian Rasul mendengar laporan bahwa "rombongan sudah
merasa amat berat untuk meneruskan puasa, hanya saja mereka menunggu apa yang
dilakukan Rasul". Maka lantas Rasul mengajak meminum air sehabis Asar. Anggota
rombongan pada memperhatikannya, ada sebagian yang ikut membatalkan puasa, dan
sebagian lain ada yang masih tetap bertahan meneruskan puasanya. Setelah diberitahu
bahwa masih ada yang berpuasa, maka Rasul pun bersabda: "Mereka yang tidak
membatalkan puasanya itu orang-orang yang keras".
Hadis ini menunjukkan bahwa seorang musafir boleh berbuka dalam perjalanannya
sekalipun dia sudah memulai puasanya pada hari itu.

4. Wanita yang sedang haid atau nifas


Apanila wanita yang sedang berpuasa datang bulan atau haidh, atau nifas, maka
wajiblah berbuka dan haramlah baginya berpuassa. Jikalau ia memaksakan diri
berpuasa, maka puasanya adalah batal dan dalam hal ini ia berkewajiban meng-
qadha’.

5. Orang yang di timpa kelaparan dan kehausan yang sangat


Seseorang yang tertimpa lapar atau dahaga yang tak tertahankan lagi, sekiranya jika ia
berpuasa akan menemui kepayahan luar biasa, maka ia boleh membatalkan puasa dan
wajib mengqadha’nya. Bahkan ia wajib membatalkan puasanya jika menduga akan
menemui madharrat sehingga merusak mekanisme (syaraf) tubuh. Firman Allah: “…
dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu ke dalam kebinasaan. [QS. Al Baqarah 195]

6. Orang yang sudah lanjut usia


Orang yang telah berusia lanjut, yang tidak kuat melakukan puasa pada seluruh masa
dalam setahun, ia boleh berbuka, artinya ia boleh tidak berpuasa Ramadhan, tetapi ia
berkewajiban membayar fidyah, yaitu memberi makan orang miskin.

Orang yang sudah lanjut usia tidak berkewajiban meng-qadha’. Sebab sudah tidak
mampu melakukan puasa.

F. Qadha, Kifarat, Fidyah

1. Qadha

Qadha adalah mengganti hutang puasa dengan puasa di kemudian hari. Qadha
puasa berlaku bagi mereka yang meninggalkan puasa dan dikemudian hari masih
memiliki kekuatan fisik untuk berpuasa. Misal, karena sakit atau safar, haid, nifas..
Atau alasan lain selain sakit dan safar sehingga seseorang tidak dapat berpuasa.
Waktu qadha bersifat luas hingga sebelum Ramadan berikutnya. Namun semakin
cepat diqadha, lebih baik. Bahkan sebagian ulama berpendapat qadha puasa dahulu
sebelum puasa sunnah syawal. Sebagian lainnya menganggap tidak mengapa
sebaliknya.

2. Kifarat

Kafarat: Menebus pelanggaran membatalkan puasa dengan sejumlah ketentuan


yang ditetapkan syariat.misalnya pada ramadhan seberikutnya dia beelum mengqadha
puasanya sebelumnya dengan alasan yang jelas maka yang paling utama ialah ia
memohon ampun atas kelalaiannya. Dan mengqadha puasa ramadhan sebelumnya.
Tetapi sebagian ulama mengharuskan membayar kafarat atas kelalaiannya. Kafaratnya
adalah memberi makanan pokok satu mud kepada fakir miskin, jumlahnya 1 kg
kurang sedikit, untuk setiap hari yang ditinggalkan. Kalau mau dimasak dahulu, lalu
diundang makan fakir miskin sejumlah puasa yang ditinggalkan itu juga baik. Tapi
jika sebabnya bukan kelalaian, karena kondisi dia tidak sempat qadha selama setahun
itu, maka tidak dianggap lalai, cukup dia mengqadha.
Bagaimana kalau jumlah harinya tidak diketahui pasti? Dikira-kira saja yang
lebih dekat dengan keyakinan.
Bagaimana jika sengaja tidak puasa tanpa alasan syar’i? Yang paling utama
adalah bertaubat, karena hal tersebut dosa besar. Dia harus qadha puasanya. Selain itu
dia pun harus bayar kafarat jika puasa yang dia tinggalkan belum diqadha setelah
melewati Ramadan berikutnya.
“Siapa yang meninggal tapi punya kewajiban puasa, maka keluarganya puasa
untuknya.” muttafaq alaih. Juga ada hadits riwayat Muslim, Rasulullah saw
memerintahkan seorang anak untuk mengqadha puasa ibunya.

3. Fidyah
Fidyah, mengganti hutang puasa dengan memberi makan untuk orang miskin.
Fidyah berlaku bagi mereka yang tidak kuat berpuasa dan tidak memiliki kekuatan
fisik untuk berpuasa di hari lainnya. Yang umum disebutkann di sini adalah orang tua
renta, orang sakit yang tidak memiliki harapan sembuh. Cara mengganti puasanya
ialah memberikan makanan pokok sejumlah hari yang di tinggalkan Para ulama
berbeda pendapt terkait takaran yang harus dikeluarkan sbg fidyah.
satu mud, setengah sha atau satu sha. Perlu diingat 1 sha itu adalah 4 raupan
kedua tangan orang dewasa. Nah, 1 raupan kedua tangan itu disebut 1 mud. Jadi 1 sha
adalah 4 mud. Maka 1 sha itu kisarannya 3 kg, setengah sha itu 1,5 kg, 1 mud itu 1 kg
kurang. Banyak ulama yang memakai pendapat setengah sha dalam masalah ini. Saya
memilih pendapat ini. Fidyah juga dapat dilakukan dengan menghidangkan menu
lengkap siap dimakan kepada sejumlah orang sesuai jumlah hari yang ditinggalkan.
Yang sering ditanyakan dlm masalah ini adalah apakah wanita hamil dn
menyusui yang tidak berpuasa, membayar qadha atau fidyah? Yang perlu diketahui,
wanita hamil dan menyusui tidak langsung boleh tidak berpuasa jika dia merasa kuat
berpuasa dan tidak khawatir dengan anaknya. Tapi jika wanita hamil/menyusui
merasa lemah, atau khawatir berdampak buruk bagi janin/bayinya jika dia berpuasa,
dia boleh tidak berpuasa. Dalam perkara ini para ulama berpendapat dia harus
mengqadha puasanya di bulan lainnya sejumlah puasa yang ia tinggalkan tapi ada
juga yang berpendapat cukup dengan membayar fidyah saja. Allahu’alam

G. Hal hal yang disunnahkan dalam berpuasa


Disunnahkan bagi orang yang berpuasa itu beberapa hal, yaitu:
1. Bersegera untuk berbuka setelah nyata-nyata matahari terbenam. Dan berbuka
itu dilakukan sebelum shalat. Dan disunnahkan berbuka itu dengan kurma
basah, atau kurma kering, atau manisan atau air. Hendaknya yang dibuat
berbuka itu ganjil, yaitu tiga atau lebih.
2. Berdo’a setelah berbuka dengan do’a yang telah diajarkan oleh Nabi SAW.
3. Makan sahur dengan sesuatu makanan walaupun sedikit. Meskipun hanya
seteguk air. Seperti sabda Nabi SAW yang menjelaskan tentang makan sahur
itu adalah berkah.
4. Mencegah lisan dari omongan yang tidak berfaidah. Sedangkan mencegah
lisan dari hal yang haram seperti menggunjing (ghibah) dan adu domba, maka
hal itu adalah wajib setiap saat, dan hal itu lebih dikukuhkan pada bulan
Ramadhan.
5. Memperbanyak sedekah dan berbuat baik kepada sanak saudara, kaum fakir
dan miskin.
6. Menyibukkan diri dalam menunutut ilmu, membaca Al-Qur’an, berzikir,
membaca shalawat atas Nabi SAW. Bilamana ada kesempatan untuknya baik
siang hari maupun malamnya.
7. Beri’tikaf.

H. Hikmah puasa
Puasa memiliki hikmah yang sangat besar terhadap manusia, baik terhadap
individu maupun social, terhadap ruhani maupun jasmani. Terhadap ruhani, puasa
juga berfungsi mendidik dan melatih manusia agar terbiasa mengendalikan hawa
nafsu yang ada dalam diri setiap individu. Puasa juga mampu melatih kepekaan dan
kepedulian social manusia dengan merasakan langsung rasa lapar yang sering di derita
oleh orang miskin dan di tuntunkan untuk membantu mereka dengan memperbanyak
shadaqah.
Sedangkan terhadap jasmani, puasa bisa mempertinggi kekuatan dan
ketahanan jasmani kita, karena pertama, umumnya penyakit bersumber dari makanan,
dan kedua, sebenarnya Allah SWT menciptakan makhluq-Nya termasuk manusia
sudah ada kadarnya. Allah memberikan kelebihan demikian pula keterbatasan pada
manusia, termasuk keterbatasan pada soal kadar makan-minumnya.
Berikut ini hikmah yang kita dapatkan setelah berjuang seharian sacara umum:
1. Bulan Ramadhan bulan melatih diri untuk disiplin waktu. Dalam tiga puluh
hari kita dilatih disiplin bagai tentara, waktu bangun kita bangun, waktu makan
kita makan, waktu menahan kita sholat, waktu berbuka kita berbuka, waktu
sholat tarawih, iktikaf, baca qur’an kita lakukan sesuai waktunya. Bukankah itu
disiplin waktu namanya? Ya kita dilatih dengan sangat disiplin, kecuali orang
tidak mau ikut latihan ini.
2. Bulan Ramadhan bulan yang menunjukkan pada manusia untuk seimbang
dalam hidup. Di bulan Ramadhan kita bersemangat untuk menambah amal-
amal ibadah,
dan amal-amal sunat.
3. Bulan Ramadhan adalah bulan yang mengajarkan Manusia akan pentingnya
arti persaudaraan, dan silaturahmi.
4. Bulan Ramadhan mengajarkan agar peduli pada orang lain yang lemah.
5. Bulan Ramadhan mengajarkan akan adanya tujuan setiap perbuatan dalam
kehidupan.
6. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita hidup ini harus selalu mempunyai
nilai ibadah. Setiap langkah kaki menuju masjid ibadah, menolong orang
ibadah, berbuat adil pada manusia ibadah, tersenyum pada saudara ibadah,
membuang duri di jalan ibadah, sampai tidurnya orang puasa ibadah, sehingga
segala sesuatu dapat dijadikan ibadah. Sehingga kita terbiasa hidup dalam
ibadah. Artinya semua dapat bernilai ibadah.
7. Bulan Ramadhan melatih diri kita untuk selalu berhati-hati dalam setiap
perbuatan, terutama yang mengandung dosa.
8. Bulan Ramadhan melatih kita untuk selalu tabah dalam berbagai halangan dan
rintangan.
9. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan arti hidup hemat dan sederhana.
10. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan pentingnya rasa syukur kita, atas
nikmat-nikmat yang diberikan pada kita. Dan lain sebagainya.

BAB II
PENUTUP
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan
Puasa adalah salah satu rukun islam, maka dari itu wajiblah bagi kita untuk
melaksanakan puasa dengan ikhlas tanpa paksaan dan mengharap imbalan dari orang
lain. Jika kita berpuasa dengan niat agar mendapat imbalan atau pujian dari orang lain,
maka puasa kita tidak ada artinya. Maksudnya ialah kita hanya mendapatkan rasa
lapar dan haus dan tidak mendapat pahala dari apa yang telah kita kerjakan. Puasa ini
hukumnya wajib bagi seluruh ummat islam sebagaimana telah diwajibkan kepada
orang-orang sebelum kita. Sebagaimana firman Allah swt yang artinya: “Wahai
orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”(Q.S Al-Baqarah)
Berpuasalah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah dibuat oleh Allah
swt. Allah telah memberikan kita banyak kemudahan(keringanan) untuk mengerjakan
ibadah puasa ini, jadi jika kita berpuasa sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah
kami sebutkan diatas, kita sendiri akan merasakan betapa indahnya berpuasa dan
betapa banyak faidah dan manfaat yang kita dapatkan dari berpuasa ini.
Maka dari itu saudara-saudari kami sekalian, janganlah sesekali meninggalkan
puasa, karena puasa ini mempunyai banyak nilai ibadah. Mulai dari langkah, tidur dan
apapun pekerjaan orang yang berpuasa itu adalah ibadah.

B. Saran
Kami selaku penyusun menyadari masih banyak sekali kekurang terhadap
makah ini, mka dari itu, kami memohon kritik dan saran dari para pembaca sekalian.
DAFTAR PUSTAKA
https://mardianaharahap26.wordpress.com/2013/04/02/makalah-tentang-puasa/
https://www.academia.edu/39067438/MAKALAH_BAB_PUASA
https://search.yahoo.com/search?
fr=mcafee&type=E211US714G0&p=balasan+puasa+arafah
https://kumparan.com/berita-update/pengertian-puasa-tasua-dan-asyura-beserta-dalil-
dan-tata-cara-melaksanakannya-1wIb5zOwA39/full
https://www.amalanislam.com/2020/11/sejarah-asalal-usul-puasa-ayyamul-bidh.html
- :~:text=Keutamaan%20Melakukan%20puasa%20putih%2C%20atau
%20Puasa%20Ayyamul%20Bidh,adalah%20seperti%20puasa%20sepanjang
%20tahun.%E2%80%9D%20%28HR%20Bukhari%29.%202.
https://search.yahoo.com/search?
fr=mcafee&type=E211US714G0&p=balasan+puasa+arafah
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5579241/hadist-keutamaan-dan-pahalanya-
berpuasa-6-hari-di-bulan-syawal
https://fimadani.com/keutamaan-puasa-daud/ - :~:text=Keutamaan%20Puasa
%20Dawud%20Puasa%20Dawud%20adalah%20puasa%20terbaik%2C,wa
%20ta%E2%80%99ala%20namun%20tetap%20sesuai%20syariat%20agama
%20Islam.
https://almanhaj.or.id/2072-macam-macam-puasa.html - :~:text=Puasa%20makruh
%20adalah%20puasa%20yang%20oleh%20nash-nash%20syar
%E2%80%99i,yang%20menunaikan%20ibadah%20haji.%20Puasa%20hari
%20Jum%E2%80%99at%20saja.
https://id.berita.yahoo.com/11-puasa-yang-diharamkan-dalam-111523355.html
https://satriamadangkara.com/hal-hal-yang-merusak-pahala-puasa-ramadhan-bahkan-
membatalkan-puasa-ramadhan/ - :~:text=Hal%20%E2%80%93%20Hal
%20yang%20membatalkan%20Puasa%20Ramadhan
%20antara,mengenyangkan%20dan%20transfusi%20darah%20bagi%20orang
%20yang%20berpuasa.
http://manhajuna.com/tentang-qadha-fidyah-dan-kafarat-dalam-puasa-2/
- :~:text=Qadha%20adalah%20mengganti%20hutang%20puasa%20dengan
%20puasa%20di,membatalkan%20puasa%20dengan%20sejumlah
%20ketentuan%20yang%20ditetapkan%20syariat.

Anda mungkin juga menyukai