(Puasa)
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Fiqh Ibadah
Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (HES 3)
Fakultas Syariahdan Hukum Islam Iain Bone
Oleh:
KELOMPOK 7
MUHAMMAD AKRAM FIRAMULIA
NIM.742342021076
A WAHYU RAMDHAN
NIM. 742342021077
Kelompok 8
DAFTAR ISI
SAMPUL................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan Penilitian ..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sunnah puasa dan hal yang memakruhkannya
B. Puasa sunnah
C. Orang yang boleh tidak puasa
D. Hari -hari yang diharamkan dan di Makruhkan berpuasa
E. Hikmah puasa
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 22
B. Kesimpulan .............................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... vi
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Seperti yang telah kita ketahui dalam agama islam mempunyai
rukun islam yang salah satu didalamnya ialah puasa, yang mana puasa
merupakan rukun islam yang ke empat. Ibadah puasa terdapat hamper
seluruh agama. Oleh karena itu ibadah puasa ini telah dikenal di
kalangan orang-orang agama budaya dulu kala. Hal tesebut tercermin
dalam firman Allah SWT.
B.Rumusan Masalah
1. Apa saja Sunnah puasa dan hal yang memakruhkannya ?
2. Apa saja puasa sunnah?
3. Siapa saja orang yang boleh tidak puasa?
4. Hari -hari yang diharamkan dan di Makruhkan berpuasa?
5. Apa saja hikmah puasa?
C.Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui Sunnah puasa dan hal yang memakruhkannya
2. Untuk mengetahui berbagai puasa Sunnah.
3. Untuk mengetahui orang yang boleh tidak puasa.
4. Untuk mengetahui hari-hari yang diharamkan dan dimakruhkan
berpuasa.
5. Untuk hikmah puasa.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sunnah puasa
a. Menyegerakan berbuka
Diantara sunnah berbuka puasa itu adalah mempercepat waktu
berbuka. Hal ini didasarkan pada hadits Raulullah berikut ini:
“Manusia senantiasa dalam kebaikan selama mereka
menyegerakan berbuka puasa” (Muttafaqun ‘Alaih)
Apabila telah mendengar seruan mu’adzin untuk melaksanakan
shalat maghrib, maka setiap muslim yang berpuasa harus segera
berbuka. Mengenai hal ini, ada sebuah hadits yang diriwayatkan
dari Ibnu Umar, dimana ia bercerita bahwa: Aku pernah
mendengar Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
“Apabila malam telah datang, siang telah berlalu, maka orang
yang berpuasa pun segera berbuka.” (Muttafaqun ‘Alaih)
b. Sahur
Disunnahkan bagi setiap muslim yang hendak berpuasa untuk
makan sahur. Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan
dari Anas bin Malik, dimana Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda:
“Makan sahurlah, karena sesungguhnya makan sahur itu
mengandung berkah.” (Muttafaqun ‘Alaih)
Juga dari ‘Amr bin Al-‘Ash, ia berkata: Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam bersabda:
“Perbedaan antara puasa kita dengan (umat islam) dengan
puasa akhlul kitab terletak pada makan sahur.” (HR. Muslim, Abu
Dawud dan At-Tirmidzi)
Juga disunnahkan bagi setiap umat muslim untuk
mengakhirkan waktu makan sahur sampai mendekati fajar. Karena,
hal itu akan meringankan dalam menjalankan ibadah puasa.
Semua makanan dan minuman boleh digunakan untuk makan
sahur, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam:
“Sahur adalah berkah. Karenanya, janganlah kalian
meninggalkannya meski hanya dengan meminum seteguk air.
Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat atas
orang-orang yang sahur.” (HR. Ibnu Majah)
c. Berdo’a ketika berbuka
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
”Ada tiga golongan yang do’anya tidak akan ditolak, yaitu:
orang yang berpuasa hingga berbuka, imam yang adil, dan orang
yang didzhalimi.” (HR, At-Tirmidzi)
Juga diriwayatkan dari Abdullah bin Amr Al-‘Ash, ia berkata:
bahwa Nabi telah bersabda:
“Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa, ketika berbuka,
mempunyai kesempatan untuk berdo’a yang tidak akan ditolak.”
1. Berbekam.
4. Memakai wangi-wangian.
Dari kitab-kitab fikih disebutkan terdapat enam golongan orang yang tidak
wajib puasa, berikut daftarnya:
1. Anak kecil
Anak kecil yang belum balig atau belum dewasa, maka ia tidak wajib
melakukan puasa. Hanya saja, jika dia sudah berumur sekitar tujuh tahun,
maka hendaknya dilatih dan diajari untuk melakukan puasa Ramadhan,
namun tidak boleh dipaksa.
2. Orang gila
Begitu juga puasa Ramadan tidak wajib bagi orang gila, meskipun sudah
dewasa. Hal ini karena orang gila dinilai tidak memiliki akal yang normal
sehingga tidak ada kewajiban apa-apa baginya, termasuk puasa Ramadhan.
3. Orang yang sakit dan orang tua renta yang sudah lanjut usia
Orang yang sedang sakit, sekiranya jika berpuasa akan lambat sembuh
atau malah tambah parah, baginya tidak wajib berpuasa. Namun demikian,
ia wajib menggantinya di luar bulan Ramadhan jika sudah sembuh. Jika
tidak ada harapan sembuh, maka dia hanya wajib membayar fidiah.Begitu
juga orang tua yang sudah lanjut usia dan tidak mampu berpuasa, ia tidak
wajib puasa Ramadhan. Dia hanya wajib membayar fidiah sebagai ganti
dari puasa yang ditinggalkan.Meski demikian, ia wajib menggantinya di
hari-hari lain di luar bulan Ramadhan.
Perempuan yang sedang haid atau nifas tidak wajib berpuasa di bulan
Ramadhan.Meski demikian, ia wajib menggantinya di hari-hari lain di luar
bulan Ramadhan.
5. Perempuan hamil dan menyusui
Orang yang sedang dalam perjalanan jauh, yaitu perjalanan yang jaraknya
boleh melakukan qashar shalat, maka baginya tidak wajib berpuasa.
1) Puasa Haram
Ialah puasa yang dilakukan diwaktu hari raya Idul Fitri maupun Idul
Adha, pada hari Tasyriq (tanggal 11,12,13 zulhijjah ), istri melakukan
puasa sunnah tidak mendapatkan izin dari suami.Untuk masalah puasa hari
raya semua ulama’ sepakat mengharamkan, kecuali Imam Hanafi,
alasannya berpuasa pada dua hari raya tersebut adalah makruh yang
diharamkan itu adalah hampir mendekati kepada haram, sementara untuk
masalah puasa di hari Tasyriq, para ulama’ berbeda pendapat, Imam
Syafi’i puasa hari Tasyriq hukumnya tidak dihalalkan, baik pada waktu
melaksanakan ibadah haji atau bukan, Imam Hambali; tidak diharamkan
berpuasa pada hari tasryiq, selain melaksanakan haji, tetapi tidak
diharamkan kalau pada waktu melaksamnakan haji, Imam Hanafi;
berpuasa pada hari Tasyriq adalah makruh hanya diharamkan pada hari 11
dan 12 Zulhijjah pada waktu selain haji, tapi tidak diharamkan kalau
dalam melaksanakan ibadah haji, sementara puasa sunnahnya istri ulama’
sepakat bahwa istri tidak boleh berpuasa sunnah tanpa mendapatkan izin
suaminya, kalau puasanya mengganggu hak-hak suaminya selain menurut
Imam Hanafi, beliau mengatakan puasa istri tanpa izin suaminya adalah
makruh saja bukan haram.
2) Puasa Makruh
Ada beberapa pendapat tentang puasa ini, para ulama’ sepakat tentang
hari-hari makruh dalam melakukan puasa, yakni:
1. Mengkhususkan bulan Rajab untuk berpuasa
Berpuasa satu bulan penuh pada bulan Rajab merupakan amalan yang
dimakruhkan. Akan tetapi, jika wanita muslimah yang hendak
berpuasa pada bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa secara berselang.
Karena, ini merupakan bulan yang diagungkan oleh orang-orang
Jahiliyah.
2. Puasa pada hari jum’at saja
3. Puasa pada hari sabtu saja
4. Pada hari yang diragukan (Hari ketiga puluh dari bulan Sya’ban)
5. Bepuasa khusus pada tahun baru dari hari besar orang kafir
6. Puasa wishal (Puasa selama dua atau tiga hari tanpa berbuka)
7. Puasa Dahr (Puasa yang dilakukan selama satu tahun penuh)
8. Puasanya seorang istri tanpa seizin suami
9. Puasa dua hari terakhir dari bulan Sya’ban
E. Hikmah Puasa
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari materi diatas setidaknya ada beberapa poin yang dapat ditarik
kesimpulan:
Puasa banyak macamnya,diantaranya puasa wajib,puasa sunnah(
Tatawwu), ,danpuasayangdimakruhkan.orangyang
Kamidisunnahkanuntukmelakukansahur,menta’hirkanmakansahur,
Menyegerakanberbuka,berbukadengansesuatuyangmanis,berdoasewak
tu berbukapuasa,memberimakananuntukberbuk abagiorang-orangyanghari
ini,hendaklahmemperbanyaksedekahselamatdalambulanpuasa,danmenyibu
kkandiridenganilmupengetahuan.Adabeberapauzuryangdiperbolehkansese
oranguntukberubah
puasanya,diantaranyaketikasedangberadadiperjalananjauh,dalamkeadaansa
kit,bagiwanitahamildanmenyusui,beradapadamasatua,takutakanrasalaparda
nhausyangmembahayakan,dankarenaterpaksaberubahpuasanya
B. Saran
1. Sebagai seorang muslim yang taat kepada ajaran Allah, sebaiknya kita mengetahui dan
memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan puasa agar tidak keliru ketika
menjalankan puasa nanti.
3. Ketika menjalankan ibadah puasa, sebaiknya selalu berserah diri kepada Allah dan
selalu berdoa kepada-Nya. Karena tantangan dan godaan ketika menaklukkannya
mudah bila dirasakan. Serta selalu menghindari hal-hal yang dapat mempercepat puasa
kita.
Daftar Pustaka
‘Uwaidah, Syaikh Kamil Muhammad. 2006. Fiqih Wanita. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar.
Syahida, Aip. & Rahman, Irsyad Taufieq. Hidayah Pendidikan Agama Islam.
Bandung: CV. Thurisna
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004-
sabiqkhoer-627-BAB2_310-5.pdf Diakses tanggal 02 maret 2017 jam 11:44
http://files.islamdownload.net/123910/pdf-islamhouse/Risalah%20Ramadhan.pdf
Diakses pata tanggal 20 Maret 2017 jam 12:57
Altuwayjiry, Muhammad bin Ibrahim. Puasa. Buraidah: Foreigeners Guidance
Office Al Khubayb