YANG BAIK
KELOMPOK 1
DARIZ RADYANANDA BARUS (7221143011)
SILVIA DIVA SARI (7223343003)
ANNISA MUTY NUR AMI (7223343012)
CINDY DWIANA PUTRI (7221143001)
NOVITA SARI BR SIBORO (7223343010)
RISKI AULIA RAHMADHANI (7221143009)
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terkait yang telah
membantu dalam penyelesaian tugas ini, juga tak lupa kami ucapkan terima kasih
banyak kepada ibu Novita Indah Hasibuan. S.Pd., M.Pd selaku Dosen Pengampu
yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan tugas makalah ini.
Disisi lain kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan makalah ini masih
banyak terdapat didalamnya kesalahan-kesalahan baik dari kata-kata maupun
penulisan yang ada. Maka dari itu, dengan penuh harap kami mengharapkan saran
dan kritik yang membangun guna menyempurnakan laporan makalah selanjutnya.
Dan yang terakhir kami juga berharap semoga laporan makalah ini dapat
menambah wawasan bagi para pembacanya.
Kelompok 1
1
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR...............................................................................................
1..................................................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1. Jenis-Jenis dari Tes............................................................................
4
2. Kriteria instrument tes yang baik.......................................................
12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
18
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2 Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
1. JENIS-JENIS TES
Tes memiliki jenis yang beragam sesuai dengan fungsinya, seperti tes
prestasi belajar (achievement test), tes penguasaan (proficiency test), tes bakat
(aptitude test), tes diagnostik (diagnostic test). dan tes penempatan (placement
test). Jika dilihat dari bentuk jawaban peserta didik, maka tes dapat dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Tes tertulis ada
dua bentuk, yaitu bentuk uraian (essay) dan bentuk objektif (objective).
4
Berikut adalah contoh masing-masing pertanyaan tes uraian terbatas
(restricted respons items) dan uraian bebas (extended respons items):
1. Tes uraian dalam bentuk bebas atau terbuka.
Contoh: Coba jelaskan fungsi dan tujuan belajar Matematika dalam
kehidupan dan berikan contohnya.
2. Tes uraian dalam bentuk uraian terbatas.
Contoh: Andi memiliki 18 kelereng merah dan 22 kelereng putih lalu
dimasukkan kedalam kotak. Tiap kotak berisi kelereng merah yang
sama banyak dan kelerengn putih yang sama banyak pula. Berapa
banyak kotak yang diperlukan?
Untuk penyusunan jenis tes bentuk uraian ada beberapa langkah yang
dapat dipedomani sebagai berikut:
1. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian diusahakan agar soal
tersebut dapat mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran yang
telah diajarkan.
2. Untuk menghindari tumbuhnya perbuatan curang oleh tester
misalnya, menyontek dan bertanya kepada tester yang lainya
hendaknya sesuatu kalimat pada soal berlawanan dengan buku
pelajaran.
5
3. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan
agar pertanyaan-pertanyaan itu jangan dibuat seragam melainkan
bervariasi. Contohnya: Jelaskan perbedaan antara … dengan .. dan
kemukakan alasannya… mengapa…
4. Kalimat soal yang disusun hendaklah ringkas dan padat.
5. Sebelum tester mengerjakan soal hendaklah seorang tester
mengemukakan cara mengerjakannya, contoh, “Jawaban soal harus
ditulis di atas lembaran jawaban dan sesuai dengan urut nomor
Sebagaimana jenis tes lainnya, tes uraian juga memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan tes uraian diantaranya adalah:
Bagi guru, menyusun tes tersebut sangat mudah dan tidak
memerlukan waktu yang lama.
Si penjawab mempunyai kebebasan dalam menjawab dan
mengeluarkan isi hati dan buah pikirannya.
Melatih mengeluarkan pikiran dalam bentuk kalimat atau bahasa
yang teratur. Lebih ekonomis, hemat karena tidak memerlukan
kertas terlalu banyak untuk membuat soal tes, dapat didektekan
atau ditulis dipapan tulis.
6
tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items) yang dapat dijawab
oleh tester dengan jalan memilih salah satu (atau lebih), di antara beberapa
kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing masing items atau
dengan jalan menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol
tertentu pada tempat-tempat yang disediakan untuk masing-masing butir yang
bersangkutan. Terdapat beberapa jenis tes bentuk objektif, misalnya: bentuk
melengkapi (completion test), pilihan ganda (multifle chois), menjodohkan
(matching), bentuk pilihan benar-salah (true false). Lebih jelasnya diuraikan
subagai berikut :
b) Jika dibanding dengan tes objektif bentuk fill in, tes objektif ini lebih
menghemat tempat (kertas).
c) Karena bahan yang disajikan dalam tes ini cukup banyak dan beragam.
d) Test ini juga dapat digunakan untuk mengukur berbagai taraf kompetensi
dan tidak sekedar.
7
a) Hendaknya antara pernyataan dalam soal dengan alternatif jawaban
terdapat kesesuaian.
b) b)Kalimat pada tiap-tiap butir soal hendaknya dapat disusun dengan
jelas.
c) Sebaiknya soal hendaknya disusun menggunakan bahasa yang
mudah dipahami.
d) Setiap butir pertanyaan hendaknya hanya mengandung satu masalah,
meskipun masalah itu agak kompleks.
8
-Karena mudah disusun, maka tes jenis ini kurang baik acap kali dijadikan
"pelarian" bagi pengajaran, yaitu kalau pengajar tidak sempat lagi untuk
membuat tes bentuk lain.
-Karena jawaban yang pendek, maka tes ini kurang baik untuk
mengevaluasi pengertian dan kemampuan membuat tafsiran.
9
b) Ungkapan cerita yang dijadikan bahan tes hendaknya disusun
seringkas mungkin demi menghemat tempat atau kertas serta waktu
penyesuaiannya.
c) Apabila jenis mata pelajaran yang akan disajikan itu memungkinkan
pengajaran atau pengujian soal juga dapat dituangkan dalam bentuk
gambar.
10
a) Seyogianya membuat petunjuk yang jelas, bagaimana mengerjakan soal
tes, agar anak tidak bingung.
b) Jangan membuat pernyataan yang masih dapat dipersoalkan antara benar
dan salahnya, pernyataan sudah benar atau salah.
c) Setiap soal supaya mengandung satu perngertian saja, jangan membuat
soal yang banyak
d) mengandung pengertian.
e) Dalam membuat soal jangan ada kata-kata yang meragukan misalnya
dengan kata “Kadang” “Barang kali”. Sekarang ini bentuk true false tidak
diperlukan lagi untuk tes hasil belajar karena bentuk ini dianggap kurang
tepat untuk mengukur tingkat kemajuan belajar anak.
11
untuk praktik selanjutnya. Sebagaimana jenis tes yang lain, tes tindakan
pun mempunyai kelebihan dan kekurangan.
12
a. Validitas Isi
Validitas isi merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui
ketepatan dari suatu instrumen (tes) bila ditinjau dari aspek isi
(konten/materi). Pengecekan validitas isi dapat dilakukan dengan
cara membandingkan isi (konten/materi) tes dengan komponen-
komponen yang seharusnya diukur.
c. Validitas Bandingan
Validitas bandingan sebuah tes adalah ketepatan suatu tes bila
ditelaah berdasarkan hubungannya (korelasi) terhadap keadaan
yang sebenarnya dari siswa saat pengukuran (assessmen)
dilakukan.
d. Validitas Ramalan
Validitas ramalan adalah ketepatan sebuah tes (instrumen) bila
dilihat dari kemampuannya untuk meramalkan keadaan individu
(siswa) pada masa yang akan datang.
2. Reliabelitas Tes
Reabilitas tes diartikan sebagai sifat konsistensi (keajegan) &
ketelitian sebuah tes (alat ukur/instrumen). Sifat konsistensi atau
keajegan sebuah tes dapat diperoleh dengan cara memberikan tes
yang sama sesudah selang beberapa waktu lamanya siswa yang
sama. Dengan kata lain, reliabilitas tes merujuk pada ketetapan
(keajegan) nilai yang diperoleh sekelompok siswa pada
13
kesempatan yang berbeda dengan tes yang sama, ataupun tes
serupa yang butir-butir soal penyusunnya ekuivalen (sebanding).
Sifat reliabilitas tes merupakan pengecekan terhadap kesalahan
yang mungkin terjadi pada nilai tunggal tertentu sebagai susunan
dari suatu kelompok siswa yang mungkin berubah karena tes itu
sendiri.
4. Keseimbangan Tes
Sebuah tes yang baik mempunyai sifat seimbang. Keseimbangan
merujuk pada tes terdapat semua aspek yang akan diukur. Tidak
boleh tes hanya menumpuk pada suatu aspek tertentu sehingga
hasil tes benar-benar dapat mengukur apa yang akan diukur dan
dapat mengungkapkan apa yang sebenarnya harus diungkapkan.
Bagian-bagian pembelajaran yang sifatnya penting mendapat porsi
yang lebih banyak bila dibandingkan dengan bagian-bagian
pembelajaran yang sifat kurang penting.
14
6. Obyektivitas Tes
Tes sebaiknya memiliki obyektivitas yang tinggi. Bilapun non-
obyektif, maka subyektivitas yang mungkin akan muncul harus
dapat diminimalkan. Suatu tes (instrumen) yang memiliki
obyektivitas tinggi akan memberikan kemungkinan jawaban siswa
benar atau salah saja. Bila unsur subyektivitas terlalu tinggi, maka
berarti guru telah melakukan tindakan yang kurang jujur (adil)
kepada siswanya sendiri.
7. Kekhususan Tes
Sifat penting lainnya yang harus dimiliki oleh tes yang baik adalah
kekhususan. Kekhususan bermakna: pertanyaan-pertanyaan yang
merupakan komponen-komponen tes tersebut hanya akan dapat
dijawab oleh siswa-siswa yang mempelajari bahan pembelajaran
yang diberikan. Sementara, siswa-siswa yang tidak mempelajari
bahan pembelajaran tidak akan dapat menjawabnya.
9. Keadilan Tes
Tes yang diberikan harus dirancang sehingga menganut asas
keadilan. Meskipun pengukuran yang baik dilakukan untuk setiap
individu, sangat sulit untuk melakukan pengukuran secara individu
karena keterbatasan waktu. Proses pelaksanaan test harus
dilakukan terhindar dari sikap subjektivitas atau merugikan pihak
tertentu.
15
10. Alokasi Waktu Tes
Alokasi waktu juga bagian terpenting dalam tes. Penetuan waktu
tes harus disesuikan dengan kapasitas manusia mengingat sesuatu
secara mendetail. Waktu pelaksanaan juga harus diatur dalam
tenggang yang masih wajar. Jika proses pemberian tes terlalu lama
maka ada kemungkinan daya beda dari instrumen akan berkurang
dan juga ada faktor external seperti kemungkinan untuk
mendapatkan inspirasi jawaban secara tidak wajar lebih besar.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari pembahasan kita, beberapa kesimpulan penting dapat diambil:
1. Beragamnya Jenis Tes: Terdapat berbagai jenis tes yang dapat digunakan
dalam evaluasi hasil belajar. Tes objektif seperti pilihan ganda, isian singkat,
dan true-false cenderung memberikan hasil yang lebih konsisten dan mudah
dianalisis, sementara tes subjektif seperti esai dan presentasi memberikan
ruang bagi ekspresi kreativitas dan pemikiran mendalam siswa.
2. Kriteria Tes yang Baik: Tes yang baik harus memenuhi kriteria tertentu,
termasuk validitas, reliabilitas, objektivitas, kesesuaian dengan tujuan
pembelajaran, keterukuran, keterhubungan dengan materi pembelajaran,
keanekaragaman soal atau tugas, kemudahan pemahaman, responsif
terhadap perubahan, dan keberlanjutan. Pemenuhan kriteria ini sangat
penting untuk memastikan hasil evaluasi yang akurat dan bermanfaat.
16
3. Peran Penting Kegiatan Evaluasi: Evaluasi hasil belajar bukan hanya
tentang mengukur pemahaman siswa, tetapi juga merupakan alat yang
efektif untuk mendukung perbaikan proses pembelajaran. Hasil evaluasi
dapat digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa
serta merancang intervensi yang sesuai untuk meningkatkan pemahaman
mereka.
b. Saran
Kami selaku penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
sangat jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun guna menyempurnakan tugas dikemudian
harinya. Dan kami juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan
pengetahuan tambahan yang lebih luas lagi untuk para pembaca.
17
DAFTAR PUSTAKA
Admin. (2015, 10 14). Kriteria Dan Syarat Instrumen Tes Yang Baik. Retrieved
From Https://Eurekapendidikan.Com/Kriteria-Dan-Syarat-Instrumen-Tes-
Yang/
Ariel Aulia Rahman, M. C. (2019). Evaluasi Pembelajaran. Sidoarjo: Uwais
Inspirasi Indonesia.
18