“PUASA”
OLEH :
NIM : R1A122025
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga penulis dapat merampungkan
penyusunan makalah Agama dengan judul "Puasa" tepat pada waktunya.
Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat kepada semua pihak. Dan jangan lupa kritik serta sarannya terhadap makalah
ini dalam rangka perbaikan makalah-makalah yang akan datang.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar Belakang...................................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................................
C. Tujuan................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
A. Pengertian puasa................................................................................................
B. Macam-macamPuasa.........................................................................................
A. Kesimpulan..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Pengertian puasa
Sebelum kita mengkaji lebih jauh materi tentang puasa, terlebih dahulu kita
akan mempelajari pengertian puasa baik itu menurut bahasa arab maupun menurut
istilah. Pengertian puasa (Saum) menurut bahasa Arab artinya menahan dari segala
sesuatu seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak
bermanfaat dan sebagainya.
Sedangkan puasa menurut istilah ajaran islam yaitu menahan diri dari segala
sesuatu yang membatalkannya, lamanya satu hari, mulai dari terbit fajar sampai
terbenamnya matahari dengan niat dan beberapa syarat. Firman Allah SWT
B. Macam-macamPuasa
1. Puasa wajib
Puasa wajib adalah puasa yang dilakukan untuk memenuhi kewajiban perintah allah
SWT, apabila ditinggalkan mendapat dosa.
Cara mengetahui puasa ini ada 2 macam yaitu hisab dan rukyat. Kemajuan
teknologi belakangan ini dirasakan semakin memudahkan proses hisab dan
rukyat tersebut. Disiplin ilmu astronomi dan kelengkapan teknologi semacam
planetrium atau teleskop atau secara khusus ilmu falaq yang berkembang di
dunia islam, semuanya mendukung vadilitas penetapan waktu puasa. Rukyat:
adalah suatu cara untuk menetapkan awal bulan Ramadhan dengan cara
melihat dengan panca indera mata timbulnya atau munculnya bulan sabit dan
bila udara mendung atau cuaca buruk. Sehingga bulan tidak bisa dilihat maka
hendaknya menggunakan istikmal yaitu menyempurnakan bulan sya'ban
menjadi 30 hari. Di Indonesia pelaksanaan rukyat untuk penetapan puasa
Ramadhan telah dikoordinasi oleh Departemen Agama (DEPAG) RI. Hisab:
adalah suatu cara untuk menetapkan awal bulan Ramadhan dengan cara
menggunakan perhitungan secara astronomi, sehingga dapat ditentukan
secara eksak letak bulan. Seperti cara rukyat yang telah dikoordinasikan oleh
pemerintah, maka cara hisab pun sama. Di Indonesia awal dan akhir bulan
Ramadhan ini dengan cara yang manapun memang telah diambil kewenangan
koordinatifnya oleh pemerintah.
2) Puasa Nazar (karena berjanji untuk berpuasa)
Puasa nazar adalah orang yang bernazar puasa karena mengiginkan
sesuatu, maka ia wajib puasa setelah yang diinginkannya itu tercapai, dan
apabila puasa nazar itu tidak dilaksanakannya maka ia berdosa dan ia
dikenakan denda/kifarat.
Misalnya bernazar untuk lulus ke perguruan tinggi, maka ia wajib
melaksanakan puasa nazar tersebut apabila ia berhasil. Ibnu Majjah
meriwayatkan, bahwa seorang wanita bertanya kepada Nabi Muhammad
SAW. Artinya: ”Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia. Ia mempunyai
nazar berpuasa sebelum dapat memenuhinya. Rasulullah SAW menjawab;
”Walinya berpuasa untuk mewakilkannya”.
3) Puasa Kifarat
Puasa Kifarat adalah puasa untuk menebus dosa karena melakukan hubungan
suami istri (bersetubuh) di siang hari pada bulan Ramadhan, maka denda
(Kifaratnya) berpuasa dua bulan berturut-turut.
2. Puasa sunnah
Puasa sunnah puasa yang bila dikerjakan mendapat pahala dan apabila
dikerjakan tidak mendapat dosa. Puasa yang dilaksanakan diluar bulan Ramadhan
sebagai tambahan yang dianjurkan. Serta dapat melengkapi yang fardlu apabila tidak
ada kekurangan atau cacat padanya. Puasa sunnah dapat diistilahkan dengan puasa
tathawu’ antara lain: puasa enam hari di bulan syawal, puasa tanggal 9 Dzulhijjah,
puasa ‘Assyura dan Tasyu’a yaitu hari yang kesepuluh dan kesembilan di bulan
Muharram, puasa tiga hari di tiap-tiap bulan (tanggal 13, 14, 15, bulan qamariah),
puasa senin kamis, puasa di bulan-bulan haram (Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharram,
dan Rajab), puasa di bulan Sya’ban dan puasa Daud, yaitu puasa sehari puasa sehari
tidak puasa, puasa setiap hari senin dan hari kamis, serta puasa lain yang tidak
menentang pada syara’.
3. Puasa makruh.
Ada beberapa pendapat tentang puasa ini, para ulama’ sepakat tentang hari-
hari makruh dalam melakukan puasa, yakni:
1) Mengkhususkan bulan Rajab untuk berpuasa
Berpuasa satu bulan penuh pada bulan Rajab merupakan amalan yang
dimakruhkan. Akan tetapi, jika wanita muslimah yang hendak berpuasa pada
bulan itu, berpuasa pada bulan itu, maka hendaklah ia berpuas maka
hendaklah ia berpuasa secara berselang. a secara berselang. Karena, ini
merupakan bulan yang diagungkan oleh orang-orang Jahiliyah.
2) Puasa pada hari jum’at saja
3) Puasa pada hari sabtu saja
4) Pada hari yang diragukan (Hari keti Pada hari yang diragukan (Hari ketiga
puluh dari bu ga puluh dari bulan Sya’ban) lan Sya’ban)
5) Bepuasa khusus pada tahun baru dari hari besar orang kafir
6) Puasa wishal (Puasa selama dua atau tiga hari tanpa berbuka)
7) Puasa Dahr (Puasa yang dilakukan selama satu tahun penuh)
8) Puasanya seorang istri tanpa seizin suami
9) Puasa dua hari terakhir dari bulan Sya’ban
4. Puasa haram
Puasa haram yaitu puasa pada hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Haji, dan tiga
hari sesudah Hari Raya Haji, yaitu tanggal 11-12- dan 13.
C. Syarat dan Rukun Puasa
1. Syarat wajib puasa
a. Islam
b. Berakal, orang yang gila tidak diwajibkan puasa.
c. Baligh (Umur 15 tahun keatas) atau ada tanda yang lain. Anak-anak tidak
wajib berpuasa.
d. Suci dari haid dan nifas bagi wanita
e. Kuat berpuasa. Orang yang tidak kuat, misalnya karena sudah tua atau sakit,
tidak wajib puasa.
2. Rukun puasa
Rukun puasa ada tiga, dua diantaranya telah disepakati, yaitu waktu dan
menahan diri (imsak) dari perkara yang membatalkan, sedangkan rukun satu lainnya
masih diperselisihkan yaitu niat.
a) Waktu
Waktu dibagi menjadi dua, yaitu waktu wajibnya puasa yakni bulan
Ramadhan, dan waktu menahan diri dari perkara-perkara yang membatalkan
puasa yaitu waktu-waktu siang hari bulan Ramadhan. Bukan waktu-waktu
malamnya.
b) Menahan diri dari perkara yang membatalkan
Meninggalkan segala yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar shidiq
hingga terbenam matahari.
c) Niat
Niat, yaitu menyengaja puasa ramadhan setelah terbenam matahari
hingga sebelum fajar shadiq. Artinya pada malam harinya dalam hati telah
tergetar (berniat) bahwa besok harinya akan mengerjakan puasa ramadhan.
D. Cara Pelaksanaan Puasa
1. Adab-adab berpuasa
a. Makan sahur
b. Menyegerakan berbuka
c. Berdoa ketika berbuka dan berpuasa
d. Menjauhi hal-hal yang bertentangan dengan puasa
e. Menggosok gigi pada saat berpuasa
f. Murah hati dan mempelajari Al-Qur’an
g. Giat beribadah pada sepuluh hari terakhir
2. Boleh berbuka
Orang-orang yang diperbolehkan berbuka pada bulan Ramadhan adalah
sebagai berikut :
a. Orang yang sakit apabila tidak kuasa berpuasa
b. Orang yang dalam perjalanan jauh (80,640 km) boleh berbuka, tetapi ia wajib
mengqada puasa yang ditinggalkan itu.
“Barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah
baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari
yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu.”
c. Orang tua yang sudah lemah, tidak kuat lagi berpuasa karena tuanya, atau
karena memang lemah fisiknya, bukan karena tuanya.
d. Orang hamil dan menyusui anak
3. Hal-hal Yang Diperbolehkan Ketika Berpuasa
a. Memakai celak dan meneteskan obat ke dalam mata
b. Mencium, bagi orang yang sanggup menahan dan menguasai syahwat atau
nafsu seksualnya
c. Berbekam, yaitu mengeluarkan darah dari bagian kepala
d. Berkumur-kumur dan memasukkan air ke rongga hidung dengan syarat tidak
berlebih-lebihan
4. Hal-hal yang membatalkan puasa
a. Makan dan minum yang disengaja maupun tidak.
b. Muntah yang disengaja, sekalipun tidak ada yang kembali ke dalam.
c. Bersetubuh.
d. Keluar darah haid dan nifas.
e. Mengeluarkan mani dengan sengaja.
f. Gila. Jika gila itu datang waktu siang hari, batallah puasa.
g. Murtad (keluar dari agama islam).
E. Hikmah Puasa
Adapun hikmah dari berpuasa yaitu:
1. Bertakwa dan menghambakan diri kepada Allah SWT. Takwa adalah
meninggalkan keharaman, istilah itu secara mutlak mengandung makna
mengerjakan perintah, meninggalkan larangan, Firman Allah SWT: artinya;
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”(QS.Al-
Baqarah:183)
2. Puasa adalah serupa dengan revolusi jiwa untuk merombak cara dan
kebiasaan yang diinginkan oleh manusia itu, sehingga mereka berbakti pada
keinginannya dan nafasnya itu berkuasa padanya.
3. Puasa menunjukkan pentingnya seseorang merasakan pedihnya lapar maupun
tidak dibolehkan mengerjakan sesuatu. Sehingga tertimpa pada dirinya dengan
suatu kemiskinan atau hajatnya tidak terlaksana. Dengan sendirinya lalu bisa
merasakan keadaan orang lain, bahkan berusaha untuk membantu mereka
yang berkepentingan dalam hidup ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut bahasa (etimologis) shyam atau puasa berarti menahan diri dan
menurut syara’ (ajaran agama), puasa adalah menahan diri dari segala yang
membatalkannya dari mulai terbit fajar hingga terbenam matahari karena Allah SWT
semata-mata dan disertai niat dan syarat tertentu.
Adapun hikmah dari berpuasa yaitu:
a. Menumbuhkan nilai-nilai persamaan selaku hamba Allah, karena sama-sama
memberikan rasa lapar dan haus serta ketentuan-ketentuan lainnya.
b. Menumbuhkan rasa perikemanusiaan dan suka memberi, serta peduli terhadap
orang-orang yang tak mampu.
c. Memperkokoh sikap tabah dalam menghadapi cobaan dan godaan, karna
dalam berpuasa harus meninggalkan godaan yang dapat membatalkan puasa.
d. Menumbuhkan sikap amanah (dapat dipercaya), karna dapat mengetahui
apakah seseorang melakukan puasa atau tidak hanyalah dirinya sendiri.
e. Menumbuhkan sikap bersahabat dan menghindari pertengkaran selama
berpuasa seseorang tidak diperbolehkan saling bertengkar.
f. Menanamkan sikap jujur dan disiplin.
g. Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri dari hawa nafsu, sehingga mudah
menjalankan kebaikan dan meninggalkan keburukan
h. Meningkatkan rasa syukur atas nikmat dan karunia Allah
i. Menjaga kesehatan jasmani.
DAFTAR PUSTAKA
http://santoson111.blogspot.com/2014/11/makalah-puasa.html
https://www.academia.edu/29125931/MAKALAH_AGAMA_TENTANG_PUASA
https://www.scribd.com/document/360992326/MAKALAH-PUASA#