Anda di halaman 1dari 14

CASE METHOD

MK. PEMBELAJARAN PKN SD

PRODI S1 PGSD - FIP

SKOR NILAI :

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA MATA PELAJARAN PPKN KELAS V


PADA MATERI KEBERAGAMAN BUDAYA DI INDONESIA

NAMA MAHASISWA : Rizky Zulayha Siregar


NIM : 1212311005
KELAS : PGSD K 2021
DOSEN PENGAMPU : Apiek Gandamana, S.Pd., M.Pd.
MATA KULIAH : Pembelajaran PKN SD

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
APRIL 2023
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA MATA PELAJARAN PPKN KELAS V
PADA MATERI KEBERAGAMAN BUDAYA DI INDONESIA

Rizky Zulayha Siregar


Universitas Negeri Medan
Lehasiregar2003@gmail.com

A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan kunci bagi keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Untuk
dapat memperlancar proses pendidikan, maka pendidikan harus menjadi tanggung jawab
masyarakat, pendidik dan pemerintah. Adapun tanggung jawab masyarakat dalam
pelaksanaan pendidikan adalah mendukung program pendidikan yang dirancang serta
menjaga fasilitas yang telah dibangun oleh pemerintah. Disamping masyarakat, pendidik
atau guru merupakan salah satu pihak yang sangat bertanggung jawab terhadap kemajuan
pendidikan. Dalam hal ini seorang pendidik (guru) harus mampu melaksanakan proses
pembelajaran dengan sebaik mungkin.
Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar, salah satu diantaranya adalah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD Student Team
Achievement Division adalah model pembelajaran kooperatif yang mengkondisikan para
siswa untuk belajar bersama dalam sebuah kelompok-kelompok kecil bertujuan untuk saling
membantu, biasanya setiap kelompok terdiri dari 4-5 anggota. Model pembelajaran STAD
merupakan metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana, baik
dan cocok untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas,
STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dicirikan oleh suatu struktur tugas, tujuan dan
penghargaan kooperatif, siswa bekerja sama dalam situasi semangat pembelajaran
kooperatif seperti tipe STAD dapat membantu siswa memahami konsep-konsep mata
pelajaran yang sulit serta menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dan
mengembangkan sikap sosial siswa.
Model pembelajaran ini membuat siswa bersemangat dalam mengerjakan tugas. Pada
kegiatan kerja kelompok, siswa mampu bertukar pikiran, bertanya jawab dan berdiskusi

2
dengan baik. Siswa berminat dalam mengikuti pelajaran sehingga suasana kelas menjadi
menyenangkan. Selain itu, Pada kegiatan presentasi kelas, siswa berminat dan ada
keberanian untuk mengambil peran dalam presentasi. Siswa aktif dalam menyampaikan
pemikirannya baik dalam kerja kelompok maupun diskusi kelas. Terakhir dapat disimpulkan
bahwa model kooperatif tipe STAD dapat membuat siswa lebih bersemangat dan aktif dalam
mengerjakan tugas sehingga siswa mampu mengerjakan tugas dengan baik.
Materi tentang keberagaman suku bangsa, sosial dan budaya terdapat pada pelajaran
PPKn. Noviana (2018) mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang mampu memahami
dan melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia yang
cerdas, terampil, dan berkarakter yang telah ada pada pancasila dan Uud 1945.
Keberagaman suku bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan budaya yang sifat
dan coraknya bernilai sangat tinggi dan juga beraneka ragam. Keanekaragaman budaya
Indonesia merupakan kebanggaan yang pantas mendapat perhatian. Dimana kebudayaan
bangsa adalah kebudayaan yang timbul dari sebuah usaha budinya rakyat Indonesia (Bagus,
2016). Kebudayaan yang dimaksud mencakup wujud-wujud kesenian yang didukung oleh
masyarakat, istilah kebudayaan diartikan sama dengan kesenian. Kesenian merupakan hasil
produk budaya yang dalam kehidupan tidak lepas dari masyarakat, karena kesenian lahir
dari aktivitas masyarakat itu sendiri. Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah
melahirkan ragam adat istiadat dan kepercayaan disetiap suku bangsa yang tentunya
dengan adanya adat istiadat tersebut, masyarakat mengembangkan beragam kepercayaan
dan keyakinan yang dianutnya.

B. Kerangka Teoritik
1. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran menurut Sudjana dalam Sugihartono, dkk (2007: 80), merupakan
setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh guru yang dapat menyebabkan siswa
melakukan kegiatan belajar. Sedangkan Gagne dalam Rifa’i dan Anni (2009: 193),
menyatakan bahwa Pembelajaran berorientasi pada bagaimana siswa berperilaku,
memberikan makna bahwa pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang
bersifat individual, yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah
informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk

3
ingatan jangka panjang. Hasil belajar itu memberikan kemampuan kepada siswa untuk
melakukan berbagai penampilan.
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hal terpenting
dalam pembelajaran adalah adanya interaksi yang baik di antara komponen-komponen
pembelajaran yang meliputi guru, siswa, dan ligkungan belajar. Model pembelajaran
memiliki peran penting dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran, seperti
dikemukakan oleh Joyce dan Weil dalam Abimanyu (2008: 2-4), adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
dan melaksanakan aktivitas pembelajaran siswa sedemikian rupa sehingga tujuan
pembelajaran tercapai.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah Cooperative
Learning. Slavin dalam Isjoni (2012: 22), menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif
berasal dari kata “kooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama
dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai suatu kelompok atau satu tim”.
Sedangkan Nur dalam Isjoni (2012: 27), menyatakan bahwa “model pembelajaran yang
mengelompokan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang
berhasil mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik”. Sementara
itu, Lie (2010: 9), menyatakan bahwa “nilai-nilai gotong royong dalam budaya Indonesia
sangat memungkinkan digunakannya metode pembelajaran cooperative learning dalam
proses belajar mengajar di sekolah dasar”. John Dewey dalam Lie (2010: 41),
menyatakan bahwa “sekolah seharusnya menjadi miniatur masyarakat. Oleh karena itu,
sekolah atau ruang kelas sejauh mungkin perlu mencerminkan keanekaragaman dalam
masyarakat”.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


STAD (Student Teams Achievement Divisions) merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions ini
di kembangkan oleh Slavin dan kawankawannya dari Universitas John Hopkins. Model
pembelajaran ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana,
para siswa terdiri dari beberapa kelompok heterogen, setiap siswa menggunakan lembar

4
kerja akademik, dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui
tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota team. Dalam melaksanakan kegiatan
belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Divisions ini setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukkan oleh Nurhadi dkk (2004:65) yaitu ”dalam pembelajaran
kooperatif tipe STAD siswa terdiri dari 4 atau 5 anggota kelompok atau tim. Tiap tim
memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras etnis maupun kemampuannya
(tinggi, rendah, sedang).”
Jadi berdasarkan pendapat tersebut maka memberikan pemahaman kepada kita
bahwa pada dasarnya pembelajaran tipe Student Teams Achievement Divisions adalah
suatu teknik mengajar dimana siswa dikelompokkan kedalam beberapa kelompok atau
tim, setiap tim atau kelompok tersebut terdiri dari 4 atau 5 orang anggota yang terdiri
dari anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras etnis maupun kemampuannya
(tinggi, rendah, sedang) yang saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui
diskusi antar sesama anggota kelompok.
Menurut Asma (2006: 51), model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari
tujuh tahap, yaitu: (1) persiapan pembelajaran; (2) penyajian materi 3 belajar kelompok;
(4) pemeriksaan hasil kegiatan kelompok; (5) tes; (6) penentuan skor peningkatan
individual; dan (7) penghargaan kelompok. Penjelasan tahap-tahap tersebut ialah
sebagai berikut:Pada tahap persiapan, guru menyiapkan perangkat pembelajaran yang
akan digunakan dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Perangkat pembelajaran disusun sebelum jadwal pelaksanaan
kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada kurikulum dan sumber- sumber belajar.
Perangkat pembelajaran dijadikan guru sebagai pedoman agar pembelajaran
berlangsung secara terarah dan sistematis. Perangkat pembelajaran yang dimaksud
meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sumber belajar, dan LKPD beserta
lembar jawabannya. Guru selanjutnya menyiapkan data siswa dalam kelompok yang
masing-masing beranggotakan 4-5 orang. Pembentukan kelompok diusahakan agar
terdiri kemampuan siswa yang heterogen. Jika kondisi siswa memungkinkan maka
pembagian kelompok memperhatikan latar belakang siswa.

3. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

5
Karakteristik model pembelajaran kooperatif tipe STAD antara lain :
1) Pembelajaran secara tim. Setiap anggota tim mampu membuat setiap siswa
belajar, setiap tim harus bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan keberhasilan keberhasilan tim.
Setiap kelompok bersifat heterogen. Agar setiap anggota memberikan kontribusi
terhadap keberhasilan kelompok.
2) Didasarkan pada manajemen kooperatif. Dalam manajemen kooperatif memiliki
empat imigsi pokok antara lain fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi
pelaksanaan serta fungsi kontrol.
3) Keterampilan Bekerja Sama. Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian
dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam
keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau
clan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu
dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi,
sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan
memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok.

4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


Kelebihan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division):
a. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-
norma kelompok,
b. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama,
c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan
kelompok,
d. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam
berpendapat.
Sedangkan kelemahan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD menurut Kurniasih yakni sebagai berikut:
a. Bila ditinjau dari sarana kelas, maka mengatur tempat duduk untuk kerja
kelompok sangat menyita waktu. Hal ini biasanya disebabkan belum tersedianya
ruangan-ruangan khusus yang memungkinkan secara langsung dapat digunakan
untuk belajar kelompok.

6
b. Jumlah siswa yang besar (kelas gemuk) dapat menyebabkan guru kurang
maksimal dalam mengamati kegiatan belajar, baik secara kelompok maupun
secara perorangan.
c. Guru dituntut bekerja cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan
dengan pembelajaran yang dilaksanakan, di antaranya mengoreksi pekerjaan
siswa, menghitung skor perkembangan maupun menghitung skor rata-rata
kelompok yang harus dilakukan pada setiap akhir pertemuan.
d. Menyita waktu yang banyak dalam mempersiapkan pembelajaran.

5. Pembelajaran PKn di SD
Ruminiati (2007: 1-30) menyatakan bahwa “PKn SD merupakan mata pelajaran
yang berfungsi sebagai pendidikan nilai, yaitu mata pelajaran yang mensosialisasikan
dan menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila/budaya bangsa. Winataputra (2009: 1.29),
menyatakan bahwa “tuntutan pedagogis dalam pembelajaran PKn diartikan sebagai
pengalaman belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan
kewarganegaraan yang tersurat dan tersirat dalam lingkup isi dan kompetensi dasar”.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) 2006 tentang Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar, secara terperinci tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah
agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) berpikir secara kritis, rasional, dan
kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; (2) berpartisipasi secara aktif dan
bertanggung jawab, bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara serta antikorupsi; (3) berkembang secara positif dan demokratis untuk
membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; (4) berinteraksi dengan bangsa- bangsa lain
dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi.
Winataputra (2009: 1.39), menyatakan bahwa “PKn merupakan mata pelajaran
dengan visi utama sebagai pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional. PKn
sangat erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat pada umumnya karena PKn
merupakan pendidikan nilai, demokrasi, moral, sosial, dan masalah pendidikan politik”.
Sementara itu, Kurnia (2008: 3.20), menyatakan bahwa Moral adalah sesuatu yang tidak
dibawa dari lahir, tetapi sesuatu yang berkembang dan dapat

7
diperkembangkan/dipelajari. Perkembangan moral merupakan proses internalisasi
nilai/norma masyarakat sesuai dengan kematangan dan kemampuan seseorang dalam
menyesuaikan diri terhadap paturan yang berlaku dalam kehidupannya.

C. Inovasi Dalam Pengembangan Sikap Menghargai Keberagaman


Menurut kamus Bahasa Indonesia kata “inovasi” mengandung arti pengenalan hal-hal
yang baru atau pembaharuan”. Inovasi juga berarti penemuan baru yang berbeda dari yang
sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode, atau alat). Jadi bukan
hanya alat bantu pembelajaran saja yang bisa dikemas secara inovatif tetapi juga proses
pembelajarannya, misalnya menggunakan strategi/metode baru yang dihasilkan dari
penemuannya sendiri atau menerapkan metode baru yang ditemukan oleh para pakar dan
didesain sedemikian rupa sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang lebih kondusif.
Pembelajaran inovatif juga mengandung arti pembelajaran yang dikemas oleh guru
lainnya yang merupakan wujud gagasan atau teknik yang dipandang baru agar mampu
menfasilitasi peserta didik untuk memperoleh kemajuan dalam proses dan hasil
belajar.Tujuan utama dari inovasi pembelajaran adalah berusaha meningkatkan
kemampuan, yakni kemampuan dari sumber-sumber tenaga, uang, sarana dan prasarana
temasuk struktur dan prosedur organisasi agar semua tujuan yang telah direncanakan dapat
dicapai secara optimal. Sedangkan manfaat diadakannya inovasi diantaranya dapat
memperbaiki keadaan sebelumnya ke arah yang lebih baik, memberikan gambaran pada
pihak lain tentang pelaksanaan inovasi sehingga orang lain dapat mengujicobakan inovasi
yang kita laksanakan, mendorong untuk terus mengembangkan pengetahuan dan wawasan,
menumbuhkembangkan semangat dalam bekerja. Merujuk dari tujuan dan manfaat dari
inovasi pembelajaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa seorang guru perlu membuat
inovasi pembelajaran untuk memfasilitasi peserta didik dalam proses pembelajaran agar
pembelajaran dapat berhasil atau dapat tercapai tujuannya.
Bangsa Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku bangsa. Tentunya banyak
sekali perbedaan yang ada. Ada yang berbeda warna kulit, bentuk fisik, dan budayanya.
Perbedaan jangan dipermasalahkan. Justru dengan adanya perbedaan tersebut, kita jadikan
suatu kekayaan sehingga tercipta suasana yang aman, tenteram, dan harmonis. Sikap
menghormati adalah sikap menghargai dan mengakui keberadaan harkat dan martabat
manusia meski berbeda-beda suku bangsa. “Bhinneka Tunggal Ika” yang terdapat pada pita

8
Burung Garuda Pancasila lambang Negara Indonesia mengandung arti “Berbeda-beda, tetapi
tetap satu jua.” Ada juga semboyan yang menyatakan “Bersatu kita teguh, bercerai kita
runtuh.” Makna dari semboyan tersebut adalah supaya kita bersatu padu menghalau semua
ancaman yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa kita. Dalam sejarah,
bangsa kita telah berhasil mengusir penjajah dari bumi Nusantara karena adanya persatuan
dan kesatuan para pemuda dari seluruh Nusantara.
Sejak zaman dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang majemuk. Hal
ini tercermin dari semboyan “Bhinneka tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap
satu. Kemajemukan yang ada terdiri atas keragaman suku bangsa, budaya,
agama,ras,danbahasa. Adat istiadat, kese nian, kekerabatan, bahasa, dan bentuk fisik yang
dimiliki oleh suku-suku bangsa yang ada di Indonesia memang berbeda, namun selain
perbedaan suku-suku itu juga memiliki persamaan antara lain hukum, hak milik tanah,
persekutuan, dan kehidupan sosialnya yang berasaskan kekeluargaan.
Dari paparan diatas, maka ada hal-hal yang harus dipahami guru dalam
melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran STAD, yaitu :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya empat orang secara heterogen (campuran
menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain).
2. Guru menyajikan pelajaran.
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota- anggota
kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya
sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh peserta didik.
5. Memberi evaluasi,.
6. Kesimpulan.
Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif STAD juga
membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
Persiapan-persiapan tersebut antara lain:
a) Perangkat Pembelajaran. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran perlu
dipersiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi Rencana Pembelajaran (RP),
buku siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar jawabnya.
b) Membentuk kelompok kooperatif. Menentukan anggota kelompok agar kemampuan
siswa dalam kelompok heterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan

9
kelompok lainnya relatif homogen.
c) Menentukan skor awal. Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif
adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis/ pre
test.
d) Pengaturan tempat duduk. Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu
juga diatur dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan
pembelajaran kooperatif apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat
menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas
kooperatif.
e) Kerja kelompok. Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif
STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerjasama kelompok. Hal ini bertujuan untuk
lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok. (Trianto, 2013: 69-
70).

D. Langkah-Langkah Penerapannya
langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:
1) Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran
tersebut dan untuk memotivasi siswa.
2) Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai dengan kompetensi
dasar yang akan dicapai. Guru dapat menggunakan berbagai pilihan dalam
menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Misalnya melalui metode
penemuan terbimbing atau ceramah.
3) Guru dan siswa melakukan diskusi klasikal mengenai materi yang belum dipahami
siswa
4) Para siswa didalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, yang masing-
masing terdiri dari 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang
heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan (tinggi, sedang,
rendah).
5) Guru memberikan lembar kegiatan kepada kelompok berkaitan dengan materi yang
telah diberikan, mendiskusikan secara bersama-sama antar anggota lain, serta
membahas jawaban tugas yang diberikan guru.
6) Guru memantau kelompok-kelompok pada saat mereka mengerjakan tugas dan

10
membimbing mereka untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok.
7) Secara individual, guru memberikan kuis untuk mengetahui penguasaan mereka
terhadap bahan akademik yang telah dipelajari Pada saat mengerjakan kuis, siswa
dilarang untuk saling bekerja sama.
8) Guru memberikan nilai terhadap kuis siswa.
9) Guru dan siswa melakukan perhitungan skor kuis yang akan digunakan sebagai skor
kelompok. berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari nilai
awal ke nilai kuis dari tiap-tiap anggota, kemudian di jumlahkan dan dibagi dengan
jumlah anggota. Sedangkan skor awal didapat dan nilai rata-rata kinerja siswa
tersebut pada pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya, misalnya digunakanan
nilai ulangan umum semester I sebagai skor awal.
10)Guru memberikan penghargaan untuk tim
11)Menyimpulkan materi pembelajaran Guru menyimpulkan pembelajaran,
memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan dan memberi
penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
Model pembelajaran STAD, peserta didik diberi kesempatan untuk berkomunikasi
dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran, sementara
guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator peserta didik (Agus Suprijono: 2011).
Menurut trianto Fase-fase pembelajaran Kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement
Division) Fase Kegiatan Guru Antara lain:
(1) Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
(2) Fase 2 Menyajikan/ menyampaikan informasi Menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.
(3) Fase 3 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar Menjelaskan
kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
(4) Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Membimbing kelompok -
kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
(5) Fase 5 Evaluasi Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
(6) Fase 6 Memberikan penghargaan Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya

11
maupun hasil belajar individu dan kelompok.

E. Simpulan
Model pembelajaran STAD merupakan metode atau pendekatan dalam pembelajaran
kooperatif yang sederhana, baik dan cocok untuk guru yang baru mulai menggunakan
pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran
kooperatif yang efektif. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dicirikan oleh suatu
struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif, siswa bekerja sama dalam situasi
semangat pembelajaran kooperatif seperti tipe STAD dapat membantu siswa memahami
konsep-konsep mata pelajaran yang sulit serta menumbuhkan kemampuan kerjasama,
berpikir kritis, dan mengembangkan sikap sosial siswa.
Pada dasarnya pembelajaran tipe STAD adalah suatu teknik mengajar dimana siswa
dikelompokkan kedalam beberapa kelompok atau tim, setiap tim atau kelompok tersebut
terdiri dari 4 atau 5 orang anggota yang terdiri dari anggota yang heterogen, baik jenis
kelamin, ras etnis maupun kemampuannya (tinggi, rendah, sedang) yang saling membantu
untuk menguasai bahan ajar melalui diskusi antar sesama anggota kelompok. Kelebihan
model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division): (1) Siswa bekerja sama
dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok, (2) Siswa aktif
membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama, (3) Aktif berperan sebagai
tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok, (4) Interaksi antar siswa
seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
Kelemahan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD meliputi :
(1) Bila ditinjau dari sarana kelas, maka mengatur tempat duduk untuk kerja kelompok
sangat menyita waktu. Hal ini biasanya disebabkan belum tersedianya ruangan-ruangan
khusus yang memungkinkan secara langsung dapat digunakan untuk belajar kelompok. (2)
Jumlah siswa yang besar (kelas gemuk) dapat menyebabkan guru kurang maksimal dalam
mengamati kegiatan belajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan. (3) Guru
dituntut bekerja cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan
pembelajaran yang dilaksanakan, di antaranya mengoreksi pekerjaan siswa, menghitung
skor perkembangan maupun menghitung skor rata-rata kelompok yang harus dilakukan
pada setiap akhir pertemuan. (4) Menyita waktu yang banyak dalam mempersiapkan
pembelajaran.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hapsari, Intan Indria; Mamah Fatimah. 2021. Inovasi Pembelajaran Sebagai Strategi
Peningkatan Kualitas Guru Di SDN 2 Setu Kulon. Hlm. 187- 194.
Junistira, Dini Dwi. 2022. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Mata Pelajaran IPS. Jurnal Ilmiah Ilmu
Pendidikan. 5 (2) : 533-540.
Musbir, Osita Sari. Penggunaan Model Kooperatif Tipe STAD Pada Materi Keanekaragaman
Suku Bangsa Untuk Mencapai Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri
3 Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya. Jurnal Tunas Bangsa. Hlm. 32-40.
Raharja, I G. N. Komang Rishi; M. Santo Gitakarma; K. Udy Ariawan. 2017. Penerapan Model
Pembelajaran kooperatif Tipe STAD Berbantuan Video Animasi Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Perakitan Komputer. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro Undiksha. 6 (3) :
96- 105.
Ramadhaniar, Putri; Agung Setyawan; dan Tyasmiarni Citrawati. Identifikasi Pemahaman
Siswa Mengenai Keberagaman Suku Bangsa, Sosial, dan Budaya Kelas IV. Jurnal
Universitas Trunojoyo Madura. Hlm. 312- 318.
Romaita, Ririn. 2022. Peningkatan Hasil Belajar PKn Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD Pada Siswa Kelas VI SDN Sumberejo 02 Kota Batu. Jurnal Pendidikan Taman
Widya Humaniora (JPTWH). 1(3) : 631-653.
Wulandari, Innayah. 2022. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ( Student Teams
Achievement Division) dalam Pembelajaran MI. Jurnal Papeda. 4 (1) : 17- 23.
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4379/3/T1_292009115_BAB%20II.pdf

13
LAMPIRAN

https://youtu.be/WOJbcNjcMA4
https://youtu.be/cT0HvO_0fMo

14

Anda mungkin juga menyukai