Anda di halaman 1dari 22

“PENULISAN BUTIR SOAL EVALUASI HASIL BELAJAR DAN

TEKNIK PELAKSANAAN EVALUASI HASIL BELAJAR”

(DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH)

DOSEN PENGAMPU : Drs. ARIFIN SIREGAR, M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK VII

NAMA MAHASISWA : 1. CHAIRANI (1181111041)


2. TASYA DEWI MELINDA (1181111067)
3. MELI SAHARA NST (1181111065)
4. CICI HANDAYANI HARAHAP (1181111064)
KELAS : B – REGULER
SEMESTER : IV
PRODI : PGSD 2018
MATAKULIAH : EVALUASI PEMBELAJARAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kami rahmat kesehatan dan kesempatan sehingga kami bisa menyusun atau menyelesaikan
tugas “Penulisan Butir Soal Evaluasi Hasil Belajar Dan Teknik Pelaksanaan Evaluasi
Hasil Belajar”. Penulisan ini kami sajikan secara ringkas dan sederhana sesuai dengan
kemampuan yang saya miliki, dan tugas ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah “Evaluasi Pembelajaran”.
Dalam penyusunan tugas ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik
yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas ini,
dan dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan secara khusus kami berterimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
evaluasi pembelajaran karena telah memberikan bimbingannya kepada kami untuk
menyelesaikan tugas laporan makalah ini.
Dan harapan kami semoga tugas ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki maupun menambah isi laporan
makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Medan, April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.................................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN................................................................................................3


A. Penulisan Butir Soal Evaluasi Hasil Belajar..........................................................3
B. Teknik Pelaksanaan Evaluasi Hasil Belajar........................................................16

BAB III. PENUTUP......................................................................................................18


A. Kesimpulan..........................................................................................................18
B. Saran....................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evaluasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat di butuhkan dalam
setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh
perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dengan evaluasi, maka maju dan
mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat
mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih
baik ke depan.Tanpa evaluasi, kita tidak bisa mengetahui seberapa jauh keberhasilan siswa,
dan tanpa evaluasi pula kita tidak akan ada perubahan menjadi lebih baik, maka dari itu
secara umum evaluasi adalah suatu proses sistemik umtuk mengetahui tingkat keberhasilan
suatu program. Evaluasi pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan untuk
mendapatkan informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa dan
mengolah atau menafsirkannya menjadi nilai berupa data kualitati atau kuantitati sesuai
dengan standar tertentu. Hasilnya diperlukan untuk membuat berbagai putusan dalam
bidang pendidikan dan pengajaran.
Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses
pembelajaran yang ia lakukan. Hasil yang dimaksud adalah baik, tidak baik, bermanfaat,
atau tidak bermanfaat, dll. Pentingnya diketahui hasil ini karena ia dapat menjadi salah satu
patron bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajran yang dia lakukan
dapat mengembangkan potensi peserta didik. Artinya, apabila pembelajaran yang
dilakukannya mencapai hasil yang baik, pendidik tentu dapat dikatakan berhasil dalam
proses pembelajaran dan demikian pula sebaliknya. Salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah
melalui evaluasi. Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik ini dapat berupa evaluasi hasil
belajar dan evaluasi pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang diambil dari laporan makalah ini yaitu:
1. Jelaskan penulisan butir soal evaluasi hasil belajar!
2. Jelaskan teknik pelaksanaan evaluasi hasil belajar!

1
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan laporan makalah ini yaitu agar:
1. Mengetahui penulisan butir soal evaluasi hasil belajar.
2. Untuk mengetahui teknik pelaksanaan evaluasi hasil belajar.

D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak baik
secara langsung maupun secara tidak langsung dalam upaya meningkatkan kualitas
pendidikan pada umumnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENULISAN BUTIR SOAL EVALUASI HASIL BELAJAR


1. Soal Uraian (essay test)
a. Pengertian Tes Uraian
Tes uraian adalah butir soal yang mengandung pertanyaan yang jawabannya
dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes (testee) atau siswa. Jawaban
soal tidak tersedia, tetapi peserta tes bebas menjawab pertanyaan dengan cara memilih,
menghubungkan, menyampaikan gagasanznya dengan menggunakan kata-katanya sendiri
yang sifatnya menguraikan atau pembahasan. Dengan demikian jawaban soal menuntut
kemampuan siswa untuk dapat menghubung-hubungkan pengertian-pengertian,
mengorganiser dan menginterpretasi pengetahuan yang dimiliki atau yang diketahui oleh
siswa. Ciri-ciri pertanyaannya diawali dengan kata-kata : sebutkan, jelaskan, uraikan,
bandingkan, mengapa, dan sebagainya. Dengan demikian siswa dituntut untuk mengingat-
ingat apa yang telah dipelajari serta membutuhkan daya kreativitas yang tinggi. Jumlah
butir soal biasanya tidak banyak berkisar antara 5 sampai 8 pertanyaan dan diselesaikan
dalam waktu 90 sampai 120 menit. Pemberian skor terhadap setiap butir soal dapat berbeda
untuk setaip nomor berdasarkan tingkat kesukaran soal. Dari pengertian di atas dapat
dikatakan bahwa pemberian skor terhadap jawaban soal tidak mungkin dilakukan secara
objektif.
b. Kekuatan dan Kelemahan Tes Uraian
Soal tes uraian mempunyai beberapa kekuatan dibandingkan dengan tes lain, namun
tes uraian juga mempunyai kelemahan yang perlu mendapat perhatian dari guru. Kekuatan
dan kelemahan tersebut adalah sebagai berikut.
(1) Kekuatan Atau Kelebihan Tes Uraian
(a) Tes uraian baik digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks. Umumya
hasil belajar bersifat kompleks tetapi hasil belajar dapat dirinci menjadi beberapa
hasil belajar yang lebih sederhana. Hasil belajar yang sifatnya kompleks, seperti
hasil belajar yang bersifat ekspresif atau kreatif Norman E. Gronlund dalam
Zainul (2005:38). Hasil belajar seperti ini terdiri dari beberapa komponen yang
satu dengan yang lain hubungannya sangat erat, dan bila dirinci menjadi hasil
belajar yang lebih sederhana dapat kehilangan arti gobalnya. Pengukuran hasil

3
belajar yang kompleks apat digunakan tes uraian. Sedangkan pengukuran hasil
belajar yang sederhana tidak menuntut penggunaan tes tipe uraian, seperti hasil
belajar berupa pemahaman dari suatu prinsip yang kompleks, sebab pemahaman
seperti ini dapat diuraikan menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana.
(b) Tes uraian dapat mengaplikasikan kemampuan-kemampuan seperti :
 Menginterpretasi hubungan,
 Mengenal dan menyatakan inferensi,
 Mengenal relevansi dari suatu informasi,
 Merumuskan dan mengenal hipotesis,
 Merumuskan dan mengenal kesimpulan yang sahih,
 Mengidentifikasi asumsi yang mendasarkan suatu kesimpulan,
 Mengenal keterbatasan data,
 Mengenal dan menyatakan masalah, dan
 Mendesain prosedur eksperimen.
(c) Tes uraian dapat meningkatkan motivasi peserta didik.
Sesuai dengan sifatnya yang menuntut kemampuan mengekspresikan dengan kata-
kata sendiri, maka bentuk tes uraian menuntut penguasaan bahan secara penuh.
Oleh karena itu untuk menjawab tes uraian dengan baik siswa butuh persiapan
serta akan berusaha menguasai materi pelajaran yang diperkirakannya akan
diujikan dalam tes.
(d) Tes uraian mudah menyusun butir soal.
Karena jumlah butir soal yang tidak terlalu banyak sehingga tidak perlu banyak
waktu untuk menyusun butir soal.
(e) Tes uraian sangat menekankan kemampuan menulis.
Tes uraian akan mendorong peserta didik untuk belajar menyatakan pikiran, dan
perasaan secara tertulis. Dengan demikian diharapkan kemampuan peserta didik
dalam menyatakan pikiran dan perasaan secara tertulis akan meningkat.
(2) Kelemahan Tes Uraian
Tes uraian mengandung beberapa kelemahan diantaranya adalah sebagai berikut :
(a) Reliabilitas tes rendah. Artinya skor yang diperoleh siswa tidak konsisten bila tes
yang sama atau tes yang paralel diuji ulang beberapa kali. Hal ini disebabkan oleh
karena terbatasnya materi yang diujikan dalam waktu yang relatif singkat, serta

4
keragaman jawaban siswa, sehingga sukar melakukan skoring yang sama, bahkan
orang yang sama memeriksa tes yang sama pun pada waktu berbeda akan
menghasilkan skor yan berbeda pula.
(b) Butuh waktu yang relatif lama. Peserta tes harus cukup banyak waktu ketika
mengerjakan tes, serta untuk memeriksa dengan teliti guru harus menyediakan
waktu yang cukup. Bila kedua waktu ini tidak dapat dilakukan akan dapat
mengurangi makna hasil tes, karena tes uraian yang tidak diperiksa dengan teliti
tidak dapat menjadi alat ukur yang efektif.
(c) Jawban peserta didik kadang-kadang disertai dengan buatan. Peserta didik yang
kurang menguasai bahan yang diujikan sering mencoba menjawab dengan
menguraikan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan yang ditanyakan atau
dengan kata lain peserta tes membuat, sedangkan guru harus membacanya dengan
teliti.
(d) Kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal yang paling utama.
Tes uraian lebih terfokus pada ranah kognitif, padahal masih banyak hasil belajar
yang harus dikomunikasikan bukan dalam bentuk tertulis, seperti hasil belajar lain
yang diminta dalam bentuk sikap, atau tingkah laku (psikomotorik).
c. Penggunaan Tes Uraian
Memperhatikan kekuatan dan kelemahan tes uraian di atas, maka untuk mendapatkan
pengukuran hasil belajar yang optimal, penggunaan tes uraian efektif dan efisien apabila :
(1) Jumlah peserta didik sedikit, karena masing mungkin bagi guru untuk dapat
memeriksa/menskor hasil ujian tersebut secara teliti. Bila peserta didik banyak,
misalnya lebih dari (100) orang, maka akan menyita waktu guru terlalu banyak,
sehingga penggunaan soal uraian menjadi tidak efisien lagi.
(2) Waktu guru untuk mempersiapkan (mengkonstruksi butir soal) sangat terbatas,
sedangkan ia mempunyai waktu yang cukup untuk memeriksa hasil ujian, maka soal
uraian dapat digunakan.
(3) Kompetensi yang ingin dicapai adalah kemampuan mengekspresikan pikiran, perasaan
dalam bentuk tertulis, menguji kemampuan menulis dengan baik, atau kemampuan
penggunaan bahasa secara tertulis, maka haruslah menggunakan tes uraian.
(4) Guru ingin memperoleh informasi yang tidak tertulis secara langsung di dalam soal
ujian tetapi dapat disimpulkan dari tulisan peserta tes, seperti sikap, nilai, atau

5
pendapat. Soal uraian dapat digunakan untuk memperoleh informasi tidak langsung
tersebut, tetapi harus digunakan dengan sangat hati-hati oleh guru.
(5) Bila guru ingin memperoleh hasil pengalaman belajar peserta didiknya, maka tes
uraian merupakan salah satu bentuk yang paling cocok untuk mengukur pengalaman
belajar tersebut.
d. Klasifikasi Tes Uraian
Secara umum tes uraian dapat dibagi menjadi dua jenis, yaotu tes uraian
bebas/terbuka (extended response) dan tes uraian terbatas/objektif, (restricted/response).
Pembedaan kedua jenis tes ini didasarkan pada besarnya kebebasan yang diberikan kepada
peserta tes untuk mengorganisasikan, menulis dan menyatakan pikiran dan gagasannya.
(1) Tes uraian bebas (Extended response)
Memberi jawaban dalam soal tes uraian bebas, hampir-hampir tidak ada pembatasan
tehadap peserta tes. Peserta tes memiliki kebebasan yang luas untuk mengorganisasikan
dan mengekspresikan pikiran dan gagasannya. Dengan demikian jawaban peserta didik
bersifat terbuka, fleksibel, dan tidak terstruktur.
(2) Tes uraian terbatas (Restricted response)
Untuk menjawab tes uraian terbatas, peserta tes lebih dibatasi oleh berbagai rambu-
rambu yang ditentukan dalam butir soal. Keterbatasan itu mencakup format, isi, dan ruang
lingkup jawaban. Jadi soal tes uraian terbatas ini harus menentukan batas jawaban yang
dikehendaki. Batas itu meliputi konteks jawaban yang diinginkan, jumlah butir jawaban
yang diharapkan, keleluasan uraian jawaban , arah dan luas jawaban yang diminta.
Klasifikasi tes uraian lainnya dikemukakan oleh W.S. Monroe dan R. E. Carter
dalam Zainul (2005:45-48) yang membedakan atas 20 jenis butir soal tes uraian yaitu
sebagai berikut :
(1)Bersifat ingatan yang terpilih
(2)Bersifat ingatan evaluatif
(3)Membandingkan dua hal terbatas
(4)Membandingkan dua hal secara umum
(5)Mengambil keputusan, baik dalam arti menentang atau mendukung sesuatu
(6)Menguraikan sebab akibat
(7)Menjelaskan penggunaan atau pengertian suatu frasa atau pernyataan dalam suatu
karangan
(8)Meringkas suatu karangan yang telah dibaca

6
(9)Menganalisis
(10) Menyatakan hubungan
(11) Memberikan ilustrasi atau contoh
(12) Mengklasifikasi (biasanya kebalikan dari nomor 11)
(13) Menerapkan prinsip atau aturan ke dalam situasi baru
(14) Membahas sesuatu
(15) Menyatakan maksud atau tujuan
(16) Mengeritik secara tepat, terpercaya, dan relevan
(17) Membuat garis besar
(18) Mengorganisasikan ulang (reorganisasi) fakta
(19) Merumuskan permasalahan atau beberapa pertanyaan dari beberapa kenyataan atau
asumsi yang ditegakkan terlebih dahulu
(20) Menyatakan metode atau prosedur baru
Terdapat dua macam tes uraian terbatas, yaitu (1) tes melengkapi dan (2) tes jawaban
singkat.
(1) Butir soal tipe jawaban melengkapi
Butir soal melengkapi adalah butir soal yang meminta atau memerintah peserta tes
untuk melengkapi suatu kalimat dengan suatu frasa, satu angka atau satu formula. Butir
soal tipe jawaban melengkapi banyak digunakan dalam tes matematik untuk pendidikan
dasar, terutama pada butir soal yang hanya membutuhkan operasi sederhana, seperti
menjumlah, mengurangi, membagi, dan menggali angka satu atau dua digit tanpa angka
pecahan. Tipe butir soal ini juga baik digunakan untuk menguji kemampuan menginat
fakta dan prinsip yang sederhana. Selain itu tipe butir soal ini juga dapat digunakan untuk
menguji kemampuan pada tingkatan yang lebih tinggi, seperti pemahaman, aplikasi,
bahkan evaluasi, asalkan dikonstruksi secara hati-hati.
Beberapa petunjuk penulisan butir soal tipe jawaban melengkapi yang baik, maka
petunjuk berikut ini diharapkan akan membantu:
(a) Susunlah butir soal yang mengukur hasil belajar yang penting saja.
(b) Susunlah butir soal yang mengandung permasalahan yang bersifat spesifik.
(c) Susunlah butir soal yang mengharuskan peserta memberi jawaban yang secara
faktual benar.
(d) Susunlah butir soal dengan menggunakan bahasa yang jelas, dan tidak
mengandung arti yang mendua.

7
(e) Bila ditanyakan menyangkut angka atau jumlah dari suatu satuan tertentu, maka
sebaiknya nyatakan satuan tersebut dalam soal.
(f) Setiap butir soal sebaiknya hanya berisi satu jawaban yang harus dikerjakan oleh
peserta tes.
(2) Butir soal tipe jawaban singkat
Tipe butir soal jawaban singkat ialah butir soal berbentuk pertanyaan yang dapat
dijawab dengan satu kata, satu frasa, satu angka atau suatu formula. Butir soal tipe jawaban
singkat ini termasuk salah satu tipe yang paling mudah dikonstruksi. Hal ini terutama
disebabkan oleh butir soal ini hanya akan mengukur hasil belajar yang sederhana, yaitu
yang bersifat ingatan. Butir soal jawaban singkat baik digunakan untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah pada bidang studi Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA).
Berikut ini adalah beberapa petunjuk untuk menulis butir soal jawaban singkat, yang
disertai contoh sederhana:
(1) Pergunakanlah kata-kata yang menuntut jawaban yang singkat dan tertentu.
(2) Janganlah menggunakan kalimat yang langsung diambil dari buku atau dari catatan.
(3) Jangan sampai pertanyaan yang diajukan menjadi tes bahasa, sedangkan
maksudnya untuk menguji materi pelajaran lain.
(4) Untuk menanyakan istilah atau definisi sebaiknya.digunakan kalimat tanya secara
langsung.
(5) Dalam menanyakan masalah perhitungan guru harus menentukan tingkat ketepatan,
terutama untuk angka desimal.
(6) Sebaiknya hanya satu jawaban untuk satu pertanyaan.
2. Penulisan Butir Soal Objektif (objective test)
a. Pengertian Butir Soal Objektif
Butir soal objektif adalah butir soal yang telah tersedia kemungkinan jawaban yang
harus dipilih atau dikerjakan oleh peserta didik, salah satunya adalah jawaban benar yang
merupakan kunci jawaban. Peserta didik hanya memilih jawaban benar dari kemungkinan
jawaban yang telah disediakan. Dengan demikian pemeriksaan atau penskoran jawaban
peserta tes sepenuhnya dapat dilakukan secara objektif oleh pemeriksa. Karena sifatnya
yang objektif itu maka tidak selalu penskoran harus dilakukan oleh manusia. Pekerjaan
tersebut dapat dilakukan oleh mesin, misalnya mesin scanner. Jadi yang dimaksud dengan
tes oebjektif ialah tes yang dapat diskor secara objektif.

8
Secara umum ada tiga tipe tes objektif, yaitu: Benar salah, Menjodohkan, dan Pilihan
ganda. Dari tipe tes objektif pilihan ganda dapat dimodifikasi menjadi 5 (lima) jenis yaitu:
(1) pilihan ganda biasa, (2) pilihan ganda analisis hubungan antar hal, (3) pilihan ganda
analisis kasus, (4) pilihan ganda kompleks, dan (5) pilihan ganda yang menggunakan
diagram, garfik, tabel atau gambar. Kelima ragam tes objektif pilihan ganda ini sama
struktur (formatnya) yaitu ada pokok soal (stem) yang diikuti oleh sejumlah pilihan
(optioms). Diantara piliha ini ada satu jawaban yang benar atau paling tepat disebut kunci
jawaban. Pilihan di luar yang benar atau yang paling tidak tepat berfungsi sebagai
pengecoh (distractors).
(a) Butir soal tipe benar-salah
Butir soal tipe benar-salah adalah butir soal yang terdiri dari pernyataan, yang
disertai dengan alternatif jawaban yaitu menyatakan pernyataan tersebut benar atau salah,
atau keharusan memilih satu dari dua alternatif jawaban lainnya. Alternatif jawaban itu
dapat saja berbentuk benar-salah, atau setuju tidak setuju, baik tidak baik, atau cara lain
asalkan alternatif itu mutual eksklusif. Adapun kekuatan dan kelemahan butir soal tipe
benar-salah. Kekuatan butir soal tipe benar-salah mempunyai beberapa hal, yaitu :
 Mudah dikonstruksi. Untuk mengkonstruksi atau menulis sebutir soal tipe benar-
salah hanya diperlukan satu pernyataan. Pernyataan itu tentu saja harus
berhubungan dengan bidang studi yang diuji dengan butir soal tersebut.
 Perangkat soal dapat mewakili seluruh pokok bahasan. Setiap butir benar-salah
hanya membutuhkan waktu yang singkat untuk menjawabnya, karena itu dalam
waktu yang relatif singkat dapat ditanyakan dengan banyak butir soal.
 Mudah diskor. Karena hanya ada dua alternatif jawaban, skor 1 (satu) untuk yang
mengerjakan benar, dan skor 0 (nol) bagi yang menjawab salah.
 Alat yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar langsung terutama yang
berkenaan dengan ingatan.
Sedangkan butir soal tipe benar-salah juga mempunyai kelemahan yang sukar di
atasi, seperti :
 Mendorong peserta tes untuk menebak jawaban. Kerena probabilitas menjawab
benar adalah 50% maka tipe tes ini akan seakan mendorong para peserta tes untuk
menebak jawaban walaupun mereka tidak mengetahui jawaban yang benar. Cara
untuk mengatasi kelemahan ini dengan menerapkan formula tebakan. Yaitu

9
perhitungan skor adalah jumlah yang dijawab benar dikurangi dengan jumlah
jawaban yang salah.
 Terlalu menekankan kepada ingatan. Karena butir soal cenderung menguji hasil
belajar yang berbentuk hafalan. Mengkonstruksi butir soal sering mengambil
pernyataan langsung dari buku ajar yang digunakan.
 Meminta respon peserta tes yang berbentuk penilaian absolut. Sedangkan dalam
kenyataannya hasil belajar itu kebanyakan bukanlah sesuatu kebenaran absolut
tanpa kondisi
Ada lima persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap butir soal tipe benar-salah
untuk dapat dikatakan sebagai butit soal yang baik, yaitu:
 Setiap butir soal harus menguji atau mengukur hasil belajar peserta tes yang penting
dan bermakna, tidak menanyakan hal yang remeh (trivial).
 Setiap butir soal haruslah menguji pemahaman, tidak hanya pengukuran terhadap
daya ingat. Butir soal tidaklah diabjurkan untuk menguji kemampuan mengingat
kata atau frasa yang terdapat dalam buku ajar atau bacaan lainnya.
 Kunci jawaban yang ditentukan haruslah benar. Patokan ini kedengarannya remeh,
tetapi acapkali kita jumpai bahwa kunci yang ditentukan oleh pembuat soal berbeda
dari yang diartikan oleh peserta tes atau preview tes. Hal itu acapkali disebabkan
adanya subjektifitas atau bias penyusun tes masuk ke dalam penentukan kunci
jawaban.
 Butir soal yang baik haruslah jelas jawabannya bagi seorang peserta tes yang
belajar, dan jawaban yang salah kelihatan lebih seakan-akan benar bagi peserta tes
yang tidak belajar dengan baik. Jadi butir soal tersebut dapat secara jelas
membedakan orang yang belajar dari orang yang tidak belajar.
 Pernyataan dalam butir soal harus dinyatakan secara jelas dan menggunakan bahasa
yang baik dan benar soal yang jelas itu bila dalam soal tersebut hanya
mempersoalkan satu gagasan saja. Selain itu pernyataan satu gagasan itu haruslah
disusun dalam tata kalimat yang baik dan benar dan tidak mengandung pengertian
mendua. Kerena tidak boleh mengandung pengertian mendua itu maka butir soal itu
harus dinyatakan dalam kalimat beranak yang tidak jelas. Untuk dapat menyatakan
butir soal itu secara jelas maka sebaiknya tidak menggunakan kata-kata negatif
yang menggabungkan arti.

10
 Jumlah butir soal yang kuncinya 5 (salah) sebaiknya lebih banyak dari butir soal
yang kunci jawabannya 8 (benar).
 Susunlah kalimat soal sedemikian rupa sehingga logika sederhana akan cenderung
mengarah ke jawaban yang salah.
 Susunlah jawaban salah sesuai dengan anggapan umum yang salah tentang suatu
kenyataan.
(b) Butir soal tipe menjodohkan
Butir soal tipe menjodohkan ditulis dalam sua kolom. Kolom pertama adalah pokok
soal atau biasa disebut juga stem atau premis. Kolom kedua adalah kolom jawaban. Tugas
peserta ujian ialah menjodohkan pernyataan-pernyataan yang ada di bawah kolom
jawaban.
Bila tes harus dikerjakan di lembaran jawaban yang terpisah, maka pernyataan kolom
pertama ditulis dengan urutan nomorm dimulai dengan nomor urut setelah nomor soal
sebelumnya. Dengan demikian setiap nomor pernyataan di bawah kolom pertama adalah
sebuah stem butir soal yang alternatif jawabannya secara bersama terdapat di bawah kolom
kedua. Adapun kekuatan butir soal tipe menjodohkan ini antara lain :
 Baik untuk menguji hasil belajar yang berhubungan dengan pengetahuan tentang
istilah, definisi, peristiwa atau pemanggalan.
 Dapat menguji kemampuan menghubungkan dua hal yang baik yang berhubungan
langsung maupun tidak secara langsung.
 Mudah dikonstruksi sehingga guru dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat
mengkonstruksi sejumlah butir soal yang cukup untuk menguji satu pokok bahasan
tertentu.
 Dapat meliputi seluruh bidang studi yang diuji. Dengan demikian perangkat soal
yang menggunakan tipe butir soal ini lebih merata dan keseluruhan pokok bahasan
atau subpokok bahasan dapat terwakili secara memadai.
 Mudah diskor. Seperti semua butir soal objektif, butir soal tipe menjodohkan ini
pun dapat diskor tanpa terikut serta nilai dan pendapat pemeriksa.
Keterbatasan butir soal tipe menjodohkan adalah terlalu mengandalkan pada pengujian
aspek ingatan. Dan ada pula prinsip-prinsip mengkonstruksi butir soal menjodohkan yaitu:
 Pernyataan di bawah kolom pertama dan di bawah kolom kedua masing-masing
haruslah terdiri dari kelompok yang homogen.

11
 Pernyataan di bawah kolom kedua harus lebih banyak dari pernyataan di bawah
kelompok pertama. Untuk memudahkan penyediaan lembaran jawaban yang
seragam, maka dianjurkan supaya sejumlah pernyataan di bawah kolom pertama
berkisar antara 3 atau 4 buah. Sedangkan pernyataan di bawah kolom kedua adalah
lima. Dengan demikian lembaran jawaban akan seragam dengan bentuk butir soal
pilihan ganda lainnya.
 Hindarkan jawaban pada kolom kedua tidak sejajar dengan soal pada kolom
pertama.
(c) Butir soal tipe pilihan ganda
Yang dimaksud dengan soal tipe pilihan ganda ialah suatu butir soal yang alternatif
jawabannya lebih dari dua. Pada alternatif jawaban berksar antara 4 atau 5 alternatif
jawaban termasuk kunci jawaban. Tipe butir soal ini adalah yang paling populer dalam
kelompok butir soal objektif. Tipe butir soal ini dalam bahasa inggris dikenal dengan nama
multiple choice item.
Butir soal tipe pilihan ganda terdiri dari dua bagian, yaitu (1) pernyataan atau disebut
juga item, dan (2) alternatif jawaban atau disebut juga option. Stem mungkin dalam bentuk
pernyataan atau dapat juga berupa pertanyaan. Bila dalam bentuk pertanyaan, merupakan
pertanyaan yang lengkap atau pernyataan yang tidak lengkap. Adapun kekuatan btir soal
pilihan ganda yaitu sebagai berikut:
 Butir soal tipe pilihan ganda dapat dikonstruksi dan digunakan untuk mengukur
segala level tujuan instruksional, mulai dari yang paling sederhana sampai dengan
yang paling kompleks, kecuali untuk tujuan yang mengukur bersifat afektif dan
psikomotorik.
 Dapat digunakan untuk mengukur hampir seluruh cakupan materi bidang studi,
karena dapat menggunakan jumlah butir soal yang relatif banyak dalam waktu
relatif singkat, karena itu maka penarikan sampel pokok bahasan yang akan
diujikan dapat lebih representatif.
 Penskoran hasil kerja peserta dapat dikerjakan secara objektif. Bahkan karena
pensekorannya dapat dilakukan oleh mesin, maka dapat dikerjakan dalam waktu
yang singat singkat.
 Tipe butir soal dapat dikonstruksi yang menuntut kemampuan peserta tes untuk
membedakan berbagai tingkatan kebenaran sekaligus. Misalnya dapat dikonstruksi
suatu butir soal dengan option yang seluruhnya benar, tetapi dalam tingkat

12
kebenaran yang berbeda. Peserta tes diminta untuk menyatakan butir jawaban yang
paling benar di antara semua jawaban yang benar tersebut. Hal ini merupakan
keunggulan yang sukar diperoleh dari butir soal tipe lain.
 Jumlah option yang dapat disediakan melebihi dua. Karena itu akan dapat
mengurangi keinginan peserta tes untuk menebak. Biasanya keinginan menebak
menjadi lebih besar bila probabilitas untuk benar makin besar. Jadi bila option lebih
dari dua, maka probabilitas untuk benar tebakannya akan kurang dari 50%. Tentu
hal ini tidak berlaku bagi peserta tes yang memang ingin menebak.
 Tipe butir soal pilihan ganda memugkinkan dilakukan analisis butir soal secara
baik. Butir soal dapat dikonstruksi dengan dilakukan uji coba terlebih dahulu. Bila
dalam uji coba butir soal tersebut ternyata mengandung kelemahan (setelah
dianalisis) maka dapat dilakukan perbaikan, karena dari hasil analisis dapat
dideteksi kelemahan butir soal tersebut.
 Tingkat kesukaran butir soal dapat dirancang sesuai dengan tingkat berfikir ranah
kognitif serta dengan mengubah tingkat homogenitas alternatif jawaban. Makin
homogen alternatif jawaban, maka makin tinggi tingkat kesukarannya, dan
sebaliknya kurang homogenitas alternatif jawaban, maka makin rendah tingkat
kesukaran butir soal.
 Informasi yang diberikan lebih kaya. Butir soal ini dapat memberikan informasi
tentang peserta tes lebih banyak kepada guru, terutama bila butir soal itu memiliki
homogenitas yang tinggi. Setiap pilihan peserta tes terhadap alternatif jawaban
merupakan suatu informasi tersendiri tentang penguasaan kognitif peserta tes dalam
bidang yang dites. Dengan demikian maka bentuk soal ini baik digunakan untuk
mengukur daya serapa peserta didik, dan mendiagnosa kelemahan peserta didik.
Keterbatasan butir soal pilihan ganda antara lain :
 Peserta tes yang kurang menguasai materi pelajaran, pada butir soal yang tidak
diketahui cenderung menerka jawaban yang tersedia atau guessing.
 Sukar dikonstruksi. Kesukaran dalam mengkonstruksi butir soal tipe ini terutama
untuk menemukan alternatif jawaban yang homogeny dan memerlukan waktu yang
banyak. Acapkali guru mengkonstruksi butir soal dengan hanya satu alternatif
jawaban yang tersedia, yaitu kunci jawaban. Alternatif lainnya dicari dan
ditemukan secara tergesa-gesa, sehingga jawaban tidak homogen. Butir soal yang
seperti ini tidak terlalu bernilai untuk mengukur kemampuan peserta tes.

13
 Ada kecenderungan bahwa guru mengkonstruksi butir soal tipe ini dengan hanya
menguji atau mengukur aspek ingatan, atau aspek yang paling rendah dalam ranah
kognitif. Tidak berarti bahwa aspek ini tidak penting dalam hasil belajar. Tetapi bila
sebagian besar butir soal itu hanya menguji satu aspek kognitif, maka perangkat tes
tidak terlalu berarti sebagai alat pengukur keberhasilan belajar secara menyeluruh.
Berikut ini dikemukakan beberapa prinsip pokok dalam konstruksi butir soal tipe pilihan
ganda (Zainul, 2005:78-84).
 Saripati permasalahan harus ditempatkan pada pokok soal (stem). Inti permasalahn
dalam butir soal tersebut harus dicantumkan dalam rumusan pokok soal, sehingga
dengan membaca pokok soal, peserta didik sudah dapat menentukan jawaban
sebelum dilanjutkan membaca pilihan jawaban. Persyaratan ini tidak berlaku bagi
pengembangan butir soal kesusasteraan.
 Hindari pengulangan kata-kata yang sama dalam pilihan. Peniadaan pengulangan
kata berarti menyangkut waktu menulis dan membaca serta menghemat tempat.
 Hindari rumusan kata yang berlebihan. Tidak selalu penjelasan terinci
mempermudah pengertian, justru dapat membingungkan dan mengaburkn
pengertian. Yang penting rumusan yang baik yang berisi, padat, dan jelas tanpa
kata-kata “kembang”.
 Kalau pokok soal merupakan pernyataan yang belum lengkap, maka tata atau kata-
kata yang melengkapi harus diletakkan pada ujung pernyataan, bukan di tengah-
tengah kalimat.
 Susunan alternatif jawaban dibuat teratur dan sederhana. Cara menyusun alternatif
jawaban dibuat berdarat dari atas ke bawah. Kalau yang dideretkan itu dari satu
kata, urutan ke bawah dibuat berdasarkan alfabet, kalau yang dideretkan bilangan,
urutan ke bawah berdasarkan bilangan yang makin bertambah besar atau makin
menurun, atau diurutkan berdasarkan panjang kalimat.
 Hindari penggunaan kata-kata teknis atau ilmiah atau istilah yang aneh atau
mentereng. Perlu diingat bahwa tes yang dikembangkan bertujuan untuk mengukur
materi pelajaran, kalau materi tersebut tidak menyangkut perbendaharaan,
janganlah menggunakan istilah teknik atau aneh.
 Semua pilihan jawaban harus homogen dan dimungkinkan sebagai jawaban yang
benar. Ciri khas pilihan ganda dari tes objektif yang lain adalah pada pilihan ganda
semua alternatif jawaban ada kemungkinan sebagai jawaban yang benar, sehingga

14
peserta didik terpaksa membaca dan memikirkan semua pilihan dan menentukan
yang mana yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hindari
pengecoh yang denga melihat sepintas peserta didik sudah bisa dapat menentukan
pengecoh tersebut tidak ada sangkutannya dengan pokok soal atau pengecoh
tersebut adalah jawaban yang tidak masuk akal.
 Hindari keadaan di mana jawaban yang benar selalu ditulis lebih panjang dari
jawaban yang salah. Ada kecenderungan peserta didik memilih jawaban yang lebih
panjang dan yang lebih terinci sebagai jawaban yang benar. Oleh karena itu penulis
soal berusaha agar pengecoh dan jawaban yang benar ditulis sama panjang dengan
rincian yang sama pula.
 Hindari adanya petunjuk/indikator pada jawaban yang benar.
 Hindari menggunakan pilihan yang berbunyi “semua yang di atas benar” atau
“tidak satu pun yang di atas benar”. Adanya pilihan semacam ini sebenarnya
mengurangi jumlah alternatif pilihan, karena kalau peserta didik sudah mengenal
satu atau dua di antara empat pilihan sebagai jawaban pilihan ketiga peserta didik
tersebut akan memilih “semua yang di aas benar”. Hal yang sama berlaku untuk
“tidak satupun yang di atas benar”.
 Gunakan tiga atau lebih alternatif pilihan. Kalau hanay ada dua pilihan, bentuk ini
sama dengan bentuk salah-benar. Dua pilihan berarti tebakannya tinggi sedangkan
kalau lima pilihan faktor tebakan menurun yaitu 20%. Banyaknya pilihan yang
disediakan sangat ditentukan oleh usia dan tes tergantung pada sifat bahan yang
disajikan.
 Pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata yang bermakna
tidak tentu.
 Pokok soal sedapat mungkin dalam pernyataan atau pernyataan positif. Jika
terpaksa menggunakan pernyataan negatif maka kata negatif tersebut digaris
bawahi atau ditulis tebal.
Untuk lebih meningkatkan kemampuan butir soal tipe soal pilihan ganda ada beberapa
ragam dari tipe pilihan ganda yaitu:
1. Pilihan ganda biasa
2. Pilihan ganda analisis hubungan antar hal
3. Pilihan ganda analisis kasus
4. Pilihan ganda kompleks

15
5. Pilihan ganda yang menggunakan diagram, gambar, grafik atau tabel.

B. TEKNIK PELAKSANAAN EVALUASI HASIL BELAJAR


Pelaksanaan evaluasi hasil belajar dapat diselenggarakan secara tertulis, secara lisan
dan cara perbuatan (kinerja) sesuai dengan tuntutan yang tertera pada indikator.
Kompetensi yang dituntut harus melakukan perbuatan, maka sesungguhnya tidak dapat
dilakukan dengan melakukan evaluasi dengan tulisan atau lisan, tetapi harus dengan
melakukan perbuatan atau keterampilan seperti ujian PPL (Praktek Pengalaman Lapangan)
oleh seorang calon guru.
Menurut Anas Sudijono (2011: 151-157) pelaksanaan evaluasi hasil belajar dapat
digolongkan ke dalam tiga kategori yaitu : (1) teknik pelaksanaan tes tertulis, (2) tes lisan,
dan (3) tes perbuatan.
1. Teknik pelaksanaan tes tertulis
Dalam pelaksanaan tes tertulis ada 10 hal penting yang perlu diperhatikan yaitu :
(1) Para peserta tes hendaknya mendapat ketenangan, jauh dari keramaian, kebisingan,
dan hiruk pikuk yang dapat membuat konsentrasi peserta tes terganggu.
(2) Ruangan tes cukup longgar, jarak tempat duduk antara peserta tes yang cukup , antara
75 cm sampa 100 cm.
(3) Ruangan tes cukup pencahayaan dan pertukaran udara, tidak pengab, jauh dari yang
dapat mengeluarkan polusi bau udara (seperti WC, sampah, atau sejenisnya).
(4) Tersedia alat menulis yang cukup seperti meja, atau tripleks untuk alat menulis.
(5) Pada waktu membagi soal tes hendaknya dalam keadaan terbalik dan tertutup, agar
peserta tes dapat serentak memulai ujian.
(6) Pengawas ruang ujian hendaknya tidka terlalu banyak bergerak yang dapat
mengganggu konsentrasi peserta tes.
(7) Sebelum tes dimulai hendaknya peserta tes telah mengetahui tata tertib mengikuti
ujian, dan sanksi yang diterima bila melakukan kecurangan.
(8) Disiapkan daftar hadir peserta tes yang harus ditanda tangani peserta tes.
(9) Jika waktu telah selesai, peserta tes diinstruksikan untuk berhenti bekerja dan tetap
duduk di tempat kemudian pengawas mengumpulkan seluruh lembar jawaban, jika
lembar jawaban sudah selesai dengan jumlah peserta tes, baru diperkenankan
meninggalkan tempat, dan

16
(10) Hendaknya ada berita acara yang berisi jumlah kehadiran peserta tes dan yang absen
lengkap dengan identitasnya.
2. Teknik pelaksanaan tes lisan
Terdapat sembilan teknik pelaksanaan tes lisan yaitu :
(1) Sebelum tes dilakukan, peserta tes telah mengetahui jenis soal yang akan diajukan.
(2) Setiap butir soal telah disiapkan pedoman penilaian untuk jawaban yang betul.
(3) Pensekoran dilakukan segera setelah selesai diujikan, jangan diberikan skor setelah
seluruh peserta tes selesai diuji.
(4) Jangan sekali-kali forum ujian berubah menjadi diskusi.
(5) Penguji hendaknya jangan sekali-kali memberikan “angin segar” atau kode-kode
tertentu yang mengarah kepada menolong peserta tes.
(6) Tes lisan harus berlangsung secara wajar, artinya tidak menimbulkan rasa takut,
gugup, atau panik di kalangan peserta tes.
(7) Hendaknya ada patokan waktu yang disediakan untuk setiap butir pernyataan.
(8) Hendaknya dalam mengajukan pertanyaan kepada peserta tes yang satu dengan
lainnya dilakukan bervariasi namun tetap dalam materi yang sama, dan
(9) Sedapat mungkin tes lisan dapat dilakukan secara individual.
3. Teknik pelaksanaan tes perbuatan
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan tes perbuatan yaitu :
(1) Penguji harus secara cermat mengamati peserta tes yang melakukan perbuatan.
(2) Penguji hendaknya jangan melakukan sesuatu atau berbicara yang dapat “membantu”
peserta tes melakukan perbuatan yang benar, dan
(3) Penguji harus menyiapkan lembar observasi berkaitan dengan aspek-aspek yang harus
dilakukan oleh peserta tes.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tes uraian adalah butir soal yang mengandung pertanyaan yang jawabannya
dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes (testee) atau siswa. Jawaban
soal tidak tersedia, tetapi peserta tes bebas menjawab pertanyaan dengan cara memilih,
menghubungkan, menyampaikan gagasannya dengan menggunakan kata-katanya sendiri
yang sifatnya menguraikan atau pembahasan.
Pelaksanaan evaluasi hasil belajar dapat diselenggarakan secara tertulis, secara lisan
dan cara perbuatan (kinerja) sesuai dengan tuntutan yang tertera pada indikator.
Kompetensi yang dituntut harus melakukan perbuatan, maka sesungguhnya tidak dapat
dilakukan dengan melakukan evaluasi dengan tulisan atau lisan, tetapi harus dengan
melakukan perbuatan atau keterampilan seperti ujian PPL (Praktek Pengalaman Lapangan)
oleh seorang calon guru.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun dan kami sangat menyadari makalah ini
jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan
pengembangan sangat kami harapkan. Dan semoga ini dapat menambah pengetahuan kita
dan bermanfaat. Amin.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://cahgombongkebumen.blogspot.com/2018/03/makalah-evaluasi-pembelajaran.html.
Lubis,Wildansyah., dan Zuraida Lubis. 2018. Evaluasi Pembelajaran. Medan : UNIMED.

19

Anda mungkin juga menyukai