Anda di halaman 1dari 20

FIQH IBADAH

(Puasa)

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Fiqh Ibadah
Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (HES 3)
Fakultas Syariahdan Hukum Islam Iain Bone
Oleh:
KELOMPOK 7
MUHAMMAD AKRAM FIRAMULIA
NIM.742342021076
A WAHYU RAMDHAN
NIM. 742342021077

DOSEN PENGAJAR : RASDIYANAH AUIDAH SYARIF, S.H., MH.


PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “
PUASA” serta tak lupa pula penulis haturkanshalawat serta salam kepada
junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam
yang gelap gulita menuju alam yang terang benderang seperti sekarang ini.
Makalah ini di persiapkan dan di susun untuk memenuhi tugas kelompok pada
mata kuliah Fiqh Ibadah serta menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:
1. Ibu RASDIYANAH AUIDAH SYARIF, S.H., MH. selaku dosen pengajar
mata kuliah Fiqh Ibadah
2. Semua pihak yang telah membantu demi terbentuknya Makalah
Dalam pembuatan makalah ini penulis sangat menyadari bahwa baik dalam
penyampaian maupun penulisan masih banyak kekurangannya, untuk itu saran
dan kritik dari berbagai pihak sangat penulis harapkan untuk penunjang dalam
pembuatan makalah penulis berikutnya.

Bone, 28 Mei 2022

Kelompok 8

DAFTAR ISI
SAMPUL................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan Penilitian ..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sunnah puasa dan hal yang memakruhkannya
B. Puasa sunnah
C. Orang yang boleh tidak puasa
D. Hari -hari yang diharamkan dan di Makruhkan berpuasa
E. Hikmah puasa
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 22
B. Kesimpulan .............................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... vi
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Seperti yang telah kita ketahui dalam agama islam mempunyai
rukun islam yang salah satu didalamnya ialah puasa, yang mana puasa
merupakan rukun islam yang ke empat. Ibadah puasa terdapat hamper
seluruh agama. Oleh karena itu ibadah puasa ini telah dikenal di
kalangan orang-orang agama budaya dulu kala. Hal tesebut tercermin
dalam firman Allah SWT.

B.Rumusan Masalah
1. Apa saja Sunnah puasa dan hal yang memakruhkannya ?
2. Apa saja puasa sunnah?
3. Siapa saja orang yang boleh tidak puasa?
4. Hari -hari yang diharamkan dan di Makruhkan berpuasa?
5. Apa saja hikmah puasa?

C.Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui Sunnah puasa dan hal yang memakruhkannya
2. Untuk mengetahui berbagai puasa Sunnah.
3. Untuk mengetahui orang yang boleh tidak puasa.
4. Untuk mengetahui hari-hari yang diharamkan dan dimakruhkan
berpuasa.
5. Untuk hikmah puasa.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sunnah dan hal yang memakruhkannya

1. Sunnah puasa
a. Menyegerakan berbuka
Diantara sunnah berbuka puasa itu adalah mempercepat waktu
berbuka. Hal ini didasarkan pada hadits Raulullah berikut ini:
“Manusia senantiasa dalam kebaikan selama mereka
menyegerakan berbuka puasa” (Muttafaqun ‘Alaih)
Apabila telah mendengar seruan mu’adzin untuk melaksanakan
shalat maghrib, maka setiap muslim yang berpuasa harus segera
berbuka. Mengenai hal ini, ada sebuah hadits yang diriwayatkan
dari Ibnu Umar, dimana ia bercerita bahwa: Aku pernah
mendengar Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
“Apabila malam telah datang, siang telah berlalu, maka orang
yang berpuasa pun segera berbuka.” (Muttafaqun ‘Alaih)
b. Sahur
Disunnahkan bagi setiap muslim yang hendak berpuasa untuk
makan sahur. Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan
dari Anas bin Malik, dimana Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda:
“Makan sahurlah, karena sesungguhnya makan sahur itu
mengandung berkah.” (Muttafaqun ‘Alaih)
Juga dari ‘Amr bin Al-‘Ash, ia berkata: Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam bersabda:
“Perbedaan antara puasa kita dengan (umat islam) dengan
puasa akhlul kitab terletak pada makan sahur.” (HR. Muslim, Abu
Dawud dan At-Tirmidzi)
Juga disunnahkan bagi setiap umat muslim untuk
mengakhirkan waktu makan sahur sampai mendekati fajar. Karena,
hal itu akan meringankan dalam menjalankan ibadah puasa.
Semua makanan dan minuman boleh digunakan untuk makan
sahur, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam:
“Sahur adalah berkah. Karenanya, janganlah kalian
meninggalkannya meski hanya dengan meminum seteguk air.
Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat atas
orang-orang yang sahur.” (HR. Ibnu Majah)
c. Berdo’a ketika berbuka
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
”Ada tiga golongan yang do’anya tidak akan ditolak, yaitu:
orang yang berpuasa hingga berbuka, imam yang adil, dan orang
yang didzhalimi.” (HR, At-Tirmidzi)
Juga diriwayatkan dari Abdullah bin Amr Al-‘Ash, ia berkata:
bahwa Nabi telah bersabda:
“Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa, ketika berbuka,
mempunyai kesempatan untuk berdo’a yang tidak akan ditolak.”

2. Hal yang Makruh Ketika berpuasa

1. Berbekam.

2. Mengulum sesuatu di dalam mulut.


3. Merasakan makanan dengan lidah, contohnya saat memasak dan
mencicipnya.

4. Memakai wangi-wangian.

5. Bersiwak atau menggosok gigi saat terkena terik matahari.

6. Berkumur di luar kumur wudhu.

B. Puasa yang disunnahkan


Puasa yang dilaksanakan diluar bulan Ramadhan sebagai tambahan
yang dianjurkan. Serta dapat melengkapi yang fardlu apabila tidak ada
kekurangan atau cacat padanya. Puasa sunnah dapat diistilahkan dengan puasa
tathawu’ antara lain: puasa enam hari di bulan syawal, puasa tanggal 9
Dzulhijjah, puasa ‘Assyura dan Tasyu’a yaitu hari yang kesepuluh dan
kesembilan di bulan Muharram, puasa tiga hari di tiap-tiap bulan (tanggal 13,
14, 15, bulan qamariah), puasa senin kamis, puasa di bulan-bulan haram
(Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab), puasa di bulan Sya’ban dan
puasa Daud, yaitu puasa sehari puasa sehari tidak puasa, puasa setiap hari
senin dan hari kamis, serta puasa lain
yang tidak menentang pada syara’.

C. Orang yang boleh tidak berpuasa

Dari kitab-kitab fikih disebutkan terdapat enam golongan orang yang tidak
wajib puasa, berikut daftarnya:

1. Anak kecil

Anak kecil yang belum balig atau belum dewasa, maka ia tidak wajib
melakukan puasa. Hanya saja, jika dia sudah berumur sekitar tujuh tahun,
maka hendaknya dilatih dan diajari untuk melakukan puasa Ramadhan,
namun tidak boleh dipaksa.

2. Orang gila

Begitu juga puasa Ramadan tidak wajib bagi orang gila, meskipun sudah
dewasa. Hal ini karena orang gila dinilai tidak memiliki akal yang normal
sehingga tidak ada kewajiban apa-apa baginya, termasuk puasa Ramadhan.

3. Orang yang sakit dan orang tua renta yang sudah lanjut usia

Orang yang sedang sakit, sekiranya jika berpuasa akan lambat sembuh
atau malah tambah parah, baginya tidak wajib berpuasa. Namun demikian,
ia wajib menggantinya di luar bulan Ramadhan jika sudah sembuh. Jika
tidak ada harapan sembuh, maka dia hanya wajib membayar fidiah.Begitu
juga orang tua yang sudah lanjut usia dan tidak mampu berpuasa, ia tidak
wajib puasa Ramadhan. Dia hanya wajib membayar fidiah sebagai ganti
dari puasa yang ditinggalkan.Meski demikian, ia wajib menggantinya di
hari-hari lain di luar bulan Ramadhan.

4.Perempuan haid dan nifas

Perempuan yang sedang haid atau nifas tidak wajib berpuasa di bulan
Ramadhan.Meski demikian, ia wajib menggantinya di hari-hari lain di luar
bulan Ramadhan.
5. Perempuan hamil dan menyusui

Perempuan hamil atau menyusui tidak wajib berpuasa di bulan Ramadhan.


Namun demikian, jika dia tidak berpuasa, maka wajib menggantinya,
sekaligus membayar fidiah jika dia tidak berpuasa karena khawatir
terhadap keselamatan anaknya.

6. orang yang sedang dalam perjalanan jauh

Orang yang sedang dalam perjalanan jauh, yaitu perjalanan yang jaraknya
boleh melakukan qashar shalat, maka baginya tidak wajib berpuasa.

D. Puasa yang Diharamkan di Makruhkan Berpuasa

1) Puasa Haram
Ialah puasa yang dilakukan diwaktu hari raya Idul Fitri maupun Idul
Adha, pada hari Tasyriq (tanggal 11,12,13 zulhijjah ), istri melakukan
puasa sunnah tidak mendapatkan izin dari suami.Untuk masalah puasa hari
raya semua ulama’ sepakat mengharamkan, kecuali Imam Hanafi,
alasannya berpuasa pada dua hari raya tersebut adalah makruh yang
diharamkan itu adalah hampir mendekati kepada haram, sementara untuk
masalah puasa di hari Tasyriq, para ulama’ berbeda pendapat, Imam
Syafi’i puasa hari Tasyriq hukumnya tidak dihalalkan, baik pada waktu
melaksanakan ibadah haji atau bukan, Imam Hambali; tidak diharamkan
berpuasa pada hari tasryiq, selain melaksanakan haji, tetapi tidak
diharamkan kalau pada waktu melaksamnakan haji, Imam Hanafi;
berpuasa pada hari Tasyriq adalah makruh hanya diharamkan pada hari 11
dan 12 Zulhijjah pada waktu selain haji, tapi tidak diharamkan kalau
dalam melaksanakan ibadah haji, sementara puasa sunnahnya istri ulama’
sepakat bahwa istri tidak boleh berpuasa sunnah tanpa mendapatkan izin
suaminya, kalau puasanya mengganggu hak-hak suaminya selain menurut
Imam Hanafi, beliau mengatakan puasa istri tanpa izin suaminya adalah
makruh saja bukan haram.
2) Puasa Makruh
Ada beberapa pendapat tentang puasa ini, para ulama’ sepakat tentang
hari-hari makruh dalam melakukan puasa, yakni:
1. Mengkhususkan bulan Rajab untuk berpuasa
Berpuasa satu bulan penuh pada bulan Rajab merupakan amalan yang
dimakruhkan. Akan tetapi, jika wanita muslimah yang hendak
berpuasa pada bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa secara berselang.
Karena, ini merupakan bulan yang diagungkan oleh orang-orang
Jahiliyah.
2. Puasa pada hari jum’at saja
3. Puasa pada hari sabtu saja
4. Pada hari yang diragukan (Hari ketiga puluh dari bulan Sya’ban)
5. Bepuasa khusus pada tahun baru dari hari besar orang kafir
6. Puasa wishal (Puasa selama dua atau tiga hari tanpa berbuka)
7. Puasa Dahr (Puasa yang dilakukan selama satu tahun penuh)
8. Puasanya seorang istri tanpa seizin suami
9. Puasa dua hari terakhir dari bulan Sya’ban

E. Hikmah Puasa

Adapun hikmah berpuasa dalam Islam, adalah untuk mempersiapkan


kita memperoleh takwa bukan untuk sesuatu kepentingan Tuhan.
Mekanisme puasa tidak hanya berpengaruh terhadap kesehatan
jasmani, tetapi juga terhadap rohani pelakunya, lebih dari itu, kesehatan
jasmani dan kesehatan rohani akan berpengaruh terhadap kesehatan sosial.
Puasa yang mencapai tingkat ihsan dan itqan adalah puasa yang
memadukan aktivitas fisik dan aktivitas psikis. Puasa lahir dan puasa
batin. Disamping mengendalikan diri dari makan, minum, seks, dan
semacamnya juga mengupayakan menahan diri dari maksiat. Anggota
tubuh yang berpuasa tidak hanya mulut dan kemaluan (Farj), namun mata,
telinga, tangan, kaki, dan hati juga diupayakan turut berpuasa. Dalam
permasalahan ini dalam kaitannya dengan hikmah yang terjadi dalam
melaksanakan ibadah puasa secara garis besar di uraikan dalam dua
masalah:
1. Pengaruh puasa terhadap kesehatan jasmani
Tubuh manusia dibekali beberapa terapi alamiah dalam keadaan
tubuh tidak kemasukan sebutir nasipun, manusia masih mempunyai
cadangan energi yang disebut glikogen. Cadangan yang diperoleh
dari karbohidrat ini bertahan selama 25 jam, dengan demikian,
anak atau seseorang yang menjalankan puasa tidak perlu khawatir
menjadi sakit karena tubuh mempunyai mekanisme alamiah untuk
mempertahankan dirinya.
a) Mengistarahatkan organ-organ pencernaan
Manusia dalam kesehariannya atau diluar puasa bulan
puasa ketika sedang tidak berpuasa, alat-alat pencernaan di
dalam tubuh akan bekerja ekstra keras, oleh karena itu. Sudah
sepatutnya alat pencernaan tersebut diberi waktu untuk
beristirahat, paling sedikitnya selama satu bulan dalam setahun.
Makanan yang masuk kedalam tubuh manusia (remaja)
memerlukan proses pencernaan kuramng lebih dari delapan jam
yang terdiri dari empat jam diproses di dalam lambung dan
empat jam di usus kecil (ileum).
b) Membersihkan tubuh dari racun, kotoran dan ampas
Dalam tubuh manusia terdapat sampah berbahaya semisal
feaces atau tinja, urine, CO2 dari keringat maka dari itu tubuh
akan terancam bahaya juka mengalami sembelit yang
disebabkan oleh menumpuknya sisa-sisa sari makanan (tinja)
di usus yang dampaknya akan menyebabkan tinja/racun
terserap kembali pada tubuh.
c) Mempercepat regenerasi kulit
Tubuh manusia(remaja) mengalami metabolisme energi
yakni, peristiwa perubahan dari energi yang terkandung dalam
zat gizi menjadi energi potensial dalam tubuh, sisanya akan
disimpan dalam tubuh, sel ginjal, sel kulit, pelupuk mata serta
dalam bentuk lemak dan glikogen. Cadangan gizi inilah yang
akan membakar menjadi energi jika jika tubuh tidak mendapat
suplai pangan dari luar, ketika berpuasa manusia (remaja) akan
cadangan energi yang tersimpan dalam organ-organ tubuh
akan dikeluarkan, yang akhirnya melegakan pernafasan
organorgan tubuh dan sel penyimpanan.
Menghambat perkembangan atau pertumbuhan bakteri,
virus dan sel kanker. Dalam tubuh manusia (anak) terdapat
parasitparasit yang menumpang hidup termasuk menumpang
makan dan minum, dengan jalan menghentikan pemasukan
makanan.
Maka kuman-kuman penyakit seperti bakteri-bakteri dan
sel-sel kanker tidak akan bisa bertahan hidup, mereka akan
keluar melalui cairan tubuh bersama sel-sel yang telah mati
dan toksin.
d) Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
Adanya penambahan sel darah putih, hal ini berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh para ahli kesehatan.
Meningkatkan daya serap tubuh, Umumnya orang hanya
menyerap 35 % dari gizi makanan yang dikonsumsinya dengan
berpuasa penyerapan gizi dapat mencapai 85 %.
e) Menciptakan keseimbangan elektrolit di dalam lambung
Keberadaan zat kimia yang bersifat alkali dan bersifat asam
di dalam tubuh manusia (remaja) harus seimbang.
f) Memperbaiki fungsi hormon
Kelenjar endokrin akan menghasilkan zat-zat kimia yang
mengeluarkan hormon, jika tugasnya sudah selesai, maka
pengeluaran hormon akan dihentikan untuk sementara waktu
sambil menunggu tugas yang sama berikutnya, hal ini karena
pada saat-saat terttentu misalnya disaat sedih, gembira, cemas,
bersikap sosial dan sebagainya.
g) Meningkatkan fungsi organ reproduksi
Peningkatan fungsi organ reproduksi ini erat kaitannya
dengan peremajaan sel yang mendatangkan perubahan pada
sel-sel urogenitalis dan jaringan-jaringan organ reproduksi
wanita, terjadi perubahan metabolik pada saat menjalankan
puasa, terutama yang dilangsungkan lewat kelenjar-kelenjar
endokrin.
h) Meremajakan atau mempercepat pegenasi sel-sel tubuh.
Organ-organ tubuh ketika manusia menjalankan puasa
organ ini akan dalam keadaan rileks, organ-organ tubuh disini
terdiri dari jaringan-jaringan yang merupakan kumpulan dari
sel-sel sejenis serta ada berbagai macam sel dalam tubuh
manusia, antara lain sel darah, sel tulang, sel syaraf, sel otot
dan sel lemak.
i) Meningkatkan fungsi fisiologis organ tubuh
Manusia (remaja) berpuasa berati memberikan kesempatan
interval selam kurang lebih empat belas jam bgi organ-organ
tubuh seperti lambung, ginjal dan lever, selama itu tubuh tidak
menerima makanan maupun minuman. Sehingga akan
menimbulkan efek berupa rangsangan terhadap seluruh sel,
jaringan dan organ tubuh, efek rangsangan ini akan
menghasilkan, memulihkan dan meningkatkan fungsi
fisiologinya, misalkan panca indra menjadi semakin tajam dan
peka.
j) Meningkatkan fungsi Syaraf.
Syaraf merupakan merupakan bagian yang sangat vital,
karena susunan syaraf terdiri dari otak dan syaraf tulang
belakang, permasalahannya otak bertindak atas dasar informasi
yang diterimaa terus menerus dan tiada putus-putusnya yang
dibantu oleh hormon dan syaraf, serta otak juga mengatur suhu
badan tekanan darah, keseimbangan kadar kimia dalam tubuh
oksigen dan karbon dioksida dalam darah, serta keadaan dan
kadar berbagai zat kimia yang dikirimkan dan diambil dari
berbagai organ tubuh.
2. Pengaruh Puasa terhadap kesehatan Rohani
a) Puasa dapat menghilangkan sifat hewaniyah
Dalam melakukan ibadah puasa tidak hanya diwajibkan
menahan lapar dan haus semata akan tetapi wajib pula menahan
dan menutup segala atau segenap panca indera dari semacam
pengaruh dan perbuatan maksiat dan harus mampu mencegah
gerakan tubuh maupun bisikan bathin yang dapat menimbulkan
pengaruh pada perbuatan jelek dan tidak terpuji.
b) Menciptakan dan meningkatkan daya nalar
Biasanya puasa sebagai penapis dan penyaring yang
selanjutnya menentukan kadar ketakwaan seseorang (remaja).
Mereka membentuk watak yang kukuh tegak dalam segala
keadaan dan waktu.
Tidak gampang terperdaya dari terpaan dan godaan, lantaran
menghujam direlung hati iman yang mapan. Malah yang hebat
lagi puasa dapat membersihkan rohani dan meningkatkan nalar
pikiran dari segala muskil kesukaran, serta merta mampu
mengentas derajat kemanusiaan.
c) Nalar pikiran ke Alam Illahi.
Sudah banyak tokoh Islam atau para ulama’ yang mashur,
cerdas lewat usahanya melalui puasa, acapkali membuahkan
tulisan-tulisan yang berharga seperti Buya Hamka, beliau
melakukan meditasinya lewat prosesi ibadah puasa, ada nalar
yang mengarah kepada ruh yang ditiupkan, disini istilahnya
alam ilahiyah
d) Aku (Ego) lahir dan Aku bathin
Puasa merupakan intuisi disiplin moral dan fisik yang
menerawang ke alam ilahi, adalah tujuan mulua manusia
(remaja) mencapai tingkatan spiritual manusia yang paling
tinggi.
e) Egois menjadi Ikhlas
Dalam perjalanan yang lebih nyat, penyakit egosentris acapkali
menggunakan golongan lain sebagai alat untuk mempengaruhi
atau menguasai sesuatu menjadi objek.
f) Puasa dan penyakit psikosomatik
Perlu adanya pembuktian adanya dari cabang ilmu kesehatan
misalnya ilmu urai tubuh (anatomi), ilmu pengobatan
(farmakologi), ilmu sebab-sebab penyakit (acteologi), ilmu asal
datangnya penyakit (patologi) dan ilmu ketentuan hilangnya
penyakit (prangnostik).
Ada lagi fungsi yang bersifat rohani atau yang bersifat Psikis,
diantaranya;
Kemudian dengan memperhatikan dan mempelajari rahasia-rahasia
puasa, berkesimpulan bahwa Allah memfardlukan puasa atas manusia
(remaja) adalah:
a. Untuk menanam rasa sayang dan ramah tamah kepada fakir
miskin, kepada anak yatim dan kepada orang yang melarat
hidupnya.
b. Untuk membiasakan diri dan jiwa memelihara amanah. Kita
mengetahui, bahwa puasa itu suatu amalan Allah yang berat dan
sukar. Maka apabila kita dapat memelihara segala amanah dengan
sempurna terdidiklah kita untuk memelihara segala amanah yang
dipertaruhkan kepada kita.
c. Untuk menyuburkan dalam jiwa kita kekuatan menderita apabila
kita terpaksa menderita dan untuk menguatkan iradat, atau
kehendak kita dan untuk meneguhkan azimah atau keinginan dan
kemauan.
Landasan orang berpuasa dari segi psikis seperti hadits
yang di ceritakan sahabat Sa’id Bin Musayyab:

Artinya : “Dari Sa’id Bin Musayyab sesungguhnya dia telah


mendengarkan dari Abi Hurairah r.a berkat, Rasulullah telah
bersabda: “Semua amalan manusia adalah untuk dirinya kecuali
puasa, maka itu adalah untukku dan aku yang akan memberikan
ganjaran”. (H.R. Muslim)

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari materi diatas setidaknya ada beberapa poin yang dapat ditarik
kesimpulan:
Puasa banyak macamnya,diantaranya puasa wajib,puasa sunnah(
Tatawwu), ,danpuasayangdimakruhkan.orangyang
Kamidisunnahkanuntukmelakukansahur,menta’hirkanmakansahur,
Menyegerakanberbuka,berbukadengansesuatuyangmanis,berdoasewak
tu berbukapuasa,memberimakananuntukberbuk abagiorang-orangyanghari
ini,hendaklahmemperbanyaksedekahselamatdalambulanpuasa,danmenyibu
kkandiridenganilmupengetahuan.Adabeberapauzuryangdiperbolehkansese
oranguntukberubah
puasanya,diantaranyaketikasedangberadadiperjalananjauh,dalamkeadaansa
kit,bagiwanitahamildanmenyusui,beradapadamasatua,takutakanrasalaparda
nhausyangmembahayakan,dankarenaterpaksaberubahpuasanya

B. Saran

1.     Sebagai seorang muslim yang taat kepada ajaran Allah, sebaiknya kita mengetahui dan
memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan puasa agar tidak keliru ketika
menjalankan puasa nanti.

2.     Kepada para pendidik, selalu mengajarkan dan menanamkan pemahaman tentang


puasa kepada anak didiknya.

3.     Ketika menjalankan ibadah puasa, sebaiknya selalu berserah diri kepada Allah dan
selalu berdoa kepada-Nya. Karena tantangan dan godaan ketika menaklukkannya
mudah bila dirasakan. Serta selalu menghindari hal-hal yang dapat mempercepat puasa
kita.
Daftar Pustaka

Rasjid, Sulaiman. 2005. Fiqih Islam. Sinar Baru Algensindo.

‘Uwaidah, Syaikh Kamil Muhammad. 2006. Fiqih Wanita. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar.

Syahida, Aip. & Rahman, Irsyad Taufieq. Hidayah Pendidikan Agama Islam.
Bandung: CV. Thurisna

Mughniyah, Muhammad Jawad. 2006. FIQIH Lima Mudzhab. Jakarta: Penerbit


Lentera

http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004-
sabiqkhoer-627-BAB2_310-5.pdf Diakses tanggal 02 maret 2017 jam 11:44

http://www.islamicbook.ws/indonesian/indonesian-60.pdf Diakses tanggal 08


maret 2017 jam 12:01

http://files.islamdownload.net/123910/pdf-islamhouse/Risalah%20Ramadhan.pdf
Diakses pata tanggal 20 Maret 2017 jam 12:57
Altuwayjiry, Muhammad bin Ibrahim. Puasa. Buraidah: Foreigeners Guidance
Office Al Khubayb

Anda mungkin juga menyukai