Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

E-COUNSELING
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Teknologi
Layanan Bimbingan dan Konseling
Dosen Pengampu : Bapak Agus Supriyanto, M.Pd

Disusun Oleh :
Khoerotunnisa Aprilia (2100001107)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul ”E-Counseling”
ini dengan tepat waktu. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca.
Makalah ini telah kami susun dengan sebaik-baiknya. Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami menerima segala saran dan kritik yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Definisi Konseling Online / E-Counseling.....................................................................3
B. Kategori Konseling Online / E-Counseling....................................................................4
C. Keterampilan E-Counseling pada konselor Pendidikan..................................................5
D. Tahapan Proses Konselin Online / E-Counseling...........................................................6
E. Media Konseling Online / E-Counseling........................................................................7
F. Kelebihan dan Kelemahan Konseling Online / E-counseling.......................................10
BAB III PENUTUP................................................................................................................12
A. Kesimpulan...................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia saat ini sedang berkembang memasuki era masyarakat digital 5.0.
perkembangan ini ditandai dengan masifnya penggunan teknologi dan digitalisasi
dalam berbagai sektor kehidupan manusia. Perubahan di era ini tidak bisa dihindari
oleh siapapun. Dampak fundamental dari perubahan kearah masyarakat digital 5.0
juga dirasakan dalam sector pendidikan. Perkembangan teknologi yang begitu cepat
membuat sektor pendidikan dipaksa berpacu untuk beradaptasi dengan melakukan
pengoptimalan dalam penggunaan teknologi. Bimbingan dan Konseling sebagai salah
satu integral dari pendidikan harus turut andil dalam meberikan layanan yang sesuai
dengan perkembangan teknologi informasi karena jika layanan yang diberikan tidak
mengkuti perkembangan zaman dan generasi, maka boleh jadi layanan bimbingan dan
konseling tidak akan diminati dan menjadi kontraproduktif sehingga layanan menjadi
kurang atau bahkan tidak optimal.
Awalnya bimbingan dan konseling dilakukan secara tatap muka (face to face)
dalam ruang tertutup, bisa dilakukan secara jarak jauh dengan dukungan teknologi
informasi yang selanjutnya dikenal dengan isttilah e-conseling (Gibson; 2008).
Konseling online atau yang kerap disebut dengan istilahh E-Counseling menjadi
alternatif layanan yang dapat digunakan oleh guru BK/ konselor pendidikan yang
relevan dengan perkembangan kearah masyarakat digital 5.0. Glasheen Campbell dan
King et al dalam (Situmorang, 2020) menyatakan bahwa E-Counseling menjadi opsi
yang paling tepat digunakan untuk membantu kaum muda ketika menghadapi
tantangan kesejahteraan mental, banyak analisis yang mendukung layanan E-
Counseling untuk mengatasi beberapa masalah berkaitan dengan kesehatan mental
seperti depresi gangguan panik, kecemasan PTSD dan gangguan makan Skinner &
Zack, Sloan et al., Stamm, dalam (Situmorang, 2020).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Konseling Online / E-Counseling ?
2. Apa saja Kategori Konseling Online / E-Counseling ?
3. Apa saja Keterampilan E-Counseling pada konselor Pendidikan ?
4. Apa saja Tahapan Proses Konselin Online / E-Counseling ?
5. Apa saja Media Konseling Online / E-Counseling ?

1
6. Apa saja Kelebihan dan Kelemahan Konseling Online / E-counseling ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Definisi Konseling Online / E-Counseling
2. Mengetahui Kategori Konseling Online / E-Counseling
3. Mengetahui E-Counseling pada konselor Pendidikan
4. Mengetahui Tahapan Proses Konselin Online / E-Counseling
5. Mengetahui Media Konseling Online / E-Counseling
6. Mengetahui Kelebihan dan Kelemahan Konseling Online / E-counseling

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Konseling Online / E-Counseling


Konseling online pertama kali muncul pada dekade 1960 dan 1970 dengan
perangkat lunak program Eliza dan Parry, pada perkembangan awal konseling online
dilakukan berbasis teks, dan sekarang sekitar sepertiga dari situs menawarkan
konseling hanya melalui e-mail (Shaw & Shaw dalam Koutsonika, 2009). Pada tahun
1999, ISMHO mendirikan Online Clinical Case Study Group (CSG) terdiri dari para
profesional kesehatan mental dari bidang psikologi, psikiatri, pekerja sosila,
keperawatan, terapi keluarga dan konseling komunitas (Kraus, 2010). Seiring
berkembangnya zaman E-counseling mulai banyak menggunakan platform lain yang
turut mendukung, seperti e-mail, Website, Zoom, Google Meet, dan lain sebagainya
yang memudahkan proses berjalannya E-Counseling.
Haberstroh & Duffey (2011) menjelaskan bahwa konseling online adalah klien
dan konselor berkomunikasi dengan menggunakan streaming video dan audio.
Konseling menggunakan komputer sebagai media komunikasi antara klien dan
konselor. Menurut Koutsonika (2009) sejalan dengan kemajuan teknologi, konseling
online dilakukan dengan metode seperti live chat, telepon, dan video konseling.
Menurut Fields (2011) menyebutkan bahwa ecounseling merupakan sebuah
layanan terapi yang relatif baru. Konseling dikembangkan dengan menggunakan
teknologi komunikasi dari yang paling sederhana dengan menggunakan telepon
maupun dari computer ke komputer hingga dengan menggunakan webcam (komputer
dan internet).
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa E-
Counseling atau konseling online merupakan proses konseling yang dilakukan oleh
konselor dan konseli melalui komunikasi jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi
seperti email, telepon, vidio conference,virtual reality hingga chatting.
B. Kategori Konseling Online / E-Counseling
Secara spesifik dalam pelaksanaan konseling online melalui media virtual
internet terdapat dua jenis yaitu non interaktif dan interaktif synchronous maupun
interaktif asynhronous (Mallen & Vogel, 2005; Wibowo, 2016). Sebagai berikut:
1. Non Interaktif: situs konseling yang memberikan layanan non interaktif
merupakan suatu bentuk layanan informasi atau jika kita kaitkan dengan

3
bimbingan komprehensif merupakan salah satu bentuk layanan dasar (yang
mendukung individu sebagai sebuah nara sumber yang berisi informasi bagi
pengayaan diri dan bersifat self help bagi pribadi yang membutuhkan.
2. Interaktif: Konseling yang berjenis interaktif adalah situs yang menawarkan
alternatif bentuk terapi melalui internet, dimana terdapat interksi antara konseli
dan konselor baik secara langsung atau synchronous ataupun tidak langsung
asyncrhronous. Berikut pembagian jenis layanan yang ditawarkan dalam situs
yang memberikan layanan dalam bentuk jenis interactive.
a. Interaktif Synchronous
Merupakan media layanan konseling yang dilakukan secara langsung dan
dalam waktu yang sebenarnya, bentuknya berupa pembicaraan melalui teks.
pembicaraan melalui teks memberikan kesempatan kepada individu-individu
untuk saling berkomunikasi secara dinamis dalam waktu yang sama melalui
internet.
b. Interaktif Asynchronous
Merupakan layanan konseling interaktif akan tetapi tidak terjadi dalam waktu
yang bersamaan. Dalam hal ini terdapat waktu tunda, antara pengungkapan
permasalahan konseli dengan respon yang diberikan oleh konselor. Terdapat
dua bentuk layanan dalam metode konseling ini, yaitu terapi email dan
Bulletin Boards Counseling (BBC). Chat-Asynchonous seperti email dan text
chat, orang tidak harus duduk didepan komputer yang tersambung ke dalam
jaringan online. Biasanya ini berarti ada peregangan kerangka waktu di mana
interaksi terjadi, anda memiliki jam, hari, atau bahkan minggu untuk
menanggapi pesan tersebut (Prasetya, 2017). Biasanya ini berarti ada
peregangan kerangka waktu di mana interaksi terjadi, konselor memiliki jam,
hari, atau bahkan minggu untuk menanggapi pesan tersebut.
C. Keterampilan E-Counseling pada konselor Pendidikan
E-Counseling membutuhkan pengembangan keterampilan dan teknik
konseling online tertentu yang mampu mendukung peningkatan kinerja konselor. Hal
ini dikarenakan pelaksanaan E-Counseling sedikit berbeda dengan konseling tatap
muka pada umumnya sehingga diperlukan keterampilan khusus dalam pelaksanannya.
Sejalan dengan pendapat Hanley, Foon, dkk dalam (Asri et al., 2020) menegaskan
bahwa diperlukan keterapilan, yang unik untuk lingkup E-Counseling. Lebih lanjut

4
keterampilan E-Counseling dijelaskan (Asri et al., 2020) yang menyatakan terdapat 11
keterampilan dalam E-Counseling yang meliputi:
1. Keterampilan membangun hubungan
. Pembangunan hubungan baik pada fase awal E-Counseling merupakan titik
terpenting dalam proses konseling baik secara online atau pun konvensional.
2. Keterampilan penggunaan emotikan
penggunaan emotikan dilakukan guna mengkompensasi kekurangan isyarat visual
yang terbatas sehingga diberikannya emotikan atau komunikasi nonverbal dalam
konseling untuk menguatkan konseli. Emotikan yang dimaksud misalnya wajah
tersenyum, tertawa, bersedih, menangis sebagai bentuk reflection of felling dari
konselor pada konseli.
3. Keterampilan refleksi, parafrase, dan konfontrasi
Haberstroh et al. dalam (Asri et al., 2020) mengklaim keterampilan refleksi,
parafrase dan konfrontasi menjadi bermanfaat ketika melakukan diskusi dengan
konseli sehingga tidak terjadi terfragmentasi
4. Mengekspresikan empati
Sucala dkk dalam (Asri et al., 2020) menggambarkan empati dalam E-Counseling
merupakan kemampuan untuk mengisi dan merespon apa yang mungkin
diisyaratkan oleh konseli. Meskipun konteksnya hanya berbasis virtual dalam
Ecounseling tetap tetap saja seorang konselor harus memiliki keterampilan
mengekspresikan empati.
5. Keterampilan computer
Mengingat pelaksanaan ECounseling yang mengharuskan konselor bertatap
langsung dengan teknologi sehinga konselor harus memiliki keterampilan
komputer demi bisa menunjang keberlangsungan pelayanan E-Counseling.
6. Keterampilan mengelola waktu
Dalam layanan konseling tatap muka dikenal dengan istilah structuring time limit,
untuk mengatur lama waktu proses konseling. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh (Salleh et al., 2015) menunjukkan bahwa dalam E-Counseling
Seorang konselor harus menetapkan jadwal respon sebagai bentuk menghindari
waktu tunggu yang terlalu lama atau keterlambatan dalam merespon.
7. Keterampilan mengelola keheningan (silent)
Bukan tidak mungkin jarak pada akhirnya membuat konselor dan konseli menjadi
dalam keheningan, atau karena gangguan koneksi membuat situasi menjadi

5
hening. Oleh karena itu, keterampilan mengelola keheningan merupakan hal yang
harus dikuasai konselor, termasuk konselor pendidikan ketika melakukan layanan
E-Counseling.
8. Keterampilan memberikan dorongan dan keterbukaan diri (encouragement and
selfdisclosure)
Mallen et al dalam (Asri et al., 2020) mengatakan bahwa keterampilan
memberikan dorongan dan keterbukaan diri sangat penting diterapkan dalam E-
Counseling dibandingkan dengan konseling tata muka pada umunya, sebab dalam
E-Counseling keterampilan ini akan mengkompensasi kekurangan komunikasi
nonverbal.
9. Keterampilan Klarifikasi
Keterampulan klarifikasi harus dikuasai konselor untuk melakukan layanan
ECounseling. Sucala et al. dalam (Asri et al., 2020) mencatat bahwa sering
menggunakan klarifikasi akan membuat konselor lebih akurat memahami konseli.
10. Keterampilan menjaga kerahasiaan
Kebocoran data konseling menjadi hal yang rawan kaitannya dengan penggunaan
teknologi dalam E-Counseling, hal ini jika dibiarkan akan membahayakan
keberlangsungan proses E-Counseling. Untuk itu perlunya ada pemahaman untuk
saling menjaga kerahasiaan selama proses E-Counseling dari muka umum.
11. Keterampilan menyusun (structuring skill)
Dengan keterbatasan jarak dan hanya dipertemukan lewat layar kaca melalui
perangkat, maka dibutuhkan keterampilan menyusun atau structuring skill..
D. Tahapan Proses Konselin Online / E-Counseling
Ada tiga tahapan dalam proses e-counseling menurut Ifdil (2011), yaitu:
1. Tahap I (Persiapan)
Tahap persiapan ini mencakup aspek teknis penggunaan perangkat keras dan
perangkat lunak yang mendukung penyelenggaraan konseling online. Seperti
perangkat komputer/laptop yang dapat terkoneksi dengan internet secara
langsung. Selain itu juga kesiapan konselor dalam hal keterampilan, penilaian
secara etik, hokum, dan serta tata kelola..
2. Tahap II (Proses Konseling)
Tahapan e-counseling tidak jauh berbeda dengan tahapan proses konseling face to
face. Namun pada sesi e-counseling tersebut menekankan pada terentasnya
masalah klien dibandingkan dengan cara bentuk pendekatan, teknik dan atau

6
terapi yang sering digunakan. Karena pada tahapan ini pemilihan teknik
pendekatan akan disesuaikan dengan masalah yang dihadapi oleh klien.
3. Tahap III (Pasca Konseling)
Dalam tahap ketiga ini yaitu merupakan tahapan pasca konseling online, pada
tahap ini merupakan lanjutan dari tahapan sebelumnya yang telah dilakukan,
dimana setelah dilakukan penilaian maka yang pertama ialah konseling akan
sukses dengan ditandai perubahan kondisi konseli yang bermasalah sebelumnya.
Kedua, konseling akan dilanjutkan ke sesi tatap muka jika diperlukan sesuai janji.
Ketiga, konseling akan dilanjutkan ke sesi konseling online berikutnya dan
keempat, konseli akan direferal pada konselor lainnya atau para ahli yang sesuai
bidang keahlian yang sesuai dengan permasalahan konseli tersebut
E. Media Konseling Online / E-Counseling
Ada banyak sekali media virtual yang menyediakan bentuk konseling online.
Kondisi tersebut bertujuan untuk memudahkan konselor dalam membantu kliennya,
memberikan kenyamanan kepada klien dalam mengungkapkan permasalahaan yang
dihadapai dengan menggunakan aplikasi teknologi sebagai penghubung dirinya
dengan konselor dengan tanpa harus tatap muka secara langsung. Adapaun Beberapa
media yang digunakan untuk melakukan e-counseling sebagai berikut: (Lee, 2010;
Ifdil & Zadrian 2013; Pasmawati, 2016; Wibowo, 2016; Bolton, 2017; Sudarmiyanti,
2018).
1. Website/situs
Dalam menyelenggarakan konseling online Konselor, guru bk/konselor sekolah
bahkan calon konselordapat menyediakan sebuah alamat situs. Situs ini menjadi
alamat untuk melakukan praktik online. Sehingga klien/konseli yang ingin
melakukan konseling online dapat berkunjung ke situs tersebut terlebih untuk
selanjutnya melakukan konseling online, untuk dapat memiliki wesite konselor
dapat bekerjasama dengan perusahaan dan/atau para pakar dibidang web
developer. Konselor dapar memulih bentuk desain web yang diinginkan melai dari
html, php dan website yang menggunakan CMS (Content Management System).
Berikut beberapa web yang bisa digunakan untuk konselin online / E-Counseling :

7
a. Satu Persen

https://satupersen.net/

b. Indonesian Psychological Healthcare Center

https://indopsycare.com/

8
c. Bicarakan.id

https://bicarakan.id/#rumah-bicara-section

2. Telephone/ Handphone
Lebih sederhana konseling online dapat dilakukan dengan memanfaatkan
telephone. Dimana konselor dan klien/konseli bisa saling tehubung dengan
menggunakan perangkat ini. Telephone-based individual counseling involves
synchronous distance interaction between a counselor and a client using what is
heard via audio to communicate (National Board for Certified Counselors).
Telphone/handphone dapat digunakan untuk menghubungi konselor. Konselor
dapat mendengar dengan jelas apa yang diungkapkan kliennya melalui fasilitas
telphone/handphone. Dengan fasilitas ini pula Konselor dengan segeranya dapat
merespon apa yang dibicarakan oleh kliennya.
3. Email
Email merupakan singkatan dari Electronic Mail, yang berarti 'surat elektronik'.
Email merupakan sistem yang memungkinkan pesan berbasis teks untuk dikirim
dan diterima secara elektronik melalui beberapa komputer atau telepon seluler.
Lebih spesifik lagi, email diartikan sebagai cara pengiriman data, file teks, foto
digital, atau file, file audio dan video dari satu komputer ke komputer lainnya,
dalam suatu jaringan komputer (intranet maupun internet). Ada banyak penyedia
account email gratis seperti @yahoo, @gmail, @aim, @hotmail, @mail,
@tekomnet, @plasa dan masih banyak yang lainnya.

9
4. Chat , Instant Messaging dan Jejaring Sosial
Chat dapat diartikan sebagai obrolan, namun dalam dunia internet, istilah ini
merujuk pada kegiatan komunikasi melalui sarana beberapa baris tulisan singkat
yang diketikkan melalui keyboard. Sedangkan percakapan itu sendiri dikenal
dengan istilah chatting. Percakapan ini bisa dilakukan dengan saling berinteraktif
melalui teks, maupun suara dan video. Berbagai aplikasi dapat digunakan untuk
chatting ini, seperti skype, messenger, google talk, window live messenger, mIRC,
dan juga melalui jejaring sosial seperti facebook , twitter, whatsapp dan myspase
yang didalamnya juga tersedia fasiltas chatting.
5. Video conferencing
Video conference, atau dalam bahasa Indonesia disebut video konferensi, atau
pertemuan melalui video. Pertemuan ini dibantu oleh berbagai macam media
jaringan seperti telepon ataupun media lainnya yang digunakan untuk transfer data
video. Alat khusus video konferensi sangat mahal sehingga alternatif Konselor
dan Klien dapat menggunakan fasilitas video konferensi yang terdapat pada
beberapa aplikasi Instant Messaging yang didalamnya sudah menyediakan
fasiltitas video call seperti google meet, zoom, Whatsap, Facebook dan
sebagainya.
F. Kelebihan dan Kelemahan Konseling Online / E-counseling
1. Kelebihan Konseling Online / E-counseling
a. Layanan konseling dapat berlangsung di luar jam sekolah maupun di sekolah.
Apabila ada konseli/siswa yang dirasa kurang mendapatkan pelayanan
konseling di sekolah karena alasan kurangnya waktu, maka bisa melanjutkan
di luar jam sekolah atas kesepakatan yang sudah ditetapkan oleh konselor
dengan siswa di sekolah.
b. Menghemat waktu. Melalui e-counseling, konselor dapat melakukan layanan
dimana saja walaupun tempatnya berjauhan, terutama bagi siswa yang
membutuhkan layanan saat itu juga. Disamping itu, lewat website yang dibuat
pada masing-masing sekolah, siswa bisa mengakses informasi yang
dibutuhkan dengan cepat.
c. Dapat meningkatkan kualitas konselor dan siswa terutama dalam penguasaan
teknologi khususnya internet dan komputer di zaman yang semakin
berkembang.

10
d. Sekolah atau perguruan tinggi yang menjalankan e-counseling memiliki nilai
lebih dalam aspek strategi layanan bimbingan dan konseling berbasis
teknologi.
e. Bagi mereka yang belum mengenal internet, dengan adanya sosialisasi e-
counseling maka konselor yang masih awam akan bisa mempelajarinya.
Dengan demikian tidak ada istilah ketinggalan zaman atau gagap teknologi.
2. Kelemahan Konseling Online / E-Counseling
a. Biaya awal untuk mempersiapkan cyber counseling yang cukup besar, seperti:
komputer dan aplikasinya, internet, dan perangkatnya.
b. Profesionalitas kemampuan konselor dalam penguasaan teknologi. Bagi
konselor maupun siswa/atau konseli yang awam dengan internet sudah
tentunya tidak bisa menjalankan program ini, sehingga perlu diadakan
pelatihan khusus.
c. Kekuatan sinyal internet. Besar kecilnya sinyal internet akan sangat
mempengaruhi kecepatan koneksinya, terutama dalam menjalankan video
conference yang membutuhkan sinyal internet yang baik.
d. Upaya memanajemen strategi layanan. Bagaimana pihak konselor
memanajemen layanan ecounseling akan menentukan keberhasilan tujuan
yang akan dicapainya.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Layanan konseling yang tidak hanya dilakukan secara face to face dalam satu
ruang tertutup, namun bisa dilakukan melalui format jarak jauh melalui situs website
dalam bentuk aplikasi “E-Counseling” (electronic counseling) yang dapat di artikan
sebagai proses penyelenggaraan konseling secara elektronik. Sangatlah penting bagi
konselor untuk melakukan konseling online karena seiring perkembangan teknologi
yang semakin modern yang menuntut bagaimana konselor untuk dapat memberikan
layanan konseling tanpa konseling face to face, sehingga harus menciptakan inovasi-
inovasi dalam layanan bimbingan konseling yang kemudiannya dapat berjalan dengan
efektif serta sebagai alternatif strategi pelayanan konseling, karena dapat dilihat
sejauh perkembangan saat ini kebutuhan akan konseling sangat meningkat. Oleh
sebab itukonselor online diharapkan untuk melek teknologi, dapat menggunakan serta
memanfaatkan teknologi, memiliki berbagai wawasan, pengetahuan dan etika dalam
melakukan layanan konseling online.

12
DAFTAR PUSTAKA

Wibowo, A. E. (2021). KETERAMPILAN E-COUNSELING BAGI KONSELOR


PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN LAYANAN BIMBINGAN
KONSELING DI SEKOLAH PADA ERA DIGITAL 5.0. QUANTA, 5(2), 67-78.
Siradjuddin, H. K. (2017). Implementasi Prototype Aplikasi E-Konseling Untuk Menunjang
Pelayanan Konseling Berbasis Jejaring Sosial. IJIS-Indonesian Journal On
Information System, 2(2), 48-56.
Haryati, A. (2020). Online Counseling Sebagai Alternatif Strategi Konselor dalam
Melaksanakan Pelayanan E-Counseling di Era Industri 4.0. Bulletin of Counseling
and Psychotherapy, 2(2), 27-38.
Febrianti, T., & Wibowo, D. E. (2019). Kajian Hubungan Terapeutik dalam E-Counseling di
Era Distrupsi. In Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (PROSNAMPAS) (Vol. 2,
No. 1, pp. 413-416).
Situmorang, D. D. B. (2020). Online/Cyber Counseling Services in the COVID-19 Outbreak:
Are They Really New? The Journal of Pastoral Care & Counseling : JPCC, 74(3),
166–174. https://doi.org/10.1177/1542305020948170
Koutsonika, H. (2009). E-Counseling: the new modality. Online Career Counseling - a
challenging opportunity for greek tertiary education. Undefined
Kraus, R., Stricker, G., & Speyer, C. (Eds.). (2010). Online counseling: A handbook for
mental health professionals. Academic Press.
Mallen, M. J., Vogel, D. L., Rochlen, A. B., & Day, S. X. (2005). Online counseling:
Reviewing the literature from a counseling psychology framework. The Counseling
Psychologist, 33(6), 819- 871.
Asri, A. S., Zainudin, Z. N., Norhayati, W., Othman, W., Hassan, S. A., Aniza, N., Talib, M.
A., & Yusop, Y. M. (2020). E-Counselling Process and Skils: a Literature Review.
Journal of Critical Reviews, 7(13), 629–643. https://doi.org/10.31838/jcr.07.13.110
Ifdil, I., & Ardi, Z. (2013). Konseling Online Sebagai Salah Satu Bentuk Pelayanan E-
konseling. Jurnal Konseling Dan Pendidikan, 1(1), 15. https://doi.org/10.29210/1400

13

Anda mungkin juga menyukai