Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TEKNOLOGI INFORMASI

DALAM
BIMBINGAN & KONSELING
PELAYANAN KONSELING BERBASIS TI

DISUSUN OLEH :
Kelompok 3 :
1. Hanifah 201901500515
2. Laila Fauziah 201901500603
3. Nabillah Balqis Suryadi 201901500611
4. Wuryaningrum 201901500597

FAKULTAS IMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL


PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
JAKARTA 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Teknologi Informasi dalam BK dengan
judul “Pelayanan Konseling Berbasis TI”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing dalam
menyusun makalah ini.Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jakarta , Oktober 2021

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan.....................................................................................
B. Rumusan dan Pertanyaan............................................................................................
C. Tujuan dan Manfaat Pembahasan................................................................................
D. Metode Pembahasan....................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Proses Pelayanan Konseling Online............................................................................
B. Jenis -jenis Konseling Online.....................................................................................
C. Etika di Dalam Konseling Online...............................................................................
D. Tantangan Etika di dalam Konseling Online..............................................................
E. Keterbatasan di dalam Konseling Online
BAB III ANALISIS
A. Analisis Teoritis..........................................................................................................
B. Analisis Praktis............................................................................................................
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................
A. Kesimpulan..................................................................................................................
B. Saran............................................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan perwujudan
terjadinya perubahan kearah positif budaya yang dimiliki oleh manusia. Hal ini didasari
pada sebuah keyakinan bahwa setiap hasil dari daya yang dimiliki manusia baik cipta,
rasa, karsa dan karya yang dikatakan sebagai sebuah budaya dalam wujud teknologi akan
meningkatkan produktifitas kerja manusia. Dikatakan demikian karena teknologi tercipta
sedianya akan mempermudah serta meningkatkan efektifitas kerja manusia, sehingga
manusia menjadi lebih produktif dalam bekerja. Teknologi juga dapat dikatakan
sebagai hasil budaya manusia karena merupakan hasil dari gagasan manusia yang
akhirnya melahirkan sebuah karya dan dapat menunjang kehidupan manusia.
Hadirnya teknologi informasi dan komunikasi membuka era baru dalam profesi
konseling (Zeng, 2010). Kondisi ini merupakan tantangan tersendiri bagi para guru
bimbingan dan konseling (BK)/konselor untuk dapat berperan serta dan dapat
menguasai berbagai keterampilan didalamnya. Sering kali permasalahan-permasalahan
yang dihadapi siswa/remaja berawal dari dunia online, (Csiernik, 2006) menyatakan
bahwa teknologi informasi juga dapat secara sosial mengisolasi dan telah menyebabkan
masalah sosial baru khususnya di kalang anak-anak dan remaja. Tidak hanya itu,,
konselor juga dapat mengalami masalah di lapangan berawal dari dunia online. Lebih
lanjut dunia online dapat dapat dijadikan sarana dalam membantu guru bk/konselor
untuk meng-update pengetahuannya guna membantu menjalankan tugas, sepeti mencari
referensi, diskusi dan sebagainya. Seiring dengan itu penyelenggaraan konseling juga
tidak hanya dilakukan secara face to face face to face (FtF) dalam satu ruang tertutup,
namun bisa dilakukan melalui format jarak yang di bantu teknologi melalui yang
selanjutnya dikenal dengan istilah e-konseling (Gibson: 2008).
Koutsonika (2009) menyebutkan bahwa konseling online pertama kali muncul
pada dekade 1960 dan 1970 dengan perangkat lunak program Eliza dan Parry, pada
perkembangan awal konseling online dilakukan berbasis teks, dan sekarang sekitar
sepertiga dari situs menawarkan konseling hanya melalui e-mail (Shaw & Shaw dalam
Koutsonika, 2009). Karena kemajuan teknologi metode lain juga digunakan seperti
livechat, konseling telepon dan konseling video.

4
Semenjak jejaring sosial media menjadi bagian dari gaya hidup baru dan internet
menjadi media komunikasi efektif dan efesien bagi masyarakat dewasa ini baik remaja,
mahasiswa, serta orang tua lebih sering menggunakan internet sebagai sarana yang
digunakan untuk mengakses informasi dan bantuan terkait permasalahan yang dihadapi.
Menyadari pentingnya layanan konseling online, seyogiyanya konselor perlu memahami
tentang e-counseling secara konseptual. E-counseling di indonesia diperkenalkan secara
khusus, dimana e-counseling merupakan pelayanan konseling yang dilakukan secara
online (Ifdil & Ardi, 2013). Cyber counseling atau e-counseling adalah salah satu model
konseling yang bersifat virtual atau konseling yang berlangsung melalui bantuan koneksi
internet dimana konselor dan konseli tidak hadir secara fisik pada ruang dan waktu yang
sama, dalam hal proses ini berlangsung melalui internet dalam bentuk website, email,
facebook, video conference dan ide inovatif lain nya (Pasmawati, 2016). Secara spesifik
ada dua jenis layanan dalam konseling melalui internet, yaitu: (1) Non Interaktif; (2)
Interaktif Syncheonous maupun Interaktif Asyncronous (Wibowo:2016).
Maka dari itu, konseling online merupakan alternatif strategi pelayanan konseling,
karena dapat dilihat sejauh perkembangan saat ini kebutuhan akan konseling sangat
meningkat. Kondisi seperti itu sangat mengharuskan konselor untuk dapat menguasai tata
cara, media virtual yang digunakan, etika dalam konseling online. Lebih lanjut artikel ini
mendiskripsikan tentang konseling online untuk memberikan pemahaman konseptual
dalam pelayanan konseling online. Sehingga kedepannya konselor dalam
melaksanakan pelayanan e-counseling dapat melakukan pelayanan konseling online
secara profesional dengan memperhatikan etika dalam pelaksanaan konseling online
melalui internet.
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan
1. Bagaimana proses pelayanan konseling online?
2. Apa saja media konseling online ?
3. Bagaimana etika di dalam konseling online ?
4. Apa saja tatangan etika di dalam konseling online?
5. Apa saja yang menjadi keterbatasan di dalam konseling online?
C. Tujuan dan Manfaat Pembahasan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah mengetahui tata cara di dalam proses
layanan konseling, media konseling yang ada di dalam konseling online, etika pada saat
melakukan konseling online, tantangan etika yang dihadapi pada saat melakukan
konseling online, keterbatasan di dalam konseling online.
5
Pembahasan ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi mengenai tata
cara di dalam proses layanan konseling ,media yang ada di dalam konseling online, etika
yang harus dilakukan pada saat konseling online, tantangan etika yang dihadapi pada saat
melakukan konseling online, keterbatasan di dalam konseling online.
D. Metode Pembahasan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui online counseling dapat digunakan
sebagai alternatif strategi konselor dalam melaksanakan pelayanan e-counseling di era
industri 4.0. penyusun menggunakan metode penelitian diskriptif kualitatif, sumber data
makalah ini berasal dari studi dokumen berupa buku dan jurnal terdahulu yang
dijadikan sumber data yang mendukung makalah.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Pelayanan Konseling Online


Dalam proses konseling online sedikit memiliki perbedaan dengan konseling face
to face dimana pada konseling online ada berbagai ketentuan, kemampuan serta
keterampilan yang dilakukan. Adapun tahapan yang dilakukan dalam konseling online
(Ifdil & Ardi, 2013) bahwa proses konseling online terdiri dari tiga tahapan, sebagai
berikut:
1. Tahap I (Persiapan)
Tahap persiapan mencakup aspek teknis penggunaan perangkat keras (Tahap
persiapan mencakup aspek teknis penggunaan perangkat keras (hardware)
mendukung penyelenggaraankonseling online. Seperti perangkat komputer/laptop
yang (software), yang mendukung penyelenggaraan konseling online. Seperti
perangkat komputer/laptop yang dapat terkoneksi dengan internet/Ethernet,
headset, mic, webcam dan sebagainya. Perangkat lunak yaitu program-program
yang mendukung dan akan digunakan, Konselor dalam hal ketrampilan, kelayakan
akademik, penilaian secara etik dan hukum, kesusuaian isu yang akan dibahas, serta
tata kelola. dapat terkoneksi dengan internet/Ethernet, headset, mic, webcam dan
sebagainya. Perangkat lunak yaitu program yang mendukung dan akan digunakan,
account dan alamat email. Konselor dalam hal ketrampilan, kelayakan akademik,
penilaian secara etik dan hukum, kesusuaian isu yang akan dibahas, serta tata kelola.
2. Tahap II (Proses Konseling)
Tahapan konseling online tidak jauh berbeda dengan tahapan proses konselingface-to-
face (FtF). Tahapan konseling online tidak jauh berbeda dengan tahapan proses
konseling yaitu terdiri atas lima tahap yakni tahap pengantaran, penjajagan,
penafsiran, pembinaan dan penilaian dan bersambungnamun dalam pelaksanaannya
“kontinum fleksibel” dimana saling berhubungan dan bersambung sesuai tahap dan
lebih terbuka untuk dimodifikasi, mulai dari tahap awal sampai tahap akhir, juga
penggunaan teknik-teknik umum dan khusus tidak secara penuh seperti
penyelenggaraankonseling secara langsung. Pada sesi konseling online lebih
menekankan pada terentasnya masalah klien dibandingkan dengan cara bentuk

7
pendekatan, teknik dan atau terapi yang digunakan. Pada tahap ini pemilihan teknik,
pendekatan ataupun terapi akan disesuaikan dengan masalah yang dihadapi oleh klien.
3. Tahap III (Pasca Konseling)
Tahap tiga yaitu tahap pasca proses konseling online. Pada tahap ini merupakan
lanjutan dari tahapan sebelumnya dimana setelah dilakukan penilaian maka yang
pertama (1) konseling akan sukses ditandai dengan kondisi klien yang ditandai
dengan kondisi klien yang KES (effective daily living- EDL) (2) Konseling akan
dilanjutkan ada sesi Face to Face- FtF) (3) Konseling akan dilanjutkan pada sesi
konseling online berikutnya dan (4) klien akan direferal pada Konselor lain atau ahli
lain.
Dari pendapat diatas penulis menimpulkan bahwa dalam praktiknya konseling
online tidak berbeda jauh dengan konselingface to face,namun dalam proses konseling
online rangkum menjadi tahap konseling sebagai berikut : tahap 1 persiapan mencakup
aspek teknis penggunaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software),
yang mendukung penyelenggaraan konseling online; tahap 2 proses konseling memiliki
tahapan yang terdiri dari tahap pengantaran, penjajagan, penafsiran, pembinaan dan
penilaian; tahap 3 pasca konseling merupakan kelajutan dari tahap sebelum nya dimana
dilakukan penilaian.

B. Media Konseling Online


Guru BK/Konselor dapat bertemu dengan klien/konseli dengan menggunakan
teknologi. Kondisi ini bertujuan untuk memudahkan konselor dalam membantu kliennya,
memberikan kenyamanan kepada klien dalam bercerita dengan menggunakan
aplikasi teknologi sebagai penghubung dirinya dengan konselor dengan tanpa harus
tatap muka secara langsung.
1. Website/situs
Dalam menyelenggarakan konseling online guru bk/konselor dapat menyediakan
sebuah alamat situs. Situs ini menjadi alamat untuk melakukan praktik online.
Sehingga klien/konseli yang ingin melakukan konseling online dapat berkunjung ke
situs tersebut terlebih untuk selanjutnya melakukan konseling online, untuk dapat
memiliki wesite konselor dapat bekerjasama dengan perusahaan dan/atau para pakar
dibidang web developer. Konselor dapar memulih bentuk desain web yang diinginkan
melai dari html, php dan website yang menggunakan CMS (Content Management
System)
8
2. Telephone/ Hand phone
Lebih sederhana konseling online dapat dilakukan dengan memanfaatkan
telephone. Dimana konselor dan klien/konseli bisa daling tehubung dengan
menggunakan perangkat ini. “ Telephone-based individual counseling involves
synchronous distance interaction between a counselor and a client using what is heard
via audio to communicate. (National Board for Certified
Counselors.tt).Telphone/handphone dapat digunakan untuk menghubungi konselor.
konselor dapat mendengar dengan jelas apa yang diungkapkan kliennya melalui
fasilitas telphone/handphone. Dengan fasilitas ini pula Konselor dengan
segeranya dapat merespon apa yang dibicarakan oleh kliennya. Rosenfield and
Smillie menyebutkan bahwa dalam Studi kasus menunjukkan bahwa konseling
dengan menggunakan telepon dapat berjalan efektif dalam membantu menangani
individu dengan efek psikologis kanker
3. Email
Email merupakan singkatan dari Electronic Mail, yang berarti 'surat elektronik'.
Email merupakan sistem yang memungkinkan pesan berbasis teks untuk dikirim
dan diterima secara elektronik melalui beberapa komputer atau telepon seluler.
Lebih spesifik lagi, email diartikan sebagai cara pengiriman data, file teks, foto
digital, atau file- file audio dan video dari satu komputer ke komputer lainnya, dalam
suatu jaringan komputer (intranet maupun internet). Ada banyak penyedia
account email gratis seperti @yahoo, @gmail, @aim, @hotmail, @mail,
@tekomnet, @plasa dan masih banyak yang lainnya.
4. Chat , Instant Messaging dan Jejaring Sosial
Chat dapat diartikan sebagai obrolan, namun dalam dunia internet, istilah ini
merujuk pada kegiatan komunikasi melalui sarana beberapa baris tulisan singkat
yang diketikkan melalui keyboard. Sedangkan percakapan itu sendiri dikenal
dengan istilah chatting. Percakapan ini bisa dilakukan dengan saling berinteraktif
melalui teks, maupun suara dan video. Berbagai aplikasi dapat digunakan untuk
chatting ini, seperti skype, messenger, google talk, window live messenger, mIRC,
dan juga melalui jejaring sosial seperti facebook , twitter dan myspase yang
didalamnya juga tersedia fasiltas chatting.
5. Video conferencing
Video conference, atau dalam bahasa Indonesia disebut video konferensi, atau
pertemuan melalui video. Pertemuan ini dibantu oleh berbagai macam media jaringan
9
seperti telepon ataupun media lainnya yang digunakan untuk transfer data video.
Alat khusus video konferensi sangat mahal sehingga alternatif Konselor dan Klien
dapat menggunakan fasilitas video konferensi yang terdapat pada beberapa aplikasi
Instant Messaging yang didalamnya sudah menyediakan fasiltitas video call.

C. Etika di Dalam Konseling Online


Tidak diketahui secara pasti mengenai siapa konselor yang memberikan
layanan konseling melalui internet pertama kali, akan tetapi menemukan bahwa terdapat
kurang lebih duabelas situs konseling mulai bermunculan semenjak tahun 1990-an.
Jumlahnya senantiasa berkembang seiring berkembangnya waktu, akan tetapi secara
jelas Mallen, Vogel & Rochlen10 telah menyatakan bahwa pemberian layanan
kesehatan mental dan perilaku secara online melalui internet menuai banyak
pertanyaan- pertanyaan baru mengenai proses terapeutik, dan pentingnya dasar-dasar
etika, hukum (legal), latihan dan isu-isu teknologi sebelum konselor berhadapan
dengan calon konseli dengan menggunakan media komputer sebagai sarana
berkomunikasi.
Secara umum, etika dalam layanan konseling melalui internet menyangkut: (1)
pembahasan mengenai informasi mengenai kelebihan dan kekurangan dalam layanan, (2)
penggunaan bantuan teknologi dalam layanan, (3) ketepatan bentuk layanan, (4) akses
terhadap aplikasi komputer untuk konseling jarak jauh, (5) aspek hukum dan aturan
dalam penggunaan teknologi dalam konseling, (6) hal-hal teknis yang menyangkut
teknologi dalam bisnis dan hukum jika seandainya layanan diberikan antar wilayah atau
negara, (7) berbagai persetujuan yang harus dipenuhi oleh konseli terkait dengan
teknologi yang digunakan, dan (8) mengenai penggunaan situs dalam memberikan
layanan konseling melalui internet itu sendiri.
Kedelapan hal tersebut, dapat kita kategorikan menjadi menjadi tiga bagian besar
sebagaimana sebelumnya pembagian kategori yang telah dilakukan oleh NBCC (2001),
yaitu mengenai (a) hubungan dalam konseling melalui internet (b) kerahasiaan dalam
konseling melalui internet, dan (c) aspek hukum, lisensi dan sertifikasi. Berikut ini
penjelasan dari masing-masing aspek tersebut.
1. Hubungan dalam konseling melalui internet.
Dalam hal ini konselor yang memberikan layanannya melalui internet memiliki
kewajiban untuk menginformasikan berbagai keadaan, ketentuan dan persyaratan
konseling yang harus diketahui, dipahami dan diterima oleh calon konseli yang
10
menyangkut dengan pelayanan konseling melalui internet yang diberikan oleh
konselor tersebut. Keadaan, ketentuan dan persyaratan yang harus
diinformasikan kepada konseli.
2. Kerahasiaan dalam konseling melalui internet
Kerahasiaan dan keterbatasannya merupakan isu yang sangat penting untuk dipahami
untuk individu yang berhati-hati terhadap berbagai tindakan bantuan. Pada
umumnya, orang-orang yang berprofesi sebagai seorang konselor akan dengan teguh
menjaga dan memelihara kerahasiaan. Bahkan bagi konselor, hal tersebut secara
khusus diatur dalam kode etik profesional yang diembannya. Karena itulah, sangat
penting bagi konselor untuk menginformasikan mengenai aspek kerahasiaan bagi
konseli, termasuk juga mengenai kerahasiaan dalam layanan konseling melalui
internet.
3. Aspek hukum, lisensi dan sertifikasi
Tidak terdapatnya batasan geografi memberi kesempatan konseli dan konselor yang
berasal dari berbagai wilayah, bahkan negara terlibat dalam proses terapeutik. Jika
dilihat dari sisi hukum, tentu saja hal ini akan mengundang permasalahan-
permasalahan terkait dengan wilayah praktek dan lisensi konselor, untuk itulah dalam
hal ini terdapat etika layanan konseling melalui internet diatur mengenai aspek
hukum, lisensi dan sertifikasi bagi konselor yang memberikan layanannya secara
online melalui internet.
D. Tantangan Etika dalam Konseling Online
Beberapa isu–isu yang terjadi di Teknologi Informasi dalam bimbingan dan konseling
antara lain :
1. Hubungan Terapi antara Konseli dan Konselo
Dalam hubungan terapi seorang konselor harus membantu dalam
perkembangan, menjaga kerahasiaan dan menjaga keberlanjutannya. Tetapi orang-
orang yang menganggap konsultasi online ini tidaklah layak, mempertanyakan
hubungan tersebut, dengan berpendapat bahwa dengan cara konsultasi online ini
bukanlah hubungan secara langsung antara konselor dengan kliennya. Dimana bila
terjadi kehilangan dialog misalnya, ketika kita sedang chatting dengan klien tetapi
tidak dibalas apa yang dipertanyakannya, maka akan mengganggu konselor untuk
secara penuh dan efektif menggunakan gayanya sendiri dalam memberikan masukan–
masukan pada saat online.
2. Kerahasian Masalah Konseli
11
Apakah kerahasiaan konseli tetap terjaga? Pertanyaan ini sering menjadi
sorotan para konseli yang hendak berkonsultasi secara online.
Menurut Grohol dalam Caesar (2009) menyatakan bahwa “kerahasian di dunia online
atau dunia maya sebenarnya sama dengan seperti di dunia nyata”. Berbeda lagi
menurut Gellman dalam Caesar (1999) menyatakan bahwa “dalam dunia maya
kerahasian permasalahan konseli adalah mitos, tidak lagi mempunyai arti baik di
dunia maya atau bukan”, tetapi dia menerangkan juga bahwa tidak hanya didunia
maya saja terjadi pertanyaan tentang kerahasiaan konseli, tetapi dalam dunia nyata
juga kerap dipertanyakan. Ada 2 macam batasan teknis kerahasian di dunia nyata dan
di dunia maya, yaitu sebagaia berikut :
a. Batasan Teknis Kerahasiaan di Dunia Nyata
Dalam dunia nyata kerahasian itu tidaklah mutlak, maksudnya tidak dijamin
bahwa permasalahan itu tidak akan terkuak ke permukaan, begitu juga tidak
memungkinkan adanya standar ideal kerahasian di dunia nyata. Kerahasian itu
dapat terbuka ke permukaan karena keadaan tertentu, baik secara legal maupun
ilegal, misalnya secara legal, hubungan seorang konselor dengan konseli tidak
bisa dirahasiakan dari pengadilan (bila terjadi sesuatu dan seorang konselor
dipertanyakan tentang permasalahan konselinya, maka konselor akan
menghormati panggilan tertulis dari pengadilan itu, tetapi berusaha menjaga
informasi yang rahasia ketika menjawab pertanyaan dari pengadilan itu), jika
nyawa atau hidup konseli dipertaruhkan atau membahayakan, atau konseli yang
membahayakan jiwa orang lain, maka hak kerahasian tentang permasalahan
konseli secara otomatis batal, karena hak hidup lebih penting dari pada hak privasi
seseorang. Secara ilegal, misalnya sekretaris atau staf yang bekerja pada konselor,
walaupun mereka hanya berkaitan dengan pembayaran dan pembuatan janji.
Kerahasiaan sering terbongkar dengan cara mengintip arsip dari konseli dan orang
lain atau staf menguping pembicaraan antara konselor dengan konseli pada saat
perbincangan. Dapat dikatrakan, bahwa ketidak telatenan seorang konselor dalam
menjaga privasi konseli adalah tidak menjaga arsip-arsip tentang konseli.
b. Batasan Teknis Kerahasiaan di Dunia Maya
Sama halnya dengan dunia nyata, kerahasiaan konseli lebih dipertanyakan karena
kita tidak mengetahui apa yang terjadi pada konselor itu. Misalnya, konseli belum
tentu mengetahui e-mail yang dimiliki konselor itu banyak yang mengetahui apa
tidak (maksudnya bisa saja kerabat atau staf seorang konselor itu mengetahui
12
passwordnya sehingga dapat membuka e-mail tersebut dan membacanya). Batasan
kerahasian yang ada di dunia maya sama seperti di dunia nyata, hanya, bedanya
konselor di dunia nyata memiliki keyakinan akan kepastian informasi kontak
sedangkan konselor cyberspace tidak memiliki kepastian dan keterbuktiannya,
kesalahan pengiriman e-mail baik dari konselor atau klien sendiri salah
mengirimkan e-mailnya. Secara ilegal, Banyaknya hacker yang merajarela,
membuat semakin dipertanyakan kerahasiaannya, karena hacker itu dapat
membongkar email yang dimiliki tanpa mengetahui password e-mail itu sendiri,
sehingga hacker itu dapat membaca permasalahan klien.
3. Tingkat Keamanan E-therapy
Berbicara dengan konselor melalui internet seaman berbicara dengan orang
lain yang bukan konselor. Hubungan itu akan berlangsung aman secara rahasia,
walaupun tidak di jamin 100 %, karena tidak ada yang sempurna, walaupun dengan
kondisi terbaik. Konsultasi online sama saja tingkat keamanannya dengan konsultasi
di dalam kantor. Permasalahannya sama saja seperti yang sudah dipaparkan di atas.
Jadi sebaiknya klien dapat memilih konselor yang menawarkan sistem keamanan
yang baik. Pemakaian Standar untuk Praktek Konsultasi Berbasis Internet Sejak
National Board for Certified Counselor mengumumkan pemakaian standar untuk
praktek konsultasi berbasis internet tanggal 9 September 1997, profesi ini ada sebagai
salah satu alternatif. Tujuan dari National Board for Certified Counselor adalah
membuat standar konsultasi melalui internet adalah mengurangi pertumbuhan
praktekpraktek yang tidak professional. National Board for Certified Counselor tidak
melakukan penyelidikan etika tanpa kejelasan kegunaannya. Mengikuti kode etik
National Board for Certified Counselor tentang praktek konseling professional,
konselor online seharusnya mengacu pada hukum dan kode etik konsultasi online;
memberitahukan klien tentang metoda yang dipakai untuk membantu keamanan
komunikasi klien, konselor dan pengawas; meninformasikan klien, bagaimana dan
berapa lama data hasil konsultasi akan disimpan; dalam situasi yang sulit dianjurkan
untuk memperjelas identitas konselor atau klien; hindari atau hati-hati dengan
kemungkinan penipuan, misalnya dengan menggunakan kode kata-kata, huruf dan
grafik; jika diperlukan izin dari pusat atau pengawas dalam penyediaan jasa web
konseling untuk anak kecil, periksa identitas pemberi izin tersebut; ikuti prosedur
yang sesuai dengan informasi yang diterbitkan untuk membagi informasi klien dengan
sumber lain; Pertimbangkan dengan matang tingkat penyingkapan pada klien dan

13
berikan penyingkapan yang rasional juga oleh konselor; menyediakan link ke situs
lembaga sertifikasi dan badan perjanjian yang sesuai untuk memfasiilitasi
perlindungan klien; menghubungi National Board for Certified Counselor atau badan
perizinan milik pemerintah tempat klien tinggal untuk mendapatkan nama atau
setidaknya satu konselor dapat yang dapat dihubungi di daerah tempat tinggal klien;
mendiskusikan dengan prosedur kontrak antara klien dan konselor ketika sedang
offline; dan menjelaskan kepada klien kemungkinan bagaiman untuk menanggulangi
kesalahpahaman yang mungkin muncul karena kurangnya petunjuk visual antara klien
dan konselor. Situs National Board for Certified Counselor menawarkan keterangan
lebih spesifik setiap standar. Aturan-aturan standar ini menunjukan hal yang penting
dan bersungguh-sungguh untuk mengenalkan masalah yang berkaitan dengan layana
konsultasi lewat internet. American Counseling Assosiation pada bulan oktober 1999
meresmikan atau menyepakati standar etika untuk konsultasi melalui internet.
Petunjuk-petunjuk memantapkan standar yang sesuai unruk penggunaan komunikasi
lewat internet dan digunakan untuk menghubungkan dengan kode etik dan standar
praktek konsutasi online. Susunan standar terbaru dari American Counseling
Assosiation yang hanya mengatur anggotanya lain dengan standar National Board for
Certified Counselormendorong penyedia jasa menginformasikan kepada klien tentang
metoda untuk kepastian dan keamanan komunikasi klien, konselor dan pengawas. Di
satu sisi, sejak standar disusun, American Counseling Assosiation menekankan lebih
keras standar pada konsultasi online dengan mengamanatkan akan keterbukaan
komunikasi online dengan pengecualian komunikasi web yang umum (Chintya:
2010).

E. Keterbatasan di Dalam Konseling Online


Di samping beberapa keunggulaan dari konseling melalui virtual, media
internet atau cyber counseling di atas, ditemukan juga beberapa keterbatasan dalam cyber
counseling diantaranya, ketersediaan jaringan sangat menentukan kesuksesan proses
konseling, situs atau jaringan internet sangat diperlukan, mengingat koneksi sangat
menentukan kesuksesan proses konseling, kemudian pengaplikasian perasaan empathi
dan kontak psikologis juga tidak sebaik konseling tatap muka, artinya cyber counseling
lebih kepada pengentasan masalah, sehingga kontak psikologis antara konselor dengan
konseli lebih sedikit bias dilakukan.

14
Ada beberapa motif orang melakukan konseling, diantaranya motif pengetasan
masalah, artinya keiinginan untuk dibantu menemukan solusi dari permasalahan yang
sedang dialami, keinginan untuk diberikan penguatan, artinya keinginan atau kebutuhan
konseli untuk diberikkan dukungan atas pilihan atau keputusan yang dipilih, untuk
masalah yang ini kecenderungan konseli yang dihadapkan dalam pilihan yang sulit,
misalnya terkait masalah pilihan pendidikan, pilihan mencari pasangan, dan masih banyak
beberapa pilihan yang terkadang konseli bingung dan ragu atau sangat sulit untuk
memilih salah satu diantara dua pilihan yang terkadang sama-sama memiliki kelebihan
dan kekurangan yang sama. dan keinginan untuk didengarkan, untuk keinginan atau
kebutuhan untuk didengarkan artinya konseli memiliki kebutuhan untuk berkatarsis dari
masalah yang sedang terjadi, untuk motif yang ketiga ini, kecenderungan konseli akan
merasa lega atau merasa masalahnya selesai ketika sudah meluahkan semua masalahnya
pada konselor. Dan biasanya untuk konseli yang memiliki kebutuhan untuk didengarkan
tidak terlalu menuntut adanya solusi dari permasalahan.
Selanjutnya kondisi lain yang juga masih menjadi keterbatasan cyber
counseling adalah masih banyaknya konselor yang belum memanfaatkan teknologi
internet. Hal ini biasanya disebabkan oleh sarana yang mendukung masih cukup minim,
dan juga keterampilan atau skill dari konselor dalam menggunakan dan memanfaatkan
internet sebagai metode untuk melaksanakan layanan konseling masih belum begitu baik.
Dengan segala keterbatasan yang ada cyber counseling tetap menjadi
alternative sebagai media konseling yang dapat dilakukan oleh konselor jika berada pada
tempat yang berbeda dan sangat tidak memungkinkan untuk dilakukan tatap muka
langsung, dan sarana prasarana untuk melakukan cyber counseling cukup medukung,
koneksi internet yang baik, perangkat seperti leptop atau komputer atau semartphone,
serta keterampilan dan skill dari konselor dalam menggunakan perangkat tersebut sudah
memadai.

15
BAB III
ANALISIS
A. Analisis Teoritis

B. Analisis Praktis

16
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan
Model konseling menggunakan media internet yang dikenal dengan istilah
cyber counseling atau virtual konseling sangat memungkinkan untuk dikembangkan
terutama di Indonesia, melihat dari pengguna media akun jejaring sosial di Indonesia
semakin meningkat, mulai dari kalangan bisnis, maupun akdemisi, juga dari usia anak-
anak sampai dewasa. Di samping itu sosialisasi layanan konseling juga sangat mudah
dilakukan. Model konseling dengan menggunakan cyber konseling juga sangat efektif
dan efisien untuk konselor yang memiliki jadwal terbang yang cukup padat, sehingga
layanan konseling tetap bias dilakukan meskipun tidak bertatap muka langsung dengan
konseli.
Model konseling ini juga sangat memungkinkan sekali dilakukan oleh konselor
di sekolah, untuk melakukan layanan 24 jam kepada siswa dan juga orang tua siswa,
yang tidak memungkinkan untuk datang berkonsultasi langsung dengan konselor sekolah
namun pengontrolan terhadap anak dapat dilakukan sambil bekerja di kantor.
Selanjutnya hal yang perlu ditingkatkan dari layanan konseling dengan menggunakan
media internet atau cyber counseling adalah keterampilan konselor dalam menguasai IT,
serta ketersediaan prasarana pendukung, seperti koneksi internet yang lancar, serta
aplikasi smartphone yang lengkap, sehingga konselor tidak mesti stand by di ruang
kerja, namun di mana saja konselor bisa memberikan layanan konseling. Dengan
demikian hendaknya model atau media konseling online atau cyber counseling dapat
dijadikkan salah satu cara untuk melakukan konseling, dengan tetap memperhatikan
kode etik konseling, diantaranya kerahasiaan masalah yang disampaikan konseli pada
konselor juga menjadi hal yang sangat penting untuk tetap diutamakan, serta azaz
keterbukaan dan kesukarelaan serta keputusan ada ditangan konseli tetap dilaksanakan

17
dengan baik, artinya untuk hal-hal yang sifatnya prinsip tetap sama dengan konseling
secara face-to face atau konseling dengan tatap muka langsung.
B. Saran
Konseling online membantu konselor dan kliennya agar dapat berkomunikasi
dimana saja dengan bantuan jaringan internet disini kenselor dan kliennya tidak perluh
bertemu secara langsung atau bertatap muka untuk berkomunikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Amani, Nasanin 2007.: Investigating The Nature, The Prevalence, And Effectiveness Of
Online Counseling, A Thesis, Department of Educational Psychology, Administration
and Counseling, California State university Long Beach.
Belkin, Gary S. 1975. Practical Counseling in the School. USA: Wm. C. Brown Company
Publishers
Capill, Lauren, (tt) Telecounselling and E-Counselling. Toronto : TAPE: Toronto
Advances Profesional Education
Gibson, R.L. & Mitchell, M.H. 2008. Introduction to Counseling and Guidance.
New York: Macmillan Publisher.
Haberstroh, S (2009): Strategies and Resources for Conducting Online Counseling,
Journal of Professional Counseling: Practice, Theory, And Research Vol. 37, No.2,
Fall/Winter 2009
Haberstroh, S., & Duffey,T. (2011). Face-to-face supervision of online counselors:
Supervisorperspectives.Retrievedfromhttp://counselingoutfitters.com/vistas/vistas11/
Article_66.pdf
Ifdil. (2011). Penyelenggaraan Layanan Konseling Online Sebagai Salah Satu Bentuk
Pelayanan E-Konseling. Paper presented at the International Seminar & Workshop
Contemporary and Creative Caunseling.
Koutsonika, Helen (2009) E-Counseling: the new modality. Online Career Counseling - a
challenging opportunity for greek tertiary education. In: Proceedings of the WebSci'09:
Society On-Line, 18-20 March 2009, Athens, Greece. (In Press)
Lievrouw, L. A. (2010). Social media and the production of knowledge: A return to little
science? Social Epistemology, 24(3), 219-237.

18
Mallen, Michael J. David L. Vogel, dkk. 2011. Online Counseling, Reviewing the Literature
From a Counseling Psychology Framework:, The Counseling Psychologist, Vol. 33 No. 6,
November 2005. Houston: the Society of Counseling Psychology.
National Board for Certified Counselors, Inc. and Center for Credentialing and Education,
Inc., (tt) The Practice of Internet Counseling.
Prayitno. 2004. Konseling Pancawaskita. Padang: FIP
Prayitno. 2004. Seri Layanan Konseling. L.5 (Layanan Konseling Perorangan).
Padang: FIP. Jurusan BK. UNP.
Winkel, W.S, 2005. Bimbingan dan Konseling di Intitusi Pendidikan, Edisi Revisi. Jakart a:
Gramedia
Zamani, Z. A. (2009). Computer technology and counseling. Paper presented at the
International Conference on Computer Science and Information Technology, ICCSIT 2009.
Zamani, Z. A., Nasir, R., & Yusooff, F. (2010). Perceptions towards online counseling
among counselors in Malaysia. Procedia Social and Behavioral Sciences 5, 585-589.
Zeng, W., Yi, C., Chen, H., & Xin, R. (2010). Web peer counseling system. Paper
presented at the International Conference on Educational and Information Technology.
https://liscan.wordpress.com/2016/10/14/isu-dan-etika/

19

Anda mungkin juga menyukai