Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Mengembangkan Tes Hasil Belajar Akuntansi”

DOSEN PENGAMPU :

Dra. EFFI ASWITA LUBIS, MPd, Msi


RINI HERLIANI,SE.,Msi,AK,CA

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4

CUT NOVI RAMADHANI (7193142010)


MARRYSABELL NATALITA SITEPU (7193342026)
SALSABILLA AMELIA ZAIN (7191142012)
WIDYA UTARI (7193342004)

JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kami kesempatan dalam menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Terimakasih kami
ucapkan kepada Bpk/Ibu selaku dosen pengampu matakuliah EVALUASI
PEMBELAJARAN.

Selaku manusia biasa kami menyadari dalam tugas ini terdapat kekurangan dan
kekeliruan yang tidak disengaja.Oleh karena itu kami membutuhkan kritik dan saran. Kami
harap tugas ini dapat bermanfaat bagi semua. Khususnya matakuliah evaluasi
pembelajaran jurusan Pendidikan akuntansi di Universitas Negeri Medan.

Medan,15 Oktober 2020

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...............................................................................................................i


Daftar Isi ........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................1
C. Tujuan Makalah ..................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Perencanaan Tes .................................................................................................2
B. Ciri-Ciri Tes yang Baik ......................................................................................3
C. Pengembangan Spesifikasi Tes ..........................................................................4
D. Penulisan Soal dan Penelaahan Soal ..................................................................4

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................................................9
B. Saran ..................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk
mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Dalam pembelajaran objek ini bisa
berupa kecakapan peserta didik, minat, motivasi dan sebagainya. Bentuk tes yang
digunakan di lembaga pendidikan dilihat dari segi sistem penskorannya dapat
dikategorikan menjadi 2 yaitu tes objektif dan tes sukjektif.
Tes objektif dalam hal ini adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban
atau respon yang harus dipilih oleh peserta tes. Jadi kemungkinan jawaban atau respon
telah disediakan oleh penyusun butir soal. Peserta hanya memilih alternatif jawaban yang
telah disediakan. Dengan demikian pemeriksaan atau penskoran jawaban atau respon
peserta tes sepenuhnya dapat dilakukan secara objektif oleh pemeriksa. Karena sifatnya
yang objektif, maka tidak perlu harus dilakukan oleh manusia, tetapi dapat dilakukan
sengan mesin, misalnya mesin scanner. Dengan demikian skor hasil tes dapat dilakukan
secara objektif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Perencanaan Tes ?
2. Ciri-ciri Tes yang Baik ?
3. Langkah – Langkah Pengembangan Spesifikasi Tes ?
4. Bagaimana Penulisan Soal dan Penelaahan Soal ?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk Mengetahui atau memahami tujuan dan isi kurikulum ?
2. Untuk Mengetahui Ciri-ciri Tes yang Baik ?
3. Untuk Memahami Pengembangan Spesifikasi Tes ?
4. Untuk Memahami Bagaimana Cara Penulisan Soal dan Penelaahan Soal ?

.
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Perencanaan Tes
Merencanakan tes merupakan salah satu langkah yang tidak boleh
ditinggalkan dalam perencanaan dan desain pembelajaran.Melalui evaluasi yang
tepat bukan saja kita dapat menentukan keberhasilan siswa mencapai tujuan
pembelajaran, akan tetapi juga sekaligus dapat melihat efektivitas program desain
yang kita rencanakan. Halmanik (2003) menjelaskan pentingnya
perencanaan tes sebagai berikut :
Pertama, perencanaan tes membantu kita untuk menentukan apakah tujuan-
tujuan telah dirumuskan dalam arti tingkah laku. Hal ini akan memudahkan
perencanaan suatu tes untuk mengukur prestasi belajar siswa. Selanjutnya ia akan
menyatakan bahwa penulisan suatu tes akan membantu kita untuk memeriksa
tujuan-tujuan dan jika perlu mengadakan revisi sebelum merancang pengajaran.
Kedua, berdasarkan perencanaan tes yang telah ada itu ,selanjutnya kita
dapat bersiap-siap untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. Dengan
informasi itu dapat diketahui bahwa siswa telah memahami tujuan ,apakah mereka
telah mencapainya, dan sebagainya.
Ketiga, perencanaan tes memberikan waktu yang cukup untuk merancang
tes.Untuk menyusun suatu tes yang baik ,diperlukan persiapan yang matang yang
mungkin akan menyita waktu yang cukup banyak.
Atas dasar ketiga hal tersebut kemampuan untuk
mengembangkan perencanaan tes merupakan suatu keharusan bagi seorang guru
atau pengajar. 

Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam membuat perencanaan tes antara
lain:
1. Pemulihan sampel materi yang akan diujikan hendaknya dilakukan dengan
mengacu pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2.    Jenis tes yang akan digunakan berhubungan erat dengan jumlah sampel materi
yang akan diukur, tingkat kognitif yang akan diukur, jumlah peserta tes, serta
jumlah soal yang akan dibuat.
3.    Jenjang kemampuan berfikir yang ingin diuji.
Setiap mata pelajaran mempunyai penekanan kemampuan yang berbeda dalam
mengembangkan proses berfikir siswa. Dengan demikian jenjang kemampuan
berfikir yang akan diuji pun berbeda-beda. Jika tujuan suatu pelajaran lebih
menekankan pada pengembangan proses berfikir analisis, evaluasi, dan kreasi
maka butir soal yang akan digunakan dalam ujian harus dapat mengukur
kemampuan tersebut demikian juga sebaliknya.
3

4.    Ragam tes yang digunakan.


Ragam tes yang dapat dipergunakan sebagai alat ukur hasil belajar siswa baik itu
berupa tes objektif maupun tes uraian.
5.    Sebaran tingkat kesukaran butir soal.
Pada umumnya ahli pengukuran sepakat bahwa butir soal yang dapat
memberikan informasi yang besar kepada guru adalah butir soal yang tingkat
kesukarannya sedang (harga p di sekitar 0,5). Secara teoritis dapat dilihat bahwa
butir soal dengan tingkat kesukaran = 0,5 akan sangat memungkinkan indeks
daya beda maksimal (mendekati 1).
6.    Waktu yang disediakan untuk pelaksanaan ujian.
Lamanya waktu ujian merupakan faktor pembatas yang harus diperhatikan
dalam membuat perencanaan tes. Lamanya waktu ujian (misalnya 90 menit)
akan membawa konsekuensi kepada banyaknya butir soal yang harus dibuat.
7.    Jumlah butir soal.
Penentuan jumlah butir soal yang tepat dalam satu kali ujian tergantung pada
beberapa hal antara lain: tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, ragam soal
yang akan digunakan, proses berfikir yang ingin diukur, dan sebaran tingkat
kesukaran dalam set tes tersebut.

B. Ciri – Ciri Tes yang Baik


Menurut arikonto (1992), Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat
pengukur harus memilki persyaratan tes, yaitu memiliki:
1.      Validitas
Sebuah tes disebut valid apabila tes tersebut dapat tepat mengukur apa yang
hendak diukur. Contoh, untuk mengukur partisipasi siswa dalam proses belajar
mengajar, bukan diukur melalui nilai yang diperoleh pada waktu ulangan,
tetapi dilihat melalui: kehadiran, terpusatnya perhatian pada pelajaran,
ketepatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam arti
relevan pada permasalahannya.
2.      Reliabilitas
Berasal dari kata asal reliable yang artinya dapat dipercaya. Tes dapat
dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan
berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut
menunjukan ketetapan. Jika dihubungkan dengan validitas, maka: Validitas
adalah ketepatan dan reliabilitas adalah ketetapan.
3.      Objektivitas
Sebuah dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu
tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. hal ini terutama terjadi pada
sistem scoringnya. Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas
menekankan ketetapan pada sistem scoringnya, sedangkan reliabilitas
menekankan ketetapan dalam hasil tes.
4

4.      Praktikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut
bersifat praktis dan mudah pengadministrasiannya. tes yang baik adalah yang
mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan petunjuk-
petunjuk yang jelas.
5.      Ekonomis
Yang dimaksud ekonomis disini ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak
membutuhkan ongkos atau biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu
yang lama.

C. Pengembangan Spesifikasi Tes


Pengembangan Spesifikasi tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan keseluruhan
kualitas tes dan ciri-ciri yang harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan. Hal
yang perlu diperhatikan adalah :
1. Menentukan tujuan, tujuan pembelajaran yang baik hendaklah berorientasi
kepada peserta didik, bersifat menguraikan hasil belajar, harus jelas dan dapat
dimengerti, mengandung kata kerja yang jelas (kata kerja operasional), serta
dapat diamati dan dapat di ukur.
2. Menyusun kisi-kisi soal, penyusunan kisi-kisi soal bertujuan untuk
merumuskan setepat mungkin ruang lingkup, tekanan dan bagian-bagian tes
sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi
penyusun tes.
3. Memilih tipe soal, dalam memilih tipe soal perlu diperhatikan kesesuaian antara
tipe soal dengan materi, tujuan evaluasi, skoring, pengelolaan hasil evaluasi,
penyelenggaraan tes, serta ketersediaan dana dan kepraktisan.
4. Merencanakan tingkat kesukaran soal, untuk soal objektif dapat diketahui
melalui uji coba atau dapat juga diperkirakan berdasarkan berat ringannya
beban penyeleaian soal tersebut.
5. Merencanakan banyak soal.
6. Merencanakan jadwal penerbitan soal.

D. Penulisan Soal dan Penelaahan Soal


 Penulisan soal didasarkan pada spesifikasi yang terdapat dalam kisi-kisi soal.
Agar soal yang dihasilkan lebih bermutu maka perlu mengikuti kaidah-kaidah
penulisan soal. Kaidah penulisan soal merupakan petunjuk atau pedoman dalam
penulisan soal, sehingga soal mampu menjaring informasi yang diperlukan dan
berfungsi secara optimal. Soal-soal yang dibuat kita bagi menjadi dua, yaitu soal-
soal pilihan ganda dan soal-soal uraian atau isian, maupun praktek.

A. PENULISAN SOAL PILIHAN GANDA


Penulisan soal pilahan ganda sering digunakan dalam mengukur
keberhasilan belajar peserta didik. Untuk membuat soal-soal pilihan ganda
5

perlu diperhatikan beberapa kaidahnya, agar soal dapat sesuai dengan tujuannya
dan berkualitas. Kaidah-kaidah dalam penulisan soal-soal pilihan ganda
dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu :
1. Kaidah yang menyangkut materi.
1). Soal harus sesuai dengan indikator, artinya soal harus menanyakan
perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan indikator.

2). Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi, artinya
semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang
ditanyakan oleh pokok soal, penulisannya harus setara dan semua pilihan
jawaban harus berfungsi.

3). Setiap soal harus memiliki satu jawaban yang benar atau paling benar,
artinya satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban, bila terdapat
beberapa jawaban yang benar, kunci jawaban adalah jawaban yang paling
benar.

2. Kaidah yang menyangkut konstruksi.


1). Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas, artinya
kemampuan/materi yang hendak diukur atau ditanyakan harus jelas, tidak
menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda dengan maksud soal
dan hanya mengandung satu permasalahan untuk setiap nomor. Bahasa yang
dipergunakan harus komunikatif sehingga mudah dimengerti oleh siswa.

2).  Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pemyataan
yang diperlukan saja, artinya rumusan atau pemyataan yang sebetulnya
tidak diperlukan tidak perlu dicantumkan.
3).  Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban benar, artinya
pada pokok soal jangan sampai terdapat kata, frase atau ungkapan yang
dapat memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.
4).  Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda,
artinya pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang
mengandung arti negatif. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan
penafsiran siswa terhadap arti pemyataan yang dimaksud.
5).  Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi,
artinya semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti
yang ditanyakan pada pokok soal, penulisannya harus setara dan semua
pilihan harus berfungsi.
6).  Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama, artinya adanya
kecenderungan siswa memilih jawaban yang paling panjang, karena
6

seringkali jawaban yang yang lebih panjang lebih lengkap dan merupakan
kunci jawaban.
7).  Pilihan jawaban tidak boleh mengandung pernyataan . Semua pilihan
jawaban di atas “benar” atau “Semua pilihan jawaban di atas salah”.
8). Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun
berdasar-kan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis waktunya.
Pengurutan angka dilakukan dari nilai angka paling kecil ke nilai angka
paling besar atau sebaliknya, dan pengurutan waktu berdasarkan kronologis
waktunya. Pengurutan ini dimaksudkan untuk memudahkan siswa dalam
melihat pilihan jawaban.
9). Gambar, grafik, tabel diagram dan sejenisnya yang terdapat pada soal
harus jelas dan berfungsi, artinya apa saja yang menyertai suatu soal yang
ditanyakan harus jelas, terbaca, dapat dimengerti oleh siswa. Apabila soal
tersebut dapat dijawab tanpa melihat gambar, grafik, tabel diagram dan
sejenisnya yang terdapat pada soal berarti gambar, grafik, tabel diagram dan
sejenisnya tersebut tidak berfungsi.
10).  Butir soal jangan tergantung pada jawaban butir soal sebelumnya,
ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan siswa yang tidak dapat
menjawab benar soal pertama tidak akan dapat menjawab benar soal
berikutnya.
3. Kaidah yang menyangkut Bahasa
1). Setiap butir soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia.
2). Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat (daerah tertentu),
bila soal tersebut akan digunakan untuk beberapa daerah atau nasional.
3). Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan
satu kesatuan pengertian, letakkan kata atau ftase tersebut pada pokok soal.

B. PENULISAN SOAL BENTUK URAIAN DAN PRAKTIK


penulisan soal merupakan petunjuk atau pedoman yang perlu diikuti penulis
agar soal yang dihasilkan memiliki mutu yang baik. Soal yang memiliki mutu
baik adalah soal yang mampu menjaring informasi yang diperlukan dan
berfungsi secara optimal. Kaidah-kaidah penulisan soal meliputi segi materi,
konstruksi soal dan segi bahasa.
            1. Kaidah yang Menyangkut Materi
1) Soal harus sesuai dengan indikator, artinya soal harus menanyakan
perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan indikator.
2) Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan (ruang lingkup) harus
jelas.
7

3) Isi materi harus sesuai dengan pengukuran.


4) Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang, jenis sekolah,
atau tingkat kelas.

     2. Kaidah yang Menyangkut Konstruksi


1) Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata-kata
tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai, seperti mengapa,
uraikan, jelaskan, bandingkan, tafsirkan, buktikan, hitunglah. Jangan
menggunakan kata tanya yang tidak menuntut jawaban uraian, misalnya
siapa, di mana, kapan, dan lain-lain.
2) Rumusan kalimat soal harus komunikatif, yaitu menggunakan bahasa
yang sederhana dan menggunakan kata-kata yang sudah dikenal siswa, serta
baik dan benar dari segi kaidah Bahasa Indonesia, jangan menggunakan
kata atau kalimat yang dapat menimbulkan salah pengertian atau dapat
menimbulkan penafsiran ganda.
3) Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
4) Buatlah pedoman penskoran segera setelah soalnya ditulis dengan cara
menguraikan komponen yang akan dinilai atau kriteria penskorannya,
besarnya skor bagi setiap komponen, serta rentangan skor yang dapat
diperoleh untuk soal yang bersangkutan.
5) Hal-hal lain yang menyertai soal seperti gambar, grafik, tabel diagram
dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus disajikan dengan jelas,
berfungsi dan terbaca, artinya tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda
dan juga harus bermakna.
 
             3. Kaidah yang Menyangkut Segi Bahasa
1) Rumusan butir soal harus menggunakan bahasa yang sederhana dan
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
2) Rumusan butir soal jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat
(daerah tertentu), bila soal tersebut akan digunakan untuk beberapa daerah
atau nasional.
3) Rumusan soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar,
mempertimbangkan segi budaya dan tidak menggunakan kata-kata atau
kalimat yang dapat menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.
 4. Pedoman Penskoran
           Pedoman penskoran merupakan panduan atau petunjuk yang
menjelaskan tentang:
1) batasan atau kata-kata kunci untuk melakukan penskoran terhadap soal-
soal bentuk uraian obyektif.
8

2) tuliskan kemungkinan-kemungkinan jawaban.


3) kriteria-kriteria jawaban yang digunakan untuk melakukan penskoran
terhadap soal bentuk uraian non-obyektif.

Penelaahan soal yaitu menguji validitas soal yang bertujuan untuk mencermati
apakah butir-butir soal yang disusun sudah tepat untuk mengukur tujuan
pembelajaran yang sudah dirumuskan, ditinjau dari segi isi/materi, kriteria dan
psikologis.
9

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam penyusunan perencanaan tes perlu diperhatikan tes hasil belajara
harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar. Disamping itu tes juga harus
dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki cara
belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.

Ciri-ciri tes yang baik yaitu :


a.       Validitas
b.      Reliabilitas
c.       Objektivitas
d.      Prakitikabilitas
e.       Ekonomis

Pengembangan Spesifikasi tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan keseluruhan


kualitas tes dan ciri-ciri yang harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan. Hal
yang perlu diperhatikan adalah : Menentukan tujuan, menyusun kisi-kisi soal,
memilih tipe soal, merencanakan tingkat kesukaran soal, merencanakan banyak
soal, dan merencanakan jadwal penerbitan soal.
 Penulisan soal didasarkan pada spesifikasi yang terdapat dalam kisi-kisi
soal. Agar soal yang dihasilkan lebih bermutu maka perlu mengikuti kaidah-kaidah
penulisan soal. Kaidah penulisan soal merupakan petunjuk atau pedoman dalam
penulisan soal, sehingga soal mampu menjaring informasi yang diperlukan dan
berfungsi secara optimal.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi
isi maupun penyajian. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat
diperlukan untuk perbaikan makalah ini.
10

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.1992. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Penerbit Bumi

Aksara.

Subino, 1987. Konstruksi Dan Analisi Tes Suatu Pengantar Kepada Teori Tes Dan

Pengukuran. Jakarta : Depdikbud

Gronlund, N.E & Lind R.L. 1990. Measurement and evaluation in teaching. New York :

Publishing company.

http://ihsanyahya94blogaddress.blogspot.com/2015/04/makalah-tes-hasil-belajar.html

http://makulpkr.blogspot.com/2014/11/makalah-perencanaan-tes.html?m=1

http://meldasyahputri.blogspot.com/2015/11/kaidah-penulisan-soal-tes-non-tes.html?m=1

http://warungbidan.blogspot.com/2016/11/format-penelaahan-buitr-soal-bentuk.html?

m=1

Anda mungkin juga menyukai