Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MATEMATIKA DAN IBADAH PUASA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Matematika Islam

Dosen pengampu : Mike Novia Indriani, M.Pd

Disusun oleh:

1. Muhimatul Khaerunisa (2621005)


2. Laili Khamdanah (2621028)
3. Graito Husodo (2621051)

KELAS A
PRODI TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UIN K.H. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala Puji bagi Allah Swt, yang telah memberikan kemudahan bagi kami, sehingga
makalah ini bisa terselesaikan tepat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dengan tujuan
untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Matematika Islam tentang Matematika dan
Ibadah Puasa.

Sholawat serta salam kita curahkan kepada baginda Nabi Agung Nabi Muhammad Saw,
yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di yaumil qiyamah Aamiin.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada ibu Mike Novia Indriani, M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Matematika Islam yang telah memberikan kali bimbingan
sehingga kami bisa menyusun makalah ini.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada sahabat mahasiswa yang sudah berkontribusi
serta memotivasi dengan memberikan ide ataupun sumber untuk pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kesalahan serta kekurangan didalamnya. Kami menerima kritik dan saran dari pembaca supaya
makalah ini bisa menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kami berharap makalah ini bisa
menambah pengetahuan serta wawasan kita khususnya didalam cakupan Matematika Islam.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pekalongan, 01 April 2023

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1

C. Tujuan ............................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

A. Ibadah Puasa dalam Syariat Islam .................................................................................. 3

B. Matematika Puasa ........................................................................................................... 6

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 12

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 12

B. Saran ............................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika berasal dari bahasa Yunani yaitu mathema yang berarti sesuatu yang
dipelajariatau sesuatu yang perlu diketahui. Mathema diturunkan dari kata manthano
atau ekivalen dengan kata mathaino yang berarti belajar. Bentuk kata sifatnya adalah
mathematikos yang berarti hal-halyang berhubungan dengan belajar atau suka belajar.1
Matematika dijadikan sebagai ilmu dasar yang melayani semua ilmu
pengetahuan.Hal ini juga akan bersinergi dengan kehidupan umat manusia, mulai dari
aktivitas fisik hingga kegiatan rohani yang berkaitan dengan aktivitas agama. Artinya,
semua ilmu pengetahuan yangmemiliki ketetapan atau aturan yang jelas, dapat
dimatematikasi atau dibuat model matematika. Hal ini selaras dengan pengertian
matematika sebagai ilmu pasti. Ilmu pasti berarti suatu keilmuan yang jelas aturan,
hukum, dan ketetapannya, bahkan jelas rumusnya.
Dalam kajian fikih, misalnya, rukun Islam sudah ada ketentuannya yaitu (1)
syahadat, (2) salat, (3) puasa, (4) zakat, dan (5) haji. Semuanrukun tersebut memiliki
ketetapan hukum, ukuran, aturan, hitungan yang jelas secara syar’i. Oleh karena itu, hal
tersebut dapat dikaitkan dengan matematika atau logika. Misalnya, Puasa berkaitan
dengan matematika (paling tidak pada waktu-waktu khusus seperti awal Ramadan,
waktu berbuka, dan waktu imsak)serta banyaknya hari dalam sebulan di bulan
Ramadan. Di Indonesia, penentuan awal dan akhir bulan Ramadan ini sering menjadi
problem tahunan2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Ibadah Puasa dalam Syariat Islam
2. Bagaimana Matematika Puasa

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Ibadah Puasa dalam Syariat Islam

1
Abdussakir and Rosimanidar, ‘Model Integrasi Matematika Dan Al-Quran Serta Praktik
Pembelajarannya’, Seminar Nasional Integrasi Matematika Di Dalam Al-Quran, April, 2017, 1–16.

2
Muniri Muniri, ‘Kontribusi Matematika Dalam Konteks Fikih’, Ta’allum: Jurnal Pendidikan Islam,
4.2 (2016), 193–214

1
2. Untuk mengetahui Matematika Puasa

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ibadah Puasa dalam Syariat Islam


Puasa adalah salah satu ibadah penting dalam Islam yang wajib dilakukan oleh
setiap muslim yang telah mencapai usia baligh. Ibadah puasa ini dijalankan selama
sebulan penuh dalam bulan Ramadan, yang dianggap sebagai bulan yang paling suci
dalam agama Islam.
1. Pengertian Puasa
Puasa adalah menahan diri dari makan, minum dan hubungan suami istri dari
terbit fajar sampai terbenamnya matahari, dengan niat tertentu untuk mendapatkan
ridha Allah SWT. Ibadah puasa dilakukan selama satu bulan penuh pada bulan
Ramadhan. Selain itu, puasa juga dapat dilakukan pada hari-hari tertentu di luar
bulan Ramadhan seperti puasa sunnah atau puasa nadzar.
Ibadah merupakan perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah SWT yang
didasari mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.3 Secara etimologi/
bahasa, ibadah berasal dari bahasa Arab,dari fi’il madhi: ‘abada ya’budu-‘ibadatan,
yang artinya mengesakan, melayani dan patuh. Ibadah menurut lughat ialah taat,
menurut, mengikuti, tunduk yaitu tunduk yang setinggi-tingginya dan dengan
do’a.4 Adapun secara terminologis/menurut para ahli mengartikannya sesuai
dengan disiplin ilmu yang dimilikinya.
Puasa menurut bahasa/etimologi adalah menahan dari segala sesuatu,seperti
menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara dan sebagainya.5 Menurut
istilah agama Islam yaitu menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu
hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai dengan terbenam matahari dengan niat
dan beberapa syarat.
Dari beberapa definisi di atas maka dapat ditarik pengertian bahwa puasa
(shiyam) adalah suatu ibadah kepada Allah SWT yang memiliki syarat dan rukun
tertentu dengan jalan menahan diri dari segala keinginan syahwat, perut, dan dari
segala sesuatu yang masuk ke dalam kerongkongan, baik berupa makanan,
minuman, atau apa saja yang dapat membatalkannya sejak terbit fajar hingga

3
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2003), hlm.364
4
M.Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah, (Jakarta: Bulan Bintang, 2001), hlm.1
5
H. Sulaiman Rasjid,Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,cetakan ke 55, 2012) hlm.220

3
terbenam matahari yang dilakukan oleh muslim yang berakal, tidak haid, dan tidak
pula nifas yang dilakukan dengan yakin dan disertai dengan niat.
2. Hukum Puasa
Dalam melaksanakan ibadah seharusnrya kita mengetahui dasar-dasar hukum
setiap ibadah yang kita laksanakan,supaya kita bukan ikut-ikutan dalam
beribadah. Dasar hukum puasa khususnya puasa Ramadhan adalah Al-Qur’an dan
al sunnah (sabda Rasullulah SAW) . Dasar hukum Puasa Ramadhan yaitu:
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an dasar hukum yang pertama dalam menentukan hukum dalam
agama Islam. Dasar hukum dalam ibadah puasa Ramadhan adalah Al-Qur’an
QS. Al-Baqarah : 183 yaitu:

١٨٣‫الصيا ُم كما ُكتِب على الَّ ِذيْن مِ ْن ق ْب ِل ُك ْم لعلَّ ُك ْم تتَّقُ ْون‬


ِ ‫يٰٓايُّها الَّ ِذيْن امنُ ْوا ُكتِب عل ْي ُك ُم‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa


sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa
(Q.S Al-Baqarah: 183).

Serta dalam QS. Al-Baqarah : 185

ِ ‫اس وب ِينت مِ ن ْال ُهدى و ْالفُ ْرق‬


َّ ‫ان فم ْن ش ِهد مِ ْن ُك ُم ال‬
‫ش ْهر‬ ِ َّ‫ِي ا ُ ْن ِزل فِ ْي ِه ْالقُ ْرا ُن ُهدًى ِللن‬
ْٰٓ ‫ش ْه ُر رمضان الَّذ‬
‫ّللاُ ِب ُك ُم ْاليُسْر ول ي ُِر ْيدُ ِب ُك ُم ْالعُسْر‬
ٰ ُ‫ضا ا ْو على سفر ف ِعدَّة مِ ْن ايَّام اُخر ۗ ي ُِر ْيد‬ ُ ‫ف ْلي‬
ً ‫ص ْمهُ ۗ وم ْن كان م ِر ْي‬
ٰ ‫و ِلت ُ ْكمِ لُوا ْال ِعدَّة و ِلتُك ِب ُروا‬
‫ّللا على ما هدى ُك ْم ولعلَّ ُك ْم ت ْش ُك ُر ْون‬

Artinya: Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara
yang hak dan yang bathil). karena itu barangsiapa di antara kamu hadir (di
negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan
itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-
hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur (Q.S Al-Baqarah: 185).

b. Hadis

4
Hadis merupakan dasar dalam menentukan suatu hukum dalam Islam
setelah Al-Qur’an. Dasar hukum puasa Ramadhan dalam hadis sangat banyak,
diantaranya sebagai berikut:
1) Hadist Al-Bukhâry dan Muslim dari hadits Anas bin Malik r.a., dan
diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Jâbir bin Abdillah r.huma.
“Islam adalah bahwa engkau bersaksi bahwa tiada yang berhak untuk
diibadahi kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul
Allah, engkau menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa
Ramadhan, serta berhaji ke rumah (Allah) bila engkau sanggup
menempuh jalan untuk itu.”
2) Hadits riwayat Abdullah bin Umar riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Nabi
SAW., menerangkan bahwa puasa adalah salah satu rukun Islam yang
agung dan mulia,
“Islam dibangun di atas lima (perkara, pondasi): Syahadat Lâ Ilâha Illallâh
wa Anna Muhammadan ‘Abduhu wa Rasûluhu, mendirikan shalat,
mengeluarkan zakat, berhaji ke Rumah Allah, dan berpuasa Ramadhan.”
3. Syarat Wajib Puasa
Syarat wajibnya puasa antara lain sebagai berikut:
1. Islam.
Puasa tidak wajib bagi orang non muslim dalam hukum dunia, namun di
akhirat mereka akan tetap akan diadzab karena kakafirannya. Adapun orang
yang murtad, maka wajib mengqadha’ puasa yang ditinggalkan apabila ia
kembali masuk Islam.
2. Baligh.
Begitu pula anak yang belum baligh tidak wajib puasa, namun orang tua
dianjurkan memerintahkan putra-putrinya berpuasa sejak kecil (7 tahun),
dan mendidiknya lebih keras (memukul sewajarnya) jika meninggalkan
puasa sat berumur 10 tahun.
3. Berakal.
Orang yang tidak mempunyai akal sempurna tidak wajib berpuasa. Dan jika
hilangnya akal karena ada unsur kesengajaan, maka wajib menqodho puasa
yang di tingalkan.
4. Mampu.

5
Di antara Syarat wajibnya puasa adalah mampu (kuat) berpuasa Bagi orang
yang tidak mampu berpuasa, baik karena faktor usia atau kesehatan maka
tidak wajib berpuasa. Begitu juga wanta sedang haid atau nifas tidak wajib
berpuasa, karena tidak mampa secara syar’i.
4. Tujuan Puasa
Secara jelas Al-qur’an menyatakan bahwa tujuan puasa yang hendak di
perjuangkan adalah mencapai ketaqwaan atau la’allakum tattaqun. sebagaimana
firman Allah SWT dalam teks Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat ke 183 :
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.”
Dalam rangka memahami tujuan tersebut perlu digaris bawahi beberapa
penjelasan dari Nabi SAW, “Banyak diantara orang yang berpuasa tidak
memperoleh dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga.” Ini berarti bahwa
menahan diri dari lapar dan dahaga bukan tujuan utama dari puasa. Ini dikuatkan
pula dengan firman-Nya “Semua amal putra-putri Adam untuk dirinya kecuali
puasa. Puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang memberi ganjaran atasnya.”
Tujuan puasa adalah untuk menahan shawat dan nafsu hewani kita serta
meningkatkan nurani dan ruhani kita. Al-Ghazali berkata tujuan puasa adalah untuk
menundukan hawa nafsu dan melawan iblis.
5. Keutamaan Puasa
Puasa memiliki banyak keutamaan di dalam agama Islam, antara lain:
a. Mendekatkan diri kepada Allah SWT.
b. Membersihkan jiwa dan tubuh.
c. Memperkuat iman dan ketakwaan kepada Allah SWT.
d. Menjaga diri dari perbuatan buruk.
e. Mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT.

B. Matematika Puasa
Kata "puasa" merupakan terjemahan dari kata "shaum". Shaum merupakan
bentuk tunggal (mufrad/single), yang bentuk jamaknya adalah shiam. Jika mengkaji
kitab suci al- Qur'an mengenai puasa ini, maka akan ditemui bahwa kata "shaum"
disebutkan sebanyak 1 kali yaitu pada QS. Maryam ayat 26, sedangkan kata "shiam"
disebutkan sebanyak 9 kali, yaitu pada QS. Al-Baqarah ayat 183, QS.Al-Baqarah ayat

6
187 (2 kali), QS.Al-Baqarah ayat 196 (2 kali); QS. An-Nisa ayat 92; QS. Al-Ma’idah
89, QS. Al-Ma’idah 95; dan QS. Al-Mujadalah Ayat 4.
Kata “shiam” yang khusus membahas puasa Ramadhan, hanya dijelaskan pada
surat QS-Al-Baqarah ayat 183 dan 187. Semuanya menggunakan kata “al-Shiam” yang
berbeda yang dengan di ayat-ayat yang lain yang menggunakan kata "Shiam",
"Fashiam" atau "Shiama". Jika digit-digit pada ketiga bilangan tersebut dijumlahkan
akan diperoleh 2+1+8+3+ 1+8+7=30. Apa yang terbayang dengan bilangan 30?
Bilangan 30 ini seakan mengingatkan pada banyak hari, yaitu 30 hari atau 1 bulan.
Meskipun satu bulan tidak selalu 30 hari, tetapi secara umum satu bulan dianggap 30
hari.
Mengapa Allah memerintah puasa di bulan Ramadhan sebulan penuh, kok tidak
seminggu atau hanya beberapa hari saja? Padahal 1 bulan itu lama sekali, yaitu guru
matematika mengajarkan bahwa dalam perhitungan Hijriyah, 1 bulan adalah ada yang
29 hari atau 30 hari. Sedangkan sehari puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari
(di Indonesia) setara dengan 12 jam). Yang berarti dalam 1 bulan menjadi 360 jam.
Sekarang bandingkan jika setahun 355 hari dan dibulatkan menjadi 360 hari. Lalu, apa
hubungan puasa Ramadhan dengan jumlah jam, hari dan bulan dalam setahun?
Dalam al-Qur'an, bahwa, "barang siapa melakukan satu kebaikan, Allah memberi
balasan sepuluh kali lipat kebaikan". Hal ini berarti jika kita puasa sebulan penuh,
misalnya kita sempurnakan harinya menjadi 30 hari. Maka,
Sebulan: 30 hari
Setahun: 360 hari (30 hari x 12 bulan=360 hari)
Jika 1 kebaikan dibalas 10 kebaikan (bisa dibalas dunia tapi juga bisa dibalas di
akhirat). Jika kita puasa sebulan penuh. Maka, puasa 1 hari setara dengan puasa 10 hari,
berarti:
Puasa 30 hari setara 30 x 10 = 300 hari

Jangan lupa, kita masih disunahkan puasa sunah 6 hari di bulan syawal. Puasa 6 hari
dilipatkan 10 kebaikan maka setara dengan puasa 60 hari, berarti:

Puasa sebulan 30 hari setara puasa 300 hari.

Puasa 6 hari di bulan syawal setara puasa 60 hari + dijumlah setara 360 hari.

7
Perhitungan di atas dengan asumsi pahala ibadah di luar Ramadhan. Padahal
menurut petunjuk Rasulullah dalam sebuah hadist Qudsi.

"Semua amal manusia kembali baginya, melainkan puasa. Sesungguhnya puasa


itu bagiku dan Aku akan memberi balasannya." (HR. Bukhari)

Dengan demikian, pahala puasa hanya Allah yang mengetahui. Puasa kita
sebulan merupakan kasih sayang Allah bagi kita. Allah mengetahui kelemahan kita
sebagai manusia, kita banyak salah dan kekhilafan. Allah menurunkan Ramadhan untuk
mengangkat kita dari jurang kesalahan dan kekhilafan

Allah menghendaki kita bisa selalu dalam kemurnian aqidah dan akhlak seperti
bayi, bisa menangis setulus- tulusnya hingga terkabul segala doa dan permintaannya.
Tertawa selepas-lepasnya hingga seakan hidup tanpa beban pertanda bahagia. Ahirnya,
dengan puasa Allah ingin menguji iman kita. Allah ingin mengetahui sejauh mana
keyakinan kita kepada-Nya. Sejauh mana syukur kita atas anugerah-Nya. Sejauh mana
kesabaran kita menghadapi.

Dalam hal berpuasa, matematika juga dapat digunakan dan memberikan


kontribusi yang cukup besar dalam hal menghitung lama (waktu) puasa. Misalnya,
dalam sehari ada berapa jam atau dalam satu bulan ada berapa hari. Pada umumnya.
lama menjalani ibadah puasa ini diterangkan mulai terbit fajar hingga terbenam
matahari. Sebagaimana umumnya waktu di Indonesia, ditetapkan waktu imsak hingga
waktu salat magrib, yakni antara pukul 03.47 s.d. 18.36 WIB (kurang lebih 10 jam)
umat Islam menahan diri untuk tidak makan, tidak minum, danmenahan diri dari nafsu
seksual.
Misalnya, jika seorang muslim yang tidak mampu untuk melakukan puasa karena
alasansyar’i, maka diperbolehkan dengan membayar fidiah. Sebagian ulama seperti
Imam As-Syafi’i danImam Malik menetapkan bahwa ukuran fidyah yang harus
dibayarkan kepada setiap satu orangfakir miskin adalah satu mud gandum sesuai
dengan ukuran mud yang diajarkan Nabi Muhammad S.A.W.. Yang dimaksud dengan
mud adalah telapak tangan yang ditengadahkan ke atas untuk menampung makanan,
kira-kira mirip orang berdoa. Sebagian lagi seperti Abu Hanifah mengatakan dua mud
gandum dengan ukuran mud Rasulullah S.A.W. atau setara dengan setengah sha‘

8
kurma atau tepung, atau juga bisa disetarakan dengan memberi makan siang dan makan
malam hingga kenyang kepada satu orang miskin.
Berdasarkan kitab Al-Fikihul Islami Wa Adillatuhu disebutkan bahwa bila diukur
dengan ukuran zaman sekarang ini, satu mud itu setara dengan 675 gram atau 0,688
liter, sedangkan 1 sha‘ setara dengan 4 mud. Bila ditimbang, 1 sha‘ itu beratnya kira-
kira 2.176 gram. Bila diukur volumenya, 1 sha‘ setara dengan 2,75 liter. 6
Misalnya, jika seseorang (laki-laki atau perempuan) tidak melakukan puasa
selama 30 harikarena usianya sudah lanjut usia (70 tahun). Harga satu porsi makanan
setempat adalah Rp10.000,-dan kebutuhan untuk makan 1 orang adalah 3 kali sehari,
orang harus menyediakan fidiah sebesar Rp10.000,- x 3 kali = Rp30.000,- per hari.
Berarti orang tersebut wajib membayar fidiah sebesar :30 hari x Rp30.000,- =
Rp900.000,-. Dalam kasus yang lain misalnya seorang ibu pada Ramadan sedang hamil
tua dan tidak berpuasa selama 20 hari karena mengkhawatirkan kesehatan bayinya dan
harga satu porsi makanan yang biasa dikonsumsi adalah Rp10.000,-, sedangkan
kebutuhanmakan 1 orang/hari = Rp10.000,- x 3 kali = Rp30.000,-. Berarti solusinya
adalah selain mengqodho’ puasa, seorang ibu tersebut wajib membayar fidiah sebesar
: 20 hari x Rp30.000,- =Rp600.000,-
Secara sederhana saja konsep dasar matematika tentang operasi bilangan bisa
dikaitkan dengan ibadah Ramadan. Siapa yang tidak mengetahui operasi tanda
penjumlahan (+), pengurangan (-), perkalian (x), kelipatan dan sama dengan (=) dalam
matematika. Operasi bilangan dalam Al-Quran meliputi operasi penjumlahan,
pengurangan, dan pembagian. Operasi perkalian disebutkan secara tersirat sebagai
penjumlahan berulang. Berikut gambaran singkat bagaimana operasi bilangan ini
berkaitan dengan bulan suci Ramadan
1. Penjumlahan
Bulan Ramadan adalah bulan di mana Allah menambahkan beberapa keutamaan
dibandingkan dengan bulan yang lain. Ramadan seharusnya menjadi wasilah
tarbiyah bagi bertambahnya kesabaran, kekhusukan, keimanan, ketaqwaan,
keikhlasan, kesungguhan, dan kepedulian.
2. Pengurangan

6
Muhammad Najmuddin Zuhdi dan Muhammad Anis Sumaji, 125 Masalah Puasa, (Solo: Tiga Serangkai,
2008), hlm.118.

9
Bulan Ramadan adalah bulan di mana Allah berjanji akan mengurangi dan bahkan
menghilangkan dosa-dosa bagi seorang muslim yang berpuasa karena landasan
keimanan dan ketaqwaan.
Bahkan, Allah menjanjikan seorang mukmin yang berpuasa akan bersih kembali
seperti seorang bayi yang tak berdoa. Karena itu, selama Ramadan tingkatkan
kemauan dan kemampuan untuk mengurangi dan meninggalkan segala perbuatan
maksiat dan dosa. Jika yang halal saja bisa ditinggalkan, apalagi yang haram.
3. Perkalian
Keistimewaan Ramadan lainnya adalah bahwa Allah mengalikan derajat ibadah
lebih tinggi dari kedudukan semula. Ibadah sunnah dikalikan oleh Allah derajatnya
menjadi bernilai sebagai ibadah wajib. Ini adalah bentuk karunia Allah kepada
hamba-hambanya yang taat. Oleh karena itu, sudah semestinya kita mengalikan
berbagai bentuk ibadah dan amal soleh selama bulan Ramadhan baik yang sunnah
maupun yang wajib
4. Pembagian
Ibadah puasa bulan Ramadhan berdimensi vertikal, yakni hubungan hamba dengan
Allah langsung. Sebab puasa hanya diketahui oleh orang bersangkutan dan Allah
saja. Karena itu Allah pula yang langsung akan memberikan dan membagikan
pahala puasa, inilah istimewanya ibadah puasa. Karena itu sebagai rasa syukur,
maka teruslah berbagai kebaikan dari tangan kita sendiri kepada saudara sesama
muslim maupun seluruh manusia. Membagi kebaikan tidak hanya sebatas materi,
namun juga ilmu, tenaga dan rasa.
5. Kelipatan
Allah telah berjanji akan melipatgandakan pahala bagi hamba-hamba-Nya yang
ikhlas berpuasa dan beribadah karena Allah, Saat kaum muslimin membaca al-
Qur'an di bulan suci Ramadhan. Jika kaum muslimin membaca satu juz al-Qur'an
kira-kira berjumlah 7000 huruf, kalikan satu huruf dengan 10 kebaikan dikalikan
pahala 70 kewajiban maka akan menghasilkan 4.900.000 kebaikan. Jika satu kali
saja al-Qur'an dikhatamkan selama bulan Ramadhan, maka akan didapat 147 juta
kebaikan. Jika tiga kali akan didapatkan 441 juta kebaikan.
6. Sama Dengan
Jika keimanan ditambah puasa maka hasilnya sama dengan ampunan Allah atas
semua dosa. Jika keikhlasan ditambah puasa maka sama dengan derajat ketaqwaan.
Semoga puasa tahun ini menjadikan kita sebagai manusia bertaqwa, keluarga
10
bertaqwa, pemimpin bertaqwa dan negara bertaqwa. Negara bertaqwa yaitu negara
yang menerapkan Islam kaffah hingga mendatangkan keberkahan dari langit dan
bumi serta menebarkan rahmat bagi alam semesta.7

7
Mahasiswa Tadris Matematika Angkatan 2018, Matematika Islam: Relasi Harmonisasi Matematika
dengan Islam (Pekalongan: Penerbit NEM, 2021), hlm. 186-188

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Puasa adalah salah satu ibadah penting dalam Islam yang wajib dilakukan oleh
setiap muslim yang telah mencapai usia baligh. Ibadah puasa ini dijalankan selama
sebulan penuh dalam bulan Ramadan, yang dianggap sebagai bulan yang paling suci
dalam agama Islam.
Hukum puasa dalam agama Islam adalah wajib bagi setiap muslim dewasa dan
sehat secara fisik dan mental. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat
Al-Baqarah ayat 183 yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, supaya kamu bertaqwa.” ( QS. Al-
Baqarah ayat 18)
kata “al-Shiam” yang berbeda yang dengan di ayat-ayat yang lain yang
menggunakan kata "Shiam", "Fashiam" atau "Shiama". Jika digit-digit pada ketiga
bilangan tersebut dijumlahkan akan diperoleh 2+1+8+3+ 1+8+7=30
Secara sederhana saja konsep dasar matematika tentang operasi bilangan bisa
dikaitkan dengan ibadah Ramadan. Siapa yang tidak mengetahui operasi tanda
penjumlahan (+), pengurangan (-), perkalian (x), kelipatan dan sama dengan (=)
dalam matematika. Operasi bilangan dalam Al-Quran meliputi operasi penjumlahan,
pengurangan, dan pembagian. Operasi perkalian disebutkan secara tersirat sebagai
penjumlahan berulang

B. Saran
Menyadari bahwa penulisan masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menguraikan dan membukukan setiap materi
tentang tugas di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat
dipertangung jawakan. Oleh karena itu penulis memohon kritik dan sarannya sebagai
bahan evaluasi dan koreksi untuk masa mendatang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdussakir, dan Rosimanidar. 2017. “Model integrasi matematika dan Al-Quran serta praktik
pembelajarannya.” Seminar Nasional Integrasi Matematika di dalam Al-Quran (April):
1–16.

Anggraini, N., Warsah, I., & Masudi, M. (2019). Nilai-Nilai Edukatif dalam Ibadah Puasa
Ramadhan Menurut Al-Ghazali dan Implikasinya terhadap Pembentukan Karakter
(Doctoral dissertation, Institut Agama Islam Negeri Curup).

Hilda, L. (2014). Puasa dalam kajian islam dan kesehatan. HIKMAH: Jurnal Ilmu Dakwah
Dan Komunikasi Islam, 8(1), 53-62.

Matematika, Mahasiswa Tadris. 2021. Matematika Islam: Relasi Harmonisasi Matematika


dengan Islam. 1 ed. ed. Salafudin. Pekalongan: Penerbit NEM.
https://www.google.co.id/books/edition/MATEMATIKA_ISLAM/5pcXEAAAQBAJ?hl
=id&gbpv=1&dq=matematika+dan+ibadah+puasa&pg=PA187&printsec=frontcover.

Mukmin, T. (2017). Nilai-nilai Pendidikan dalam Ibadah Puasa (Studi Anilasis terhadap Surat
Al-baqarah Ayat 183-187). El-Ghiroh: Jurnal Studi Keislaman, 12(1), 42-67.

Muniri, Muniri. 2016. “Kontribusi Matematika dalam Konteks Fikih.” Ta’allum: Jurnal
Pendidikan Islam 4(2): 193–214.

Syaifi, M. (2019). Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Ibadah Puasa Ramadhan. J. TARBAWI,
7(02), 1-29.

Zuhdi, Muhammad Najmuddin dan Muhammad Anis Sumaji. 2008. 125 Masalah Puasa. Solo:
Tiga Serangkai.

13

Anda mungkin juga menyukai