Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MATA KULIAH AGAMA

TENTANG MACAM-MACAM

PUASA

DISUSUN OLEH:KELOMPOK 7

RINALDI ARIFIN

BP 2001062094

NAGITA FEBRIELA SALSABILLAH

BP 2001062088

FADELA ANANZA

BP 2001062049

JURUSAN ADMINISTASI NIAGA

PRODI ADMINISTRASI BISNIS

POLITEKNIK NEGERI PADANG

2020

PADANG
KATAPENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya
sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah mata kuliah agama dengan judul
materi "Macam-macam puasa" tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang
dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran
maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil
manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat
permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

                                                                          Padang,   Oktober 2020

                                                                                               Penyusun
COVER …………………………… i

KATA PENGANTAR ………………………… ii

DAFTAR ISI ………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………… 1

 A. Latar Belakang ………………………………………….. 1


 B. Rumusan Masalah ……………………………………… 2
 C. Tujuan Penulisan ……………………………………….. 2
 D. Manfaat Penulisan ……………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN …………………………. 3

 A. Pengertian Dan Macam-Macam Puasa…………………………………… 3


 B. Syarat Sah Dan Wajib Puasa………………………………….6
 B. Puasa Sunnat Berdasarkan Hadist Yang Sahih …………………………………….. 7
 C. Hari Yang Dilarang Berpuasa ………………………………………. 8
 D. Beberapa Hal Yang Diperbolehkan Dan Dilarang Dalam Berpuasa ……………….8

BAB III PENUTUP …………………………………… 11

 A. Simpulan …………………………………………………… 11
 B. Saran ………………………………………………………… 11

DAFTAR PUSTAKA ………………………………… 12


BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Puasa merupakan ibadah yang telah lama berkembang dan dilaksanakan oleh manusia sebelum
Islam. 1 Islam mengajarkan antara lain agar manusia beriman kepada Allah SWT, kepada
malaikat-malaikatNya, kepada kitab-kitabNya, kepada rosul-rosulNya, kepada hari akhirat dan
kepada qodo qodarNya. Islam juga mengajarkan lima kewajiban pokok, yaitu mengucapkan dua
kalimat syahadat, sebagai pernyataan kesediaan hati menerima Islam sebagai agama, mendirikan
sholat, membayar zakat, mengerjakan puasa dan menunaikan ibadah haji. Saumu (puasa),
menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala sesuatu”, seperti menahan makan, minum,
nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya. Sedangkan menurut istilah,
puasa adalah menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari
terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat dan beberapa syarat. 2 Menurut
Muhammad Asad, puasa adalah the obstinence of speech memaksa diri untuk tidak bercakap-
cakap dengan perkataan yang negatif, contohnya seperti memfitnah, berbohong, mencaci maki,
berkata-kata porno, mengadu domba dan sebagainya. Menurut Hasbi Ash Shiddieqy, puasa bisa
menjadikan orang mampu membiasakan diri untuk dapat bersifat dengan salah satu dari sifat
Allah swt, sifat tidak makan minum meskipun untuk sementara waktu, sekaligus dapat
menyerupakan diri dengan orang-orang yang muroqobah. Menurut Yusuf Al Qardawi, puasa
sebagai sarana pensucian jiwa dan raga dari segala hal yang memberatkan dalam kehidupan
dunia sekaligus bentuk manifestasi rasa ketaatan seseorang dalam melaksanakan.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian Puasa dan macam-macam puasa?

2. Apakah syarat sah dan wajib puasa?

3. Apa sajakah puasa sunnat yang berdasarkan hadist yang sahih?

4. Apa sajakah hari-hari yang dilarang berpuasa?

5. Hal apa sajakah yang diperbolehkan dan dilarang dalam berpuasa?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan penulisan

a. Menjelaskan pengertian puasa dan macam-macam puasa

b. Menjelaskan syarat sah dan wajib puasa

c. Menjelaskan puasa sunnat berdasarkan hadist yang sahih

d. Menjelaskan hari-hari yang dilarang dalam puasa

e. Menjelaskan hal yang diperboleh dan dilarang dalam puasa

D. Manfaat Penulisan

Makalah ini disusun untuk memberikan pedoman bagi kita umat islam dalam menjalankan
ibadah khususnya ibadah puasa dan supaya pengetahuan kita tahu tentang macam-macam ibadah
puasa dan hal yang dilarang dan di bolehkan dalam puasa.
BAB 2 PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN MACAM-MACAM PUASA

 Pengertian Puasa dan Macam Puasa


- Pengertian Puasa

Secara bahasa, puasa atau shaum dalam bahasa Arabnya berarti menahan diri dari segala sesuatu.
Jadi, puasa itu ialah menahan diri dari segala perkara seperti makanan, minuman, berbicara,
menahan nafsu dan syahwat, dls.

Sedangkan secara istilah, puasa yaitu menahan diri dari segala sesuatu yang bisa membatalkan
puasa yang dimulai sejak terbit fajar hingga matahari terbenam. Dalam Al-qur’an surat Al-
Baqoroh ayat 187 menerangkan tentang kewajiban berpuasa.

- Macam-macam Puasa

Ada beberapa macam puasa, antara lain:

 Puasa wajib yang terdiri dari: puasa ramadhan, nadzar dan kafarat.
 Puasa sunnah yang terdiri dari: puasa senin kamis, muharam, syawal, arofah dls.
 Puasa makruh yang terdiri dari puasa yang dikhususkan pada hari jumat dan sabtu.
 Puasa haram yang terdiri dari puasa hari raya idul fitri dan hari raya idul adha serta puasa
sepanjang tahu.

Puasa Wajib

- Puasa ramadhan. Yakni puasa sebulan penuh dibulan ramdhan yang hukumnya
wajib bagi setiap umat muslim yang sudah baligh. Kewajiban melaksanakan
puasa dibulan ramadhan terdapat dalam Qur’an surat Al-baqoroh ayat 183.

- Puasa nadzar. Merupakan puasa yang disebabkan karena sebuah janji, nadzar
secara bahasa adalah janji. Sehingga puasa yang dinadzarkan hukumnya wajib.
- Puasa kafarat atau kifarat. Yakni puasa yang dilakukan untuk menggantikan dam
atau denda atas pelanggaran yang hukumnya wajib. Puasa ini ditunaikan
dikarenakan perbuatan dosa, sehingga bertujuan untuk menghapus dosa yang
telah dilakukan. Adapun macam-macam puasa kafarat antara lain : kafarat karena
melanggar sumpah atas nama Allah, kafarat dalam melakukan ibadah haji, kafarat
karena berjima’ atau berhubungan badan suami istri di bulan ramadhan,
membunuh tanpa sengaja, membunuh binatang saat sedang ihram.

Puasa Sunnah

- Puasa sunnah senin kamis. Rasulullah telah memerintah umatnya untuk senantiasa
berpuasa di hari senin dan kamis, karena pada hari senin merupakan hari
kelahiran beliau dan kamis adalah hari pertama kali Al-Qur’an diturunkan. Dan
pada hari senin kamis juga, amal perbuatan manusia diperiksa, sehingga beliau
menginginkan ketka diperiksa, beliau dalam keadaan berpuasa.

- Puasa sunnah syawal. Puasa enam hari dibulan syawal atau setelah bulan
ramadhan. Bisa dilakukan secara berurutan dimulai dari hari kedua syawal atau
dilakukan secara tidak berurutan. Rasulullah bersabda yang artinya: “Keutamaan
puasa ramadhan yang diiringi dengan puasa syawal ialah seperti orang yang
berpuasa selama setahun (HR. Muslim).

- Puasa muharrom. Yakni puasa pada bulan Muharram dan yang paling utama
ialah pada hari ke 10 bulan muharram yakni assyuro’. Puasa ini memiliki
keutamaan dan yang paling utama setelah puasa ramadhan.

- Puasa arofah. Yakni puasa pada hari ke-9 Dzuhijjah, dimana keistimewaannya
ialah akan dihapuskan dosa-dosa pada tahun lalu & dosa-dosa di tahun yang akan
datang (HR. Muslim). Dosa-dosa yang dimaksud ialah khusus untuk dosa-dosa
kecil, karena dosa-dosa besar hanya bisa diampuni dengan jalan bertaubat atau
taubatan nasuha.

- Puasa di bulan Sya’ban. Pada bulan sya’ban ini, segala amal akan diangkat
kepada Rabb sehingga diperintahkan untuk memperbanyak puasa.
- Puasa daud. Yakni puasa yang dilakukan nabi daud dan caranya yaitu sehari
puasa dan sehari tidak atau dengan cara selalng seling dan puasa ini sangat
disukai Allah SWT.

Puasa Makruh

- Jika melakukan puasa pada hari jumat atau sabtu, dengan niat dikhususkan atau
disengaja maka hukumnya makruh kecuali bermaksud atau berniat mengqodho
puasa ramadhan, puasa karena nadzar ataupun kifarat.

- Hari Raya Idul Fitri. Yang jatuh pada tanggal 1 Syawal yang ditetapkan sebagai
hari raya umat muslim. Pada hari ini, puasa diharamkan karena hari ini
merupakan hari kemenangan karena telah berpuasa sebulan penuh dibulan
ramadhan.

- Hari Raya Idul Adha. Pada tanggal 10 Dzulhijjah merupakan hari raya qurban dan
hari raya kedua bagi umat muslim. Berpuasa pada hari ini diharamkan.

- Hari Tasyrik. Jatuh pada tanggal 11, 12 & 13 Dzulhijjah.


B. SYATAT SAH DAN WAJIB PUASA

Syarat Sah Puasa:

1. Beragama Islam

2. Berakal sehat

3. Suci dari haid dan nifas

4. Mengerti kebolehan berpuasa di hari itu

Syarat Wajib Puasa:

1. Beragama Islam

2. Mukallaf (cakap secara hukum)

3. Mampu melakukan puasa (istitha’ah)

4. Sehat

5. Tidak dalam keadaan musafir (di perjalanan, red)

Rukun Puasa:

1. Niat

2. Meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa

3. Orang yang berpuasa

Hal-hal yang Batalkan atau Merusak Puasa:

1. Masuknya barang atau benda ke rongga tubuh

2. Muntah secara sengaja

3. Melakukan senggama

4. Keluar sperma karena bersentuhan dengan lawan (atau sesama) jenis

5. Haid dan nifas

6. Gila

7. Murtad (keluar dari Islam).


C.PUASA SUNNAT BERDASARKAN HADIST YANG SAHIH

1. Puasa enam hari di bulan Syawal.


Anjuran berpuasa selama 6 hari di bulan Syawal ini telah tertulis jelas dalam hadits yang
diriwayatkan Abu Ayyub al-Anshari: "Siapa saja berpuasa bulan Ramadhan, kemudian
diikutinya dengan enam hari puasa di bulan Syawal, maka seolah-olah dia berpuasa sepanjang
masa." (HR Muslim).

2. Puasa hari Arafah untuk selain yang berhaji dan puasa Asyura


Puasa ini dilaksakan pada 9 Dzulhijjah dan 10 Muharram. Puasa ini dianjurkan berdasarkan
hadits yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah.
Abu Qatadah berkata bahwa Nabi Saw, pernah bersabda: "Puasa pada hari Arafah merupakan
kafarat (penebus dosa dan penutup kekurangan) untuk dua tahun; satu tahun sebelumnya dan
satu tahun sesudahnya. Sedangkan puasa 'Asyura merupakan kafarat satu tahun sebelumnya."
(HR al-Jama'ah kecuali Bukhari).

3. Puasa puasa Senin-Kamis.


Puasa Senin-Kamis tentunya sudah cukup familiar bagi kamu dan mungkin kamu juga rutin
melaksakannya. Puasa ini dianjurkan berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
bahwa Rasulullah kerap berpuasa di hari Senin dan Kamis.
"Semua amalan manusia dilaporkan kepada Allah pada hari Senin dan Kamis, maka aku ingin
agar amalanku dilaporkan ketika aku sedang berpuasa." (HR Abu Ahmad dan Abu Daud).

4. Puasa di bulan Syaban.


Puasa di bulan Syaban juga menjadi yang dianjurkan. Hal ini berdasarkan hadits yang
diriwayatkan dari Aisyah.
"Tidak pernah aku menyaksikan Rasulullah SAW berpuasa sebulan penuh selain pada bulan
Ramadhan. Dan tidak pernah aku saksikan beliau banyak berpuasa di hari-hari tertentu, seperti
pada bulan Syaban." (HR Bukhari dan Muslim).
   
D. HARI-HARI YANG DILARANG DALAM BERPUASA

 Berpuasa pada Hari Raya Idul Fitri (1 Syawal)


 Berpuasa pada Hari Raya Idul Adha (10 Zulhijjah)
 Berpuasa pada hari-hari Tasyrik (11, 12, dan 13 Zulhijjah)
 Berpuasa pada hari yang diragukan (apakah sudah tanggal satu Ramadan atau belum)
 Berpuasa saat diri berhalangan, seperti: Haid
Selain hari-hari tersebut, ada pula waktu dimana umat Islam dianjurkan untuk tidak berpuasa,
yaitu ketika ada kerabat atau teman yang sedang mengadakan pesta syukuran atau pernikahan.
Hukum berpuasa pada hari ini bukan haram, melainkan makruh, karena Allah tidak menyukai
jika seseorang hanya memikirkan kehidupan akhirat saja sementara kehidupan sosialnya
(menjaga hubungan dengan kerabat atau masyarakat) ditinggalkan.
1. Hari Raya Idul Fithri
Tanggal 1 Syawal telah ditetapkan sebagai hari raya umat Islam. Hari itu adalah hari
kemenangan yang harus dirayakan dengan bergembira. Karena itu syariat telah mengatur bahwa
pada hari itu tidak diperkenankan seseorang untuk berpuasa sampai pada tingkat haram. Meski
tidak ada yang bisa dimakan, paling tidak harus membatalkan puasanya atau tidak berniat untuk
puasa.
2. Hari Raya Idul Adha
Hal yang sama juga pada tanggal 10 Zulhijjah sebagai Hari Raya kedua bagi umat Islam. Hari itu
diharamkan untuk berpuasa dan umat Islam disunnahkan untuk menyembelih hewan Qurban dan
membagikannya kepada fakir msikin dan kerabat serta keluarga. Agar semuanya bisa ikut
merasakan kegembiraan dengan menyantap hewan qurban itu dan merayakan hari besar.
3. Hari Tasyrik
Hari tasyrik adalah tanggal 11, 12 dan 13 bulan Zulhijjah. Pada tiga hari itu umat Islam masih
dalam suasana perayaan hari Raya Idul Adha sehingga masih diharamkan untuk berpuasa.
Namun sebagian pendapat mengatakan bahwa hukumnya makruh, bukan haram. Apalagi
mengingat masih ada kemungkinan orang yang tidak mampu membayar dam haji untuk puasa 3
hari selama dalam ibadah haji.
4. Puasa sehari saja pada hari Jumat
Puasa ini haram hukumnya bila tanpa didahului dengan hari sebelum atau sesudahnya. Kecuali
ada kaitannya dengan puasa sunnah lainnya seperti puasa sunah nabi Daud, yaitu sehari berpuasa
dan sehari tidak. Maka bila jatuh hari Jumat giliran untuk puasa, boleh berpuasa. Sebagian ulama
tidak sampai mengharamkannya secara mutlak, namun hanya sampai makruh saja.
5. Puasa pada hari Syak
Hari syah adalah tanggal 30 Sya‘ban bila orang-orang ragu tentang awal bulan Ramadhan karena
hilal (bulan) tidak terlihat. Saat itu tidak ada kejelasan apakah sudah masuk bulan Ramadhan
atau belum. Ketidak-jelasan ini disebut syak, dan secara syar‘i umat Islam dilarang berpuasa
pada hari itu. Namun ada juga yang berpendapat tidak mengharamkan tapi hanya
memakruhkannya saja.
6. Puasa Selamanya
Diharamkan bagi seseorang untuk berpuasa terus setiap hari. Meski dia sanggup untuk
mengerjakannya karena memang tubuhnya kuat. Tetapi secara syar‘i puasa seperti itu dilarang
oleh Islam. Bagi mereka yang ingin banyak puasa, rasulullah menyarankan untuk berpuasa
seperti puasa Nabi Daud as yaitu sehari puasa dan sehari berbuka.
7. Wanita haidh atau nifas
Wanita yang sedang mengalami haidh atau nifas diharamkan mengerjakan puasa. Karena kondisi
tubuhnya sedang dalam keadaan tidak suci dari hadats besar. Apabila tetap melakukan puasa,
maka berdosa hukumnya. Bukan berarti mereka boleh bebas makan dan minum sepuasnya.
Tetapi harus menjaga kehormatan bulan Ramadhan dan kewajiban mengganti pada hari lainnya.
8. Puasa sunnah bagi wanita tanpa izin suaminya
Seorang isteri bila akan mengerjakan puasa sunnah, maka harus meminta izin terlebih dahulu
kepada suaminya. Bila mendapatkan izin, maka boleh lah dia berpuasa. Sedangkan bila tidak
diizinkan tetapi tetap puasa, maka puasanya haram secara syar‘i.
Dalam kondisi itu suami berhak untuk memaksanya berbuka puasa. Kecuali bila telah
mengetahui bahwa suaminya dalam kondisi tidak membutuhkannya. Misalnya ketika suami
bepergian atau dalam keadaan ihram haji atau umrah atau sedang beri‘tikaf. Sabda rasulullah
Tidak halal bagi wanita untuk berpuasa tanpa izin suaminya sedangkan suaminya ada
dihadapannya. Karena hak suami itu wajib ditunaikan dan merupakan fardhu bagi isteri,
sedangkan puasa itu hukumnya sunnah. Kewajiban tidak boleh ditinggalkan untuk mengejar
yang sunnah.

E. HAL YANG DIPERBOLEHKAN DAN DILARANG DALAM BERPUASA

- Yang dibolehkan;

Pertama, mandi ketika sedang berpuasa. Apabila salah seorang dari kita secara sengaja mandi di
saat puasa dengan maksud untuk menyegarkan badan, hal itu tidaklah membatalkan puasa.
Kalaupun ada sedikit air yang masuk -secara tidak sengaja- ke dalam mata atau telinga, maka
puasanya tetap sah adanya.
Meski demikian, alangkah baiknya kita selalu berhati-hati. Mengenai hal ini Abu bakr bin
Abdurrahaman meriwayatkan bahwa dia pernah diberitahu oleh salah seorang sahabat Nabi
Saw. "Pernah kusaksikan Rasulullah Saw. menyiramkan air ke kepalanya sedangkan beliau
dalam keadaan berpuasa, disebabkan dahaga dan cuaca yang panas" (Dirawikan oleh Ahmad,
Malik dan Abu Daud dengan sanad sahih).
Kedua, menggunakan celak dan obat tetes mata atau hidung. Hal itu tidak termasuk ke dalam
kategori yang membatalkan puasa, meski kadang kala terasa sampai ke tenggorokan. Sebab,
mata dan hidung bukanlah saluran yang digunakan untuk memasukkan makanan dan sebagainya.
Ketiga, memasukan obat melalui suntikan atau melalui dubur juga termasuk sesuatu yang tidak
membatalkan puasa. Akan tetapi, apabila suntikan semata-mata untuk mengganti asupan
makanan guna menghilangkan rasa lapar, maka hal itu membatalkan puasa.
Keempat, hal yang tidak membatalkan puasa adalah berkumur-kumur dan memasukkan air ke
dalam hidung ketika berwudu. Namun, sebaiknya hal itu tidak dilakukan secara berlebihan
supaya tidak ada air yang masuk ke tenggorokan dan rongga kepala.
Kelima, menelan ludah, debu jalanan dan sejenisnya merupakan tindakan yang tidak
membatalkan puasa. Sama halnya dengan mencicipi sedikit masakan asalkan tanpa ditelan.
Keenam, memulai puasa dalam keadaan junub. Begitu pula haid dan nifas bagi seorang
perempuan diperkirakan akan berhenti di malam hari, sedangkan dia berniat untuk berpuasa
esoknya, maka boleh saja dia mengundurkan mandinya sampai setelah masuknya fajar, ketika
akan salat subuh.
Ketujuh, mencium istri ketika sedang berpuasa. Tidak batal puasanya asalkan ia mampu
menahan syahwatnya. Aisyah r.a meriwayatkan,"Adakalanya Rasulullah Saw. mencium atau
memeluk istrinya ketika beliau dalam keadaan berpuasa. Dan beliau pula yang paling kuat di
antara kalian dalam mengendalikan syahwatnya."
Meski demikian para ulama tidak menyukai perbuatan tersebut. Sebab dikhawatirkan ada
seseorang yang kurang mampu mengendalikan syahwatnya.

-Yang dilarang/tidak di bolehkan

5 Larangan Puasa yang Seharusnya Dihindari Menurut Ajaran Islam

Dalam menjalankan ibadah selama bulan suci Ramadan, tentu ada beberapa larangan puasa yang
harus dihindari, tak hanya menahan haus dan lapar saja. Perlu diketahui, ada beberapa hal yang
sebaiknya dijauhi selama sedang berpuasa, yakni berkata atau menyampaikan ucapan yang tidak
sesuai dengan ajaran Islam, berkumur secara berlebihan, dan mampu menahan syahwat.

Berbicara Kotor & Tidak Bermanfaat

Larangan puasa yang seharusnya dihindari yakni berbicara kotor dan tidak bermanfaat.  Tak
hanya dilarang, tetapi hal ini juga akan mengurangi pahala puasa Anda, lho. Pasalnya, jika
memulai berbicara kotor, kebanyakan akan berujung pada bergosip yang tidak bermanfaat.
Selama bulan puasa, sebaiknya Anda gunakan untuk membaca Al-Qur’an agar menambah pahala
puasa.
Berbohong

Selain berbicara kotor, berbohong pun juga dilarang ketika sedang menjalani ibadah puasa.
Tentu saja, hal ini menjadi salah satu hal yang mampu mengurangi pahala puasa yang telah Anda
jalankan. Tak hanya saat bulan puasa saja, hal buruk ini pun juga sebaiknya dihindari dalam
kehidupan sehari-hari.

Tidur Sepanjang Hari

Meskipun tidur adalah ibadah saat bulan puasa, bukan berarti Anda bisa tidur sepanjang hari
karena akan mengurangi pahala puasamu. Jika Anda tidak menjalankan ibadah wajib karena
tertidur saat tengah puasa, nantinya akan membuat ibadahmu batal dan tidak berarti. Tidur
diperbolehkan ketika sedang puasa, sebaiknya dilakukan secukupnya sekitar 15-20 menit saja.

Marah

Apakah Anda tahu? Kalau marah saat sedang puasa pun juga menjadi salah satu larangan puasa,
lho. Bahkan, Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW sangat tidak menyukai orang yang sering
marah-marah. Tentu saja, ketika marah akan membuat kamu melakukan hal yang mengurangi
pahala puasa, dan akan memancing mengeluarkan kata-kata kotor yang tidak seharusnya
dikatakan.

Makan dan Minum dengan Sengaja

Dalam ajaran Islam, larangan puasa yang terakhir ini tentu tidak boleh dilakukan, terlebih lagi
dalam keadaan sengaja. Selama puasa, para umat muslim dituntut untuk bisa menahan hawa
nafsu, termasuk lapar dan haus. Tetapi, hal ini boleh dilakukan apabila seseorang sedang dalam
keadaan sakit parah, wanita yang tengah haid, serta ibu hamil dan menyusui, dan sebaiknya tidak
dilakukan di depan orang yang sedang berpuasa.

Itu tadi 5 larangan puasa yang sebaiknya Anda hindari selama menjalankan ibadah di bulan suci
Ramadan ini. Selain menjalankan apa yang telah diajarkan oleh agama Islam, selama bulan
puasa ini Anda juga dituntut untuk selalu tetap dalam keadaan sehat agar bisa menjalaninya
selama sebulan penuh.

Demi membantu Anda dan keluarga agar tetap terlindungi, Anda juga bisa memilih Asuransi
Kesehatan yang tepat. Salah satunya yang bisa dijadikan pilihan yakni PRUPrime Healthcare
Plus Syariahdungan kesehatan dengan pembayaran manfaat sesuai tagihan rumah sakit.
BAB 3 PENUTUP

A.KESIMPULAN

Puasa adalah salah satu rukun islam, maka dari itu wajiblah bagi kita untuk melaksanakan puasa
dengan ikhlas tanpa paksaan dan mengharap imbalan dari orang lain. Jika kita berpuasa dengan
niat agar mendapat imbalan atau pujian dari orang lain, maka puasa kita tidak ada artinya.
Maksudnya ialah kita hanya mendapatkan rasa lapar dan haus dan tidak mendapat pahala dari
apa yang telah kita kerjakan. Puasa ini hukumnya wajib bagi seluruh ummat islam sebagaimana
telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kita. Sebagaimana firman Allah swt yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”(Q.S Al-Baqarah.

Berpuasalah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah dibuat oleh Allah swt. Allah telah
memberikan kita banyak kemudahan(keringanan) untuk mengerjakan ibadah puasa ini, jadi jika
kita berpuasa sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah kami sebutkan diatas, kita sendiri
akan merasakan betapa indahnya berpuasa dan betapa banyak faidah dan manfaat yang kita
dapatkan dari berpuasa ini.

Maka dari itu saudara-saudari kami sekalian, janganlah sesekali meninggalkan puasa, karena
puasa ini mempunyai banyak nilai ibadah. Mulai dari langkah, tidur dan apapun pekerjaan orang
yang berpuasa itu adalah ibadah.

B. SARAN
Tentunya pada penulis telah menyadari bahwa dalam penyusunan makalah diatas masih banyak
terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna.

Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah tersebut dengan
berpedoman dari berbagai sumber serta kritik yang dapat membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

https://bali.tribunnews.com/2020/04/24/inilah-syarat-sah-syarat-wajib-rukun-puasa-dan-hal-hal-
yang-membatalkan-puasa

https://id.wikipedia.org/wiki/Waktu_haram_puasa

https://beritagar.id/artikel/ramadan/7-hal-yang-diperbolehkan-saat-berpuasa

https://www.prudential.co.id/id/Informasi-untuk-Anda/artikel-asuransi-jiwa/syariah/5-larangan-
puasa-yang-seharusnya-dihindari-menurut-ajaran-islam/

Penulis: SunarkoEditor: Ida Ayu Made Sadnyari

Anda mungkin juga menyukai