Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AL- ISLAM KEMUHAMMADIYAAN


‘‘ PUASA ’’
Dosen pemgampu matakuliah : ZAINAL ABIDIN, S.H., M.H

KELOMPOK II
ANGGOTA :

FADIYAH NAFISAH ASKAR ( 1056-1111-7922 )


FUTRI ALFINA DAMAYANTI ( 1056-1111-7022 )
RAMONA RATU INDAH

KELAS : ILMU ADMINISTRASI NEGARA 4 E.

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK


JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2024

~1~
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. dengan sebuah makalah yang berjudul “ PUASA ”. Tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

~2~
DAFTAR ISI
COVER..................................................................................................................... i
HALAMAN MOTTO............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................... 1
1.1 Rumusam Masalah................................................................................... 2
BAB BABA II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Puasa...................................................................................... 3
2.2 Macam-macam Puasa.............................................................................. 4
2.2.1 Puasa Wajib.................................................................................... 4
2.2.2 Puasa Sunnah................................................................................. 7
2.2.3 Puasa Makruh............................................................................... 10
2.2.4 Puasa Haram................................................................................. 12
2.3 Syarat-syarat Puasa................................................................................ 13
2.4 Rukun Puasa.......................................................................................... 13
2.5 Sunat Puasa Dan Puasa Sunat................................................................ 16
2.6 Hari-hari Yang Diharamkan Berpuasa..................................................... 17
2.7 Hari-hari Yang Dimakruhkan Berpuasa................................................... 17
2.8 Ketetapan Hilala.................................................................................... 18
2.9 Hikmah Puasa........................................................................................ 19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 22
3.2 Saran..................................................................................................... 23

~3~
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Konsepsi puasa dalam pemaknaan istilah seringkali dimaknai dalam pengertian sempit
sebagai suatu prosesi menahan lapar dan haus serta yang membatalkan puasa yang dilakukan
pada bulan ramadhan. Padahal hakekat puasa yang sebenarnya adalah menahan diri untuk
melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama.
Selain itu, puasa juga memberikan ilustrasi solidaritas muslim terhadap umat lain yang
berada pada kondisi hidup miskin. Dalam konteks ini, interaksi sosial dapat digambarkan pada
konsepsi lapar dan haus yang dampaknya akan memberikan kemungkinan adanya tenggang rasa
antar umat manusia.
Pengkajian tentang hakekat puasa ini dapat dikatakan universal dan meliputi seluruh
kehidupan manusia baik kesehatan, interaksi sosial, keagamaan, ekonomi, budaya dan
sebagainya. Begitu universal dan kompleksnya makna puasa hendaknya menjadi acuan bagi
muslim dalam mengimplementasikannya pada kehidupan sehari-hari. Dengan pengertian lain
puasa dapat dijadikan pedoman hidup.

1.2 Rumusan Masalah


A. Bagaimana Pengertian puasa ?
B. Bagaimana syarat dan rukun puasa ?
C. Bagaimana Puasa Sunat dan hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa?
D. Bagaimana menentukan hilal ?
E. Bagaimana Hikmah berpuasa?

~4~
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Puasa
Sebelum kita mengkaji lebih jauh meteri tentang puasa, terlebih dahulu kita akan
mempelajari pengertian puasa baik itu menurut bahasa arab maupun menurut istilah. Pengertian
puasa (Saum) menurut bahasa Arab artinya menahan dari segala sesuatu seperti menahan makan,
minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya.

Sedangkan puasa menurut istilah ajaran islam yaitu menahan diri dari segala sesuatu yang
membatalkannya, lamanya satu hari, mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan
niat dan beberapa syrat. Firman Allah SWT :
“Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-
orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. (QS. Al Baqarah . 183).

2.2 Macam-macam Puasa


2.2.1 Puasa wajib
Puasa wajib adalah puasa yang dilakukan untuk memenuhi kewajiban perintah allah SWT,
apabila ditinggalkan mendapat dosa.
Adapun macam-macam puasa adalah sebagai berikut:
1. Puasa di bulan Ramadhan
Puasa ramadhan adalah puasa yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan yang
dilaksanakan selama 29 atau 30 hari. Puasa dimulai pada terbit fajar himgga terbenam matahari.
Puasa ramadhan ini ditetapkan sejak tahun ke-2 H. Puasa ini hukumnya wajib, yaitu apabila
dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan akan mendapat dosa.
Bulan Ramadhan menurut pandangan orang-orang mukmin yang berfikir adalah merupakan
bulan peribadatan yang harus diamalkan dengan ikhlas kepada Allah SWT. Harus kita sadari
bahwa Allah Maha Mengetahui segala gerak-gerik manusia dan hati mereka .Dalam

~5~
pelaksanaannya, khusus puasa Ramadhan, kita akan menjumpai beberapa masalah yang penting
dipecahkan antara lain:
1. Cara penempatan waktu
Cara mengetahui puasa ini ada 2 macam yaitu: hisab dan rukyat. Kemajuan teknologi
beakangan ini dirasakan semakin mudahkan proses hisab dan rukiyah tersebut. Disiplin ilmu
astronomi dan kelengkapan teknologi semacam planetrium atau teleskop atau secara khusus ilmu
falaq yang berkembang di dunia Islam, semuanya mendukung vadilitas penetapan waktu puasa.

Rukyat : adalah suatu cara untuk menetapkan awal awal bulan Ramadhan dengan cara melihat
dengan panca indera mata timbulnya / munculnya bulan sabit dan bila uadara mendung atau
cuaca buruk. Sehingga bulan tidak bisa dilihat maka hendaknya menggunakan istikmal yaitu
menyempurnakan bulan sya’ban menjadi 30 hari. Di Indonesia pelaksanaan rukyat untuk
penetapan puasa Ramadhan telah dikoordinasi oleh Departemen Agama (DEPAG) RI.

Hisab : adalah suatu cara untuk menetapkan awal bulan Ramadhan dengan cara menggunakan
perhitungan secara atsronomi, sehingga dapat ditentukan secara eksak letak bulan. Seperti cara
rukyat yang telah dikoordinasikan oleh pemerintah, maka cara hisab pun sama. Di Indonesia
penetapan awal dan akhir bulan Ramadhan ini dengan cara yang manapun memang telah diambil
kewenangan koordinatifnya oleh pemerintah.

Adapun lembaga-lembaga keagamaan seperti Nahdatul Ulama (NU), Muhammadiyah, PERSIS,


Jami’at al-Khair dan sebagainya berfungsi sebagai pemberi masukan hasil rukyat dan hisabnya
dalam rangka pengambilan ketetapan awal dan akhir Ramadhan oleh pemerintah.

Firman Allah SWT surat Yunus ayat 5:


Artinya:“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan
tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan
hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang Mengetahui”.(QS.
Yunus :5)

~6~
Sabda Nabi SAW Artinya:“Dari Abu Umar ra: bahwasanya Rasulullah SAW, menceritakan
bulan Ramadhan lalu memukul kedua tangannya lalu bersabda: “Bulan adalah itu sekian dari
sekian bulan,kemudian beliau melengkungkan ibu jarinya pada perkataan yang ketiga kali
(termasuk menunjukkan bahwa bulan itu jumlahnya terdiri dari 29 hari), maka berpuasalah kamu
karena melihat bulan. Jika kamu sekalian tidak dapat memelihatnya karena tertutup awan /
mendukung, maka pastikanlah bilangan itu menjadi 30 hari.(HR. Muslim).

1. Puasa Nazar (karena berjanji untuk berpuasa)


Puasa nazar adalah orang yang bernazar puasa karena mengiginkan sesuatu, maka ia
wajib puasa setelah yang diinginkannya itu tercapai, dan apabila puasa nazar itu tidak
dilaksanakannya maka ia berdosa dan ia dikenakan denda / kifarat.
Misalnya bernazar untuk lulus keperguruan tinggi, maka ia wajib melaksanakan puasa nazar
tersebut apabila ia berhasil.Ibnu Majjah meriwayatkan, bahwa seorang wanita bertanya kepada
Nabi Muhammad SAW.
Artinya:“Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia. Ia mempunyai nazar berpuasa sebelum
dapat memenuhinya. Rasulullah SAW menjawab: “Walinya berpuasa untuk mewakilkannya”.

2. Puasa Kifarat
Puasa kifarat adalah puasa untuk menembus dosa karena melakukan hubungan suami
isteri (bersetubuh) disiang hari pada bulan Ramadhan, maka denda (kifaratnya) berpuasa dua
bulan berturut-turut.

2.2.2 Puasa Sunnah


Puasa sunnah adalah puasa yang bila dikerjakan mendapat pahala dan apabila dikerjakan
tidak mendapat dosa. Adapun puasa sunnah adalah sebagai berikut:

1. Puasa enam hari pada bulan syawal


Disunnahkan bagi mereka yang telah menyelesaikan puasa Ramadhan untuk
mengikutinya dengan puasa enam hari pada bulan Syawal. Pelaksanaannya tidak mesti
berurutan, boleh kapan saja selama masih dalam bulan Syawal, karena puasa enam hari pada
bulan Syawal ini sama dengan puasa setahun lamanya. Akan tetapi diharamkan pada tanggal 1

~7~
syawal karena ada chari raya Idul Fitri. Dalam sebuah hadits dikatakan yang artinya: Rasulullah
saw bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan, kemudian diikuti dengan
berpuasa enam hari pada bulan Syawal, maka sama dengan telah berpuasa selama satu tahun"
(HR. Muslim).

2. Puasa Arafah
Orang yang tidak melaksanakan ibadah haji, disunnatkan untuk melaksanakan puasa pada
tanggal sembilan Dzulhijjah atau yang sering disebut dengan puasa Arafah. Disebut puasa
Arafah karena pada hari itu, jemaah haji sedang melakukan Wukuf di Padang Arafah. Sedangkan
untuk yang sedang melakukan ibadah Haji, sebaiknya tidak berpuasa. Nabi Muhammad SEW
bersabda:
Dari Abu Qotadah al-Anshory Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam pernah ditanya mengenai puasa hari Arafah, lalu beliau menjawab: "Ia menghapus dosa-
dosa tahun lalu dan yang akan datang.: (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang
untuk berpuasa hari raya arafah di Arafah. (Riwayat Imam Lima selain Tirmidzi. Hadits shahih
menurut Ibnu Khuzaimah dan Hakim. Hadits munkar menurut Al-'Uqaily.)

3. Puasa Senin Kamis


Rasulullah saw bersabda yang Artinya dari Aisyah : Nabi Muhammad SAW memilih
waktu puasa hari senin kamis.

4. Puasa pada bulan sya’ban


Dalam berbagai keterangan disebutkan bahwa Rasulullah saw berpuasa pada bulan
Sya'ban hampir semuanya. Beliau tidak berpuasa pada bulan tersebut kecuali sedikit sekali . Hal
ini sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini yang artinya: Siti Aisyah berkata: "Adalah
Rasulullah saw seringkali berpuasa, sehingga kami berkata: "Beliau tidak berbuka". Dan apabila
beliau berbuka, kami berkata: "Sehingga ia tidak berpuasa". Saya tidak pernah melihat
Rasulullah saw berpuasa satu bulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan. Dan saya juga tidak
pernah melihat beliau melakukan puasa sebanyak mungkin kecuali pada bulan Sya'ban" (HR.
Bukhari dan Muslim)

~8~
5. Puasa As-Syura’
Puasa ini dikerjakan pada tanggal sembilan dan sepuluh Muharram. Hadist Rasulullah
Saw yang berbunyi: "Rasulullah saw bersabda: "Puasa Asyura itu (puasa tanggal sepuluh
Muharram), dihitung oleh Allah dapat menghapus setahun dosa yang telah lalu" (HR. Muslim).
Demikian juga sunnah hukumnya melakukan puasa pada tanggal sembilan Muharram. Hadist
Rasulullah: Ibn Abbas berkata: "Ketika Rasulullah saw berpuasa pada hari Asyura', dan beliau
memerintahkan untuk berpuasa pada hari tersebut, para sahabat berkata: "Ya Rasulullah,
sesungguhnya hari Asyura itu hari yang dimuliakan oleh orang Yahudi dan Nashrani".
Rasulullah saw menjawab: "Jika tahun depan, insya Allah saya masih ada umur, kita berpuasa
bersama pada tanggal sembilan Muharramnya". Ibn Abbas berkata: "Belum juga sampai ke tahun
berikutnya, Rasulullah saw keburu meninggal terlebih dahulu" (HR. Muslim).

2.2.3 Puasa Makruh


1) Berpuasa pada hari jum’at
Berpuasa hanya pada hari Jum'at saja termasuk puasa yang makruh hukumnya, kecuali
apabila ia berpuasa sebelum atau setelahnya, atau ia berpuasa Daud lalu jatuh pas hari Jumat,
atau juga pas puasa Sunnat seperti tanggal sembilan Dzuhijjah itu, jatuhnya pada hari Jum'at.
Untuk yang disebutkan di akhir ini, puasa boleh dilakukan, karena bukan dengan sengaja
hanya berpuasa pada hari Jum'at.
Dalil larangan hanya berpuasa pada hari Jum'at saja adalah: Artinya: Rasulullah saw
bersabda: "Seseorang tidak boleh berpuasa hanya pada hari Jum'at, kecuali ia berpuasa
sebelum atau sesudahnya" (HR. Bukhari Muslim).
2) Puasa setahun penuh (puasa dahr)
Puasa dahr adalah puasa yang dilakukan setahun penuh. Meskipun orang tersebut kuat
untuk melakukannya, namun para ulama memakruhkan puasa seperti itu. Hal ini
sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini: Artinya: Umar bertanya: "Ya
Rasulallah, bagaimana dengan orang yang berpuasa satu tahun penuh?" Rasulullah saw
menjawab: "Ia dipandang tidak berpuasa juga tidak berbuka" (HR. Muslim).
3) Puasa Wishal
Puasa wishal adalah puasa yang tidak memakai sahur juga tidak ada bukanya, misalnya ia
puasa satu hari satu malam, atau tiga hari tiga malam. Puasa ini diperbolehkan untuk

~9~
Rasulullah saw dan Rasulullah saw biasa melakukannya, namun dimakruhkan untuk
ummatnya. Hal ini berdasarkan hadits berikut:Artinya: Rasulullah saw bersabda:
"Janganlah kalian berpuasa wishal" beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Para
sahabat bertanya: "Ya Rasulullah, anda sendiri melakukan puasa wishal?" Rasulullah saw
bersabda kembali: "Kalian tidak seperti saya. Kalau saya tidur, Allah memberi saya
makan dan minum. Oleh karena itu, perbanyaklah dan giatlah bekerja sekemampuan
kalian" (HR. Bukhari Muslim).

2.2.4 Puasa Haram


Maksudnya ialah seluruh umat islam memang diharamkan puasa pada saat itu, jika kita
berpuasa maka kita akan mendapatkan dosa, dan jika kita tidak berpuasa maka sebaliknya yaitu
mendapatkan pahala. Allah telah menentukan hukum agama telah mengharamkan puasa dalam
beberapa keadaan, diantaranya ialah :
1. Puasa pada tanggal 1 syawal dan 10 Dzulhijjah
Artinya: "Rasulullah saw melarang puasa pada dua hari: Hari Raya Idul Fitri dan Idul
Adha" (HR.Bukhari Muslim).
2. Puasa Hari Tasyrik tanggal 11, 12, 13 bulan Dzulhijjah
Para ulama juga telah sepakat bahwa puasa pada hari Tasyrik (tanggal 11, 12, dan 13
Dzulhijjah) diharamkan. Hanya saja, bagi orang yang sedang melaksanakan ibadah haji dan
tidak mendapatkan hadyu (hewan sembelihan untuk membayar dam), diperbolehkan untuk
berpuasa pada ketiga hari tasyrik tersebut. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits
berikut ini: Artinya: Siti Aisyah dan Ibn Umar berkata: "Tidak diperbolehkan berpuasa pada
hari-hari Tasyrik, kecuali bagi yang tidak mendapatkan hadyu (hewan sembelihan)" (HR.
Bukhari).
3. Puasa pada hari yang diragukan (hari syak/hari ragu)
Apabila seseorang melakukan puasa sebelum bulan Ramadhan satu atau dua hari dengan
maksud untuk hati-hati takut Ramadhan terjadi pada hari itu, maka puasa demikian disebut
dengan puasa ragu-ragu dan para ulama sepakat bahwa hukumnya haram.

~ 10 ~
Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw:Artinya: Rasulullah saw bersabda:
"Seseorang tidak boleh mendahului Ramadhan dengan jalan berpuasa satu atau dua hari kecuali
bagi seseorang yang sudah biasa berpuasa, maka ia boleh berpuasa pada hari terebut" (HR.
Bukhari Muslim).

2.3 Syarat-syarat puasa


Syarat Wajib Puasa :
1. Beragama islam
2. Baligh dan berakal
3. Suci dari haidh dan nifas (ini tertentu bagi wanita)
4. Kuasa (ada kekuatan). Kuasa disini artinya tidak sakit dan bukan yang sudah tua

2.4 Rukun Puasa


Rukun puasa ada tiga, dua diantaranya telah disepakati, yaitu waktu dan menahan diri
(imsak) dari perkara yang membatalkan, sedangkan rukun satu lainnya masih diperselisihkan
yaitu niat.
1. Waktu
Waktu dibagi menjadi dua, yaitu waktu wajibnya puasa yakni bulan Ramadhan, dan
Waktu menahan diri dari perkara-perkara yang membatalkan puasa yaitu waktu-waktu siang hari
bulan ramadhan. Bukan waktu-waktu malamnya.
2. Menahan diri dari perkara yang membatalkan
Meninggalkan segala yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar shidiq hingga
terbenam matahari.
- Hal-Hal yang membatalkan puasa
1. Memasukkan sesuatu kedalam lubang rongga badan dengan sengaja.
2. Muntah dengan sengaja.
3. Haid dan Nifas.
4. Jima’ pada siang hari dengan sengaja.
5. Gila walau sebentar.
6. Mabuk atau pinsan sepanjang hari.
7. Murtad.

~ 11 ~
Disamping itu, ada keringanan yang diberikan oleh islam kepada umat muslim untuk tidak
berpuasa, yakni mencakup dua golongan :
- Beleh meninggalkan puasa tetapi wajib mengqadha
Yang termasuk dalam golongan ini yaitu :
1. Orang yang sedang sakit dan sakitnya akan memberikan mudharat baginya apabila
mengerjakan puasa.
2. Orang yang berpergian jauh atau musafir sediktnya sejauh 81 KM.
3. Orang yang hamil dan di khawatirkan akan mudharat baginya dan kandungannya.
4. Orang yang sedang menyusui anak yang dapat mengkhawatirkan/memudharatkan
baginya dan anaknya.
5. Orang yang sedang haid, melahirkan atau nifas.
6. Orang-orang yang tidak wajib qadha namun wajib membayar fidyah
7. Orang yang sakit dan tidak ada harapan untuk sembuh.
8. Orang yang lemah karna sudah tua.
Yaitu memberi makanan kepada fakir miskin sebanyak hari yang telah di tinggalkan puasanya,
satu hari satu mud (576 Gram) berupa makanan pokok.
3. Niat
Niat, yaitu menyengaja puasa ramadhan setelah terbenam matahari hingga sebelum fajar
shadiq. Artinya pada malam harinya dalam hati telah tergetar (berniat) bahwa besok harinya akan
mengerjakan puasa ramadhan.

2.5 Sunat puasa dan puasa sunat


1. Sunat puasa :
1. Makan sahur meski sedikit.
2. Mengakhirkan makan sahur.
3. Menyegerakan berbuka.
4. Membaca doa ketika berbuka puasa.
5. Menjauhi dari ucapan yang tidak senonoh.
6. Memperbanyak amal kebajikan.
7. Memperbanyak I’tikaf di masjid.

~ 12 ~
Puasa Sunat :
Puasa sunnat (nafal) adalah puasa yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala dan
apabila tidak dikerjakan tidak berdosa. Adapun puasa sunnat itu antara lain :
1. Puasa hari Arafah (9 Dzulhijjah/ selain mereka yang berhaji)
2. Puasa 6 hari dalam bulan syawal
3. Puasa tanggal 13,14, dan 15 pada tiap-tiap bulan Qamariah
4. Puasa hari senin dan kamis
5. Puasa pada bulan Dzulhijjah, Dzulqaidah, Rajab, Sya’ban dan 10 Muharram
6. puasa nabi Daud As.

2.6 Hari-hari yang di haramkan berpuasa


1. Hari raya Idul Fitri yaitu satu syawal dan Hari Raya Idul Adha yaitu 10 dzulhijjah.
2. Dari Abu Said Al-Khudry bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang
shaum pada dua hari, yakni hari raya Fithri dan hari raya Kurban. Muttafaq Alaihi
3. Berpuasa pada hari-hari tasyriq yaitu 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.
Dari Nubaitsah al-Hudzaliy Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Hari-hari tasyriq adalah hari-hari untuk makan dan minum serta berdzikir
kepada Allah 'Azza wa Jalla." Riwayat Muslim.

2.7 Hari-hari yang di makruhkan berpuasa


Hari jum’at, kecuali telah berpuasa sejak hari sebelumnya.
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Janganlah sekali-kali seseorang di antara kamu shaum pada hari Jum'at, kecuali ia
shaum sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya." Muttafaq Alaihi.

2.8 Ketetapan Hilal


Hilal ramadhan ditetapkan dengan cara–cara sebagai berikut:
a) Penglihatan Mata (Rukyah)
Yaitu cara menetapkan awal bulan qomariah dengan jalan melihat atau
menyaksikan dengan mata lahir munculnya bulan sabit (hilal) beberapa derajat di ufuk
barat.

~ 13 ~
Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam bersabda: "Apabila engkau sekalian melihatnya (bulan) shaumlah, dan
apabila engkau sekalian melihatnya (bulan) berbukalah, dan jika awan menutupi kalian
maka perkirakanlah." Muttafaq Alaihi. Menurut riwayat Muslim: "Jika awan menutupi
kalian maka perkirakanlah tiga puluh hari." Menurut riwayat Bukhari: "Maka
sempurnakanlah hitungannya menjadi tigapuluh hari.
b) Syiya’ (Ketenaran)
Yang dimaksud dengan syiya adalah hilal dapat ditetapkan dengannya , bukanlah
berpuasanya sekelompok orang atau penduduk suatu tempat berdasarkan pada keputusan
seseorang yang baik bahwa besok masih ramadhan, atau tidak berpuasanya mereka itu
berdasarkan ketentuan itu bahwa besok sudah syawal. Tetapi syiya adalah hendaknya
hilal dilihat oleh umum, bukan satu orang saja.
c) Menyempurnakan Bilangan
Diantara cara menetapkan hilal, ialah menyempurnakan bilangan. Bulan
Qamariyah manapun, apabila awal harinya telah diketahui maka dia akan habis dengan
berlalunya 30 hari. Hari berikutnya berarti sudah masuk bulan berikutnya, sebab jumlah
hari bulan Qamariyah tidak akan lebih dari 30 dan tidak kurang dari 29 hari. Jika awal
Syaban telah diketahui maka hari ke-31 nya pasti sudah masuk satu ramadhan . Demikian
pula jika telah kita ketahui awal ramadhan maka hari ke-31 nya bisa kita pastikan sebagai
tanggal 1 syawal.

d) Bayyinah Syar’iyyah(Bukti Syar’i)


Hilal bisa juga dipastikan dengan kesaksian dua orang lelaki yang adil (inilah
yang disebut bayyinah syar’iyyah), dan juga kesaksian para perempuan yang terpisah
dengan lelaki ataupun bergabung dengan mereka. Siapa saja yang yakin akan keadilan
dua orang saksi tersebut maka ia harus mengamalkannya.

~ 14 ~
2.9 Hikmah Puasa
Adapun hikmah dari berpuasa yaitu :
1. Bertakwa dan menghambakan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, takwa adalah
meninggalkan keharaman, istilah itu secara mutlak mengandung makna mengerjakan
perintah, meninggalkan larangan , Firman Allah SWT: Artinya: “Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa”(QS. Al-Baqarah: 183).
2. Puasa adalah serupa dengan revolusi jiwa untuk merombak cara dan kebiasaan yang
diinginkan oleh manusia itu, sehingga mereka berbakti pada keinginannya dan nafasnya
itu berkuasa padanya.
3. Puasa menunjukkan pentingnya seseorang merasakan pedihnya laparmaupun tidak
dibolehkan mengerjakan sesuatu. Sehingga tertimpa pada dirinya dengan suatu
kemiskinan atau hajatnya tidak terlaksana. Dengan sendirinya lalu bisa merasakan
keadaan orang lain, bahkan berusaha untuk membantu mereka yang berkepentingan
dalam hidup ini.
4. Puasa dapat menyehatkan tubuh kita, manfaat puasa bagi kesehatan adalah sebagai
berikut:
a) Puasa membersihkan tubuh dari sisa metabolisme. Saat berpuasa tubuh akan
menggunakan zat-zat makanan yang tersimpan. Bagian pertama tubuh yang mengalami
perbaikan adalah jaringan yang sedang lemah atau sakit.
b) Melindungi tubuh dari penyakit gula. Kadar gula darah cenderung turun saat seseorang
berpuasa. Hal ini memberi kesempatan pada kelenjar pankreas untuk istirahat.
SepertiAnda ketahui, fungsi kelenjar ini adalah menghasilkan hormon insulin.
c) Menyehatkan sistem pencernaan. Di waktu puasa, lambung dan sistem pencernaan akan
istirahat selama lebih kurang 12 sampai 14 jam, selama lebih kurang satu bulan. Jangka
waktu ini cukup mengurangi beban kerja lambung untuk memroses makanan yang
bertumpuk dan berlebihan.Puasa mengurangi berat badan berlebih. Puasa dapat
menghilangkan lemak dan kegemukan, secara ilmiah diketahui bahwa lapar tidak
disebabkan oleh kekosongan perut. Tetapi juga disebabkan oleh penurunan kadar gula
dalam darah

~ 15 ~
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Menurut bahasa (etimologis) Shyam atau puasa berarti menahan diri dan menurut syara’ (ajaran
agama), puasa adalah menahan diri dari segala yang membatalkanya dari mulai terbit fajar
hingga terbenam matahari karena Allah SWT semata-mata dan disertai niat dan syarat tertentu “.
Adapun hikmah dari berpuasa yaitu :
 Menumbuhkan nilai-nilai persamaan selaku hamba Allah, karena sama-sama
memberikan rasa lapar dan haus serta ketentuan-ketentuan lainnya.
 Menumbuhkan rasa perikemanusian dan suka member, serta peduli terhadap orang-orang
yang tak mampu.
 Memperkokoh sikap tabah dalam menghadapi cobaan dan godaan, karna dalam berpuasa
harus meninggalkan godaan yang dapat membatalkan puasa.
 Menumbuhkan sikap amanah (dapat dipercaya), karna dapat mengetahui apakah
seseorang melakukan puasa atau tidak hanyalah dirinya sendiri.
 Menumbuhkan sikap bersahabat dan menghindari pertengkaran selama berpuasa
seseorang tidak diperbolehkan saling bertengkar.
 Menanamkam sikap jujur dan disiplin.
 Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri dari hawa nafsu, sehingga mudah menjalankan
kebaikan dan meninggalkan keburukan.
 Meningkatkan rasa syukur atas nikmat dan karunia Allah.
 Menjaga kesehatan jasmani.

3.2 Saran
Penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan makalah ini dan senantiasa
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini lebih bermanfaat dan lebih
baik kualitasnya dimasa mendatang. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

~ 16 ~
DAFTAR PUSTAKA

~ 17 ~

Anda mungkin juga menyukai