Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH STUDI ISLAM

PUASA

DOSEN PENGAMPU:

ISRA MARDI,LC,M.S.I

OLEH KELOMPOK 2 :

ADHATUL JAYANI

AYU AZZAHRA

ROQYATUL AINI

SILVIANISA RAIHANI (2215154011148)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

UNIVERSITAS MUHAMMAD NATSIR

SUMATERA BARAT BUKITTINGGI

2023
KATA PENGANTAR

Sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW dan para sahabatnya, yang telah memberikan tauladan baik
sehingga akal dan fikiran penyusun mampu menyelesaikan Laporan Agama ini,
semoga kita termasuk umatnya yang kelak mendapatkan syafa’at dalam menuntut
ilmu.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari masih banyak


kekurangan baik dari segi susunan serta cara penulisan laporan ini, karenanya
saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat
kami harapkan.Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca pada
umumnya dan juga bermanfaat bagi penulis khususnya.

Bukittinggi, 16 November 2022

Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Rumusam Masalah 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Puasa 3
2.2 Macam-macam Puasa 4
2.2.1 Puasa Wajib 4
2.2.2 Puasa Sunnah 7
2.2.3 Puasa Makruh 10
2.2.4 Puasa Haram 12
2.3 Syarat-syarat Puasa 13
2.4 Rukun Puasa 13
2.5 Sunat Puasa Dan Puasa Sunat 16
2.6 Hari-hari Yang Diharamkan Berpuasa 17
2.7 Hari-hari Yang Dimakruhkan Berpuasa 17
2.8 Ketetapan Hilal 18
2.9 Hikmah Puasa 19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan 22
3.2 Saran 23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Konsepsi puasa dalam pemaknaan istilah seringkali dimaknai dalam
pengertian sempit sebagai suatu prosesi menahan lapar dan haus serta yang
membatalkan puasa yang dilakukan pada bulan ramadhan. Padahal hakekat
puasa yang sebenarnya adalah menahan diri untuk melakukan perbuatan yang
dilarang oleh agama.
Selain itu, puasa juga memberikan ilustrasi solidaritas muslim
terhadap umat lain yang berada pada kondisi hidup miskin. Dalam konteks
ini, interaksi sosial dapat digambarkan pada konsepsi lapar dan haus yang
dampaknya akan memberikan kemungkinan adanya tenggang rasa antar umat
manusia.
Pengkajian tentang hakekat puasa ini dapat dikatakan universal dan
meliputi seluruh kehidupan manusia baik kesehatan, interaksi sosial,
keagamaan, ekonomi, budaya dan sebagainya. Begitu universal dan
kompleksnya makna puasa hendaknya menjadi acuan bagi muslim dalam
mengimplementasikannya pada kehidupan sehari-hari. Dengan pengertian
lain puasa dapat dijadikan pedoman hidup.

1.2 Rumusan Masalah


A. Bagaimana Pengertian puasa ?
B. Bagaimana syarat dan rukun puasa ?
C. Bagaimana Puasa Sunat dan hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa?
D. Bagaimana menentukan hilal ?
E. Bagaimana Hikmah berpuasa?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Puasa
Sebelum kita mengkaji lebih jauh meteri tentang puasa, terlebih
dahulu kita akan mempelajari pengertian puasa baik itu menurut bahasa arab
maupun menurut istilah. Pengertian puasa (Saum) menurut bahasa Arab
artinya menahan dari segala sesuatu seperti menahan makan, minum, nafsu,
menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya.
Sedangkan puasa menurut istilah ajaran islam yaitu menahan diri
dari segala sesuatu yang membatalkannya, lamanya satu hari, mulai dari
terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat dan beberapa syrat.
Firman Allah SWT :
“Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertaqwa”. (QS. Al Baqarah . 183).

2.2 Macam-macam Puasa


2.2.1 Puasa wajib
Puasa wajib adalah puasa yang dilakukan untuk memenuhi
kewajiban perintah allah SWT, apabila ditinggalkan mendapat
dosa.Adapun macam-macam puasa adalah sebagai berikut:
1. Puasa di bulan Ramadhan
Puasa ramadhan adalah puasa yang dilaksanakan pada bulan
Ramadhan yang dilaksanakan selama 29 atau 30 hari. Puasa dimulai pada
terbit fajar himgga terbenam matahari. Puasa ramadhan ini ditetapkan
sejak tahun ke-2 H. Puasa ini hukumnya wajib, yaitu apabila dikerjakan
mendapat pahala dan apabila ditinggalkan akan mendapat dosa.
Bulan Ramadhan menurut pandangan orang-orang mukmin yang
berfikir adalah merupakan bulan peribadatan yang harus diamalkan
dengan ikhlas kepada Allah SWT. Harus kita sadari bahwa Allah Maha
Mengetahui segala gerak-gerik manusia dan hati mereka .Dalam
pelaksanaannya, khusus puasa Ramadhan, kita akan menjumpai beberapa
masalah yang penting dipecahkan antara lain:
Cara penempatan waktu
Cara mengetahui puasa ini ada 2 macam yaitu: hisab dan rukyat.
Kemajuan teknologi beakangan ini dirasakan semakin mudahkan proses
hisab dan rukiyah tersebut. Disiplin ilmu astronomi dan kelengkapan
teknologi semacam planetrium atau teleskop atau secara khusus ilmu falaq
yang berkembang di dunia Islam, semuanya mendukung vadilitas
penetapan waktu puasa.
Rukyat : adalah suatu cara untuk menetapkan awal awal bulan
Ramadhan dengan cara melihat dengan panca indera mata timbulnya /
munculnya bulan sabit dan bila uadara mendung atau cuaca buruk.
Sehingga bulan tidak bisa dilihat maka hendaknya menggunakan istikmal
yaitu menyempurnakan bulan sya’ban menjadi 30 hari. Di Indonesia
pelaksanaan rukyat untuk penetapan puasa Ramadhan telah dikoordinasi
oleh Departemen Agama (DEPAG) RI.
Hisab : adalah suatu cara untuk menetapkan awal bulan Ramadhan
dengan cara menggunakan perhitungan secara atsronomi, sehingga dapat
ditentukan secara eksak letak bulan. Seperti cara rukyat yang telah
dikoordinasikan oleh pemerintah, maka cara hisab pun sama. Di Indonesia
penetapan awal dan akhir bulan Ramadhan ini dengan cara yang manapun
memang telah diambil kewenangan koordinatifnya oleh pemerintah.
Adapun lembaga-lembaga keagamaan seperti Nahdatul Ulama
(NU), Muhammadiyah, PERSIS, Jami’at al-Khair dan sebagainya
berfungsi sebagai pemberi masukan hasil rukyat dan hisabnya dalam
rangka pengambilan ketetapan awal dan akhir Ramadhan oleh pemerintah.
Firman Allah SWT surat Yunus ayat 5:
Artinya:“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi
perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan
perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu
melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya)
kepada orang-orang yang Mengetahui”.(QS. Yunus :5)
Sabda Nabi SAW
Artinya:“Dari Abu Umar ra: bahwasanya Rasulullah SAW,
menceritakan bulan Ramadhan lalu memukul kedua tangannya lalu
bersabda: “Bulan adalah itu sekian dari sekian bulan,kemudian beliau
melengkungkan ibu jarinya pada perkataan yang ketiga kali (termasuk
menunjukkan bahwa bulan itu jumlahnya terdiri dari 29 hari), maka
berpuasalah kamu karena melihat bulan. Jika kamu sekalian tidak dapat
memelihatnya karena tertutup awan / mendukung, maka pastikanlah
bilangan itu menjadi 30 hari.(HR. Muslim).

2. Puasa Nazar (karena berjanji untuk berpuasa)


Puasa nazar adalah orang yang bernazar puasa karena mengiginkan
sesuatu, maka ia wajib puasa setelah yang diinginkannya itu tercapai, dan
apabila puasa nazar itu tidak dilaksanakannya maka ia berdosa dan ia
dikenakan denda / kifarat.
Misalnya bernazar untuk lulus keperguruan tinggi, maka ia wajib
melaksanakan puasa nazar tersebut apabila ia berhasil.Ibnu Majjah
meriwayatkan, bahwa seorang wanita bertanya kepada Nabi Muhammad
SAW.
Artinya:“Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia. Ia
mempunyai nazar berpuasa sebelum dapat memenuhinya. Rasulullah
SAW menjawab: “Walinya berpuasa untuk mewakilkannya”.

3. Puasa Kifarat
Puasa kifarat adalah puasa untuk menembus dosa karena
melakukan hubungan suami isteri (bersetubuh) disiang hari pada bulan
Ramadhan, maka denda (kifaratnya) berpuasa dua bulan berturut-turut.
2.2.2 Puasa Sunnah
Puasa sunnah adalah puasa yang bila dikerjakan mendapat pahala
dan apabila dikerjakan tidak mendapat dosa. Adapun puasa sunnah adalah
sebagai berikut:
1. Puasa enam hari pada bulan syawal
Disunnahkan bagi mereka yang telah menyelesaikan puasa
Ramadhan untuk mengikutinya dengan puasa enam hari pada bulan
Syawal. Pelaksanaannya tidak mesti berurutan, boleh kapan saja selama
masih dalam bulan Syawal, karena puasa enam hari pada bulan Syawal ini
sama dengan puasa setahun lamanya. Akan tetapi diharamkan pada
tanggal 1 syawal karena ada chari raya Idul Fitri. Dalam sebuah hadits
dikatakan yang artinya: Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang
berpuasa pada bulan Ramadhan, kemudian diikuti dengan berpuasa enam
hari pada bulan Syawal, maka sama dengan telah berpuasa selama satu
tahun" (HR. Muslim).

2. Puasa Arafah
Orang yang tidak melaksanakan ibadah haji, disunnatkan untuk
melaksanakan puasa pada tanggal sembilan Dzulhijjah atau yang sering
disebut dengan puasa Arafah. Disebut puasa Arafah karena pada hari itu,
jemaah haji sedang melakukan Wukuf di Padang Arafah. Sedangkan untuk
yang sedang melakukan ibadah Haji, sebaiknya tidak berpuasa. Nabi
Muhammad SEW bersabda:
Dari Abu Qotadah al-Anshory Radliyallaahu 'anhu bahwa
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah ditanya mengenai puasa
hari Arafah, lalu beliau menjawab: "Ia menghapus dosa-dosa tahun lalu
dan yang akan datang.: (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu
'alaihi wa Sallam melarang untuk berpuasa hari raya arafah di Arafah.
(Riwayat Imam Lima selain Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu
Khuzaimah dan Hakim. Hadits munkar menurut Al-'Uqaily.)
3. Puasa Senin Kamis
Rasulullah saw bersabda yang Artinya dari Aisyah : Nabi
Muhammad SAW memilih waktu puasa hari senin kamis.

4. Puasa pada bulan sya’ban


Dalam berbagai keterangan disebutkan bahwa Rasulullah saw
berpuasa pada bulan Sya'ban hampir semuanya. Beliau tidak berpuasa
pada bulan tersebut kecuali sedikit sekali . Hal ini sebagaimana disebutkan
dalam hadits berikut ini yang artinya: Siti Aisyah berkata: "Adalah
Rasulullah saw seringkali berpuasa, sehingga kami berkata: "Beliau tidak
berbuka". Dan apabila beliau berbuka, kami berkata: "Sehingga ia tidak
berpuasa". Saya tidak pernah melihat Rasulullah saw berpuasa satu bulan
penuh kecuali pada bulan Ramadhan. Dan saya juga tidak pernah melihat
beliau melakukan puasa sebanyak mungkin kecuali pada bulan Sya'ban"
(HR. Bukhari dan Muslim).

5. Puasa As-Syura’
Puasa ini dikerjakan pada tanggal sembilan dan sepuluh
Muharram. Hadist Rasulullah Saw yang berbunyi: "Rasulullah saw
bersabda: "Puasa Asyura itu (puasa tanggal sepuluh Muharram), dihitung
oleh Allah dapat menghapus setahun dosa yang telah lalu" (HR. Muslim).
Demikian juga sunnah hukumnya melakukan puasa pada tanggal sembilan
Muharram. Hadist Rasulullah: Ibn Abbas berkata: "Ketika Rasulullah saw
berpuasa pada hari Asyura', dan beliau memerintahkan untuk berpuasa
pada hari tersebut, para sahabat berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya
hari Asyura itu hari yang dimuliakan oleh orang Yahudi dan Nashrani".
Rasulullah saw menjawab: "Jika tahun depan, insya Allah saya masih ada
umur, kita berpuasa bersama pada tanggal sembilan Muharramnya". Ibn
Abbas berkata: "Belum juga sampai ke tahun berikutnya, Rasulullah saw
keburu meninggal terlebih dahulu" (HR. Muslim).
2.2.3 Puasa Makruh
1. Berpuasa pada hari jum’at
Berpuasa hanya pada hari Jum'at saja termasuk puasa yang makruh
hukumnya, kecuali apabila ia berpuasa sebelum atau setelahnya, atau ia
berpuasa Daud lalu jatuh pas hari Jumat, atau juga pas puasa Sunnat
seperti tanggal sembilan Dzuhijjah itu, jatuhnya pada hari Jum'at. Untuk
yang disebutkan di akhir ini, puasa boleh dilakukan, karena bukan dengan
sengaja hanya berpuasa pada hari Jum'at.
Dalil larangan hanya berpuasa pada hari Jum'at saja adalah:
Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Seseorang tidak boleh berpuasa hanya
pada hari Jum'at, kecuali ia berpuasa sebelum atau sesudahnya" (HR.
Bukhari Muslim).

2. setahun penuh (puasa dahr)


Puasa dahr adalah puasa yang dilakukan setahun penuh. Meskipun
orang tersebut kuat untuk melakukannya, namun para ulama
memakruhkan puasa seperti itu. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam
hadits berikut ini: Artinya: Umar bertanya: "Ya Rasulallah, bagaimana
dengan orang yang berpuasa satu tahun penuh?" Rasulullah saw
menjawab: "Ia dipandang tidak berpuasa juga tidak berbuka" (HR.
Muslim).

3. Puasa Wishal
Puasa wishal adalah puasa yang tidak memakai sahur juga tidak
ada bukanya, misalnya ia puasa satu hari satu malam, atau tiga hari tiga
malam. Puasa ini diperbolehkan untuk Rasulullah saw dan Rasulullah saw
biasa melakukannya, namun dimakruhkan untuk ummatnya. Hal ini
berdasarkan hadits berikut:Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Janganlah
kalian berpuasa wishal" beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Para
sahabat bertanya: "Ya Rasulullah, anda sendiri melakukan puasa wishal?"
Rasulullah saw bersabda kembali: "Kalian tidak seperti saya. Kalau saya
tidur, Allah memberi saya makan dan minum. Oleh karena itu,
perbanyaklah dan giatlah bekerja sekemampuan kalian" (HR. Bukhari
Muslim).

2.2.4 Puasa Haram


Maksudnya ialah seluruh umat islam memang diharamkan puasa
pada saat itu, jika kita berpuasa maka kita akan mendapatkan dosa, dan
jika kita tidak berpuasa maka sebaliknya yaitu mendapatkan pahala. Allah
telah menentukan hukum agama telah mengharamkan puasa dalam
beberapa keadaan, diantaranya ialah :
1. Puasa pada tanggal 1 syawal dan 10 Dzulhijjah
Artinya: "Rasulullah saw melarang puasa pada dua hari: Hari Raya
Idul Fitri dan Idul Adha" (HR.Bukhari Muslim).

2. Puasa Hari Tasyrik tanggal 11, 12, 13 bulan Dzulhijjah


Para ulama juga telah sepakat bahwa puasa pada hari Tasyrik
(tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah) diharamkan. Hanya saja, bagi orang
yang sedang melaksanakan ibadah haji dan tidak mendapatkan hadyu
(hewan sembelihan untuk membayar dam), diperbolehkan untuk berpuasa
pada ketiga hari tasyrik tersebut. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam
hadits berikut ini: Artinya: Siti Aisyah dan Ibn Umar berkata: "Tidak
diperbolehkan berpuasa pada hari-hari Tasyrik, kecuali bagi yang tidak
mendapatkan hadyu (hewan sembelihan)" (HR. Bukhari).

3. Puasa pada hari yang diragukan (hari syak/hari ragu)


Apabila seseorang melakukan puasa sebelum bulan Ramadhan satu
atau dua hari dengan maksud untuk hati-hati takut Ramadhan terjadi pada
hari itu, maka puasa demikian disebut dengan puasa ragu-ragu dan para
ulama sepakat bahwa hukumnya haram.
Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw:Artinya:
Rasulullah saw bersabda: "Seseorang tidak boleh mendahului Ramadhan
dengan jalan berpuasa satu atau dua hari kecuali bagi seseorang yang
sudah biasa berpuasa, maka ia boleh berpuasa pada hari terebut" (HR.
Bukhari Muslim).

2.3 Syarat-syarat puasa


Syarat Wajib Puasa :
1. Beragama islam
2. Baligh dan berakal
3. Suci dari haidh dan nifas (ini tertentu bagi wanita)
4. Kuasa (ada kekuatan). Kuasa disini artinya tidak sakit dan bukan yang
sudah tua

2.4 Rukun Puasa


Rukun puasa ada tiga, dua diantaranya telah disepakati, yaitu waktu
dan menahan diri (imsak) dari perkara yang membatalkan, sedangkan rukun
satu lainnya masih diperselisihkan yaitu niat.
1. Waktu
Waktu dibagi menjadi dua, yaitu waktu wajibnya puasa yakni
bulan Ramadhan, dan Waktu menahan diri dari perkara-perkara yang
membatalkan puasa yaitu waktu-waktu siang hari bulan ramadhan. Bukan
waktu-waktu malamnya.
2. Menahan diri dari perkara yang membatalkan
Meninggalkan segala yang membatalkan puasa mulai dari terbit
fajar shidiq hingga terbenam matahari.

Hal-Hal yang membatalkan puasa


1. Memasukkan sesuatu kedalam lubang rongga badan dengan sengaja.
2. Muntah dengan sengaja.
3. Haid dan Nifas.
4. Jima’ pada siang hari dengan sengaja.
5. Gila walau sebentar.
6. Mabuk atau pinsan sepanjang hari.
7. Murtad.

Disamping itu, ada keringanan yang diberikan oleh islam kepada


umat muslim untuk tidak berpuasa, yakni mencakup dua golongan :

Boleh meninggalkan puasa tetapi wajib mengqadha


Yang termasuk dalam golongan ini yaitu :
a. Orang yang sedang sakit dan sakitnya akan memberikan mudharat baginya
apabila mengerjakan puasa.
b. Orang yang berpergian jauh atau musafir sediktnya sejauh 81 KM.
c. Orang yang hamil dan di khawatirkan akan mudharat baginya dan
kandungannya.
d.Orang yang sedang menyusui anak yang dapat mengkhawatirkan/
memudharatkan baginya dan anaknya.
e. Orang yang sedang haid, melahirkan atau nifas.
f. Orang-orang yang tidak wajib qadha namun wajib membayar fidyah
g. Orang yang sakit dan tidak ada harapan untuk sembuh.
h. Orang yang lemah karna sudah tua.

Yaitu memberi makanan kepada fakir miskin sebanyak hari yang


telah di tinggalkan puasanya, satu hari satu mud (576 Gram) berupa makanan
pokok.

3. Niat
Niat, yaitu menyengaja puasa ramadhan setelah terbenam matahari
hingga sebelum fajar shadiq. Artinya pada malam harinya dalam hati telah
tergetar (berniat) bahwa besok harinya akan mengerjakan puasa ramadhan.
2.5 Sunat puasa dan puasa sunat
Sunat puasa :
1. Makan sahur meski sedikit.
2. Mengakhirkan makan sahur.
3. Menyegerakan berbuka.
4. Membaca doa ketika berbuka puasa.
5. Menjauhi dari ucapan yang tidak senonoh.
6. Memperbanyak amal kebajikan.
7. Memperbanyak I’tikaf di masjid.

Puasa Sunat :
Puasa sunnat (nafal) adalah puasa yang apabila dikerjakan akan
mendapatkan pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa. Adapun
puasa sunnat itu antara lain :
1. Puasa hari Arafah (9 Dzulhijjah/ selain mereka yang berhaji)
2. Puasa 6 hari dalam bulan syawal
3. Puasa tanggal 13,14, dan 15 pada tiap-tiap bulan Qamariah
4. Puasa hari senin dan kamis
5. Puasa pada bulan Dzulhijjah, Dzulqaidah, Rajab, Sya’ban dan 10
Muharram
6. puasa nabi Daud As.

2.6 Hari-hari yang di haramkan berpuasa


1. Hari raya Idul Fitri yaitu satu syawal dan Hari Raya Idul Adha yaitu 10
dzulhijjah.
Dari Abu Said Al-Khudry bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam melarang shaum pada dua hari, yakni hari raya Fithri dan hari
raya Kurban. Muttafaq Alaihi
2. Berpuasa pada hari-hari tasyriq yaitu 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.
Dari Nubaitsah al-Hudzaliy Radliyallaahu 'anhu bahwa
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Hari-hari tasyriq
adalah hari-hari untuk makan dan minum serta berdzikir kepada Allah
'Azza wa Jalla." Riwayat Muslim.
2.7 Hari-hari yang di makruhkan berpuasa
1. Hari jum’at, kecuali telah berpuasa sejak hari sebelumnya.
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah sekali-kali
seseorang di antara kamu shaum pada hari Jum'at, kecuali ia shaum
sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya." Muttafaq Alaihi.

2.8 Ketetapan Hilal


Hilal ramadhan ditetapkan dengan cara–cara sebagai berikut:
a. Penglihatan Mata (Rukyah)
Yaitu cara menetapkan awal bulan qomariah dengan jalan melihat
atau menyaksikan dengan mata lahir munculnya bulan sabit (hilal)
beberapa derajat di ufuk barat.
Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku mendengar
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila engkau
sekalian melihatnya (bulan) shaumlah, dan apabila engkau sekalian
melihatnya (bulan) berbukalah, dan jika awan menutupi kalian maka
perkirakanlah." Muttafaq Alaihi. Menurut riwayat Muslim: "Jika awan
menutupi kalian maka perkirakanlah tiga puluh hari." Menurut riwayat
Bukhari: "Maka sempurnakanlah hitungannya menjadi tigapuluh hari.

b. Syiya’ (Ketenaran)
Yang dimaksud dengan syiya adalah hilal dapat ditetapkan
dengannya , bukanlah berpuasanya sekelompok orang atau penduduk
suatu tempat berdasarkan pada keputusan seseorang yang baik bahwa
besok masih ramadhan, atau tidak berpuasanya mereka itu berdasarkan
ketentuan itu bahwa besok sudah syawal. Tetapi syiya adalah hendaknya
hilal dilihat oleh umum, bukan satu orang saja.
c. Menyempurnakan Bilangan
Diantara cara menetapkan hilal, ialah menyempurnakan bilangan.
Bulan Qamariyah manapun, apabila awal harinya telah diketahui maka dia
akan habis dengan berlalunya 30 hari. Hari berikutnya berarti sudah masuk
bulan berikutnya, sebab jumlah hari bulan Qamariyah tidak akan lebih dari
30 dan tidak kurang dari 29 hari. Jika awal Syaban telah diketahui maka
hari ke-31 nya pasti sudah masuk satu ramadhan . Demikian pula jika telah
kita ketahui awal ramadhan maka hari ke-31 nya bisa kita pastikan sebagai
tanggal 1 syawal.

d. Bayyinah Syar’iyyah(Bukti Syar’i)


Hilal bisa juga dipastikan dengan kesaksian dua orang lelaki yang
adil (inilah yang disebut bayyinah syar’iyyah), dan juga kesaksian para
perempuan yang terpisah dengan lelaki ataupun bergabung dengan
mereka. Siapa saja yang yakin akan keadilan dua orang saksi tersebut
maka ia harus mengamalkannya.

2.9 Hikmah Puasa


Adapun hikmah dari berpuasa yaitu :
1.Bertakwa dan menghambakan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
takwa adalah meninggalkan keharaman, istilah itu secara mutlak
mengandung makna mengerjakan perintah, meninggalkan larangan ,
Firman Allah SWT: Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa”(QS. Al-Baqarah: 183).
2.Puasa adalah serupa dengan revolusi jiwa untuk merombak cara dan
kebiasaan yang diinginkan oleh manusia itu, sehingga mereka berbakti
pada keinginannya dan nafasnya itu berkuasa padanya.
3.Puasa menunjukkan pentingnya seseorang merasakan pedihnya
laparmaupun tidak dibolehkan mengerjakan sesuatu. Sehingga tertimpa
pada dirinya dengan suatu kemiskinan atau hajatnya tidak terlaksana.
Dengan sendirinya lalu bisa merasakan keadaan orang lain, bahkan
berusaha untuk membantu mereka yang berkepentingan dalam hidup ini.
4. Puasa dapat menyehatkan tubuh kita, manfaat puasa bagi kesehatan adalah
sebagai berikut:
a.Puasa membersihkan tubuh dari sisa metabolisme. Saat berpuasa tubuh
akan menggunakan zat-zat makanan yang tersimpan. Bagian pertama
tubuh yang mengalami perbaikan adalah jaringan yang sedang lemah
atau sakit.

b. Melindungi tubuh dari penyakit gula. Kadar gula darah cenderung turun
saat seseorang berpuasa. Hal ini memberi kesempatan pada kelenjar
pankreas untuk istirahat. SepertiAnda ketahui, fungsi kelenjar ini adalah
menghasilkan hormon insulin.
c. Menyehatkan sistem pencernaan. Di waktu puasa, lambung dan sistem
pencernaan akan istirahat selama lebih kurang 12 sampai 14 jam, selama
lebih kurang satu bulan. Jangka waktu ini cukup mengurangi beban kerja
lambung untuk memroses makanan yang bertumpuk dan
berlebihan.Puasa mengurangi berat badan berlebih. Puasa dapat
menghilangkan lemak dan kegemukan, secara ilmiah diketahui bahwa
lapar tidak disebabkan oleh kekosongan perut. Tetapi juga disebabkan
oleh penurunan kadar gula dalam darah
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut bahasa (etimologis) Shyam atau puasa berarti menahan
diri dan menurut syara’ (ajaran agama), puasa adalah menahan diri dari
segala yang membatalkanya dari mulai terbit fajar hingga terbenam
matahari karena Allah SWT semata-mata dan disertai niat dan syarat
tertentu “.
Adapun hikmah dari berpuasa yaitu :
a.Menumbuhkan nilai-nilai persamaan selaku hamba Allah, karena sama-
sama memberikan rasa lapar dan haus serta ketentuan-ketentuan lainnya.
b. Menumbuhkan rasa perikemanusian dan suka member, serta peduli
terhadap orang-orang yang tak mampu.
c. Memperkokoh sikap tabah dalam menghadapi cobaan dan godaan, karna
dalam berpuasa harus meninggalkan godaan yang dapat membatalkan
puasa.
d. Menumbuhkan sikap amanah (dapat dipercaya), karna dapat mengetahui
apakah seseorang melakukan puasa atau tidak hanyalah dirinya sendiri.
e. Menumbuhkan sikap bersahabat dan menghindari pertengkaran selama
berpuasa seseorang tidak diperbolehkan saling bertengkar.
f. Menanamkam sikap jujur dan disiplin.
g. Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri dari hawa nafsu, sehingga
mudah menjalankan kebaikan dan meninggalkan keburukan.
h. Meningkatkan rasa syukur atas nikmat dan karunia Allah.
i. Menjaga kesehatan jasmani.

3.2 Saran
Penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan
makalah ini dan senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar makalah ini lebih bermanfaat dan lebih baik kualitasnya dimasa
mendatang. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Anda mungkin juga menyukai