Anda di halaman 1dari 15

TUGAS I

Pengukuran dan Penilaian dalam BK

“Konsep Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi”

DOSEN:

Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M. Pd.

Prof. Dr. Daharnis, M.Pd., Kons.

OLEH :

Mhd. Izwar Putra (21151020)

BIMBINGAN DAN KONSELING (S2)

PROGRAM STUDI S2 BIMBINGAN DAN


KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat-Nya, penulis

dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Konsep pengukuran, asesmen

dan evaluasi " dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah pengukuran dan

penilaian dalam BK, di Universitas Negeri Padang jurusan Bimbingan dan

Konseling.Semoga makalah yang penulis buat dari beberapa referensi yang di

arahkan ini dapat menjadi sebuah penambahan wawasan bagi kita semua

terkhusus mahasiswa pascasarjana S2 Bimbingan dan Konseling.

Beberapa kesulitan yang penulis dapatkan untuk menyelesaikan tugas ini

tidak menjadi permasalahan yang panjang bagi penulis. Penulis memohon maaf

apabila ada beberapa kalimat penulisan dan kutipan penulis memiliki kesalahan

sejatinya penulis adalah mahasiswa yang sedang dalam proses belajar.

Penulis

Mhd Izwar Putra


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG...............................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................2

C. TUJUAN....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENGUKURAN, ASESMEN DAN EVALUASI..........2

a. Pengukuran..........................................................................................2

b. Asesmen...............................................................................................5

c. Evaluasi................................................................................................8

B. PERBEDAAN PENGUKURAN, ASESMEN DAN EVALUASI..........10

C. EVALUASI PENGAJARAN..................................................................10

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN........................................................................................11

B. SARAN....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita selalu

melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas-

jelas mengadakan pengukuran dan asesmen. Hal ini dapat dilihat mulai dari

berpakaian, setelah berpakaian kemudian dihadapkan ke kaca apakah

penampilannya sudah baik atau belum.

Dari kalimat tersebut kita sudah menemui tiga buah istilah yaitu: evaluasi,

pengukuran, dan Sementara orang cenderung lebih mengartikan ketiga kata

tersebut sebagai suatu pengertian yang sama sehingga dalam pemakaiannya

tergantung dari kata mana yang siap diucapkannya. Dalam setiap pembelajaran,

pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang ia

lakukan. Hasil yang dimaksud adalah baik atau tidak baik, bermanfaat, atau tidak

bermanfaat, dll. Apabila pembelajaran yang dilakukannya mencapai hasil yang

baik, pendidik tentu dapat dikatakan berhasil dalam proses pembelajaran dan

demikian sebaliknya.Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil

yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui

evaluasi. Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik ini dapat berupa evaluasi hasil

belajar dan evaluasi pembelajaran. Dalam makalah ini penyusun hanya membahas

tentang evaluasi hasil belajar.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kami merumuskan

masalah sebagai berikut.

1. Apa pengertian pengukuran, asesmen, dan evaluasi?

2. Apa perbedaan antara pengukuran, asesmen, dan evaluasi?

3. Bagaimana tujuan evaluasi pengajaran?

4. Apa saja fungsi evaluasi pengajaran?

C.    Tujuan

Adapun tujuan dari makalah kami, antara lain sebagai berikut.

1. Mengetahui pengertian pengukuran, asesmen, dan evaluasi.

2. Mengetahui perbedaan antara pengukuran, asesmen, dan evaluasi.

3. Mengetahui tujuan evaluasi pengajaran.

4. Mengetahui fungsi evaluasi pengajaran.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengukuran, Assesmen, dan Evaluasi

a. Pengukuran

Pengukuran merupakan salah satu prosedur yang dapat ditempuh untuk

melakukan evaluasi. Maksudnya pengukuran dilakukan dalam rangka

mengumpulkan informasi dan data yang diperlukan untuk membuat keputusan

dalam evaluasi. Adapun istilah pengukuran didefinisikan oleh Gronlund dan Linn

(1985:5) dalam M. Ainin, 2006 berikut ini. Measurement is the proces of

obtaining a numerical description of the degree to wich an individual processes a

particular characteristic. It answer the quetion ‘How much?’. Artinya,

pengukuran adalah suatu proses untuk memperoleh deskripsi dalam bentuk angka-

angka mengenai tingkat dari sifat atau kemampuan yang dimiliki seseorang.

Pengukuran merupakan suatu konsep yang bermakna proses menerapkan angka-

angka kepada benda atau gejala berdasarkan aturan-aturan yang telah ditetapkan.

Dengan demikian pengukuran adalah suatu tindakan untuk menentukan jumlah

atau kuantitas dari sesuatu, misalnya panjang kain dan luas tanah.

Mengenai istilah pengukuran, Ahmann dan Glock dalam S. Hamid Hasan

(1988) menjelaskan “in the last analysis measurement is only a part, altough a

very substansial part of evaluation. It provides information upon wich an

evaluation can be based... educational measurement is the proces that attemps to

obtain a cuantified representation of the degree to wich a trait is prossessed by a

pupil.” Pendapat ini hampir sama dengan pendapat Thorndike dan Hagen (1972),
Menhrens dan Hagen (1978), Nitko (1983), dan Walsh dan Betz (1985).

Sementara itu Wiersma dan Jurs (1985) mengemukakan “technically,

measurement is the assigment of numerals to objects or events according to rules

that give numeral quantitative meaning.”

Berdasarkan beberapa pengertian tentang pengukuran yang dikemukakan di

atas, dapat dikemukakan bahwa pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan

untuk menentukan kuantitas sesuatu. Kata “sesuatu” bisa berarti peserta didik,

guru, gedung sekolah, meja belajar, white board, dan sebagainya. Dalam proses

pengukuran, tentu guru harus menggunakan alat ukur (tes atau non-tes). Alat ukur

tersebut harus standar, yaitu memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang tinggi.

Dalam bidang pendidikan, psikologi, maupun variabel-variabel sosial lainnya,

kegiatan pengukuran biasanya menggunakan tes. Dalam sejarah

perkembangannya, aturan mengenai pemberian angka ini didasarkan pada teori

pengukuran psikologi yang dinamakan psychometric.

A. Muri Yusuf mengemukakan tiga (3) konsep yang perlu

diperhatikan dalam melakukan pengukuran, yaitu:

1. Angka atau simbol yang dapat diolah secara statistik atau dimanipulasi secara

sistematis, seperti 1,2,3 dan seterusnya.

2. Penerapan, ini berarti bahwa angka atau simbol itu diterapkan terhadap objek

atau kejadian tertentu yang dimaksudkan.

3.  Aturan, ini dimaksudkan sebagai patokan tentang benar/tidaknya tindakan

yang dilakukan atau sesuatu kejadian atau objek yang dikuasai seseorang.
A. Muri Yusuf menjelaskan hasil pengukuran akan ditentukan oleh

kecanggihan alat ukur instrument yang dipakai, pengadminsitrasian, yang tepat

serta pengolahan data menurut pola yang sebenarnya berdasarkan patokan yang

disepakati. Hasil pengukuran itu berupa angka atau simbol lain yang

menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

Ada tiga langkah yang perlu dilalui dalam melaksanakan pengukuran, (A.

Muri Yusuf  yaitu:

a) Mengidentfikasi dan merumuskan atribut atau kualitas yang diukur

b) Menentukan seperangkat operasi yang dapat digunakan untuk mengukur

atribut tersebut.

c) Menetapkan seperangkat prosedur atau definisi untk menterjemahkan hasil

pengukuran dalam pernyataan kuantitatif.

Dari pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

pengukuran dalam Bimbingan dan Konseling adalah kegiatan mengumpulkan data

yang berkenaan dengan pelayanan Bimbingan dan Konseling kepada sasaran-

sasaran tertentu di mana data tersebut berbentuk angka.

b. Asesmen

Asesmen hasil belajar merupakan komponen penting dalam kegiatan

pembelajaran. Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dapat ditempuh

melalui peningkatan kualitas sistem penilaiannya. Depdikbud (1994) dalam Zainal

Arifin (2009) mengemukakan “asesmen adalah suatu kegiatan untuk memberikan

berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan

hasil yang telah dicapai siswa.” Kata “menyeluruh” mengandung arti bahwa
asesmen tidak hanya ditujukan pada penguasaan salah satu bidang tertentu saja,

tetapi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai.

Gronlund mengartikan “asesmen adalah suatu proses yang sistematis dari

pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi/data untuk menentukan sejauh

mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran. Sementara itu, Anthony

J. Nitko (1996) menjelaskan “assessment is a broad term defined as a process for

obtaining information that used for making decisions about students...” ketiga

pengertian di atas jelas menunjukkan bahwa asesmen lebih difokuskan pada

peserta didik ebagai subjek belajar dan tidak sedikitpun menyinggung komponen-

komponen pembelajaran lainnya.

The task group on assessment and testing (TGAT) dalam Zainal Arifin

(2009) mendeskripsikan asesmen sebagai semua cara yang digunakan untuk

menilai unjuk kerja individu atau kelompok (Griffin & Nix, 1991:3). Popham

(1995:3) mendefinisikan asesmen dalam konteks pendidikan sebagai sebuah usaha

secara formal untuk menentukan status siswa berkenaan dengan berbagai

kepentingan pendidikan. Boyer & Ewel mendefinisikan asesmen sebagai proses 

yang menyediakan informasi tentang individu siswa, tentang kurikulum atau

program, tentang institusi atau segala sesuatu yang berkaitan dengan institusi.

Duncan dan Dunn (1992) dalam M. Ainin (2006) mengemukakan pengertian

asesmen sebagai proses mengumpulkan informasi oleh guru tentang murid, oleh

guru tentang pengajarannya, atau oleh siswa tentang kegiatan belajarnya. Dalam

kurikulum 2004, istilah asesmen populer dalam frasa asesmen otentik yang

mengecu pada berbagai bentuk asesmen yang merefleksikan hasil belajar siswa,
motivasi, dan sikap mereka terhadap aktivitas kelas. Asesmen otentik bisa

berbentuk (a) asesmen performansi yang menuntut siswa memberikan respon

secara lisan atau tertulis; (b) portofolio, yaitu kumpulan sistematik tentang karya

siswa, misalnya karya tulis/artikel siswa mulai dari berbentuk konsep, revisi 1,

revisi 2, sampai berbentuk artikel yang dapat dianalisis untuk menunjukkan

kemajuan belajar siswa dalam rentang waktu tertentu; (c) asesmen diri, yaitu

asesmen atau asesmen yang dilakukan oleh siswa sendiri.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa asesmen adalah suatu proses

atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan

informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat

keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu. Keputusan

yang dimaksud adalah keputusan tentang peserta didik, seperti nilai yang akan

diberikan atau juga keputusan tentang kenaikan kelas dan kelulusan.

Asesmen harus dipandang sebagai salah satu faktor penting yang

menentukan keberhasilan proses dan hasil belajar. Kegiatan asesmen harus dapat

memberikan informasi kepada guru untuk meningkatkan kemampuan

mengajarnyadan membantu peserta didik mencapai perkembangan belajarnya

secara optimal. Implikasinya adalah kegiatan asesmen harus digunakan sebagai

cara atau teknik untuk mendidik sesuai dengan prinsip pedagogis.

Menurut Chittenden (Djemari, 2008:6) dalam S. Eko Putro Widoyoko

(2009) kegiatan asesmen dalam proses pembelajaran perlu diarahkan pada empat

hal, yaitu:
1. Penelusuran, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menelusuri apakah proses

pembelajaran telah berlangsung sesuai yang direncanakan atau tidak. Untuk

kepentingan ini pendidik mengumpulkan berbagai informasi sepanjang

semester atau tahun pelajaran melalui berbagai bentuk pengukuran untuk

memperoleh gambaran tentang pencapaian kemajuan belajar siswa.

2. Pengecekan, yaitu untuk mencari informasi apakah terdapat kekurangan-

kekurangan pada peserta didik pada proses pembelajaran.

3. Pencarian, yaitu untuk mencari dan menemukan penyebab kekurangan yang

muncul selama proses pembelajaran berlangsung.

4. Penyimpulan, yaitu untuk menyimpulkan tentang tingkat pencaapaian belajar

yang telah dimiliki peserta didik.

c. Evaluasi

Kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang mengandung kata

dasar value “nilai”. Kata value atau nilai dalam istilah evaluasi berkaitan dengan

keyakinan bahwa sesuatu hal itu baik atau buruk, benar atau salah, kuat atau

lemah, cukup atau belum cukup, dan sebagainya. Secara umum  evaluasi diartikan

sebagai suatu proses mempertimbangkan suatu hal atau gejala dengan

menggunakan patokan-patokan tertentu yang bersifat kualitatif, misalnya baik-

tidak baik, kuat-lemah, memadai-tidak memadai, tinggi-rendah, dan sebagainya.

Menurut Carl H. Witherington (1957) dalam Zainal Arifin (2009) “an

evaluation is a declaration that somethimes has or does not have value.” Hal

senada dikemukakan pula oleh Wand dan Brown (1957), bahwa evaluasi
berarti “...refer to the act or process to determining the value of something.”

Kedua pendapat ini menegaskan pentingnya nilai dalam evaluasi. Jadi, evaluasi

adalah suatu proses untuk menggambarkan peserta didik dan menimbangnya dari

segi nilai dan arti. Definisi ini menegaskan bahwa evaluasi berkaitan dengan nilai

dan arti.

Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat

dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa dari tujuan

yang dicapai, desain, implementasi, dan dampak untuk membantu membuat

keputusan, membantu pertanggungjawaban, dan meningkatkan pemahaman

terhadap fenomena. Menurut rumusan tersebut, inti dari evaluasi adalah

penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

mengambil keputusan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk

mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan menyajikan

informasi tentang sesuatu program untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat

keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya. Adapun

tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan objektif

tentang suatu program.

A.Muri Yusuf (1998: 10) menyatakan evaluasi sebagai pemberian arti

terhadap informasi yang didapat melalui pengukuran atau melalui cara lain untuk

menentukan atau mengambil keputusan tentang sesuatu sesuai dengan informasi

yang diperoleh itu. Sehingga dapat dikatakan pula bahwa evaluasi merupakan
usaha membandingkan hasil pengukuran dan atau cara-cara lainnya dengan

patokan sehingga melahirkan keputusan.

B. Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi

Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi dalam pendidikan berperan dalam

seleksi, penempatan, diagnosa, remedial, umpan balik, memotivasi dan

membimbing. Baik asesmen maupun pengukuran keduanya terkait dan menjadi

bagian dalam evaluasi. Arikunto (2003) menyatakan mengukur adalah

membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran tertentu. Dengan demikian

pengukuran bersifat kuantitatif. Sementara itu evaluasi adalah pengambilan

keputusan terhadap sesuatu dengan baik buruk. Maka pengambilan keputusan

tersebut dapat bersifat kualitatif.

C. Evaluasi Pengajaran

Zainul (2001) menyatakan evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses

pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui

pengukuran hasil belajar baik menggunakan instrumen tes maupun non tes. Secara

garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap

kualitas sesuatu.

Dengan demikian evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk

menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan pengajaran telah

dicapai oleh siswa (Purwanto, 2002).


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai mana yang telah di bahas pada Bab II maka penulis menarik

kesimpulan bahwa,sangat penting bagi seorang Guru Bk untuk melakukan

penilaian dan evalusi pada setiap pogram yang telah di buat sebelumnya, untuk

mengetahui tingkat keberhasilan setiap program bimbingan konseling yang sudah

berjalan, dan jika sudah berhasil maka di tingkatkan lagi namun jika belum makan

harus di tinjau kebali mengenai program yang telah di laksanakan sebelumnya.

B. Saran

Demikianlah makalah ini penulis paparkan. Kepada pembaca agar terus

meningkatkan pemahaman nya terhadap materi sarana asesmen dan penilaian

dalam Bk, dengan mempelajari dan membaca dari berbagai sumber referensi yang

lain, yang dipelajari dalam mata kuliah ini.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat

kekurangan. Maka dari itu kritik dan saran serta masukan yang konstruktif sangat

penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Besar harapan

penulis semoga makalah ini bisa memberikan banyak manfaat bagi pembaca pada

umumnya dan pemakalah pada khususnya.


DAFTAR PUSTAKA

Popham, WJ. 1995. Classroom Asessment, What Teachers Need It Know.


Oxford:Pergamon Press.
Purwanto, N. 2002. Prinsip-prinsip Evaluasi Pengajaran. Bandung:Rosda Karya.

Zainul & Nasution. 2001. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta:Dirjen Dikti

Zainul, A. 2001. Alternative Asessment. Jakarta:Dirjen Dikti.

Anda mungkin juga menyukai