Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEKNIK ANALISIS TES DAN TEKNIK ANALISIS BUTIR SOAL

Dosen Pengampuh : Hasmi Syahputra Harahap, M.Pd

Mata Kuliah : Analisis Perencanaan Usaha

DISUSUN OLEH :

Syahrani Azizah (2006100028)

Cici Syaidatun Amalya (2006100008)

Reza Tri Lestari (2006100037)

Iin Patrama Ritonga (2006100036)

FAKUKTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PRODI PENDIDIKAN PANCASILA

UNIVERSITAS LABUHANBATU

2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulisan makalah ini dapat selesai
tepat pada waktunya.

Selanjutnya kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen


pembimbing. dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan
selama penulis makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami sadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan
dalam penulisannya, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Rantauprapat, Januari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisis Tes.................................................................................... 2


B. Cara Mengetahui Validitas Tes........................................................................ 4
C. Cara Mengetahui Reliabitas Tes....................................................................... 6
D. Cara Mengetahui Analisis Butir Soal (Item Analysis)...................................... 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usaha yang lebih baik yaitu untuk selalu meningkatkan mutu tes yang disusun oleh
seorang tenaga pendidik, namun hal ini tidak dilaksanakan karena kecenderungan seseorang
untuk beranggapan bahwa hasil karyanya adalah yang terbaik atau setidak – tidaknya sudah
cukup baik.
Tenaga pendidik yang sudah banyak berpengalaman mengajar dan menyusun soal –
soal tes, juga masih sukar menyadari bahwa tesnya masih belum sempurna. Oleh karena itu,
cara yang paling baik adalah secara jujur melihat hasil yang diperoleh oleh siswa, masalah
inilah yang melatarbelakangi penulisan makalah ini yang berjudul Analisis Tes.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Analisis Tes?
2. Bagaimana cara mengetahui Validitas Tes?
3. Bagaimana cara mengetahui Reliabitas Tes?
4. Bagaimana cara mengetahui Analisis Butir Soal (item analysis)?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian analisis tes;
2. Untuk mengetahui cara validitas tes;
3. Untuk mengetahui cara reliabitas tes;
4. Untuk mengetahui analisis butir soal (item analysis).

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisis Tes


Analisis tes adalah salah satu kegiatan dalam rangka mengkonstruksi tes untuk
mendapatkan gambaran tentang mutu tes, baik mutu keseluruhan tes maupun mutu tiap butir
soal/tugas. Analisis dilakukan setelah tes disusun dan dicobakan kepada sejumlah subyek dan
hasilnya menjadi umpan balik untuk perbaikan/peningkatan mutu tes bersangkutan. Oleh
karena itu kegiatan analisis tes merupakan keharusan dalam keseluruhan proses
mengkonstruksi tes. Dalam analisis tes juga ada beberapa yang harus kita perhatikan,
diantaranya:
1. Menilai tes yang dibuat sendiri
Secara teoritis, siswa dalam satu kelas merupakan populasi atau kelompok yang
keadaannya heterogen. Dengan demikian, maka apabila dikenai sebuah tes akan tercermin
hasilnya dalam suatu kurva normal. Sebagai besar siswa berada di daerah sedang, sebagian
kecil berada di ekor kiri, dan sebagaian kecil yang lain berada di ekor kanan kurva.[1]
Apabila keadaan setelah hasil dianalisis tidak seperti yang diharapkan dalam kurva
normal, maka tentu ada “apa-apa” dengan soal tesnya.
Apabila hampir seluruh siswa memperoleh skor jelek, berarti bahwa tes yang disusun
mungkin terlalu sukar. Sebaliknya jka seluruh siswa memperoleh skor baik, dapat diartikan
bahwa tesnya terlalu mudah. Tentu saja interpretasi terhadap soal tes akan lain seandainya tes
itu sudah disusun sebaik-baiknya sehingga memenuhi persyaratan sebagai tes.
Dengan demikian maka apabila kita memperoleh keterangan tentang hasil tes, akan
membantu kita dalam mengadakan penilaian secara objektif terhadap tes yang kita susun.
Ada 4 (empat) cara untuk menilai tes, yaitu:
a. Cara pertama meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun, kadang-kadang dapat
diperoleh jawaban tentang ketidakjelasan perintah atau bahasa, taraf kesukaran, dan lain-lain
keadaan soal tersebut.[2]
Pertanyaan-pertanyaan tersebut, antara lain:
1) Apakah banyaknya soal untuk tiap topik sudah seimbang?
2) Apakah semua soal menanyakan bahan yang telah diajarkan?
3) Apakah soal yang kita susun tidak merupakan pertanyaan yang membingungkan (dapat di
salah tafsirkan)?
4) Apakah soal itu tidak sukar untuk dimengerti?

2
5) Apakah soal itu dapat dikerjakan oleh sebagaian bbesar siswa?

b. Cara kedua adalah mengadakan analisis soal (item analysis). Analisis soal adalah suatu
prosedur yang sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus
terhadap butir tes yang kita susun.
c. Cara ketiga adalah mengadakan checking validitas. Validitas yang paling penting dari tes
buatan guru adalah validitas kurikuler (content validity). Untuk mengadakan checking
validitas kurikuler, kita harus merumuskan tujuan setiap bagian pelajaran secara khusus dan
jelas sehingga setiap soal dapat kita jodohkan dengan setiap tujuan khusus tersebut.

2. Cakupan kegiatan analisis tes


Kegiatan analisis tes meliputi empat hal yakni :
a. Analisis validitas tes
b. Analisis reliabilitas tes
c. Analisis butir soal yang meliputi :
 Analisis daya pembeda tiap butir soal,
 Analisis tingkat kesukaran tiap butir soal,
 Analisis pengecoh (distraktor) pada setiap butir soal,
 Analisis homogenitas tiap butir soal.

d. Analisis teknis kegunaan tes.


Dengan melakukan analisis tes, guru dapat “menabung-soal” atau membuat “bank-
soal” yakni kumpulan soal-soal yang sudah teruji kebaikannya. Manfaat terbesar dari
kegiatan analisis tes ialah guru makin memahami bagaimana wujud tes yang baik, bagaimana
butir soal yang baik. Sehingga pada akhirnya guru makin terampil menyusun tes dengan baik
dan efisien.[3]
Kritik terhadap tes bentuk pilihan ganda yang dianggap lebih buruk dari tes bentuk
uraian karena “makin membodohkan siswa”, sebenarnya bersumber pada tes pilihan ganda
yang buruk. Tes pilihan ganda (tes obyektif) yang baik, yang dianalisis dari berbagai segi dan
digunakan sesuai tujuan pendidikan, akan lebih baik dibanding tes bentuk uraian yang tidak
dianalisis. Oleh sebab itu tes bentuk apapun perlu dianalisis agar dapat terjamin obyektifitas
dan keakuratannya.

3
Pembahasan analisis tes di sini akan terbatas pada tes buatan guru/dosen, dan bukan
psikotes yang dibuat para ahli atau THB yang dibakukan.

B. Cara Mengetahui Validitas Tes


Validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes. Tes yang valid
(absah = sah) adalah tes benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Tes matematika
kelas dua SMP, hendaknya benar-benar mengukur hasil belajar matematika siswa SMP kelas
dua ; bukan siswa SMP kelas tiga atau siswa SD kelas enam. Dan bukan mengukur hasil
belajar dalam bidang studi lainnya. Tes yang disusun untuk mengukur hasil belajar mata
pelajaran kimia pada kelas tertentu, hendaknya tidak menyimpang sehingga mengukur hasil
belajar matematika atau bahasa, atau kimia untuk kelas lainnya. Dengan kata lain, validitas
tes menunjukkan tingkat ketepatan tes dalam mengukur sasaran yang hendak diukur.
Ada empat macam validitas tes hasil belajar, yakni:
1. Validitas permukaan (face validity)
Tingkat validitas permukaan diketahui dengan melakukan analisis atau telaah rasional
( semata-mata berdasarkan pertimbangan logis, bukan pada hitungan angka-angka empirik ).
Analisis permukaan meliputi berbagai aspek berikut ini:
a) Apakah bahasa dan susunan kalimat (redaksi) tiap butir soal cukup jelas dan sesuai dengan
kemampuan siswa?
b) Apakah isi jawaban yang diminta tidak membingungkan?
c) Apakah cara menjawab sudah dipahami siswa?
d) Jangan sampai siswa tahu isi jawabannya tetapi tidak tahu bagaimana cara menjawab soal
bersangkutan.
e) Apakah tes itu telah disusun berdasar kaidah/prinsip penulisan butir soal?
Tes yang tidak mengikuti kaidah penulisan butir soal akan tampak semerawut
sehingga membingungkan.[4]
Setiap tes paling sedikit harus diperiksa melalui analisis permukaan. Walaupun
analisis ini tergolong paling lemah, namun lebih baik daripada tidak ada analisis sama sekali.
Tentu saja akan lebih baik bila suatu tes dianalisis lebih lanjut.
2. Validitas isi (content validity)
Tingkat validitas isi juga diketahui dengan analisis rasional. Pada prinsipnya dilakukan
pemeriksaan terhadap tiap butir soal, apakah soal sudah sesuai dengan Tujuan Pembelajaran

4
Khusus atau dengan kompetensi yang hendak diukur atau dengan indikator keberhasilan
siswa. Cara yang lazim ialah mencocokkan tiap butir soal dengan kisi-kisi yang disusun
berdasarkan GBPP (Garis Besar Program Pengajaran). Pengujian validitas isi dilakukan
dengan menjawab pertanyaan berikut.
a) Apakah keseluruhan tes telah sesuai dengan kisi-kisi?
Kisi-kisi adalah suatu bagian atau matrik yang menggambarkan penyebaran soal-soal sesuai
dengan aspek atau pokok bahasan yang hendak diukur, tingkat kesukaran dan jenis soal.
Kisi-kisi itu harus disusun sedemikian rupa sehingga mencakup seluruh bahan pelajaran
yang akan diteskan.
Tingkat kesesuaian seluruh butir soal dengan kisi-kisi (dengan bahan yang akan diteskan)
menunjukkan tingkat validitas isi.
b) Apakah terdapat butir soal yang menyimpang, atau menuntut jawaban di luar bahan
pelajaran bersangkutan?
Misalnya soal dalam mata pelajaran fisika menjurus/menyimpang ke hitungan matematika
atau kemampuan di luar pokok bahasan yang diajarkan.
Penyimpangan yang tidak kentara itu perlu dihilangkan. Semakin banyak soal yang
menyimpang, semakin rendah tingkat validitas isi. Untuk melakukan analisis validitas isi
diperlukan adanya kisi-kisi tes yang disusun sebelum soal-soal ditulis.

3. Validitas kriteria (criterion validity)


Validitas ini diketahui dengan cara empirik, yakni menghitung koefisien korelasi antara tes
bersangkutan dengan tes lain sebagai kriterianya. Yang dapat digunakan sebagai kriteria
adalah tes yang sudah dianggap valid, atau nilai mata pelajaran yang sama yang dipandang
cukup obyektif. Sebagai contoh, skor tes Bahasa Inggris buatan guru dikorelasikan dengan
skor tes Bahasa Inggris yang telah dibakukan. Skor tes Matematika kelas I SMA
dikorelasikan dengan nilai rata-rata Matematika. Dengan rumus korelasi Pearson’s Product
Moment dan menggunakan kalkulator, perhitungan validitas criteria tersebut tidak terlalu
sulit, apalagi bila menggunakan komputer. Kesulitan utama dalam menentukan
validitas kriteria ialah mencari skor tes yang akan dijadikan kriteria. Bila kriterianya buruk
atau tidak valid, maka validitas tes yang diperoleh akan percuma saja.

5
4. Validitas ramalan (predictive validity)
Validitas ini menunjukkan sejauh mana skor tes bersangkutan dapat digunakan meramal
keberhasilan siswa dimasa mendatang dalam bidang tertentu. Cara menghitungnya sama
seperti validitas kriteria, dalam hal ini skor tes dikorelasikan dengan keberhasilan siswa di
masa dating. Misalnya antara nilai UAN ( Ujian Akhir Nasional ) di SMA, dengan prestasi
belajar di perguruan tinggi dalam mata pelajaran yang sama.
Suatu tes yang baik biasanya memiliki angka validitas 0,50 atau lebih; tentu saja angka itu
makin tinggi makin baik. Suatu tes dengan angka validitas kurang dari 0,50 belum tentu
buruk. Mungkin kriterianya yang buruk atau keliru menentukan kriteria.[5]

C. Cara Mengetahui Reliabitas Tes


Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana
suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten (tidak berubah-ubah).
Tes yang reliabel atau dapat dipercaya adalah tes yang menghasilkan skor secara ajeg, relatif
tidak berubah walaupun diteskan pada situasi dan waktu yang berbeda-beda. Sebaiknya, tes
yang tidak reliabel seperti karet untuk mengukur panjang, hasil pengukuran dengan karet
dapat berubah-ubah ( tidak konsisten ).
Ada tiga cara mengetahui reliabilitas tes. Pada prinsipnya diperoleh dengan
menghitung koefisien korelasi antara dua kelompok skor tes. Tiga cara itu sebagai berikut.[6]
1. Tes-retest method (metoda tes ulang)
Suatu tes (yakni tes yang akan dihitung reliabilitasnya), diteskan terhadap kelompok siswa
tertentu dua kali dengan jangka waktu tertentu (misalnya satu semester atau satu catur
wulan).
Skor hasil pengetesan pertama dikorelasikan dengan skor hasil pengetesan kedua. Koefisien
korelasi yang diperoleh menunjukkan koefisien reliabilitas tes tersebut.

6
Contoh:
Tes Pertama Tes Kedua
Siswa
Skor Ranking Skor Ranking
A 15 3 20 3
B 20 1 25 1
C 9 5 15 5
D 18 2 23 2
E 12 4 18 4

Walaupun tampak skornya naik, akan tetapi kenaikannya dialami oleh semua siswa.
Metode ini disebut self-correlation method (korelasi diri sendiri) karena mengkorelasikan
hasil dari tes yang sama.

2. Paralel test method (metoda tes parallel)


Cara ini mengharuskan adanya dua tes yang parallel, yakni dua tes yang disusun dengan
tujuan yang sama (hanya sedikit perbedaan redaksi, isi atau susunan kalimatnya). Dua tes
tersebut diadministrasikan pada satu kelompok siswa dengan perbedaan waktu beberapa hari
saja. Skor dari kedua macam tes tersebut dikorelasikan dengan teknik yang sama seperti pada
metode tes-retest. Koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan tingkat reliabilitas tes.

3. Split-half method (metode belah dua)


Kelemahan penggunaan metode dua-tes kali percobaan dan satu-tes dua kali percobaan
diatasi dengan metode ketiga ini yaitu metode belah dua. Dalam menggunakan metode ini
pengetes hanya menggunakan sebuah tes dan dicobakan satu kali. Oleh karena itu, disebut
juga single-test-single-trial-method.
Berbeda dengan metode pertama dan kedua yang setelah diketemukan koefisien dan korelasi
langsung ditafsirkan itulah koefisien reliabitas maka dengan metode ketiga ini tidak dapat
demikian. Pada waktu membelah dua dan mengkorelasikan dua belahan, baru diketahui
reliabitas separo tes.
Banyak pemakai metode ini salah membelah hasil tes pada waktu, menganalisis. Yang
mereka lakukan adalah mengelompokkan hasil separo subjek peserta tes dan separo yang lain
kemudian hasil kedua kelompok ini dikorelasikan. Yang benar adalah membelah item atau
butir soal. Tidak akan keliru kiranya bagi pemakai metode ini harus ingat bahwa
banyaknya butir soal harus genap agar dapt dibelah.
7
Ada dua cara membelah butir soal:
1) Membelah atas item-item genap dan item-item ganjil yang selanjutnya disebut belahan
ganjil-genap, dan
2) Membelah atas item-item awal dan item-item akhir yaitu separo jumlah pada nomor-nomor
awal dan separo pada nomor-nomor akhir yang selanjutnya disebut belahan awal-akhir.

D. Cara Mengetahui Analisis Butir Soal (Item Analysis)


Analisis butir soal atau analisis item adalah pengkajian pertanyaan-pertanyaan tes agar
diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai.[7] Ada dua jenis
analisis butir soal, yakni analisis tingkat kesukaran soal dan analisis daya pembeda disamping
validitas dab reliabitas. Menganalisis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal-soal mana
yang termasuk mudah, sedang dan sukar. Sedangkan menganalisis daya pembeda artinya
mengkaji soal-soal tes dari segi kesanggupan tes tersebut dalam membedakan siswa yang
termasuk ke dalam kategori lemah atau rendah dan kategori kuat atau tinggi prestasinya.
Sedangkan validitas dan reliabitas mengkaji kesulitan dan keajegan pertanyaan tes.[8]

Salah satu cara untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang paling efektif ialah
dengan jalan mengevaluasi test hasil belajar yang diperoleh hasil belajar dari proses belajar-
mengajar itu sendiri. Dengan kata lain, hasil test itu kita oleh sedemikian rupa sehingga dari
hasil pengolahan itu dapat diketahui kompenan-kompenan manakakah dari proses belajar-
mengajar itu yang masih lemah.
Pengolahan test hasil belajar dalam rangka memperbaiki proses belajar-mengajar
dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
a. Dengan membuat analisis soal (item analysis)
b. Dengan mennghitung validitas dan kaeandalan tes.
c. Dalam pasal ini khusus akan di bicarakan cara yang pertama,yaitu teknik analisis soal atau
yang biasa disebut item analisis. Cara yang kedua, yaitu menghitung validititas dan keandalan
tes.
Menurut thorndike dan hagen(1977), analisis terhadap soal-soal (items) tes yang telah
di jawab oleh murid-murid mempunyai dua tujuan penting. Pertama, jawaban-jawaban soal
itu merupakan informasi diagnostik untuk meneliti pelajaran dari kelas itu dan kegagalan-
kegagalan belajarnya, serta selanjutnya untuk membimbing ke arah belajar yang lebih baik.

8
Kedua, jawaban-jawaban terhadap soal-soal yang terpisah dan perbaikan
(review) soal-soal yang didasarkan atas jawaban-jawaban itu merupakan basis bagi penyiapan
tes-tes yang lebih baik untuk tahun berikutnya.[9]
Jadi, tujuan khususnya dari items analysis ialah mencari soal tes mana yang baik dan
mana yang tidak baik,dan mengapa items atau soal itu di katakan baik atau tidak
baik. Dengan mengetahui soal-soal yang tidak baik itu selanjutnya kita dapat mencari
kemungkinan sebab-sebab mengapa item itu tidak baik. Dengan membuat analisis
soal, sedikitnya kita dapat mengetahui tiga hal penting yang dapat di peroleh dari tiap
soal,yaitu:
 Sampai dimana tingkat atau taraf kesukaran soal itu (difficulty levelof an item).
 Apakah soal itu mempunyai daya pembeda (discriminating power) sehingga dapat
membedakan kelompok siswa yang pandai dengan kelompok siswa yang bodoh.
 Apakah semua alternatif jawaban (options) menarik jawaban-jawaban ataukah ada yang
demikian tidak menarik tidak menarik sehingga tidak tidak perlu dimasukkan ke dalam soal.

a. Taraf Kesukaran
Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik, disamping
memenuhi validitas dan reliabitas, adalah adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal
tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah,
sedang, sukar secara proporsional. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau
kemampuan siswa dalam menjawabnya, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal.
Persoalan yanng penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan
proporsi dan kriteria soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar.[10]
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal
yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya.
Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak
mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.[11]
Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya sesuatu soal tersebut indeks
kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0.
Indeks kesukaran ini menunjukan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0
menunjukan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukan bahwa soalnya
terlalu mudah.[12]

9
Di dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P (p besar), singkatan
dari kata “proporsi”. Dengan demikian maka soal dengan P = 0,70 lebih mudah jika
dibandingkan dengan P = 0,20. Sebaliknya soal dengan P = 0,30 lebih sukar dengan P = 0,80.
Melihat besarnya bilangan indeks maka lebih cocok jika bukan disebut sebagai
indeks kesukaran tetapi indeks kemudahan atau indeks fasilitas, karena semakin mudah soal
itu, semakin besar pula bilangan indeksnya. Akan tetapi telah disepakati bahwa
walaupunseemakin tinggi indeksnya menunjukan soal yang semakin mudah, tetapi tetap
disebut indeks kesukaran.

b. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan
rendah).
Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi,
disingkat D (d besar). Seperti hanya indeks kesukaran, indeks diskriminasi (daya pembeda)
ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya, indeks kesukaran tidak mengenal tanda
negatif (-), tetapi pada indeks diskriminasi digunakan jika sesuatu soal “terbalik” menunjukan
kualitas testee. Yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Dengan
demikian ada tiga titik pada daya pembeda, yaitu:
-1,00 0,00 1,00
. daya pembeda daya pembeda daya pembeda
negatif rendah tinggi (positif)

Bagi soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai maupun siswa bodoh, maka
soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Demikian pula jika semua siswa
baik pandai maupun bodoh tidak dapat menjawab dengan benar. Soal tersebut tidak baik juga
karena tidak mempunyai daya pembeda. Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar
oleh siswa-siswa pandai saja.
Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui
kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya)
dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya. Artinya, bila soal tersebut
diberikan kepada anak yang mampu, hasilnya menunjukan prestasi yang tinggi; dan bila
diberikan kepada siswa yang lemah, hasilnya rendah. Tes dikatakan tidak memiliki daya
pembeda apabila tes tersebut, jika diujikan kepada anak berprestasi, hasilnya rendah, tetapi

10
bila diberikan kepada anak yang lemah hasilnya lebih tinggi. Atau bila diiberikan kepada
kedua kategori siswa tersebut, hasilnya sama aja. Dengan demikian, tes yang tiidak memiliki
daya pembeda, tidak akan menghasilkan gambaran hasil yang sesuai dengan kemampuan
siswa yang sebenarnya. Sungguh aneh bila anak pandai tidak lulus, tetapi anak bodoh lulus
dengan baik tanpa dilakukan manipulasi oleh si penilai atau di luar faktor kebetulan.[13]
Cara yang biasa dilakukan dalam analisis daya pembeda adalah dengan
menggunakan tabel atau kriteria dari Rose dan Stanley seperti berikut:

SR - ST

Di mana:
SR = Siswa yang menjawab salah dari kelompok rendah
ST = Siswa yang menjawab salah dari kelompok tinggi

Contoh:
Tes pilihan ganda atau option 4 diberikan kepada 30 orang siswa. Jumlah soal 15.
Setelah diperiksa, datanya adalah sebagai berikut:

Jumlah siswa Jumlah siswa


yang menjawab yang menjawab
No. Soal SR - ST Ket.
salah kelompok salah kelompok
rendah (SR) tinggi (ST)
1 6 1 5
2 6 1 5
3 5 2 3
4 6 1 5
5 2 1 1
6 5 1 4
7 2 1 1
8 7 1 6
9 7 1 6
10 4 2 2

11
11 3 1 2
12 6 1 2
13 2 1 5
14 6 1 1
15 5 2 3

c. Pola jawaban soal


Yang dimaksud pola jawaban disini adalah distribusi testee dalam hal menentukan
pilihan jawaban pada soal bentuk pilihan ganda. Pola jawaban soal diperoleh dengan
menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban a, b, c, atau d atau yang tidak
memilih pilihan manapun (blangko). Dalam istilah evaluasi disebut omit, disingkat O.
Dan pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh (distractor) berfungsi
sebagai pengecoh dengan baiik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh
testee berarti bahwa pengecoh itu jelek, terlalu menyolok menyesatkan. Sebaliknya sebuah
distraktor (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila distraktor tersebut
mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut-pengikut tes yang kurang memahami konsep
atau kurang menguasai bahan.
Dengan melihat pola jawaban soal, dapat diketahui:
1) Taraf kesukaran soal;
2) Daya pembeda soal;
3) Baik dan tidaknya distraktor.
Sesuatu distraktor dapat diperlukan dengan 3 (tiga) cara:
1) Diterima, karena sudah baik,
2) Ditolak, karena tidak baik, dan
3) Ditulis kembali, karena kurang baik.
Kekurangannya mungkin hanya terletak pada rumusan kalimatnya sehingga hanya
perlu ditulis kembali, dengan perubahan seperlunya. Menulis soal adalah suatu pekerjaan
yang sulit, sehingga apabila masih dapat diperbaiki, sebaiknya diperbaiki saja, tidak dibuang.
Suatu distraktor dapat dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih oleh 5% pengikut
tes.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Analisis tes adalah salah satu kegiatan dalam rangka mengkonstruksi tes untuk
mendapatkan gambaran tentang mutu tes, baik mutu keseluruhan tes maupun mutu tiap butir
soal/tugas.
Kegiatan analisis tes meliputi empat hal yakni :
 Analisis validitas tes
 Analisis reliabilitas tes
 Analisis butir soal
 Analisis teknik kegunaan tes
Validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes. Tes yang valid (absah
= sah) adalah tes benar-benar mengukur apa yang hendak diukur.
Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana
suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten (tidak berubah-ubah).
Dengan membuat analisis soal, sedikitnya kita dapat mengetahui tiga hal penting yang
dapat di peroleh dari tiap soal,yaitu:
 Sampai dimana tingkat atau taraf kesukaran soal itu (difficulty levelof an item).
 Apakah soal itu mempunyai daya pembeda (discriminating power)
 Apakah semua alternatif jawaban (options) menarik jawaban-jawaban ataukah ada yang
demikian tidak menarik tidak menarik sehingga tidak tidak perlu dimasukkan ke dalam
soal.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi 2). Jakarta: Bumi
Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi
Aksara
Purwanto, Ngalim. 2012. Teknik Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Rosda
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
http://mahmud09.blogspot.com/2012/06/tingkat-kesukaran dan-daya-beda.html
biomatectona.blogspot.com/2011/04/mengenal-analisis-tes.html

14

Anda mungkin juga menyukai