Anda di halaman 1dari 18

SYARAT-SYARAT TES

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran dengan dosen


pengampu bapak Drs. Arifin Siregar,M.Pd., & Fazar Siddiq Siregar,
S.Pd.,M.Pd

Disususun oleh

1. Ayu Puspita Sari (1181111042)

2. Meilani Syahfitri (1182111008)

3. Leni Artika (1181111058)

4. Husna Hasibuan (1181111048)

B REGULER PGSD 2018

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt karena dengan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Syarat- syarat Tes” dengan baik. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran. Ucapan
terima kasih kepada Drs. Arifin Siregar,M.Pd., & Fazar Siddiq Siregar,
S.Pd.,M.Pd.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian khususnya
menambah wawasan tentang syarat-syarat tes dalam evaluasi pembelajaran. Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kami senantiasa mengharap kritik dan saran yang
membangun dari pembaca.

Medan, 4 Mei 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan.......................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Bagaimana Pengertian Tes.......................................................................................5
B. Bagaimana Prasyarat Perencanaan Tes
dalam Evaluasi Pembelajaran...................................................................................5
C. Bagaimana Langkah-langkah Penyusunan Tes dalam

Evaluasi Pembelajaran………………………………………………………...11

BAB III PENUTUPAN

A. Kesimpulan............................................................................................................14
B. Saran.......................................................................................................................14
Daftar Pustaka……………………………………………………………………15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sebagai
bagian dari peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui sistem
penilaian. Dalam penilaian proses dan hasil belajar siswa di sekolah, aspek aspek
yang berkenaan dengan pemilihan alat penilaian, penyusunan soal, pengolahan
dan interpretasi data hasil penilaian, analisis butir soal untuk memperoleh kualitas
soal yang memadai, serta pemanfaatan data hasil penilaian sangat berpengaruh
terhadap kualitas lulusan.

Oleh karena itu, dalam mengevaluasi pembelajaran, tidaklah lepas dari syarat
syarat yang harus ditempuh dalam kegiatan perencanaan dan penyusunan tes
pembelajaran. Tentunya agar tes yang dihasilkan bermutu dan mampu menambah
pengetahuan serta mampu memperdalam materi yang telah disampaikan
sebelumnya. Oleh karena itu, dalam makalah ini, akan kami sajikan syarat dari
pada perencanaan dan penyusunan tes pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Tes?
2. Bagaimana Prasyarat Perencanaan Tes dalam Evaluasi Pembelajaran?
3. Bagaimana Langkah-langkah Penyusunan Tes dalam Evaluasi
Pembelajaran?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengertian Tes.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Prasyarat Perencanaan Tes dalam Evaluasi
Pembelajaran.

4
3. Bagaimana Langkah-langkah Penyusunan Tes dalam Evaluasi
Pembelajaran.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tes

Tes merupakan suatu alat penilaian dalam bentuk tulisan untuk mencatat atau
mengamati prestasi siswa yang sejalan dengan target penilaian. Jawaban yang
diharapkan dalam tes dapat secara tertulis, lisan atau perbuatan. Kemudian Zainul
dan Nasition mendefinisikan tes sebagai pertanyaan atau seperangkat tugas yang
direncanakan untuk memperoleh informasi atau memperlihatkan prestasi siswa
yang berkaitan dengan tujuan yang telah ditentukan.[1]

Dalam hal ini perlu dibedakan antara tes, testing, testee dan tester. Testing
adalah saat pada waktu tes tersebut dilaksanakan (saat pengambilan tes).
Sementara itu Gabel menyatakan bahwa testing menunjukkan proses pelaksanaan
tes. Testee adalah responden yang mengerjakan tes. Mereka inilah yang akan
dinilai atau diukur kemampuannya. Sedangkan Tester adalah seseorang yang
diserahi tugas untuk melaksanakan pengambilan tes kepada responden.[2]

Jadi, dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tes merupakan alat
penilaian yang berupa pertanyaan atau seperangkat tugas yang direncanakan
memperlihatkan seberapa jauh tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dicapai
oleh siswa.

B. Prasyarat Perencanaan Tes dalam Evaluasi Pembelajaran

Sebelum evaluasi hasil belajar dilaksanakan, harus disusun terlebih dahulu


perencanaannya secara baik dan matang. Perencanaan evaluasi hasil belajar itu
umumnya mencakup 6 jenis kegiatan :

5
1. Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi, Perumusan tujuan
sangatlah penting, sebab tanpa tujuan yang jelas maka evaluasi hasil
belajar akan berjalan tanpa arah.
2. Menetapkan aspek aspek yang akan dievaluasi, Misalnya aspek kognitif,
afektif atau psikomotor.
3. Memilih dan menentukan teknik apakah yang akan digunakan dalam
pelaksanaan evaluasi. Misalnya dengan menggunakan teknis tes atau
nontes.
4. Menyusun alat alat pengukur yang akan dipergunakan dalam pengukuran
dan penilaian hasil belajar peserta didik.
5. Menentukan tolak ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan
pegangan atau patokan dalam memberikan interpretasi terhadap data hasil
evaluasi.
6. Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar itu sendiri
(kapan dan seberapa sekali evaluasi akan dilaksanakan).

Syarat- syarat Evaluasi yang Baik

Sebuah instrumen evaluasi hasil belajar hendaknya memenuhi syarat sebelum


di gunakan untuk mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar terhindar dari
kesalahan dan hasil yang tidak valid (tidak sesuai kenyataan sebenarnya). Alat
evaluasi yang kurang baik dapat mengakibatkan hasil penilaian menjadi bias atau
tidak sesuainya hasil penilaian dengan kenyataan yang sebenarnya, seperti contoh
anak yang pintar dinilai tidak mampu atau sebaliknya. Jika terjadi demikian perlu
ditanyakan apakah persyaratan instrumen yang digunakan menilai sudah sesuai
dengan kaidah-kaidah penyusunan instrumen.

Instrumen Evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa
kaidah antara lain :

* Validitas

* Reliabilitas

* Objectivitas

6
* Pratikabilitas

* Ekomonis

* Taraf Kesukaran

* Daya Pembeda

a) Validitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa Validitas diartikan sebagai


sifat benar, menurut bukti yang ada, logika berfikir, atau kekuatan hokum.
Menurut Diknas bahwa validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk
mengukur sasaran ukurnya. Sedangkan menurut Wiki pedia Indonesia
diterjemahkan , kesahihan, kebenaran yang diperkuat oleh bukti atau data.
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan
dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.

Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu
alat ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi
juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Dengan
demikian kata valid sering diartikan dengan tepat, benar, sahih, absah, sehingga
kata valid dapat diartikan ketepatan, kebenaran, kesahihan, atau keabsahan.
Menurut Anas Sujiono apabila kata valid dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat
pengukur maka tes dikatakan valid adalah apabila tes tersebut dengan secara tepat,
secara benar, secara sahih, atau secara absah dapat mengukur apa yang seharusnya
diukur, dengan kata lain tes dapat dikatakan telah memiliki Validitas apabila tes
tersebut dengan secara tepat, benar, sahih atau absah telah dapat mengungkap atau
mengukur apa yang seharus diungkap atau diukur lewat tes tersebut. Suatu skala
atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila
instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang
sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang
memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan
tujuan pengukuran.

7
Dalam kaitannya dengan tes dan penilaian, Retno mengemukakan tiga pokok
pengertian yang bisa digunakan sebagai berikut :

1) Validitas berkenaan dengan hasil dari sutu alat tes atau alat evaluasi, dan
tidak menyangkut alat itu sendiri. Tes intelegensi sebagai alat untuk
melakukan tes kecerdasan hasilnya valid , tapi kalau digunakan untuk
melakukan tes hasil belajar tidak valid.
2) Validitas adalah persoalan yang menyangkut tingkat (derajat), sehingga
istilah yang digunakan adalah derajat validitas suatu tes maka suatu tes ada
yangh disebut validitasnya tinggi, sedang dan rendah.
3) Validitas selalu dibatasi pada pengkususannya dalam penggunaan dan
tidak pernah dalam arti kualitas yang umum. Suatu tes berhitung mungkin
tinggi validitasnya untuk mengukur keterampilan menjumlah angka, tetapi
rendah validitasnya untuk mengukur berfikir matematis dan sedang
validitasnya untuk meramal keberhasilan siswa dalam pelajaran matematik
yang akan datang.

Validitas adalah kesahihan pengukuran atau penilaian dalam penelitian. Dalam


analisis isi, validitas dilakukan dengan berbagai cara atau metode sebagai berikut.

 Pengukuran produktivitas (productivity), yaitu derajat di mana suatu studi


menunjukkan indikator yang tepat yang berhubungan dengan variabel.
 Predictive validity, yaitu derajat kemampuan pengukuran dengan peristiwa
yang akan datang.
 Construct validity, yaitu derajat kesesuaian teori dan konsep yang dipakai
dengan alat pengukuran yang dipakai dalam penelitian tersebut.

Macam-macam Validitas

Menurut Suharsimi ada dua jenis validitas yaitu validitas logis dan validitas
empiris. Sementara Retno validitas itu terbagi menjadi lima tipe yaitu validitas
tampang (face validity), validitas logis (logical validity), validitas vaktor
(factorikal validity), Validitas isi (conten validity), dan validitas empiris
(empirical validity). Sedangkan menurut Anas ternik pengujian validitas hasil

8
belajar secara garis besar dapat dibagi dua, yaitu pengujian validitas tes secara
rasional dan pengujian validitas tes secara empirik.

Pada dasarnya para ahli pendidikan melihat pengujian validitas tes itu dapat
dilihat dari:

 Pengujian validitas tes secara rasional.

Istilah lain dari istilah validitas rasional adalah validitas logika, validitas ideal
atau validitas dassollen. Istilah validitas logika (logical validity) mengandung kata
logis berasal dari kata logika yang berarti penalaran. Dengan makna demikian
bahwa validitas logis untuk sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid
berdasarkan hasil penalaran, kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena
instrumen bersangkutan sudah dirancang secara baik mengikuti teori dan
ketentuan yang ada. Dengan demikian validitas logis ini dikatakan benar apabila
tes yang dilakukan sesuai denga ketentuan, peraturan dan teori yang ada, sehingga
suatu tes itu dapat dikatakan valid dapat dilihat setelah instrumen soal tes tersebut
telah selesai dibuat.

 Pengujian Validitas Tes secara Empiris

Istilah “Validitas empiris” memuat kata “empiris” yang artinya


“pengalaman” sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris
apabila sudah diuji dari pengalaman. Yang dimaksud dengan validitas empiris
adalah ketepatan mengukur yang didasarkan pada hasil analisis yang bersifat
empirik. Sedangkan menurut Ebel bahwa Empirical Validity adalah validitas yang
berkenaan dengan hubungan antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut
adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh
pengukuran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Validitas

Menurut Retno ada beberapa hal yang mempengaruhi validitas alat pengukur
sebagai berikut :

1. Faktor di dalam tes itu sendiri

9
2. Faktor dalam respon siswa, ini terjadi jika : Siswa mengalami gangguan
emosional dalam menjawab tes, Siswa hanya cendrung menerka-nerka
dalam menjawab tes,
3. Faktor dalam mengadministrasi tes dan pembijian.

Sebuah Instrumen Evaluasi dikatakan baik manakala memiliki validitas yang


tinggi. Yang dimaksud Validitas disini adalah kemampuan instrumen tersebut
mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada tiga Aspek yang hendak dievaluasi
dalam evaluasi hasil belajar yaitu Aspek Kognitif, Psikomotor dan Afektif.Tinggi
Rendahnya validitas instrumen dapat di hitung dengan uji validitas dan di
nyatakan dengan koefisien validitas.

b) Reliabilitas

Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala instrumen


tersebut dapta menghasilkan hasil pengukuran yang ajeg. Keajegan/ketetapn disini
tidak diartikan selalu sama tetapi mengikuti perubahan secara ajeg. Jika keadaan
seseorang si upik berada lebih rendah dibandingkan orang lain misalnya si Badu,
maka jika dilakukan pengukuran ulang hasilnya si upik juga berada lebih rendah
terhadap si badu. Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat di hitung dengan uji
reliabilitias dan dinyatakan dengan koefisien reliabilitas.

c) Objectivitas

Instrumen evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh subyektifitas


pribadi dari si evaluator dalam menetapkan hasilnya. Dalam menekan pengaruh
subyektifitas yang tidak bisa dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu
kepada pedoman tertama menyangkut masalah kontinuitas dan komprehensif.

Evaluasi harus dilakukan secara kontinu (terus-menerus). Dengan evaluasi


yang berkali-kali dilakukan maka evaluator akan memperoleh gambaran yang
lebih jelas tentang keadaan Audience yang dinilai. Evaluasi yang diadakan secara
on the spot dan hanya satu atau dua kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang
obyektif tentang keadaan audience yang di evaluasi. Faktor kebetulan akan sangat
mengganggu hasilnya.

10
d) Praktikabilitas

Sebuah intrumen evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi


apabila bersifat praktis mudah pengadministrasiannya dan memiliki ciri : Mudah
dilaksanakan, tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan
kepada audience mengerjakan yang dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah
pemeriksaannya artinya dilengkapi pedoman skoring, kunci jawaban. Dilengkapi
petunjuk yang jelas sehingga dapat di laksanakan oleh orang lain.

e) Ekonomis

Pelaksanaan evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak membutuhkan


biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama.

f) Taraf Kesukaran

Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu
mudah dan tidak terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak mampu
merangsang audience mempertinggi usaha memecahkannya sebaliknya kalau
terlalu sukar membuat audiece putus asa dan tidak memiliki semangat untuk
mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Di dalam isitlah evaluasi index
kesukaran ini diberi simbul p yang dinyatakan dengan “Proporsi”.

g) Daya Pembeda

Daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut


membedakan antara audience yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan
audience yang tidak pandai (berkemampuan rendah). Indek daya pembeda ini
disingkat dengan D dan dinyatakan dengan Index Diskriminasi. (Ulianta, Artikel
Pendidikan). Sependapat dengan syarat-syarat di atas, maka Sukardi (2008 : 8)
mengemukakan bahwa, suatu evaluasi memenuhi syarat-syarat sebelum
diterapkan kepada siswa yang kemudian direfleksikan dalam bentuk tingkah laku.
Evaluasi yang baik, harus mempunyai syarat seperti berikut: 1) valid, 2) andal, 3)
objektif , 4) seimbang, 5) membedakan, 6) norma, 7) fair, dan 8) praktis.

11
Sedangkan Wina Sanjaya (2008: 352-354), mengatakan bahwa syarat-syarat
alat evaluasi yang baik harus:

a. Memberikan motivasi
Memberikan penilaian evaluasi diarahkan untuk meninkatkan motivasi
belajar bagi siswa melalui upaya pemahaman akan kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki baik oleh guru maupun siswa. Siswa perlu
memahami makna dari hasil penilaian.
b. Validitas
Penilaian diarahkan bukan semata-mata untuk melengkapi syarat
administrasi saja, akan tetapi diarahkan untuk memperoleh informasi
tentang ketercapaian kompetensi seperti yang terumuskanan dalam
kurikulum. Oleh sebab itu, penilaian tidak menyimpang dari kompetensi
yang ingin dicapai. Dengan kata lain penilaian harus menjamin validitas.
c. Adil
Setiap siswa memiliki kesempatan yang sama dalam proses pembelajaran
tanpa memandang perbedaan sosial-ekonomi, latar belakang budaya dan
kemampuan. Dalam penilaian, siswa disejajarkan untuk mendapatkan
perlakuan yang sama.
d. Terbuka
Alat penilaian yang baik adalah alat penilaian yang dipahami baik oleh
penilai maupun yang dinilai. Siswa perlu memahami jenis atau prosedur
penilaian yang akan dilakukan beserta kriteria penilaian. Keterbukaan ini
bukan hanya akan mendorong siswa untuk memperoleh hasil yang baik
sehingga motovasi belajara mereka akan bertambah juga, akan tetapi
sekaligus mereka akan memahami posisi mereka sendiri dalam pencapaian
kompetensi.
e. Berkesinambungan
Penilaian tidak pernah mengenal waktu kapan penilaian seharusnya
dilakukan. Penilaian dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan.
f. Bermakna

12
Penilaian tersusun dan terarah akan memberikan makna kepada semua
pihak khususnya siswa untuk mengetahui posisi mereka dalam
memperoleh kompetensi dan memahami kesulitan yang dihadapi dalam
mencapai kompetensi. Dengan demikian, hasil penilaian itu juga bermakna
bagi guru juga termasuk bagi orang tua dalam memberika bimbingan
kepada siswa dalam upaya memperoleh kompetensi sesuai dengan target
kurikulu.
g. Menyeluruh
Kurikulum diarahkan untuk perkembangan siswa secara utuh, baik
perkembangan afektif, kognitif maupun psikomotorik. Oleh sebab itu,
guru dalam melaksanakan penilaian harus menggunakan ragam penilaian,
misalnya tes, penilaian produk, skala sikap, penampilan, dan sebagainya.
Hal ini sangat penting, sebab hasil penilaian harus memberikan informasi
secara utuk tentang perkembangan setiap aspek.
h. Edukatif
Penilaian kelas tidak semata-mata diarahkan untuk memperoleh gambaran
kemampuan siswa dalam pencapaian kompetensi melalui angka yang
diperoleh, akan tetapi hasil penilaian harus memeberikan umpan balik
untuk memperbaiki proses pembelajaran, baik yang dilakukan oleh guru
maupun siswa, sehingga hasil belajar lebih optimal. Dengan demikian,
proses penilaian tidak semata-mata tanggung jawab guru akan tetapi juga
merupakan tanggung jawab siswa. Artinya siswa harus ikut terlibat dalam
proses penilaian, sehingga mereka meyadari, bahwa penilaian adalah
bagian dari proses pembelajaran.

Tes yang praktis adalah tes yang :

1) Mudah dilaksanakan, misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan


memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu
bagian yang dianggap mudah oleh siswa.
2) Mudah pemeriksaannya, artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci
jawaban maupun pedoman skoringnya.

13
3) Dilengkapi dengan petunjuk petunjuk yang jelas sehingga dapat
diberikan / diawali oleh orang lain.

C. Langkah-langkah Penyusunan Tes dalam Evaluasi Pembelajaran

Ada beberapa langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menyusun tes evaluasi
pembelajaran antara lain:

1. Merujuk pada Silabus


Biasanya suatu sekolah/lembaga pendidikan telah mempunyai Silabus
untuk setiap mata pelajaran. Silabus berisikan pokok-pokok bahasan yang
akan diajarkan dalam satu semester. Silabus diperlukan pada waktu
membuat kisi-kisi soal agar soal yang dibuat mewakili semua pokok
bahasan yang ada sehingga akhirnya dapat dilihat apakah tujuan
pembelajaran tercapai atau tidak.
2. Menyusun Kisi-kisi Soal
Menyusun kisi-kisi merupakan langkah awal yang harus dilakukan setiap
kali menyusun tes dan menulis soal. Dengan adanya kisi-kisi, penyusunan
soal dapat menghasilkan tes yang relatif sama. Kisi-kisi tes adalah suatu
format atau matriks yang memuat kreteria butir soal yang diperlukan
dalam menyusun tes. Oleh karena itu, kisi-kisi yang baik harus memenuhi
beberapa kareteria, yaitu; 1) dapat menggambarkan keterwakilan isi
kurikulum, 2) komponen yang membentuk kisi-kisi harus jelas, rinci, dan
mudah dipahami, dan 3) Setiap indikator dapat dituliskan butir soalnya.
3. Menyusun Soal
Soal dapat disusun dalam bentuk tes objektif maupun tes esai.Sebagai
bahasan dalam tulisan ini penulis memilih bentuk tes objektif dengan
bentuk soal tes pilihan ganda. Jumlah soal yang disusun harus melebihi
jumlah yang dibutuhkan dan disusun sesuai kisi-kisi. Sukar atau mudahnya
suatu soal bukan semata-mata ditentukan oleh materi soal, akan tetapi
ditentukan juga oleh teknik penyusunannya. Beberapa butir pernyataan

14
yang merupakan bagian pokok dalam pedoman umum penulisan butir soal
tes pilihan ganda adalah sebagai berikut:
 Butir soal harus sesuai dengan indikator.
 Pokok soal dan pilihan jawaban harus dirumuskan secara jelas, singkat,
padat,dan tegas, sehingga perumusan tersebut hanya mencakup pernyataan
yang diperlukan saja.
 Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.
 Pokok soal dan pilihan jawaban tidak mengandung pernyataan yang
bersifat negatif ganda.
 Pilihan jawaban yang merupakan kunci jawaban harus menunjukan
kebenaran mutlak dan terbaik.
 Pilihan jawaban harus homogen dan logis secara materi dan bahasa.
 Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
 Pilihan jawaban sebaiknya jangan memakai bunyi “semua pilihan jawaban
di atas salah “atau “semua pilihan jawaban di atas benar”.
 Pilihan jawaban berbentuk angka harus disusun berdasarkan urutan kecil
ke besar atau sebaliknya.
4. Melaksanakan Uji Coba Tes
Agar memperoleh soal/tes yang baik maka soal/test tersebut harus diuji
coba terlebih dahulu dan hasilnya dianalisis sehingga memenuhi syarat-
syarat tes yang baik. Peserta uji coba misalnya adalah siswa, maka
siswatersebut harus mempunyai status sama dengan peserta tes yang
sebenarnya.
5. Membuat Skor
Setelah soal diuji coba maka selanjutnya dibuat skor masing-masing siswa
(peserta yang diuji coba). Misal, jika siswa menjawab benar diberi skor 1,
dan bila siswa menjawab salah atau tidak menjawab diberi skor 0. Semua
skor yang diperoleh untuk setiap siswa dibuat dalam bentuk
tabel.Sedangkan menurut Martinis Yamin dalam bukunya “Stategi
Pembelajaran Berbasis Kompetensi” bahwa dalam menyusun tes, tedapat
langkah-langkah yang harus ditempuh sebagai berikut:

15
1) Menyusun spesifikasi tes, dalam langkah ini ada beberapa hal yang harus
dilakukan yakni: menentukan tujuan tes, menyusun kisi-kisi tes dan
menentukan panjang tes.
2) Menulis soal tes
3) Menelah soal tes
4) Melakukan uji coba tes
5) Menganalisis butir soal
6) Memperbaiki tes
7) Melaksanakan tes.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

16
Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa tes merupakan alat
penilaian yang berupa pertanyaan atau seperangkat tugas yang direncanakan
memperlihatkan seberapa jauh tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dicapai
oleh siswa. Sebelum membuat dan melaksanakan tes ada beberapa persyaratan
yang harus diperhatikan, diantaranya: menentukan tujuan tes, menentukan aspek-
aspek yang akan dites, Memilih dan menentukan teknik apakah yang akan
digunakan dalam pelaksanaan evaluasi, dan sebagainya. Sehingga hasil yang
didapat sesuai dengan target dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dari
pembahasan tentang syarat-syarat evaluasi yang baik, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa : Dalam menggunakan konsep evaluasi dalam kaitannya
dengan tes dan penilaian , maka ada beberapa pokok yang harus dipegang
yaitu :Validitas , andal, objektif, seimbang, membedakan, norma, fair, praktis,
bermakna, berkesinambungan, keterbukaan Ada lima faktor yang mempengaruhi
validitas dalam arti mengurangi validitas yaitu : Faktor didalam tes itu sendiri,
Faktor berfungsinya isi dan prosedur mengajar, Faktor dalam respon siswa, Faktor
dalam mengadministrasi tes dan pembijian.

B. Saran

Adapun saran yang ingin disampaikan penulis sebagai berikut Diharapkan bagi
tenaga pengajar/pendidik agar dalam penyusunan alat evaluasi sekiranya dapat
memperhatikan syarat-syarat evaluasi. Kiranya kurangnya referensi buku di Pasca
UNM dapat di perhatikan terutama yang berkaitan tentang evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA

Kadir, Abdul.“Menyusun dan Menganalisis Tes Hasil Belajar”, Al-Ta’dib, 2 (Juli-


Desember, 2015).

17
Sudiyono, Anas. 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.

Yamin, Martinis. 2012. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Ciputat:


Refensi GP Press Group.

Zainul dan Nasution. 2001. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti.

Daryanto. 1997. Evaluasi Pendidikan. Solo: Rineka Cipta.

Purwanto, Ngalim. 1984. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.


Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Kencana Prenada


Media Group.

Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta. Bumi Aksara.

18

Anda mungkin juga menyukai