DALAM
BIMBINGAN & KONSELING
PELAYANAN KONSELING BERBASIS TI
DISUSUN OLEH :
Kelompok 3 :
1. Hanifah 201901500515
2. Laila Fauziah 201901500603
3. Nabillah Balqis Suryadi 201901500611
4. Wuryaningrum 201901500597
Assalamu’alaikum wr wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Teknologi Informasi dalam BK dengan
judul “Pelayanan Konseling Berbasis TI”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing dalam
menyusun makalah ini.Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan.....................................................................................
B. Rumusan dan Pertanyaan............................................................................................
C. Tujuan dan Manfaat Pembahasan................................................................................
D. Metode Pembahasan....................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Proses Pelayanan Konseling Online............................................................................
B. Jenis -jenis Konseling Online.....................................................................................
C. Etika di Dalam Konseling Online...............................................................................
D. Tantangan Etika di dalam Konseling Online..............................................................
E. Keterbatasan di dalam Konseling Online
BAB III ANALISIS
A. Analisis Teoritis..........................................................................................................
B. Analisis Praktis............................................................................................................
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................
A. Kesimpulan..................................................................................................................
B. Saran............................................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Semenjak jejaring sosial media menjadi bagian dari gaya hidup baru dan internet
menjadi media komunikasi efektif dan efesien bagi masyarakat dewasa ini baik remaja,
mahasiswa, serta orang tua lebih sering menggunakan internet sebagai sarana yang
digunakan untuk mengakses informasi dan bantuan terkait permasalahan yang dihadapi.
Menyadari pentingnya layanan konseling online, seyogiyanya konselor perlu memahami
tentang e-counseling secara konseptual. E-counseling di indonesia diperkenalkan secara
khusus, dimana e-counseling merupakan pelayanan konseling yang dilakukan secara
online (Ifdil & Ardi, 2013). Cyber counseling atau e-counseling adalah salah satu model
konseling yang bersifat virtual atau konseling yang berlangsung melalui bantuan koneksi
internet dimana konselor dan konseli tidak hadir secara fisik pada ruang dan waktu yang
sama, dalam hal proses ini berlangsung melalui internet dalam bentuk website, email,
facebook, video conference dan ide inovatif lain nya (Pasmawati, 2016). Secara spesifik
ada dua jenis layanan dalam konseling melalui internet, yaitu: (1) Non Interaktif; (2)
Interaktif Syncheonous maupun Interaktif Asyncronous (Wibowo:2016).
Maka dari itu, konseling online merupakan alternatif strategi pelayanan konseling,
karena dapat dilihat sejauh perkembangan saat ini kebutuhan akan konseling sangat
meningkat. Kondisi seperti itu sangat mengharuskan konselor untuk dapat menguasai tata
cara, media virtual yang digunakan, etika dalam konseling online. Lebih lanjut artikel ini
mendiskripsikan tentang konseling online untuk memberikan pemahaman konseptual
dalam pelayanan konseling online. Sehingga kedepannya konselor dalam
melaksanakan pelayanan e-counseling dapat melakukan pelayanan konseling online
secara profesional dengan memperhatikan etika dalam pelaksanaan konseling online
melalui internet.
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan
1. Bagaimana proses pelayanan konseling online?
2. Apa saja media konseling online ?
3. Bagaimana etika di dalam konseling online ?
4. Apa saja tatangan etika di dalam konseling online?
5. Apa saja yang menjadi keterbatasan di dalam konseling online?
C. Tujuan dan Manfaat Pembahasan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah mengetahui tata cara di dalam proses
layanan konseling, media konseling yang ada di dalam konseling online, etika pada saat
melakukan konseling online, tantangan etika yang dihadapi pada saat melakukan
konseling online, keterbatasan di dalam konseling online.
5
Pembahasan ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi mengenai tata
cara di dalam proses layanan konseling ,media yang ada di dalam konseling online, etika
yang harus dilakukan pada saat konseling online, tantangan etika yang dihadapi pada saat
melakukan konseling online, keterbatasan di dalam konseling online.
D. Metode Pembahasan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui online counseling dapat digunakan
sebagai alternatif strategi konselor dalam melaksanakan pelayanan e-counseling di era
industri 4.0. penyusun menggunakan metode penelitian diskriptif kualitatif, sumber data
makalah ini berasal dari studi dokumen berupa buku dan jurnal terdahulu yang
dijadikan sumber data yang mendukung makalah.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
pendekatan, teknik dan atau terapi yang digunakan. Pada tahap ini pemilihan teknik,
pendekatan ataupun terapi akan disesuaikan dengan masalah yang dihadapi oleh klien.
3. Tahap III (Pasca Konseling)
Tahap tiga yaitu tahap pasca proses konseling online. Pada tahap ini merupakan
lanjutan dari tahapan sebelumnya dimana setelah dilakukan penilaian maka yang
pertama (1) konseling akan sukses ditandai dengan kondisi klien yang ditandai
dengan kondisi klien yang KES (effective daily living- EDL) (2) Konseling akan
dilanjutkan ada sesi Face to Face- FtF) (3) Konseling akan dilanjutkan pada sesi
konseling online berikutnya dan (4) klien akan direferal pada Konselor lain atau ahli
lain.
Dari pendapat diatas penulis menimpulkan bahwa dalam praktiknya konseling
online tidak berbeda jauh dengan konselingface to face,namun dalam proses konseling
online rangkum menjadi tahap konseling sebagai berikut : tahap 1 persiapan mencakup
aspek teknis penggunaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software),
yang mendukung penyelenggaraan konseling online; tahap 2 proses konseling memiliki
tahapan yang terdiri dari tahap pengantaran, penjajagan, penafsiran, pembinaan dan
penilaian; tahap 3 pasca konseling merupakan kelajutan dari tahap sebelum nya dimana
dilakukan penilaian.
13
berikan penyingkapan yang rasional juga oleh konselor; menyediakan link ke situs
lembaga sertifikasi dan badan perjanjian yang sesuai untuk memfasiilitasi
perlindungan klien; menghubungi National Board for Certified Counselor atau badan
perizinan milik pemerintah tempat klien tinggal untuk mendapatkan nama atau
setidaknya satu konselor dapat yang dapat dihubungi di daerah tempat tinggal klien;
mendiskusikan dengan prosedur kontrak antara klien dan konselor ketika sedang
offline; dan menjelaskan kepada klien kemungkinan bagaiman untuk menanggulangi
kesalahpahaman yang mungkin muncul karena kurangnya petunjuk visual antara klien
dan konselor. Situs National Board for Certified Counselor menawarkan keterangan
lebih spesifik setiap standar. Aturan-aturan standar ini menunjukan hal yang penting
dan bersungguh-sungguh untuk mengenalkan masalah yang berkaitan dengan layana
konsultasi lewat internet. American Counseling Assosiation pada bulan oktober 1999
meresmikan atau menyepakati standar etika untuk konsultasi melalui internet.
Petunjuk-petunjuk memantapkan standar yang sesuai unruk penggunaan komunikasi
lewat internet dan digunakan untuk menghubungkan dengan kode etik dan standar
praktek konsutasi online. Susunan standar terbaru dari American Counseling
Assosiation yang hanya mengatur anggotanya lain dengan standar National Board for
Certified Counselormendorong penyedia jasa menginformasikan kepada klien tentang
metoda untuk kepastian dan keamanan komunikasi klien, konselor dan pengawas. Di
satu sisi, sejak standar disusun, American Counseling Assosiation menekankan lebih
keras standar pada konsultasi online dengan mengamanatkan akan keterbukaan
komunikasi online dengan pengecualian komunikasi web yang umum (Chintya:
2010).
14
Ada beberapa motif orang melakukan konseling, diantaranya motif pengetasan
masalah, artinya keiinginan untuk dibantu menemukan solusi dari permasalahan yang
sedang dialami, keinginan untuk diberikan penguatan, artinya keinginan atau kebutuhan
konseli untuk diberikkan dukungan atas pilihan atau keputusan yang dipilih, untuk
masalah yang ini kecenderungan konseli yang dihadapkan dalam pilihan yang sulit,
misalnya terkait masalah pilihan pendidikan, pilihan mencari pasangan, dan masih banyak
beberapa pilihan yang terkadang konseli bingung dan ragu atau sangat sulit untuk
memilih salah satu diantara dua pilihan yang terkadang sama-sama memiliki kelebihan
dan kekurangan yang sama. dan keinginan untuk didengarkan, untuk keinginan atau
kebutuhan untuk didengarkan artinya konseli memiliki kebutuhan untuk berkatarsis dari
masalah yang sedang terjadi, untuk motif yang ketiga ini, kecenderungan konseli akan
merasa lega atau merasa masalahnya selesai ketika sudah meluahkan semua masalahnya
pada konselor. Dan biasanya untuk konseli yang memiliki kebutuhan untuk didengarkan
tidak terlalu menuntut adanya solusi dari permasalahan.
Selanjutnya kondisi lain yang juga masih menjadi keterbatasan cyber
counseling adalah masih banyaknya konselor yang belum memanfaatkan teknologi
internet. Hal ini biasanya disebabkan oleh sarana yang mendukung masih cukup minim,
dan juga keterampilan atau skill dari konselor dalam menggunakan dan memanfaatkan
internet sebagai metode untuk melaksanakan layanan konseling masih belum begitu baik.
Dengan segala keterbatasan yang ada cyber counseling tetap menjadi
alternative sebagai media konseling yang dapat dilakukan oleh konselor jika berada pada
tempat yang berbeda dan sangat tidak memungkinkan untuk dilakukan tatap muka
langsung, dan sarana prasarana untuk melakukan cyber counseling cukup medukung,
koneksi internet yang baik, perangkat seperti leptop atau komputer atau semartphone,
serta keterampilan dan skill dari konselor dalam menggunakan perangkat tersebut sudah
memadai.
15
BAB III
ANALISIS
A. Analisis Teoritis
B. Analisis Praktis
16
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
A. Kesimpulan
Model konseling menggunakan media internet yang dikenal dengan istilah
cyber counseling atau virtual konseling sangat memungkinkan untuk dikembangkan
terutama di Indonesia, melihat dari pengguna media akun jejaring sosial di Indonesia
semakin meningkat, mulai dari kalangan bisnis, maupun akdemisi, juga dari usia anak-
anak sampai dewasa. Di samping itu sosialisasi layanan konseling juga sangat mudah
dilakukan. Model konseling dengan menggunakan cyber konseling juga sangat efektif
dan efisien untuk konselor yang memiliki jadwal terbang yang cukup padat, sehingga
layanan konseling tetap bias dilakukan meskipun tidak bertatap muka langsung dengan
konseli.
Model konseling ini juga sangat memungkinkan sekali dilakukan oleh konselor
di sekolah, untuk melakukan layanan 24 jam kepada siswa dan juga orang tua siswa,
yang tidak memungkinkan untuk datang berkonsultasi langsung dengan konselor sekolah
namun pengontrolan terhadap anak dapat dilakukan sambil bekerja di kantor.
Selanjutnya hal yang perlu ditingkatkan dari layanan konseling dengan menggunakan
media internet atau cyber counseling adalah keterampilan konselor dalam menguasai IT,
serta ketersediaan prasarana pendukung, seperti koneksi internet yang lancar, serta
aplikasi smartphone yang lengkap, sehingga konselor tidak mesti stand by di ruang
kerja, namun di mana saja konselor bisa memberikan layanan konseling. Dengan
demikian hendaknya model atau media konseling online atau cyber counseling dapat
dijadikkan salah satu cara untuk melakukan konseling, dengan tetap memperhatikan
kode etik konseling, diantaranya kerahasiaan masalah yang disampaikan konseli pada
konselor juga menjadi hal yang sangat penting untuk tetap diutamakan, serta azaz
keterbukaan dan kesukarelaan serta keputusan ada ditangan konseli tetap dilaksanakan
17
dengan baik, artinya untuk hal-hal yang sifatnya prinsip tetap sama dengan konseling
secara face-to face atau konseling dengan tatap muka langsung.
B. Saran
Konseling online membantu konselor dan kliennya agar dapat berkomunikasi
dimana saja dengan bantuan jaringan internet disini kenselor dan kliennya tidak perluh
bertemu secara langsung atau bertatap muka untuk berkomunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Amani, Nasanin 2007.: Investigating The Nature, The Prevalence, And Effectiveness Of
Online Counseling, A Thesis, Department of Educational Psychology, Administration
and Counseling, California State university Long Beach.
Belkin, Gary S. 1975. Practical Counseling in the School. USA: Wm. C. Brown Company
Publishers
Capill, Lauren, (tt) Telecounselling and E-Counselling. Toronto : TAPE: Toronto
Advances Profesional Education
Gibson, R.L. & Mitchell, M.H. 2008. Introduction to Counseling and Guidance.
New York: Macmillan Publisher.
Haberstroh, S (2009): Strategies and Resources for Conducting Online Counseling,
Journal of Professional Counseling: Practice, Theory, And Research Vol. 37, No.2,
Fall/Winter 2009
Haberstroh, S., & Duffey,T. (2011). Face-to-face supervision of online counselors:
Supervisorperspectives.Retrievedfromhttp://counselingoutfitters.com/vistas/vistas11/
Article_66.pdf
Ifdil. (2011). Penyelenggaraan Layanan Konseling Online Sebagai Salah Satu Bentuk
Pelayanan E-Konseling. Paper presented at the International Seminar & Workshop
Contemporary and Creative Caunseling.
Koutsonika, Helen (2009) E-Counseling: the new modality. Online Career Counseling - a
challenging opportunity for greek tertiary education. In: Proceedings of the WebSci'09:
Society On-Line, 18-20 March 2009, Athens, Greece. (In Press)
Lievrouw, L. A. (2010). Social media and the production of knowledge: A return to little
science? Social Epistemology, 24(3), 219-237.
18
Mallen, Michael J. David L. Vogel, dkk. 2011. Online Counseling, Reviewing the Literature
From a Counseling Psychology Framework:, The Counseling Psychologist, Vol. 33 No. 6,
November 2005. Houston: the Society of Counseling Psychology.
National Board for Certified Counselors, Inc. and Center for Credentialing and Education,
Inc., (tt) The Practice of Internet Counseling.
Prayitno. 2004. Konseling Pancawaskita. Padang: FIP
Prayitno. 2004. Seri Layanan Konseling. L.5 (Layanan Konseling Perorangan).
Padang: FIP. Jurusan BK. UNP.
Winkel, W.S, 2005. Bimbingan dan Konseling di Intitusi Pendidikan, Edisi Revisi. Jakart a:
Gramedia
Zamani, Z. A. (2009). Computer technology and counseling. Paper presented at the
International Conference on Computer Science and Information Technology, ICCSIT 2009.
Zamani, Z. A., Nasir, R., & Yusooff, F. (2010). Perceptions towards online counseling
among counselors in Malaysia. Procedia Social and Behavioral Sciences 5, 585-589.
Zeng, W., Yi, C., Chen, H., & Xin, R. (2010). Web peer counseling system. Paper
presented at the International Conference on Educational and Information Technology.
https://liscan.wordpress.com/2016/10/14/isu-dan-etika/
19