PERENCANAAN
Tentang
PUASA
Disusun oleh :
YOLA : 20050004
Dosen Pembibing :
YULIA SEPTI WAHYUNI S.Pd.M.Pd
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
berpuasa? .................................................................................................. 8
A. Kesimpulan ............................................................................................ 10
B. Saran ....................................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Pengertian puasa ?
b. Bagaimana syarat dan rukun puasa ?
c. Bagaimana Puasa Sunat dan hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Puasa
2. Untuk mengetahui syarat dan rukun puasa
3. Untuk memahami bagamaina puasa sunat dan hari-hari yang diharamkan
untuk berpuasa
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Puasa
Sebelum kita mengkaji lebih jauh meteri tentang puasa, terlebih dahulu
kita akan mempelajari pengertian puasa baik itu menurut bahasa arab maupun
menurut istilah.Pengertian puasa (Saum) menurut bahasa Arab artinya menahan
dari segala sesuatu seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara
yang tidak bermanfaat dan sebagainya.Sedangkan puasa menurut istilah ajaran
islam yaitu menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkannya, lamanya
satu hari, mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya mataharidengan niat dan
beberapa syrat. Firman Allah SWT :
“Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. (QS. Al Baqarah . 183).
B. Macam-macam Puasa
1. Puasa wajib
Puasa wajib adalah puasa yang dilakukan untuk memenuhi kewajiban
perintah allah SWT, apabila ditinggalkan mendapat dosa.
Adapun macam-macam puasa wajib adalah sebagai berikut:
a. Puasa di bulan Ramadhan
Puasa ramadhan adalah puasa yang dilaksanakan pada bulan
Ramadhan yang dilaksanakan selama 29 atau 30 hari. Puasa dimulai
pada terbit fajar himgga terbenam matahari. Puasa ramadhan ini
ditetapkan sejak tahun ke-2 H. Puasa ini hukumnya wajib, yaitu apabila
dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan akan mendapat
dosa. Bulan Ramadhan menurut pandangan orang-orang mukmin yang
berfikir adalah merupakan bulan peribadatan yang harus diamalkan
dengan ikhlas kepada Allah SWT.
Harus kita sadari bahwa Allah Maha Mengetahui segala gerak-
gerik manusia dan hati mereka .Dalam pelaksanaannya, khusus puasa
Ramadhan, kita akan menjumpai beberapa masalah yang penting
2
dipecahkan antara lain Harus kita sadari bahwa Allah Maha Mengetahui
segala gerak-gerik manusia dan hati mereka .Dalam pelaksanaannya,
khusus puasa Ramadhan, kita akan menjumpai beberapa masalah yang
penting dipecahkan antara lain:
Cara penempatan waktu :
Cara mengetahui puasa ini ada 2 macam yaitu: hisab dan rukyat.
Kemajuan teknologi beakangan ini dirasakan semakin mudahkan proses
hisab dan rukiyah tersebut. Disiplin ilmu astronomi dan kelengkapan
teknologi semacam planetrium atau teleskop atau secara khusus ilmu
falaq yang berkembang di dunia Islam,semuanya mendukung vadilitas
penetapan waktu puasa.Rukyat : adalah suatu cara untuk menetapkan
awal awal bulan Ramadhan dengan cara melihat dengan panca indera
mata timbulnya / munculnya bulan sabitdan bila uadara mendung atau
cuaca buruk. Sehingga bulan tidak bisa dilihat makahendaknya
menggunakan istikmal yaitu menyempurnakan bulan sya’ban
menjadi30 hari. Di Indonesia pelaksanaan rukyat untuk penetapan puasa
Ramadhan telahdikoordinasi oleh Departemen Agama (DEPAG) RI.
Hisab : adalah suatu cara untuk menetapkan awal bulan
Ramadhan dengan cara menggunakan perhitungan secara atsronomi,
sehingga dapat ditentukan secara eksak letak bulan. Seperti cara rukyat
yang telah dikoordinasikan oleh pemerintah, maka cara hisab pun sama.
Di Indonesia penetapan awal dan akhir bulan Ramadhan ini dengan cara
yang manapun memang telah diambil kewenangan koordinatifnya oleh
pemerintah
Firman Allah SWT surat Yunus ayat 5: Artinya:“Dia-lah yang
menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya
kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak
menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang
Mengetahui”.(QS. Yunus :5)
3
b. Puasa Nazar (karena berjanji untuk berpuasa)
Puasa nazar adalah orang yang bernazar puasa karena
mengiginkan sesuatu, maka ia wajib puasa setelah yang diinginkannya
itu tercapai, dan apabila puasa nazar itu tidak dilaksanakannya maka ia
berdosa dan ia dikenakan denda / kifarat. Misalnya bernazar untuk lulus
keperguruan tinggi, maka ia wajib melaksanakan puasa nazar tersebut
apabila ia berhasil.Ibnu Majjah meriwayatkan, bahwa seorang wanita
bertanya kepada Nabi Muhammad SAW. Artinya:“Sesungguhnya ibuku
telah meninggal dunia. Ia mempunyai nazar berpuasa sebelum dapat
memenuhinya. Rasulullah SAW menjawab: “Walinya berpuasa untuk
mewakilkannya”.
c. Puasa Kifarat
Puasa kifarat adalah puasa untuk menembus dosa karena
melakukan hubungan suami isteri (bersetubuh) disiang hari pada bulan
Ramadhan, maka denda (kifaratnya) berpuasa dua bulan berturut-turut.
2. Puasa Sunnah
Puasa sunnah adalah puasa yang bila dikerjakan mendapat pahala dan
apabila dikerjakan tidak mendapat dosa. Adapun puasa sunnah adalah
sebagai berikut:
a. Puasa enam hari pada bulan syawal
Disunnahkan bagi mereka yang telah menyelesaikan puasa
Ramadhan untuk mengikutinya dengan puasa enam hari pada bulan
Syawal. Pelaksanaannya tidak mesti berurutan, boleh kapan saja selama
masih dalam bulan Syawal, karena puasa enam hari pada bulan Syawal
ini sama dengan puasa setahun lamanya. Akan tetapi diharamkan pada
tanggal 1 syawal karena ada chari raya Idul Fitri. Dalam sebuah hadits
dikatakan yang artinya: Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang
berpuasa pada bulan Ramadhan, kemudian diikuti dengan berpuasa
enam hari pada bulan Syawal, maka sama dengan telah berpuasa selama
satu tahun" (HR. Muslim)
4
b. Puasa Arafah
Orang yang tidak melaksanakan ibadah haji, disunnatkan untuk
melaksanakan puasa pada tanggal sembilan Dzulhijjah atau yang sering
disebut dengan puasa Arafah. Disebut puasa Arafah karena pada hari
itu, jemaah haji sedang melakukan Wukuf di Padang Arafah. Sedangkan
untuk yang sedang melakukan ibadah Haji, sebaiknya tidak berpuasa.
Nabi Muhammad SEW bersabda: Dari Abu Qotadah al-Anshory
Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
pernah ditanya mengenai puasa hari Arafah, lalu beliau menjawab: "Ia
menghapus dosa-dosa tahun lalu dan yang akan datang.: (Riwayat
Muslim)
c. Puasa Senin Kamis
Rasulullah saw bersabda yang Artinya dari Aisyah : Nabi Muhammad
SAW memilih waktu puasa hari senin kamis
d. Puasa pada bulan sya’ban
Dalam berbagai keterangan disebutkan bahwa Rasulullah saw
berpuasa pada bulan Sya'ban hampir semuanya. Beliau tidak berpuasa
pada bulan tersebut kecuali sedikit sekali . Hal ini sebagaimana
disebutkan dalam hadits berikut ini yang artinya: Siti Aisyah berkata:
"Adalah Rasulullah saw seringkali berpuasa, sehingga kami berkata:
"Beliau tidak berbuka". Dan apabila beliau berbuka, kami berkata:
"Sehingga ia tidak berpuasa". Saya tidak pernah melihat Rasulullah saw
berpuasa satu bulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan. Dan saya juga
tidak pernah melihat beliau melakukan puasa sebanyak mungkin kecuali
pada bulan Sya'ban" (HR. Bukhari dan Muslim).
e. Puasa As-Syura’
Puasa ini dikerjakan pada tanggal sembilan dan sepuluh
Muharram. Hadist Rasulullah Saw yang berbunyi: "Rasulullah saw
bersabda: "Puasa Asyura itu (puasa tanggal sepuluh Muharram),
dihitung oleh Allah dapat menghapus setahun dosa yang telah lalu" (HR.
Muslim). Demikian juga sunnah hukumnya melakukan puasa pada
5
tanggal sembilan Muharram. Hadist Rasulullah: Ibn Abbas berkata:
"Ketika Rasulullah saw
berpuasa pada hari Asyura', dan beliau memerintahkan untuk
berpuasa pada hari tersebut, para sahabat berkata: "Ya Rasulullah,
sesungguhnya hari Asyura itu hari yang dimuliakan oleh orang Yahudi
dan Nashrani". Rasulullah saw menjawab: "Jika tahun depan, insya
Allah saya masih ada umur, kita berpuasa bersama pada tanggal
sembilan Muharramnya". Ibn Abbas berkata: "Belum juga sampai ke
tahun berikutnya, Rasulullah saw keburu meninggal terlebih dahulu"
(HR. Muslim).
f. Puasa Makruh
a. Berpuasa pada hari jum’at
Berpuasa hanya pada hari Jum'at saja termasuk puasa yang
makruh hukumnya,kecuali apabila ia berpuasa sebelum atau
setelahnya, atau ia berpuasa Daud lalu jatuh pas hari Jumat, atau juga
pas puasa Sunnat seperti tanggal sembilan Dzuhijjah itu, jatuhnya
pada hari Jum'at. Untuk yang disebutkan di akhir ini, puasa boleh
dilakukan, karena bukan dengan sengaja hanya berpuasa pada hari
Jum'at. Dalil larangan hanya berpuasa pada hari Jum'at saja adalah:
Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Seseorang tidak boleh berpuasa
hanya pada hari Jum'at, kecuali ia berpuasa sebelum atau
sesudahnya" (HR. Bukhari Muslim).
b. Puasa setahun penuh (puasa dahr)
Puasa dahr adalah puasa yang dilakukan setahun penuh.
Meskipun orang tersebut kuat untuk melakukannya, namun para
ulama memakruhkan puasa seperti itu. Hal ini sebagaimana
disebutkan dalam hadits berikut ini: Artinya: Umar bertanya: "Ya
Rasulallah, bagaimana dengan orang yang berpuasa satu tahun
penuh?" Rasulullah saw menjawab: "Ia dipandang tidak berpuasa
juga tidak berbuka" (HR. Muslim)
6
c. Puasa Wishal
Puasa wishal adalah puasa yang tidak memakai sahur juga tidak ada
bukanya, misalnya ia puasa satu hari satu malam, atau tiga hari tiga
malam. Puasa ini diperbolehkan untuk Rasulullah saw dan
Rasulullah saw biasa melakukannya, namun dimakruhkan untuk
ummatnya. Hal ini berdasarkan hadits berikut:Artinya: Rasulullah
saw bersabda: "Janganlah kalian berpuasa wishal" beliau
mengucapkannya sebanyak tiga kali. Para sahabat bertanya: "Ya
Rasulullah, anda sendiri melakukan puasa wishal?" Rasulullah saw
bersabda kembali: "Kalian tidak seperti saya. Kalau saya idur, Allah
memberi saya makan dan minum. Oleh karena itu, perbanyaklah dan
giatlah bekerja sekemampuan kalian" (HR. Bukhari Muslim)
d. Puasa Haram
Maksudnya ialah seluruh umat islam memang diharamkan
puasa pada saat itu, jika kita berpuasa maka kita akan mendapatkan
dosa, dan jika kita tidak berpuasa maka sebaliknya yaitu
mendapatkan pahala. Allah telah menentukan hukum agama telah
mengharamkan puasa dalam beberapa keadaan, diantaranya ialah
1. Puasa pada tanggal 1 syawal dan 10 Dzulhijjah Artinya:
"Rasulullah saw melarang puasa pada dua hari: Hari Raya Idul
Fitri dan Idul Adha" (HR.Bukhari Muslim).
2. Puasa Hari Tasyrik tanggal 11, 12, 13 bulan Dzulhijjah Para
ulama juga telah sepakat bahwa puasa pada hari Tasyrik
(tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah) diharamkan. Hanya saja,
bagi orang yang sedang melaksanakan ibadah haji dan tidak
mendapatkan hadyu (hewan sembelihan untuk membayar dam),
diperbolehkan untuk berpuasa pada ketiga hari tasyrik tersebut.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini:
Artinya: Siti Aisyah dan Ibn Umar berkata: "Tidak
diperbolehkan berpuasa pada hari-hari Tasyrik, kecuali bagi
yang tidak mendapatkan hadyu (hewan sembelihan)" (HR.
Bukhari)
7
C. Syarat-syarat dan Rukun Puasa
1. Syarat-Syarat puasa
a. Beragama islam
b. Baligh dan berakal
c. Suci dari haidh dan nifas (ini tertentu bagi wanita)
d. Kuasa (ada kekuatan). Kuasa disini artinya tidak sakit dan bukan yang
sudah tua
2. Rukun Puasa
Rukun puasa ada tiga, dua diantaranya telah disepakati, yaitu waktu
dan menahan diri(imsak) dari perkara yang membatalkan, sedangkan rukun
satu lainnya masih
diperselisihkan yaitu niat.
a. Waktu
Waktu dibagi menjadi dua, yaitu waktu wajibnya puasa yakni
bulan Ramadhan, dan Waktu menahan diri dari perkara-perkara yang
membatalkan puasa yaitu waktu-waktu siang hari bulan ramadhan.
Bukan waktu-waktu malamnya
b. Menahan diri dari perkara yang membatalkan
Meninggalkan segala yang membatalkan puasa mulai dari terbit
fajar shidiq hingga terbenam matahari
3. Hal-Hal yang membatalkan puasa
a. Memasukkan sesuatu kedalam lubang rongga badan dengan sengaja.
b. Muntah dengan sengaja.
c. Haid dan Nifas.
d. Jima’ pada siang hari dengan sengaja.
e. Gila walau sebentar.
f. Mabuk atau pinsan sepanjang hari.
g. Murtad
8
D. Hari-hari yang di haramkan berpuasa
a. Hari raya Idul Fitri yaitu satu syawal dan Hari Raya Idul Adha yaitu 10
dzulhijjah.Dari Abu Said Al-Khudry bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam melarangshaum pada dua hari, yakni hari raya Fithri dan hari
raya Kurban. Muttafaq Alaihi
b. Berpuasa pada hari-hari tasyriq yaitu 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.Dari
Nubaitsah al-Hudzaliy Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu'alaihi wa Sallam bersabda: "Hari-hari tasyriq adalah hari-hari
untuk makan danminum serta berdzikir kepada Allah 'Azza wa Jalla."
Riwayat Muslim.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut bahasa (etimologis) Shyam atau puasa berarti menahan diri dan
menurut syara’ (ajaran agama), puasa adalah menahan diri dari segala yang
membatalkanya dari mulai terbit fajar hingga terbenam matahari karena Allah
SWT semata-mata dan disertai niat dan syarat tertentu “.
Adapun hikmah dari berpuasa yaitu :
a. Menumbuhkan nilai-nilai persamaan selaku hamba Allah, karena sama-
sama
memberikan rasa lapar dan haus serta ketentuan-ketentuan lainnya.
b. Menumbuhkan rasa perikemanusian dan suka member, serta peduli
terhadap orang-
orang yang tak mampu.
c. Memperkokoh sikap tabah dalam menghadapi cobaan dan godaan, karna
dalam
berpuasa harus meninggalkan godaan yang dapat membatalkan puasa.
d. Menumbuhkan sikap amanah (dapat dipercaya), karna dapat mengetahui
apakah
seseorang melakukan puasa atau tidak hanyalah dirinya sendiri.
e. Menumbuhkan sikap bersahabat dan menghindari pertengkaran selama
berpuasa
seseorang tidak diperbolehkan saling bertengkar.
f. Menanamkam sikap jujur dan disiplin
g. Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri dari hawa nafsu, sehingga mudah
menjalankan kebaikan dan meninggalkan keburukan.
h. Meningkatkan rasa syukur atas nikmat dan karunia Allah.
i. Menjaga kesehatan jasmani.
10
B. Saran
Penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan makalah
ini dan senantiasamengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini lebih bermanfaat danlebih baik kualitasnya dimasa mendatang.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagikita semua
11
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Usamah Abdul, Puasa Sunnah Hukum dan Keutamaannya, Jakarta: Darul
Haq, 2005.
Al-Qahthani, Sa’id, Buku Pintar Puasa Sunah, Ed. Yasir Amri, Aqwam, Solo,
2011
12