Anda di halaman 1dari 31

KOMPETENSI INTI, KOMPETENSI DASAR DAN

INDIKATOR

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Desain Pembelajaran Matematika

Dosen Pengampu:
Dr. Tina Sri Sumartini, M.Pd.

Oleh:
Ai Nuranisa
Salma Hasna Arumaisya
Fitria Amalia
Parida Rahmawati

KELAS 1A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA GARUT
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada
halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Dr. Tina Sri Sumartini, M.Pd.
sebagai dosen pengampu mata kuliah Desain Pembelajaran Matematika yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan yang dimiliki. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Garut, 11 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................3
A. Pengertian dan Fungsi Kompetensi Inti ........................................................3
B. Pengertian dan Fungsi Kompetensi Dasar ....................................................7
C. Pengertian dan Fungsi Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) .................8
D. Perumusan Kompetensi Inti dan Kompetensi dasar .....................................9
E. Perumusan Indikator Berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) ........................11
F. Pengertian Capaian Pembelajaran, Tujuan Pembelajaran dan Asesmen ......14
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................28

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang mendasar bagi kehidupan
manusia. Menurut Uno dikutip oleh Nopriana pendidikan adalah proses
pemberdayaan, yang diharapkan mampu memberdayakan peserta didik
menjadi manusia yang cerdas, manusia berilmu dan berpengetahuan, serta
manusia terdidik. Oleh karena itu, melalui proses pendidikan diharapkan
mampu melahirkan peserta didik yang memiliki kemampuan dalam
memecahkan masalah, serta mampu mengembangkan potensi mereka sehingga
dapat bermanfaat bagi masyarakat. Pendidikan adalah landasan dari
perkembangan individu dan kemajuan masyarakat. Dalam upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, kita perlu memahami dan menerapkan
konsep kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator. Konsep-konsep ini
membentuk landasan bagi kurikulum pengembangan, proses pembelajaran,
dan evaluasi pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) maka pemerintah
mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor
22 dan Nomor 23 tahun 2006, dan kurikulum 2013 tentang Kompetensi Inti
(KI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). SNP merupakan acuan dan
pedoman dalam mengembangkan kurikulum pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah
Pengembangan kurikulum berdasarkan SNP memerlukan langkah dan
strategi yang harus dikaji berdasarkan analisis yang cermat dan teliti. Analisis
dilakukan terhadap tuntutan kompetensi yang tertuang dalam rumusan
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD), analisis mengenai
kebutuhan dan potensi peserta didik, masyarakat dan lingkungan serta analisis
peluang dan tantangan dalam memajukan pendidikan pada masa yang akan
datang dengan dinamika dan kompleksitas yang semakin tinggi. Penjabaran KI
dan KD sebagai bagian dari pengembangan kurikulum dilakukan melalui
pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Silabus
merupakan penjabaran lebih lanjut dari KI dan KD menjadi indikator, kegiatan
pembelajaran, materi pembelajaran dan penilaian. Dalam makalah ini, kami
akan menjelaskan secara lebih mendalam tentang kompetensi inti, kompetensi
dasar, dan indikator, serta mengapa mereka sangat penting dalam dunia
pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan fungsi kompetensi inti (KI)?
2. Apa pengertian dan fungsi kompetensi dasar (KD)?
3. Apa pengertian dan fungsi Indikator pencapaian kompetensi (IPK)?
4. Bagaimana merumuskan kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar
(KD)?

1
5. Bagaimana merumuskan indikator berdasarkan kompetensi dasar
(KD)?
6. Apa pengertian dari capaian pembelajaran (CP), tujuan pembelajaran
((TP) dan Asesmen?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui
mengenai:
1. Pengertian dan fungsi kompetensi inti (KI)
2. Pengertian dan fungsi kompetensi dasar (KD)
3. Pengertian dan fungsi indikator pencapaian kompetensi (IPK)
4. Perumusan kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD)
5. Perumusan indikator berdasarkan kompetensi dasar (KD)
6. Pengertian capaian pembelajaran (CP), tujuan pembelajaran (TP) dan
Asesmen

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Fungsi Kompetensi Inti


1. Pengertian Kompetensi
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan WJS
Purwadarminto pengertian kompetensi adalah kekuasaan untuk menentukan
atau memutuskan suatu hal. (WJS Purwadarminto, 1999: 405). Kompetensi
merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Pada sistem
pengajaran, kompetensi digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan
profesional yaitu kemampuan untuk menunjukkan pengetahuan dan
konseptualisasi pada tingkat yang lebih tinggi. Kompetensi ini dapat
diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan pengalaman lain sesuai tingkat
kompetensinya. (Mulyasa, 2013: 37-38.)
Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan. Dari beberapa pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan seperangkat penguasaan
kemampuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang harus dimiliki, dihayati,
dan dikuasai guru yang bersumber dari pendidikan, pelatihan, dan
pengalamannya sehingga dapat menjalankan tugas mengajarnya secara
profesional.
Dalam Permendikbud nomor 21 tahun 2016 dijelaskan bahwa
kompetensi memiliki Tingkat Kompetensi. Tingkat Kompetensi adalah
kriteria pencapaian kompetensi bersifat generik yang harus dipenuhi oleh
peserta didik dalam setiap jenjang pendidikannya dalam rangka pencapaian
Standar Kompetensi Lulusan. Kompetensi yang bersifat generik itu
mencakup empat dimensi yaitu sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan
dan keterampilan yang biasa disebut sebagai Kompetensi Inti.

2. Pengertian Kompetensi Inti (KI)


Berdasarkan PP No. 32 Tahun 2013, Kompetensi Inti (KI) merupakan
tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus
dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas. Artinya kompetensi
inti ini merupakan operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus
dimiliki peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program yang menjadi
dasar pengembangan KD. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan
kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan dan keterampilan, dimana kualifikasi ini merupakan hal hal
yang dipersyaratkan terkait tiga aspek yaitu aspek sikap, pengetahuan dan
keterampilan. KI mencakup sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan
keterampilan. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang
seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills. KI berfungsi sebagai
pengintegrasi muatan pembelajaran, mata pelajaran atau program dalam
mencapai SKL sebagai wujud dari prinsip keterkaitan dan kesinambungan
Kompetensi inti menjadi salah satu bahasan yang dipakai dalam
pembelajaran pada Kurikulum 2013. Kompetensi inti memiliki kedudukan

3
yang sama dengan Standar Kompetensi yang digunakan pada kurikulum
KTSP 2006. Kompetensi inti merupakan elemen baru dalam pendidikan
yang tidak dimiliki oleh kurikulum-kurikulum sebelumnya. Kompetensi inti
dapat diartikan sebagai kualitas yang harus dicapai seorang siswa melalui
proses pembelajaran secara aktif. (Pastowo, 2013). Sehubungan dengan hal
tersebut, peserta didik diharapkan mampu memiliki gambaran mengenai
tiga aspek. Pada aspek sikap, peserta didik diharapkan memiliki sikap sopan
santun dalam bersosialisasi dengan orang lain. Aspek pengetahuan, peserta
didik harus mampu memahami berbagai informasi dan pengetahuan yang
diterimanya. Pada aspek ketrampilan peserta didik diharapkan mampu
menyalurkan berbagai kreatifitasnya untuk menciptakan hal-hal baru.
Kompetensi inti ini diterjemahkan atau dijabarkan melalui kompetensi
dasar pada berbagai mata pelajaran. Kompetensi inti bukan untuk dihafal
melainkan diimplementasikan dalam berbagai aktifitas pada proses
pembelajaran disetiap mata pelajaran. Setiap mata pelajaran harus mengacu
pada pencapaian dan perwujudan kompetensi inti yang telah dirumuskan.
Kompetensi inti menurut Permendikbud terdiri dari empat aspek yang
tersusun dalam rumusan sebagai berikut:
a. Kompetensi inti sikap spiritual (KI-1)
Dalam Kamus Bahasa Inggris, sikap berarti attitude. Sedangkan
menurut Bruno sikap (attitude) ialah kecenderungan yang relative menetap
untuk bereaksi dengan cara yang baik atau buruk terhadap orang atau
barang tertentu.(Prastowo, 2013). Sikap atau biasa disebut attitude
merupakan kecenderungan seseorang untuk berbuat sesuatu dalam bentuk
tindakan. Sikap spiritual ini menjadi salah satu kompetensi peserta didik
yang dinilai oleh pendidik, Sikap spiritual ini menjadi sikap utama yang
harus dioptimalkan karena sikap ini bisa membentuk kekuatan karakter,
selain itu sikap spiritual merupakan icon pendidikan demi menyongsong
terwujudnya generasi bangsa yang beriman, bertakwa, serta berakhlak
mulia.
Sikap spiritual menjadi kompetensi yang pertama dari kompetensi
lainnya. Sehingga pembelajarannya pun harus terus menerus dijadikan
sebagai sebuah pembiasaan bahkan diintegrasikan ke dalam setiap mata
pelajaran.(Ibid, hal 51). Itulah mengapa, setiap pembelajaran seorang guru
harus mampu mengarahkan peserta didiknya agar senantiasa menjadi
individu yang dekat dengan ajaran agama, misalnya rajin bersedekah, takut
mencontek, selalu berdoa, dan masih banyak lainnya.

b. Kompetensi inti sikap sosial (KI-2)


Sikap sosial berkaitan erat dengan kehidupan antar manusia. Artinya,
hubungan antar satu manusia dan manusia lain harus berpedoman pada
sikap ini. Tujuan adanya sikap sosial ini adalah agar peserta didik bisa
selalu menjaga hubungan baik antar sesame, karena pada dasarnya
manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa melibatkan peran orang lain.
Peterson dan Seligman yang dikutip oleh Wiguna menyatakan bahwa
sikap sosial merupakan sikap seseorang yang berkenaan antara dirinya
dengan orang lain atau masyarakat dengan tujuan untuk menjaga
hubungan baik seseorang dengan orang lain sehingga dapat hidup

4
berdampingan dengan baik dan saling memberikan manfaat.(Wiguna, Hal
50).
Pada kurikulum 2013, pembentukan sikap sosial yang ada pada diri
siswa sangat diperhatikan. Hal ini tidak berbeda dengan sikap spiritual.
Dengan memiliki sikap sosial, siswa diharapkan mampu menjadi generasi
penerus bangsa yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan
bertanggung jawab. Seperti halnya makna yang tersurat dalam UU
Sisdiknas tahun 2003, “.... mandiri, demokratis, bertanggungjawab”
makna yang tersimpul sangat berkaitan dengan hubungan antar manusia
dalam kehidupan sehari-hari

c. Kompetensi inti pengetahuan (KI-3)


Pengetahuan adalah katalog sesuatu yang telah diketahui manusia. Cara
untuk mendapatkan pengetahuan adalah dengan belajar baik secara formal,
nonformal, maupun informal. Pengetahuan yang dibahas dalam kajian kali
ini yakni pengetahuan yang mengarah pada pemahaman atau kemampuan
siswa dalam proses pembelajaran. Ketika manusia sudah mampu untuk
mengembangkan apa yang ada dalam pikirannya, disaat itulah manusia
akan mampu mengembangkan pengetahuannya. Dengan adanya
pengetahuan, maka akan mampu membuat manusia mengatasi berbagai
permasalahan yang hadir dalam hidupnya. Pemahaman yang tinggi akan
membuat manusia menemukan kebenaran-kebenaran yang baru.
Sebagaimana yang telah dicetuskan dalam kurikulum 2013, siswa tidak
hanya mampu teori, akan tetapi diharapkan mampu dalam
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Ranah pengetahuan ini
merefleksikan konsep konsep keilmuan yang harus dikuasai oleh peserta
didik melalaui proses belajar mengajar (Zaim, Hal 29). Pembelajaran ini
bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik terhadap empat
dimensi pengetahuan yang telah ditetapkan dalam revisi taksonomi
Bloom. Adapun dimensi pengetahuan menurut taksonomi Bloom adalah
sebagai berikut.
a. Pengetahuan secara factual
Dimensi pengetahuan ini berisi mengenai elemen-elemen dasar yang
harus diketahui oleh siswa apabila mereka sedang mempelajari atau
menyelesaikan masalah dalam suatu disiplin ilmu. Dalam artian lain,
faktual diartikan dengan suatu pembelajaran yang senantiasa
dilakukan tehadap masalah-masalah faktual yang terjadi di sekitar
peserta didik sehingga peserta didik dibiasakan untuk menemukan
fakta yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya (Fatmawati,
Hal 4-6). Pengetahuan factual mencakup aspek aspek pengetahuan,
istilah, peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumber informasi dan lain
sebagainya. Pengetahuan faktual bisa didapatkan secara ilmiah
melalui berbagai metode, misalnya pengamatan, penyelidikan,
penelitian, dan sebagainya. Contoh pengetahuan faktual adalah planet
penyusun sistem tata surya, reaksi antara asam dan basa, dan
seterusnya.

5
b. Pengetahuan secara konseptual
Dimensi pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang kategori,
klasifikasi, dan hubungan antara dua atau lebih kategori dan
klasifikasi. Kategori ini mencakup prinsip dan generalisasi tentang hal
hal yang abstrak dengan meringkas hasil hasil yang telah diamati.
c. Pengetahuan procedural
Pada dimensi pengetahuan ini, lebih diarahkan pada pengetahuan
tentang bagaiman cara melakukan sesuatu. Pengetahuan ini berisi
kaidah-kaidah untuk melakukan sesuatu, misalnya teknik, metode,
algoritma, dan sebagainya. Dalam pembelajarannya, peserta didik
dituntut bukan hanya mengetahui tekniknya saja tapi juga harus bisa
mempertimbangkan situasi dan kondisi pada saat menyelesaikan
masalah dalam bidang keilmuan
d. Pengetahuan metakognitif
Pengetahuan ini memuat pengetahuan kognisi yang meliputi
pengetahuan strategis, pengetahuan diri, dan sebagainya.

d. Kompetensi inti keterampilan (KI-4)


Kompetensi keterampilan ini berkaitan dengan aplikasi pengetahuan
yang diperoleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,
kurikulum 2013 tidak hanya menuntut peserta didik untuk mahir teori,
melainkan juga praktiknya. Tahapan-tahapan yang bisa digunakan untuk
mengukur tingkat keterampilan peserta didik bisa diperoleh melalui
kegiatan “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan
mencipta”

3. Fungsi Kompetensi Inti (KI)


Kompetensi Inti (KI) dalam kurikulum pendidikan Indonesia memiliki
peran penting dalam pengembangan pendidikan negara tersebut, sesuai
dengan Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
(Permendikbud). Berikut adalah beberapa fungsi utama dari Kompetensi
Inti (KI) sesuai permendikbud:
a. Mengintegrasikan Mata Pelajaran :
KI mengintegrasi aspek-aspek penting dari berbagai mata pelajaran
dan disiplin ilmu. Mereka membantu siswa membuat koneksi antara
berbagai konsep, ketermpilan, dan pengetahuan yang mereka pelajari
di berbagai mata pelajaran.
b. Membangun Landasan Pendidikan Karakter
KI juga berperan dalam pengembangan karakter dan moral siswa.
Mereka mempromosikan nilai-nilai seperti etika, moralitas, tanggung
jawab serta kepedulian sosial dan lingkungan.
Berdasarkan PP No.32 Tahun 2013 KI berfungsi sebagai pengintegrasi
muatan pembelajaran, mata pelajaran/program dalam mencapai SKL
sebagai wujud dari prinsip keterkaitan dan kesinambungan. Artinya seluruh
kegiatan pembelajaran yang dikembangkan melalui Kompetensi Dasar
(KD) harus tunduk dan selaras dengan Kompetensi Inti (KI).

6
B. Pengertian dan Fungsi Kompetensi Dasar (KD)
1. Pengertian Kompetensi Dasar (KD)
Menurut Permendibud RI Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi
Dasar merupakan kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang harus
dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan
pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti. Kompetensi Dasar bisa
dipahami juga sebagai sejumlah kemampuan minimal baik sikap,
pengetahuan, maupun keterampilan yang harus dikuasai peserta didik pada
suatu mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator
pencapaian kompetensi.
Kompetensi dasar adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
minimal harus dikuasai peserta didik untuk menunjukan bahwa mereka
telah menguasai standar kompetensi yang ditetapkan. (Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional 22 Tahun 2006). Untuk memperoleh perincian tersebut
perlu dilakukan analisis standar kompetensi. Caranya dengan mengajukan
pertanyaan atau kemampuan dasar apa saja yang harus dikuasai siswa-siswi.
Pertanyaan tersebut berupa daftar lengkap pengetahuan, keterampilan, dan
atau sikap yang harus dikuasai siswa-siswa dalam rangka mencapai standar
kompetensi. Dikutip dari Nazar pada proses analisis standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana yang tercantum pada standar
isi, harus memperhatikan hal-hal berikut:
a. Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu atau tingkat
kesulitan materi
b. Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
mata pelajaran

2. Fungsi Kompetensi Dasar


Kompetensi Dasar (KD) dalam kurikulum pendidikan Indonesia
memiliki beberapa fungsi penting, sesuai dengan Peraturan Mentri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (permendikbud) yang
mengatur implementasi kurikulum di Indonesia. Berikut adalah beberapa
fungsi utama Kompetensi Dasar (KD) sesuai permendikbud:
a. Menguraikan Detail Pembelajaran
KD adalah pernyataan yang lebih rinci tentang apa yang diharapkan
siswa kuasai dalam suatu mata pelajaran atau bidang studi. Mereka
mengraikan tujuan pembelajaran secara lebih spesifik. Dengan kata
lain, KD membantu menggambarkan apa yang harus di capai siswa
pada akhir pembelajaran.
b. Pedoman Penyelenggaraan Pembelajaran
KD memberikan panduan kepada guru tentang materi apa yang harus
diajarkan dan hail pembelajaran yang hars dicapai oleh siswa. KD
membantu guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dan
terstruktur.
c. Penilaian Pembelajaran
KD digunakan sebagai pedoman dalam perumusan instrumen
penilaian, termasuk soal ujian, tugas dan rubrik penilaian. KD
membantu memastikan bahwa asesmen mencerminkan pencapaian
siswa terhadap KD yang telah ditetapkan.

7
d. Basis Pemantauan dan Evaluasi
KD membantu dalam pemantauan dan evaluasi progrm pendidikan.
KD memberikan kerangka kerja untuk mengevaluasi sejauh mana
kurikulum dan pembelajaran memenuhi standar yang ditetapkan.
Penting untuk diingat bahwa KD merupakan komponen kunci dalam
perancangan dan pelaksanaan kurikulum yang efektif. KD membantu dalam
mengarahkan pengajaran, penilaian dan evaluasi pembelajran untuk
memastikan bahwa siswa mencapai kompetensi yang diharapkan.

C. Pengertian dan Fungsi Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)


1. Pengertian Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
Indikator merupakan pencapaian Kompetensi Dasar (KD) yang
ditandai dengan perubahan perilaku peserta didik yang diukur mencakup
dari Kompetensi Inti. Indikator merupakan standar dari penilaian atau
evaluasi untuk peseta didik. Indikator dikembangkan sesuai dengan potensi
daerah, potensi sekolahnya, potensi pendidiknya, karakteristik peserta didik,
mata pelajaran dan satuan pendidikan yang kemudian dituangkan dalam
kata kerja operasional yang terukur. Indikator dalam Kurikulum 2013
terbagi menjadi dua, yaitu Indikator Capaian Kompetensi dan Indikator
Penilaian. Pengembangan indikator harus berdasarkan KI dan KD yang
sudah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Permendikbud (Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan) No. 81 tahun 2013 adalah peraturan yang mengatur tentang
Kurikulum 2013. Dalam Permendikbud tersebut, dijelaskan beberapa
indikator yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kurikulum tersebut.
Indikator tersebut mencakup hal-hal seperti:
1. Pencapaian Kompetensi Dasar (KD): Indikator ini mengacu pada
kemampuan siswa dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan
dalam Kurikulum 2013.
2. Pendekatan Pembelajaran: Indikator ini berkaitan dengan metode dan
pendekatan pembelajaran yang harus digunakan dalam Kurikulum
2013, seperti pendekatan saintifik.
3. Pemilihan Materi Pembelajaran: Indikator ini mengacu pada
pemilihan materi yang relevan dan sesuai dengan kompetensi yang
akan dicapai.
4. Penilaian dan Evaluasi: Indikator ini mencakup cara-cara penilaian
dan evaluasi siswa untuk mengukur pencapaian kompetensi.
5. Pengembangan Kepribadian Siswa: Indikator ini menyoroti
pengembangan aspek kepribadian siswa, seperti karakter, etika, dan
moral.
6. Pemberdayaan Guru: Indikator ini mencakup pelatihan dan
pendidikan guru dalam implementasi Kurikulum 2013.

8
2. Fungsi Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
Ada beberapa fungsi indikator yang dengannya menjadikan penting
pada perumusan indikator dalam penyusunan silabus. Fungsi-fungsi
tersebut yaitu:
a. Sebagai tanda-tanda yang menunjukkan terjadinya perubahan
perilaku pada siswa, yang mana tanda-tanda tersebut akan lebih
spesifik dan dapat diamati pada diri siswa setelah siswa mengikuti
kegiatan pembelajaran.
b. Sebagai pedoman dalam menyusun alat ukur. Alat ukur tersebut
dapat dijadikan sebagai alat pembuktian bagi keberhasiln siswa
dalam mencapai standar keluusan yang telah di tentukan.
c. Sebagai pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran.
Penentuan materi pembelajaran ini harus sesuai dengan indikator
yang dikembangkan. Indikator yang dirmuskan secara cermat dan
akurt dapat memberikan arah dalam pengembangan materi
pembelajaran yang efektif yang sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran, potensi dan kebutuhannya baik kebutuhan peserta didik,
sekolah atau lingkungan.
d. Sebagai pedoman dalam merencanakan kegitan pembelajaran.
Rencana pembelajaran perlu dirancang secara efektif agar
kompetensi dapat dicapai secara maksiamal.
e. Sebagai pedoman dalam mengembangkan bahan ajar.
Bahan ajar merupakan materi yang harus dipelajari siswa sebagai
sarana untuk mencapai standar kompetensi dasar. Oleh karena itu
pemilihan bahan ajar yang efektif harus sesuai dengan tuntutan
indikator, sehingga dapat meningkatkan pencapaian kompetensi
secara maksimal.
f. Sebagai pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian
hasil belajar.
Rancangan penilaian memberikan acuan dalam menentukan bentuk
dan jenis penilaian, serta pengembangan indikator penilaian.
Pengembangan indikator penilaian harus mengacu pada indikator
pencapaian yang dikembangkan sesuai dengan tuntutan KI dan KD.

D. Perumusan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)


Kompetensi inti dan kompetensi dasar menjadi acuan atau pedoman dalam
mengembangkan komponen komponen silabus berikutnya. Perumusan
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) merupakan langkah penting
dalam perencanaan pengajaran dan pembelajaran di kelas, oleh karena itu
dalam perumusan kompetensi inti dan kompetensi dasar perlu memperhatikan
beberapa hal. Dikutip dari Nazar langkah-langkah perumusan Kompetensi (KI)
dan kompetensi dasar (KD) ialah sebagai berikut:
a. Guru perlu berpedoman atau mengambil rumusan KI dan KD yang telah
disusun oleh BSNP yang terdapat pada Permendikbud Nomor 24 Tahun
2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada
kurikulum 2013 berdasarkan mata pelajaran yang diampu
b. Guru memilih KI dan KD yang telah dirumuskan oleh BSNP untuk
setiap mata pelajaran. Pemilihan KI dan KD harus disesuaikan dengan

9
jenjang pendidikan, mata pelajaran, dan semester. KI dan KD yang
diambil menjadi pedoman dalam mengembangkan komponen-komponen
silabus berikutnya.
c. Setelah KI dan KD dipilih, selanjutnya dilakukan analisis dengan
mengajukan pertanyaan dasar: “ Apa sajakah tanda-tanda bahwa siswa
-siswi telah menguasai kompetensi?”. Untuk memperoleh jawaban
terhadap pertanyaan dasar tersebut, dapat digunakan tiga pertanyaan
bantuan, berikut;
1) Pengetahuan apa sajakah yang harus dikuasai siswa-siswi. Jawaban
terhadap pertanyaan ini dapat berupa konsep, fakta, prosedur,
prinsip, atau rumus dari body of knowledge ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan mata pelajaran.
2) Keterampilan apa sajakah yang harus dapat ditampilkan siswa.
Jawaban terhadap pertanyaan ini adalaha semua bentuk
keterampilan yang harus diperagakan siswa, sehubungan dengan
kompetensi yang sedang kita analisis. Keterampilan dapat dipilah
menjadi dua bagian yaitu: keterampilan yang muara akhirnya
berupa barang (product) dan keterampilan yang muara akhirnya
berupa penampilan kinerja (performance).
3) Sikap atau perilaku apa sajakah yang dibatinkan dan diterapkan
siswa. Jawaban terhadap pertanyaan ini berupa rumusan perilaku
atau kebiasaan yang berkaitan dengan penerapan sikap nilai dalam
kehidupan siswa sehari-hari. Karena indikator yang hendak kita
kembangkan bertumpu pada kompetensi dasar dari mata pelajaran
tertentu, maka hendaknya dipilih sikap/perilaku yang berhubungan
dengan mata pelajaran tersebut, terutama dengan kompetensi
bersangkutan.
Terkait dengan ketiga aspek diatas, maka Bloom (et al). Dalam Hisyam
Zaini menganalisis kompetensi menjadi tiga aspek, dengan tingkatan yang
berbeda-beda setiap aspeknya, yaitu kompetensi;
a. Kognitif, meliputi tingkatan pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan penilaian.
b. Afektif, meliputi pengenalan, pemberian proses, penghargaan terhadap
nilai, pengorganisasian, dan pengamalan.
c. Psikomotorik, meliputi peniruan, penggunaan, penggunaan, ketepatan,
perangkaian, dan kreativitas. (Bloom dalam Hisyam Zaini,2002: 79-83)
d. Pada proses perumusan SK dan KD perlu memilih kata-kata kerja
umum operasional berdasarkan level kompetensi pembelajaran.
e. Pada proses perumusan dan pengembangan SK dan KD. Guru perlu
memerlukan tingkat kompetensi yang diharapkan tercapai oleh siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Penentuan tingkat
kompetensi yang harus dicapai oleh siswa, juga perlu
mempertimbangkan kemampuan awal siswa. Jika kompetensi yang
telah disusun tidak memenuhi kemampuan awal siswa, maka
kompetensi tersebut hanya sia-sia dan tidak mungkin tercapai oleh
siswa.( Kasful Anwar Dan Hendra Harmi, 2011: 75-83)

10
E. Merumuskan Indikator berdasarkan Kompetensi Dasar
1. Langkah-langkah Perumusan Indikator;
a. Indikator dirumuskan dari Komoetensi Dasar (KD)
b. Menganalisis tingkat kompetensi dalam KI dan KD yang telah
dirumuskan atau dikembangkan sebelumnya.
c. Menganalisis karakteristik mata pelajaran, keragaman kompetensi
siswa, dan potensi sekolah.
d. Menganalisis kata-kata operasional (KKO) dalam merumuskan
indikator.Penggunaan kata-kata operasional dalam rumusan KI dan
KD di atas, biasanya dikembangkan dengan menggunakan level-
level kompetensi yang relevan. Artinya pengembangan indikator
harus mengakomodasi kompetensi yang sesuai dengan tendensi
perumusan KI dan KD.
Jika perumusan KI dan KD-nya lebih menonjol aspek
keterampilan, maka indikator yang dirumuskan harus mencapai
kemampuan keterampilan yang diinginkan, apabila afektif yang
ditonjolkan maka indikator yang dirumuskan harus mencapai level
kompetensi afektif yang diinginkan.
Adapun dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan:
1) Tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang
digunakan dalam Kompetensi Dasar.
2) Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah
3) Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan
atau daerah.

2. Cara Menjabarkan Kompetensi Dasar ke dalam Indikator


Dalam perumusan indikator, perlu adanya pengembangan pada
kompetensi dasar. Adapun cara menjabarkan atau mengembangkan
kompetensi dasar ke dalam indikator, ada dua yaitu; (E. Mulyasa, 2007:
141.)
a. Mengidentifikasi kata-kata untuk indikator kompetensi
Cara yang paling mudah dalam menjabarkan kompetensi dasar ke dalam
indikator adalah menggunakan kata kerja operasional (KKO) yang dapat
diukur. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menambah kolom di sebelah
kanan pada format kompetensi inti dan kompetensi dasar, seperti contoh;

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator


3. Memahami dan 3.5 Menjelaskan Mengingat (C1)
menerapkan pengetahuan sistem persamaan Memahami (C2)
(faktual, konseptual, dan linear dua Menerapkan
prosedural) berdasarkan variabel dan (C3)
rasa ingin tahunya penyelesaiannya Menganalisis
tentang ilmu yang (C4)
pengetahuan, teknologi, dihubungkan Menilai (C5)
seni, budaya terkait dengan masalah Menciptakan
fenomena dan kejadian kontekstual (C6)
tampak mata

11
b. Mengembangkan kalimat indikator
Setelah indikator dari kompetensi dasar diidentifikasi, selanjutnya
dikembangkan ke dalam kalimat indikator yang merupakan karakteristik
kompetensi dasar, seperti dalam contoh mata pelajaran matematika
berikut ini:
1. ) KI 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
2) KD 3.5 Menjelaskan sistem persamaan linear dua variabel dan
penyelesaiannya yang dihubungkan dengan masalah kontekstual
3) Indikator:
3.5.1. Mengetahui konsep persamaan linear dua variabel
3.5.2. Mengetahui sistem persamaan linear dua variabel
3.5.3. Mengetahui perbedaan PSLDV dan SPLDV
3.5.4.Memahami penyelesaian SPLDV dengan model substitusi
yang dihubungkan dengan masalah kontekstual
3.5.5.Memahami SPLDV dengan model eliminasi yang
dihubungkan dengan masalah kontekstual
3.5.6 Memahami SPLDV dengan model garfik yang dihubungkan
dengan masalah kontekstual
3.5.7.Menjelaskan sistem persamaan linear dua variabel dan
penyelesaiannya yang dihubungkan dengan masalah
kontekstual

c. Daftar Kata-kata Operasional untuk Indikator


Untuk mengembangkan indikator disesuai dengan hasil revisi
Taksonomi Bloom. dengan aspek kompetensinya baik itu kognitif, afektif,
maupun psikomotorik
Aspek : Kognitif

No Kompetensi Indikator Kompetensi


1. Mengingat Mengutip, Menebitkan, Menjelaskan Memasagkan,
(remember) Membaca, Menamai, Meninjau, Mentabulasi,
Menulis, Menyatakan, Menunjukkan, Mendaftar,
Menggambar, Membilang, Mengidentifikasi,
Menghafal, Mencatat, Meniru
2. Memahahi Memperkirakan, Menceritajan, Merinci, Megubah,
(undestad) Memperluas, Menjabarkan, Mnconthkan,
Mengemukakan, Menggali, Mengubah,
Menghitung, Menguraikan, Mempertahankan,
Mngartikan, Menerangkan, Menafsirkan,
Memprediksi, Melaporkan, membedakan
3. Menerapka Mengaskan, Menentukan, Menerapkan,
n (aply) Memodifikasi, Membangun, Mencegah, Melatih,
Menyelidiki, Memproses, Memecahkan,

12
Melakukan, Mensimulasikan, Mengurutkan,
Membiasakan, Mengklasifikasi, Menyesuaikan,
Menjalankan, Mengoperasikan, Meramalkan
4. Menganalisi Memecahkan, Menegaskan, Meganalisis,
s (analyze) Menimpulkan, Menjelajah, Mengaitkan,
Mentransfer, Mengedit, Menemukan Menyeleksi,
Mengoreksi, Mendeteksi, Menelaah, Mengukur,
Membangunkan, Merasionalkan, Mendiagnosis,
Memfokuskan, Memadukan
5. Menilai Membandingkan, Menilai, Mengarahkan,
(evaluate) Mengukur, Merangkum, Mendukung, Memilih,
Memproyeksikan, Mengkritik, Mengarahkan,
Memutukan, Memisahkan, Menimbang
6. Menciptaka Mengumpulkan, Mengatur, Merancang, Membuat,
n (create) Merearasi, Memperjelas, Mengarang, Menyususun,
Mengode, Mengkombinasikan, Memfasilitasi,
Mengkonstruksi, Merumuskan, Menghubungkan,
Menciptakan, Menampilkan

Aspek : Afektif

No Kompetensi Indikator Kompetensi


1. Menerima Mengikuti, Menganut, Mematuhi, Meminati
(accept)
2. Meresespon Menyenangi, Menyambut, Mendukung,
(merespon) Maporkan, Memilih, Menampilkan,
Menyetujui, Mengatakan
3. Menghargai Mengsumsikan, Meyakinkan, Memperjelas,
(respect) Menekankan, Menyumbang, Mengimani
4. Mengorganisasi Mengubah, Menata, Membangun, Membentuk,
kan Mendapat, Memadukan, Mengelola,
(organize) Merembuk, Menegoisas
5. Karakterisasi Membiasakan, Mengubah, Perilaku, Berakhlak,
(characterizatio mulia, Melayani, Membuktikan, Memecahkan
n)

Aspek : Psikomotorik (Gerak Jiwa)

No Kompetensi Indikator Kompetensi


1. Meniru(imitate) Menyalin, Mengikuti, Mereplikasi, Mengulangi,
Mematuhi, Mengaktifkan, Menyesuaikan,
Menggabungkan, Melamar, Mengatur,
Mengumpulkan, Menimbang, Memperkecil,
Membangun, Mengubah, Membersihkan,
Memposisikan, Mengkontruksi
2. Manipulasi Kembali, Membuat, Membangun, Melakukan,
(manipulation) Melaksanakan, Menerapkan, Mengreksi,
Mendemontrasikan, Merancang, Memilih,

13
Melatih, Memperbaki, Mengidentifikasikan,
Mengisi, Menempatkan, Membuat,
Memanipilasi, Merespoin, Mencampur
3. Presisi Menunjukkan, Melengapi, Menyempurnakan,
(precision) Mengkalibrasi, Mengendalikan, Mengalihkan,
Menggantikan, Memutar, Mengirim,
Memindahkan, Mendorong, Menarik,
Memproduksi, Mencampur, Mengoperasi,
Mengemas, Membungkus
4. Artikulasi Membangun, Mengatasi, Menggabungkan,
(articulation) Beradaptasi, Memodifikasi, Merumuskan,
Mengalihkan, Mempertajam, Membentuk,
Memadankan, Menggunakan, Memulai,
Menyetir, Menjelaskan, Menempel,
Menskestsa, Mendengarkan, Menimbang
5 Naturalisasi Mendesain, Menentukan, Mengelola
(naturalization)

F. Pengertian CP, TP dan Asesmen Pada Kurikulum Merdeka


1. Pengertian Capaian Pembelajaran (CP)
Capaian Pembelajaran (CP) merupakan kompetensi pembelajaran
yang harus dicapai peserta didik pada setiap fase perkembangan. Capaian
Pembelajaran mencakup sekumpulan kompetensi dan lingkup materi,
yang disusun secara komprehensif dalam bentuk narasi. Capaian
Pembelajaran (CP) adalah kompetensi pembelajaran yang harus dicapai
murid pada setiap fase perkembangan, yang dimulai dari fase Fondasi pada
PAUD. Capaian Pembelajaran untuk pendidikan anak usia dini (PAUD)
terdiri atas satu fase, yaitu fase Fondasi. - Capaian Pembelajaran untuk
pendidikan dasar dan menengah terdiri dari 6 fase (A-F), atau tahapan yang
meliputi seluruh jenjang pendidikan dasar dan menengah (SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, SDLB, SMPLB, SMALB, Paket A,
Paket B, dan Paket C).
Capaian Pembelajaran untuk pendidikan dasar dan menengah juga
disusun untuk setiap mata pelajaran. Dalam Dokumen CP terdapat empat
(4) Komponen, diantaranya:
1. Rasional Mata Pelajaran
2. Tujuan Mata Pelajaran
3. Karakteristik Mata Pelajaran
4. Capaian Pembelajaran Setiap Fase.

2. Pengertian Tujuan Pembelajaran (TP)


Tujuan pembelajaran adalah deskripsi pencapaian tiga aspek
kompetensi, yakni pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang diperoleh
murid dalam satu atau lebih kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
disusun dengan memperhatikan kemungkinan pengumpulan bukti yang
eviden, artinya dapat diamati dan diukur melalui asesmen, sehingga
murid dapat dipantau ketercapaiannya atas tujuan pembelajaran tersebut.

14
Penulisan tujuan pembelajaran sebaiknya memuat 2 komponen utama,
yaitu kompetensi dan lingkup materi
a. Kompetensi
Komponen kompetensi merupakan komponen tujuan pembelajaran
yang terkait dengan kemampuan yang perlu didemonstrasikan oleh
murid untuk menunjukkan dirinya telah berhasil mencapai tujuan
pembelajaran tersebut. Pertanyaan panduan yang bisa digunakan
guru dalam menyusun tujuan pembelajaran terkait dengan
komponen kompetensi, antara lain:
1. Secara konkret, kemampuan apa yang perlu didemonstrasikan
oleh murid sebagai tanda bahwa dia sudah mencapai
kompetensi ini?
2. Secara konkret, tahapan dalam berpikir seperti apa yang perlu
didemonstrasikan oleh murid sebagai tanda bahwa dia sudah
mencapai kompetensi ini?

b. Lingkup materi
Komponen lingkup materi merupakan komponen tujuan
pembelajaran yang terkait dengan konten dan konsep utama yang
perlu dipahami pada akhir suatu unit pembelajaran. Pertanyaan
panduan yang bisa digunakan guru dalam menyusun tujuan
pembelajaran terkait dengan komponen lingkup materi, antara lain:
1. Konten apa saja yang perlu dipelajari murid yang terkait
dengan konsep besar yang dinyatakan dalam narasi Capaian
Pembelajaran?
2. Bagaimana lingkungan sekitar dan kehidupan keseharian
murid dapat digunakan sebagai konteks untuk mempelajari
konsep tersebut? (misal: proses pengolahan hasil panen
digunakan sebagai konteks untuk belajar tentang persamaan
linear di SMA).

3. Pengertian Asesmen
Kata asesmen berasal dari serapan bahasa Inggris,
yaitu assessment yang artinya penilaian. Dalam dunia pendidikan,
asesmen adalah serangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan data,
analisis data, hingga interpretasi data yang bertujuan untuk mengetahui
tingkat pemahaman dan kinerja siswa selama proses pembelajaran.
Asesmen ini tidak hanya dilakukan di akhir pembelajaran saja, tapi juga
selama proses pembelajaran berlangsung. Biasanya, asesmen terhadap
siswa ini dilakukan oleh masing-masing guru pengampu mata
pelajaran. Ada dua asesmen yang digunakan dalam Kurikulum Merdeka,
yaitu asesmen formatif dan sumatif. Berikut penjelasan lebih lanjut
mengenai kedua jenis asesmen Kurikulum Merdeka tersebut.
a. Asesmen Formatif
Asesmen formatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memberikan
informasi atau umpan balik kepada guru maupun siswa agar dapat
memperbaiki proses belajar. Asesmen ini dilakukan di awal
pembelajaran, pertengahan pembelajaran, akhir pembelajaran,

15
maupun sepanjang pembelajaran berlangsung. Asesmen formatif
yang dilakukan di awal pembelajaran bertujuan untuk memberikan
informasi kepada guru mengenai kesiapan siswa dalam mempelajari
materi pelajaran sekaligus kesiapan mereka dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan. Artinya, asesmen ini tidak
digunakan untuk keperluan penilaian hasil belajar siswa yang
dilaporkan dalam rapor. Sementara jika asesmen formatif dilakukan
di pertengahan, akhir, atau sepanjang pembelajaran berlangsung
bertujuan untuk mengetahui perkembangan siswa sekaligus
memberikan umpan balik yang cepat kepada guru, misalnya mengenai
pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dijelaskan.
Jika siswa sudah berhasil mencapai tujuan pembelajaran, maka guru
dapat melanjutkan ke tujuan pembelajaran berikutnya. Namun, jika
tujuan pembelajaran belum tercapai, maka guru perlu melakukan
penguatan terlebih dahulu sebelum lanjut ke tujuan
pembelajaran. Dilansir dari Panduan Pembelajaran dan Asesmen
Kemendikbud, asesmen formatif adalah asesmen yang diutamakan
daripada asesmen sumatif. Hal ini dikarenakan, asesmen ini lebih
berfokus pada perkembangan kompetensi siswa daripada hasil akhir.

b. Asesmen Sumatif
Asesmen sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memastikan
tercapai tujuan pembelajaran secara keseluruhan. Itulah mengapa,
asesmen ini sering dilakukan di akhir proses pembelajaran, seperti di
akhir semester, akhir tahun ajaran, atau akhir jenjang
pendidikan. Berbeda dengan asesmen formatif, asesmen sumatif dapat
mempengaruhi nilai rapor siswa dan menentukan kelanjutan proses
belajar siswa di kelas atau jenjang pendidikan berikutnya. Itu artinya,
siswa yang tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran atau tidak
memenuhi standar pencapaian pembelajaran yang telah ditetapkan,
bisa saja tidak naik kelas atau tidak bisa melanjutkan ke jenjang
pendidikan berikutnya. Perlu diketahui bahwa guru tidak hanya dapat
menggunakan teknik atau instrumen tertentu untuk melakukan
asesmen sumatif, seperti tes tertulis, tapi juga bisa menggunakan
teknik lain, seperti observasi, praktik, mengerjakan proyek, dan
membuat portofolio.

16
Contoh Perumusan Indikator berdasarkan Kompetensi Dasar Matematika SD/MI kelas VI

Tingkat Tingkat
KOMPETENSI INTI KOMPETENS Kompetensi INDIKATOR Kompetensi
DASAR KD Indikator
3. Memahami pengetahuan faktual dan 3.4 Menjelaskan titik C2 3.4.1 Peserta didik dapat C1
konseptual dengan cara mengamati, pusat, jari-jari, mengidentifikasi hal hal
menanya, dan mencoba berdasarkan rasa diameter, busur, tali yang berkaitan dengan
ingin tahu tentang dirinya, makhluk busur, tembereng, lingkaran dalam kehidupan
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan dan juring sehari hari
benda-benda yang dijumpainya di 3.4.2 Peserta didik dapat C1
rumah, di sekolah, dan tempat bermain mengetahui titik pusat, jari
jari dan diameter
3.4.3 Peserta didik dapat C1
mengetahui busur, tali busur,
tembereng dan juring
3.1.3 Peserta didik dapat C2
menjelaskan secara tertulis
mengenai titik pusat, jari-
jari, diameter, busur, tali
busur,tembereng, dan juring

17
Contoh Perumusan Indikator berdasarkan Komptetensi Dasar Matematika SMP/MTs Kelas VIII

Tingkat Tingkat
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR Kompetensi INDIKATOR Kompetensi
KD Indikator
3. Memahami dan menerapkan 3.5 Menjelaskan sistem C2 3.5.1 Peserta didik dapat C1
pengetahuan (faktual, konseptual, persamaan linear dua mengetahui konsep persamaan
dan prosedural) berdasarkan rasa variabel dan linear dua variabel
ingin tahunya tentang ilmu penyelesaiannya 3.5.2 Peserta didik dapat C1
pengetahuan, teknologi, seni, yang mengetahui sistem persamaan
budaya terkait fenomena dan dihubungkan dengan linear dua variabel
kejadian tampak mata masalah kontekstual 3.5.3 Peserta didik dapat C1
mengetahui perbedaan PSLDV
dan SPLDV
3.5.4 Peserta didik dapat memahami C2
penyelesaian SPLDV dengan
model substitusi yang
dihubungkan dengan masalah
kontekstual
3.5.5 Peserta didik dapat memahami C2
SPLDV dengan model
eliminasi yang dihubungkan
dengan masalah kontekstual
3.5.6 Peserta didik dapat memahami C2
SPLDV dengan model grafik

18
yang dihubungkan dengan
masalah kontekstual
3.5.7 Peserta didik dapat C2
menjelaskan secara tertulis
sistem persamaan
linear dua variabel dan
penyelesaiannya yang
dihubungkan dengan masalah
kontekstual

19
Contoh Perumusan Indikator berdasarkan Kompetensi Dasar Matematika SMA/SMK kelas X

Tingkat Tingkat
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR Kompetensi INDIKATOR Kompetensi
KD Indikator
3. Memahami, menerapkan, dan 3.7 Menjelaskan rasio C2 3.7.1 Peserta didik dapat C1
menganalisis pengetahuan trigonometri (sinus, cosinus, mengetahui perbandingan
faktual, konseptual, procedural tangen, cosecan, secan, dan trigonometri dalam
berdasarkan rasa ingintahunya cotangen) pada segitiga siku- segitiga siku siku
tentang ilmu pengetahuan, siku 3.7.2 Peserta didik dapat C1
teknologi, seni, budaya, dan mengetahui perbandingan
humaniora dengan wawasan trigonometri dalam
kemanusiaan, kebangsaan, bidang cartesius
kenegaraan, dan peradaban terkait 3.7.3 Peserta didik dapat C1
penyebab fenomena dan kejadian, mengetahui Identitas dan
serta menerapkan pengetahuan grafik fungsi trigonometri
prosedural pada bidang kajian 3.7.4 Peserta didik dapat C2
yang spesifik sesuai dengan bakat menjelaskan secara
dan minatnya untuk memecahkan tertulis mengenai rasio
masalah trigonometri
(sinus, cosinus, tangen,
cosecan, secan, dan
cotangen) pada segitiga
siku-siku

20
CONTOH CAPAIAN PEMBELAJARAN DAN TUJUAN
PEMBELAJARAN MATEMATIKA FASE D

CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA

A. Rasional Mata Pelajaran Matematika


Matematika merupakan ilmu atau pengetahuan tentang belajar atau berpikir
logis yang sangat dibutuhkan manusia untuk hidup yang mendasari
perkembangan teknologi modern. Matematika mempunyai peran penting
dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Matematika
dipandang sebagai materi pembelajaran yang harus dipahami sekaligus sebagai
alat konseptual untuk mengonstruksi dan merekonstruksi materi tersebut,
mengasah, dan melatih kecakapan berpikir yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan. Belajar matematika dapat
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif. Kompetensi tersebut diperlukan agar pembelajar
memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi
untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, penuh dengan
ketidakpastian, dan bersifat kompetitif. Mata Pelajaran Matematika membekali
peserta didik tentang cara berpikir, bernalar, dan berlogika melalui aktivitas
mental tertentu yang membentuk alur berpikir berkesinambungan dan berujung
pada pembentukan alur pemahaman terhadap materi pembelajaran matematika
berupa fakta, konsep, prinsip, operasi, relasi, masalah, dan solusi matematis
tertentu yang bersifat formal-universal. Proses mental tersebut dapat
memperkuat disposisi peserta didik untuk merasakan makna dan manfaat
matematika dan belajar matematika serta nilai- nilai moral dalam belajar Mata
Pelajaran Matematika, meliputi kebebasan, kemahiran, penaksiran,
keakuratan, kesistematisan, kerasionalan, kesabaran, kemandirian,
kedisiplinan, ketekunan, ketangguhan, kepercayaan diri, keterbukaan pikiran,
dan kreativitas. Dengan demikian relevansinya dengan profil pelajar Pancasila,
Mata Pelajaran Matematika ditujukan untuk mengembangkan kemandirian,
kemampuan bernalar kritis, dan kreativitas peserta didik. Adapun materi
pembelajaran pada Mata Pelajaran Matematika di setiap jenjang pendidikan
dikemas melalui bidang kajian Bilangan, Aljabar, Pengukuran, Geometri,
Analisis Data dan Peluang, dan Kalkulus (sebagai pilihan untuk kelas XI dan
XII.

B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Mata Pelajaran Matematika Mata Pelajaran Matematika bertujuan
untuk membekali peserta didik agar dapat:
1. memahami materi pembelajaran matematika berupa fakta, konsep,
prinsip, operasi, dan relasi matematis dan mengaplikasikannya secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah matematis
(pemahaman matematis dan kecakapan prosedural),
2. menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematis dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

21
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika (penalaran dan
pembuktian matematis),
3. memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematis, menyelesaikan model atau menafsirkan
solusi yang diperoleh (pemecahan masalah matematis).
4. mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, serta menyajikan suatu
situasi ke dalam simbol atau model matematis (komunikasi dan
representasi matematis),
5. mengaitkan materi pembelajaran matematika berupa fakta, konsep,
prinsip, operasi, dan relasi matematis pada suatu bidang kajian, lintas
bidang kajian, lintas bidang ilmu, dan dengan kehidupan (koneksi
matematis).
6. memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap kreatif, sabar, mandiri, tekun, terbuka, tangguh,
ulet, dan percaya diri dalam pemecahan masalah (disposisi matematis).

C. Karakteristik Mata Pelajaran Matematika


Mata Pelajaran Matematika diorganisasikan dalam lingkup lima elemen
konten (dengan tambahan 1 elemen sebagai pilihan untuk kelas XI dan XII)
dan lima elemen proses.
1. Elemen konten dalam Mata Pelajaran Matematika terkait dengan
pandangan bahwa matematika sebagai materi pembelajaran (subject
matter) yang harus dipahami peserta didik. Pemahaman 135 matematis
terkait erat dengan pembentukan alur pemahaman terhadap materi
pembelajaran matematika berupa fakta, konsep, prinsip, operasi, dan
relasi yang bersifat formal-universal.

Elemen Deskripsi
Bilangan Bidang kajian Bilangan membahas tentang angka
sebagai simbol bilangan, konsep bilangan, operasi
hitung bilangan, dan relasi antara berbagai operasi
hitung bilangan dalam subelemen representasi visual,
sifat urutan, dan operasi.
Aljabar Bidang kajian Bilangan membahas tentang angka
sebagai simbol bilangan, konsep bilangan, operasi
hitung bilangan, dan relasi antara berbagai operasi
hitung bilangan dalam subelemen representasi visual,
sifat urutan, dan operasi.
Pengukuran Bidang kajian Pengukuran membahas tentang
besaran- besaran pengukuran, cara mengukur besaran
tertentu, dan membuktikan prinsip atau teorema terkait
besaran tertentu dalam subelemen pengukuran besaran
geometris dan non-geometris.
Geometri Bidang kajian Geometri membahas tentang berbagai
bentuk bangun datar dan bangun ruang baik dalam

22
kajian Euclides maupun Non-Euclides serta ciricirinya
dalam subelemen geometri datar dan geometri ruang
Analisis Bidang kajian Analisis Data dan Peluang membahas
Data dan tentang pengertian data, jenis-jenis data, pengolahan
Peluang data dalam berbagai bentuk representasi, dan analisis
data kuantitatif terkait pemusatan dan penyebaran data
serta peluang munculnya suatu data atau kejadian
tertentu dalam subelemen data dan representasinya,
serta ketidakpastian dan peluangAnalisis Data dan
Peluang
Kalkulus Bidang kajian Kalkulus membahas tentang laju
(sebagai perubahan sesaat dari suatu fungsi kontinu, dan
pilihan mencakup topik limit, diferensial, dan integral, serta
untuk kelas penggunaannya.
XI dan XII

2. Elemen proses dalam mata pelajaran Matematika terkait dengan


pandangan bahwa matematika sebagai alat konseptual untuk
mengonstruksi dan merekonstruksi materi pembelajaran matematika
berupa aktivitas mental yang membentuk alur berpikir dan alur
pemahaman yang dapat mengembangkan kecakapan- kecakapan.

Elemen Deskripsi
Penalaran dan Penalaran terkait dengan proses penggunaan
Pembuktian pola hubungan dalam menganalisis situasi
Matematis untuk menyusun serta menyelidiki praduga.
Pembuktian matematis terkait proses
membuktikan kebenaran suatu prinsip, rumus,
atau teorema tertentu
Pemecahan Pemecahan masalah matematis terkait dengan
Masalah Matematis proses penyelesaian masalah matematis atau
masalah seharihari dengan cara menerapkan
dan mengadaptasi berbagai strategi yang
efektif. Proses ini juga mencakup konstruksi
dan rekonstruksi pemahaman matematika
melalui pemecahan masalah.
Komunikasi Komunikasi matematis terkait dengan
pembentukan alur pemahaman materi
pembelajaran matematika melalui cara
mengomunikasikan pemikiran matematis
menggunakan bahasa matematis yang tepat.
Komunikasi matematis juga mencakup proses
menganalisis dan mengevaluasi pemikiran
matematis orang lain.
Representasi Representasi matematis terkait dengan proses
Matematis membuat dan menggunakan simbol, tabel,
diagram, atau bentuk lain untuk
mengomunikasikan gagasan dan pemodelan

23
matematika. Proses ini juga mencakup
fleksibilitas dalam mengubah dari satu bentuk
representasi ke bentuk representasi lainnya, dan
memilih representasi yang paling sesuai untuk
memecahkan masalah.
Koneksi Matematis Koneksi matematis terkait dengan proses
mengaitkan antar materi pembelajaran
matematika pada suatu bidang kajian, lintas
bidang kajian, lintas bidang ilmu, dan dengan
kehidupan

D. Capaian Pembelajaran Fase D


Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII dan IX SMP/MTs/Paket B) Pada
akhir fase D, peserta didik dapat menyelesaikan masalah kontekstual peserta
didik dengan menggunakan konsep-konsep dan keterampilan matematika yang
dipelajari pada fase ini. Mereka mampu mengoperasikan secara efisien
bilangan bulat, bilangan rasional dan irasional, bilangan desimal, bilangan
berpangkat bulat dan akar, bilangan dalam notasi ilmiah; melakukan
pemfaktoran bilangan prima, menggunakan faktor skala, proporsi dan laju
perubahan. Mereka dapat menyajikan dan menyelesaikan persamaan dan
pertidaksamaan linier satu variabel dan sistem persamaan linier dengan dua
variabel dengan beberapa cara, memahami dan menyajikan relasi dan fungsi.
Mereka dapat menentukan luas permukaan dan volume bangun ruang (prisma,
tabung, bola, limas dan kerucut) untuk menyelesaikan masalah yang terkait,
menjelaskan pengaruh perubahan secara proporsional dari bangun datar dan
bangun ruang terhadap ukuran panjang, luas, dan/atau volume. Mereka dapat
membuat jaring-jaring bangun ruang (prisma, tabung, limas dan kerucut) dan
membuat bangun ruang tersebut dari jaring-jaringnya. Mereka dapat
menggunakan sifat-sifat hubungan sudut terkait dengan garis transversal, sifat
kongruen dan kesebangunan pada segitiga dan segiempat. Mereka dapat
menunjukkan kebenaran teorema Pythagoras dan menggunakannya. Mereka
dapat melakukan transformasi geometri tunggal di bidang koordinat Kartesius.
Mereka dapat membuat dan menginterpretasi diagram batang dan diagram
lingkaran. Mereka dapat mengambil sampel yang mewakili suatu populasi,
menggunakan mean, median, modus, range untuk menyelesaikan masalah; dan
menginvestigasi dampak perubahan data terhadap pengukuran pusat. Mereka
dapat menjelaskan dan menggunakan pengertian peluang, frekuensi relatif dan
frekuensi harapan satu kejadian pada suatu percobaan sederhana.

Fase D Berdasarkan Elemen

Elemen Capaian Pembelajaran


Aljabar Di akhir fase D, peserta didik dapat membaca,
menulis, dan membandingkan bilangan bulat,
bilangan rasional dan irasional, bilangan desimal,
bilangan berpangkat bulat dan akar, bilangan dalam
notasi ilmiah. Mereka dapat menerapkan operasi
aritmetika pada bilangan real, dan memberikan

24
estimasi/perkiraan dalam menyelesaikan masalah
(termasuk berkaitan dengan literasi finansial).
Peserta didik dapat menggunakan faktorisasi prima
dan pengertian rasio (skala, proporsi, dan laju
perubahan) dalam penyelesaian masalah.
Aljabar Di akhir fase D peserta didik dapat mengenali,
memprediksi dan menggeneralisasi pola dalam
bentuk susunan benda dan bilangan. Mereka dapat
menyatakan suatu situasi ke dalam bentuk aljabar.
Mereka dapat menggunakan sifat-sifat operasi
(komutatif, asosiatif, dan distributif) untuk
menghasilkan bentuk aljabar yang ekuivalen.
Peserta didik dapat memahami relasi dan fungsi
(domain, kodomain, range) dan menyajikannya
dalam bentuk diagram panah, tabel, himpunan
pasangan berurutan, dan grafik. Mereka dapat
membedakan beberapa fungsi nonlinear dari fungsi
linear secara grafik. Mereka dapat menyelesaikan
persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.
Mereka dapat menyajikan, menganalisis, dan
menyelesaikan masalah dengan menggunakan
relasi, fungsi dan persamaan linear. Mereka dapat
menyelesaikan sistem persaman linear dua variabel
melalui beberapa cara untuk penyelesaian masalah.
Pengukuran Di akhir fase D peserta didik dapat menjelaskan
cara untuk menentukan luas lingkaran dan
menyelesaikan masalah yang terkait. Mereka dapat
menjelaskan cara untuk menentukan luas
permukaan dan volume bangun ruang (prisma,
tabung, bola, limas dan kerucut) dan menyelesaikan
masalah yang terkait. Mereka dapat menjelaskan
pengaruh perubahan secara proporsional dari
bangun datar dan bangun ruang terhadap ukuran
panjang, besar sudut, luas, dan/atau volume.
Geometri Di akhir fase D peserta didik dapat membuat
jaringjaring bangun ruang (prisma, tabung, limas
dan kerucut) dan membuat bangun ruang tersebut
dari jaring-jaringnya. Peserta didik dapat
menggunakan hubungan antarsudut yang terbentuk
oleh dua garis yang berpotongan, dan oleh dua garis
sejajar yang dipotong sebuah garis transversal
untuk menyelesaikan masalah (termasuk
menentukan jumlah besar sudut dalam sebuah
segitiga, menentukan besar sudut yang belum
diketahui pada sebuah segitiga). Mereka dapat
menjelaskan sifat-sifat kekongruenan dan
kesebangunan pada segitiga dan segiempat, dan
menggunakannya untuk menyelesaikan masalah.

25
Mereka dapat menunjukkan kebenaran teorema
Pythagoras dan menggunakannya dalam
menyelesaikan masalah (termasuk jarak antara dua
titik pada bidang koordinat Kartesius). Peserta
didik dapat melakukan transformasi tunggal
(refleksi, translasi, rotasi, dan dilatasi) titik, garis,
dan bangun datar pada bidang koordinat Kartesius
dan menggunakannya untuk menyelesaikan
masalah.
Analisa Data dan Di akhir fase D, peserta didik dapat merumuskan
Peluang pertanyaan, mengumpulkan, menyajikan, dan
menganalisis data untuk menjawab pertanyaan.
Mereka dapat menggunakan diagram batang dan
diagram lingkaran untuk menyajikan dan
menginterpretasi data. Mereka dapat mengambil
sampel yang mewakili suatu populasi untuk
mendapatkan data yang terkait dengan mereka dan
lingkungan mereka. Mereka dapat menentukan dan
menafsirkan rerata (mean), median, modus, dan
jangkauan (range) dari data tersebut untuk
menyelesaikan masalah (termasuk
membandingkan suatu data terhadap kelompoknya,
membandingkan dua kelompok data, memprediksi,
membuat keputusan). Mereka dapat
menginvestigasi kemungkinan adanya perubahan
pengukuran pusat tersebut akibat perubahan data.
Peserta didik dapat menjelaskan dan menggunakan
pengertian peluang dan frekuensi relatif untuk
menentukan frekuensi harapan satu kejadian pada
suatu percobaan sederhana (semua hasil percobaan
dapat muncul secara merata).

26
BAB III KESIMPULAN

Kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator adalah konsep-


konsep kunci dalam pendidikan yang fokus pada menciptakan pembelajaran
yang relevan dan bermakna. Kompetensi Inti (KI) merupakan tingkat
kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik untuk mencapai SKL.
Kompetensi inti (KI) memiliki peran yang penting dalam memandu
pengembangan kurikulum, pembelajaran, dan penilaian yang sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional. Kompetensi Inti (KI) dijabarkan menjadi
Komptensi Dasar (KD). Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi
setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi
Inti (KI). Kompetensi Dasar ini kemudian dikembangkan dengan
memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari
suatu mata pelajaran. Kompetensi Dasar ini membantu dalam mengarahkan
pengajaran, penilaian, dan evaluasi pembelajaran untuk memastikan bahwa
siswa mencapai kompetensi yang diharapkan.
Kompetensi Dasar (KD) dijabarkan menjadi indikator, dimana
indikator ialah sesuatu yang dapat diukur untuk menunjukkan ketercapaian
kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian muatan pelajaran.
Penggunaan indikator pembelajaran merupakan praktik yang umum dan
penting dalam pengembangan pendidikan. Indikator membantu dalam
merencanakan, mengukur, dan menilai hasil pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan oleh Kemendikbud.
Mengonversi KI dan KD menjadi indikator pembelajaran membantu
memastikan bahwa tujuan pembelajaran dan pengajaran yang Anda
tetapkan lebih terukur dan dapat dievaluasi dengan baik. Ini juga membantu
siswa dan guru memahami ekspektasi yang diperlukan untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan.
Dalam kurikulum merdeka setiap asesmen harus mencerminkan CP dan
TP yang telah ditetapkan, dan harus dirancang untuk mengukur pemahaman
dan penguasaan siswa terhadap konsep matematika yang diajarkan. Selain
itu, CP, TP, dan asesmen dapat berkolaborasi untuk mencakup berbagai
tingkat keterampilan dan pemahaman, sehingga siswa dengan tingkat
kemampuan yang berbeda dapat terpenuhi. Dengan pemahaman yang kuat
tentang konsep-konsep ini, pendidik dapat merancang kurikulum yang lebih
efektif, mengukur kemajuan siswa dengan lebih baik, dan mempersiapkan
siswa untuk masa depan yang penuh tantangan. Dengan fokus yang tepat
pada aspek-aspek ini, kita dapat membentuk masa depan yang lebih cerah
untuk pendidikan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Suparno, A. Suhaenah. (2000). Pembangun Kompetensi Belajar. Jakarta:


Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Undang-Undang RI nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Permendikbud nomor 20 tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Permendikbud nomor 21 tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Marzano, Robert J. (2008). Designing and Assesing Educational Objective. UK:
Corwin Press.
Anwar Kasful dan Harmi Hendra, Perencanaan Sistem Pembelajaran KTSP,
Bandung: Alfabeta, 11.
Badan Standar Nasional Pendidikan, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan, Jakarta, 2006.
Majid Abdul, Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Mulyasa E., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya,
Cet. ke-2, 2007.
Munthe Bermawy, Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
cet.ke-10, 2014.
Muslich Masnur, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar
Pemahaman Dan Pengembangan: Pedoman Bagi Pengelola Lembaga
Pendidikan, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Dewan
Sekolah, Dan Guru, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Ambarawati, M. (2016). Analisis Keterampilan Mengajar Calon Guru Pendidikan
Matematika Pada MataKuliah Micro Teaching. PEDAGOGIA: Jurnal
Pendidikan 5, 81–81. doi: 10.21070/pedagogia.v5i1.91.
Arman, A. (2017). Upaya Peningkatan Kompetensi Guru dalam Menyusun Ren-
cana Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik Kepala
Sekolah Di SMAN 1 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat. Jurnal
Manajemen Pendidikan (JMP) 1, 55-62.

https://www.edukasiku.com/2021/07/pengertian-dan-hubungan-skl-ki-kd.html

28

Anda mungkin juga menyukai