Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEKNIK-TEKNIK BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial
yang dibimbing oleh Ibu Devy Probowati,S.Pd, M.Pd.

Oleh

Baiq Isna Maulida Famuji (190111600051)

Christine Puspita Febryanti (190111600081)

Mahirotul Mahdiyah (190111600036)

Muhammad Ilham Saputra (190111600004)

Nabilla Ashari Sulistyo (190111600010)

Nadina Ika Oktaviani P (190111600093)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FEBRUARI 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Dengan menyebut nama Allah swt. Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Teknik-teknik Bimbingan dan Konseling
Pribadi Sosial. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak dan berbagai sumber sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan
Konseling Pribadi Sosial yang dibimbing oleh Ibu Devy Probowati, S.Pd, M.Pd.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kritik dan saran dari
berbagai pihak senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Malang, 18 Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2
BAB II PEMBAHAN..............................................................................................3
2.1 Pengertian Teknik-teknik Bimbingan dan Konseling........................................3
2.2 Konsep Dasar Biblioedukasi..............................................................................3
2.3 Langkah-langkah Penerapan Biblioedukasi.......................................................4
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Teknik Biblioedukasi............................................5
2.5 Konsep Dasar Sinema Edukasi..........................................................................5
2.6 Konsep Dasar Dialog Socrates...........................................................................6
BAB III KESIMPULAN..........................................................................................9
3.1 Kesimpulan........................................................................................................9
3.2 Saran...................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial merupakan salah satu bidang
bimbingan dan konseling yang berada di sekolah berfungsi untuk memberikan
layanan kepada siswa atau konseli agar mampu mengatasi permasalahan-
permasalahan yang dialami oleh individu tersebut baik yang bersifat pribadi
maupun sosial sehingga mampu membina hubungan yang lebih harmonis di
lingkungannya.

Pelaksanaan bimbingan dan konseling memegang peranan penting dalam


menunjang kependidikan di sekolah. Pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah menjadi pengarah terhadap minat siswa di sekolah dalam menghadapi
masalah di zaman modern yang sangat penuh dengan tantangan. Akan tetapi,
keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah ini tidak hanya
bergantung pada kemampuan konselor atau guru BKnya saja, melainkan juga
tergantung pada kerja sama yang baik dari semua pihak terkait seperti kepala
sekolah, guru kelas, guru bidang studi dan staf sekolah. Dari pihak-pihak tersebut
diharapkan dukungan dan kerja sama untuk menyukseskan pelaksanaan
bimbingan dan konseling di sekolah demi kelancaran proses belajar mengajar dan
tercapainya tujuan pendidikan.

Pada kenyataannya, di sekolah terdapat hambatan dan rintangan dalam


pelaksanaan bimbingan dan konseling yang merupakan problematika yang harus
segera diselesaikan. Ada beberapa hal yang menjadi masalah dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling di sekolah diantaranya adalah tanggapan pimpinan
sekolah bahwa pelaksanaan tersebut tidak begitu penting. Dan penanganan
pendidikan pun diserahkan kepada wali kelas atau guru, namun di lain pihak
keduanya tidak memiliki keahlian dan waktu untuk memberikan bimbingan
kepada siswanya. Selain itu minimnya guru BK yang tidak sesuai dengan jumlah
siswa yang ada di sekolah tersebut juga menjadi salah satu masalah dalam
pelaksanaan bimbingan dan konseling.

1
Maka berdasarkan hal tersebut diperlukan teknik-teknik yang tepat yang akan
digunakan oleh konselor agar dapat membantu siswa atau individu tersebut secara
optimal.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian teknik-teknik bimbingan dan konseling?


2. Bagaimana konsep dasar Biblioedukasi?
3. Bagaimana langkah-langkah dari penerapan teknik Biblioedukasi?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari teknik Biblioedukasi?
5. Bagaimana konsep dasar Sinema Edukasi?
6. Bagaimana konsep dasar Dialog Socrates?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian dari teknik-teknik bimbingan dan konseling.


2. Untuk mengetahui konsep dasar Biblioedukasi.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah dari penerapan teknik Biblioedukasi.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teknik Biblioedukasi
5. Untuk mengetahui dasar Sinema Edukasi
6. Untuk mengetahui konsep dasar Dialog Socrates.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teknik-teknik Bimbingan dan Konseling


Teknik bimbingan dan konseling merupakan suatu cara pemberian bantuan
kepada individu untuk mengentaskan masalahnya supaya individu tersebut
mencapai penyelesaian masalahnya.

2.2 Konsep Dasar Biblioedukasi


Biblioedukasi merupakan salah satu teknik layanan Bimbingan dan
Konselingdengan menggunakan bahan bacaan. Biblioedukasi menurut Plato
adalah program membaca terarah yang dirancang untuk meningkatkan
pemahaman individu dengan dirinya sendiri untuk memperluas cakrawala
budayanya serta memberikan beranekaragam pengalaman emosionalnya (Ahmad
dan Karunia,2017). Pada dasarnya, tujuan biblioedukasi yaitu membantu individu
melalui informasi yang disajikan sesuai dengan nilai karakter yang ingin mereka
bangun.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa dalam hal


ini konselor memanfaatkan bahan bacaan untuk memberikan layanan kepada
konseli. Secara tidak langung, melalui kegiatan membaca dalam biblioedukasi,
konseli dapat merasakan emosi-emosi yang terjadi dalam bacaan tersebut,
sehingga konseli ikut merasakan bagaimana berada dalam situasi yang ada di
dalam buku bacaan tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
biblioedukasi adalah teknik bimbingan dan konseling dengan memanfaatkan
bahan bacaan sebagai media penyampaian informasi.

Karakteristik biblioedukasi adalah menggunakan buku atau bahan bacaan,


konselor memberikan buku atau bacaan kepada konseli kemudian konseli
membaca buku tersebut dan memahami serta mengubah tingkah lakunya. Selain
itu, teknik biblioedukasi tidak memerlukan pemantauan untuk mengetahui sejauh
mana buku tersebut dibaca dan apakah sudah ada perubahan pada tingkah laku
klien. Dan karakteristik yang terakhir adalah yaitu materi biblioedukasi bersifat

3
panduan atau petunjuk sehingga konseli dapat memahami dan mengerjakan
dengan mudah.

2.3 Langkah-langkah Penerapan Biblioedukasi


Oslen (2006) menyarankan 5 langkah, baik dilakukan secara perorangan ataupun
individu:

1. Awali dengan motivasi. Konselor dapat memberikan kegiatan


pendahuluan seperti permainan atau bermain peran yang dapat memotivasi
peserta didik dalam kegiatan konseling.
2. Berikan waktu yang cukup. Konselor mengajak untuk membaca bahan
bacaan yang telah disiapkan hingga selesai.
3. Lakukan inkubasi. Konselor memberi waktu kepada peserta didik untuk
merenungi materi yang telah mereka baca.
4. Tinjak lanjut. Sebaiknya tindak lanjut dilakukan dengan metode diskusi.
Lewat diskusi peserta mendapat ruang untuk saling bertukar pikiran
sehingga memunculkan gagasan baru.
5. Evaluasi. Sebaiknya evaluasi dilakukan secara mandiri oleh peserta. Hal
ini memancing peserta untuk memperoleh kesimpulan yang tuntas.

Sedangkan menurut Purwanto (2015:9) pelaksanaannya terdiri dari 4 tahap yang


meliputi:

1. Tahap recognition
Pada tahap ini peserta diberikan materi atau literature yang memiliki
hubungan ketertarikan dengan peserta.
2. Tahap examination
Dalam biblioedukasi membaca tidak hanya sekadar membaca tetapi harus
disertai dengan eksplorasi terhadap pikiran dan perasaan yang dimiliki.
3. Tahap juxtaposition (perbandingan)
Pada tahap ini peserta mendapat gambaran baru tentang pengalamannya.
Pada tahap ini literature sangat membatu untuk membuka wawasan bahwa
ada yang salah atau kurang tepat selama ini.
4. Tahap application to self

4
Partisipasi menyelesaikan proses dengan melakukan evakuasi dan
integrasi. Partisipasi mulai menyadari tentang dirinya sendiri, mereka
dapat melihat bagaimana sikap dan perilaku dalam sudut pandang yang
baru.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Teknik Biblioedukasi


a. Kelebihan

lewat membaca seseorang bisa mengenali dirinya. Informasi dan


pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan membaca menjadi masukan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi seseorang. Saat membaca, pembaca
menginterpretasi jalan pikiran penulis, menerjemahkan symbol dan huruf
kedalam kata dan kalimat yang memiliki makna tertentu, seperti rasa haru dan
simpati dan mendorong seseorang untuk berperilaku lebih positif.

b. Kekurangan

Meskipun biblioedukasi mendorong perubahan secara individual, hal ini


hanya digunakan terbatas pada saat dimana krisi hadir. Bagaimanapun itu
bukan obat yang menghilangkan semua masalah psikologis yang telah
mengakar secara mendalam. Masalah-masalah mendalam dilayani melalui
intervensi terapi lebih intensif. Konseli usia anak-anak mungkin belum bisa
melihat diri lewat cermin sastra.

2.5 Konsep Dasar Sinema Edukasi


Sinema Edukasi merupakan sebuah konsep pembelajaran digital yang
menyediakan media dan fasilitas belajar kepada guru serta murid berupa
menonton film maupun video. Sinema Edukasi adalah sebuah inisiatif pendidikan
yang bertujuan untuk mendorong terciptanya penonton cerdas di Indonesia
dengan cara menempatkan film sebagai media belajar dalam konteks sekolah
maupun keluarga sebagai bentuk kolaborasi berkelanjutan secara online yang
dilengkapi modul panduan untuk guru dan orangtua. Setiap film yang ditayangkan
dalam platform ini akan dibuatkan modul khusus yang disesuaikan dengan
panduan kompetensi anak/siswa sehingga tujuan sebagai media belajar dapat
tercapai.

5
Menurut Sadirman (2009) melalui media film dapat menyajikan praktik
maupun teori dari yang bersifat umum sampai ke khusus, memikat perhatian
siswa, selain itu juga dapat merangsang atau memotivasi kegiatan siswa. Adanya
hasil positif dari adanya media sinema edukasi adalah diakibatkan siswa bukan
hanya mendengarkan guru menyampaikan materi, namun secara khusus juga
mereka melihat.
Dengan demikian, penggunaan media film merangsang adanya  motivasi
peserta didik untuk memperhatikan materi yang guru sampaikan dan
memudahkan siswa memahami materi.

2.6 Konsep Dasar Dialog Socrates


Dialog socrates adalah sebuah genre karya sastra prosa yang
dikembangkan di Yunani pada peralihan abad ke-4 SM, yang dilestarikan pada
masa kini dalam bentuk dialog-dialog Plato dan karya Xenophon untuk Socrates,
baik dalam bentuk dramatis ataupun naratif. Didalam dialog dialog ini dibahas
masalah-masalah moral dan filsafat, yang menggambarkan metode socrates.
Socrates sering kali menjadi tokoh utamanya. Menurut Sutrisno (2011), Metode
socrates (Socrates Method), yaitu suatu cara menyajikan bahan/materi pelajaran,
dimana anak didik/siswa dihadapkan dengan suatu deretan pertanyaan, yang dari
serangkaian pertanyaan itu diharapkan siswa mampu menemukan jawabannya,
atas dasar kecerdasannya dan kemampuannya sendiri. Dapat digambarkan bahwa
dalam metode socrates memuat dialog atau diskusi yang dipimpin oleh guru
melalui pertanyaan-pertanyaan induktif untuk menguji validitas keyakinan siswa
akan suatu objek dan membuat kesimpulan yang benar secara konstruktif.

Dua hal pokok yang membedakan metode socrates dengan metode tanya
jawab lainnya. Pertama, metode socrates dibangun dengan anggapan bahwa
pengetahuan sudah berada dalam diri siswa dan pertanyaan-pertanyaan atau
komentar-komentar yang tepat dapat menyebabkan pengetahuan tersebut muncul
ke permukaan. Sebenarnya dalam diri siswa sudah memiliki pengetahuan yang
dimaksud hanya saja belum menyadarinya. Disini tugas guru pendidik untuk
memancing keluar pengetahuan tersebut agar dapat dirasakan keberadaannya oleh
siswa.

6
Kedua, pertanyaan-pertanyaan dalam metode socrates digunakan untuk
menguji validitas keyakinan siswa mengenai suatu objek secara mendalam. Hal
ini menunjukkan jawaban yang diberikan siswa harus dipertanyakan lagi sehingga
siswa yakin bahwa jawabannya benar atau salah.

Jenis-Jenis Pertanyaan Socrates dan Kaitannya dengan Kemampuan


Berpikir Kritis

No. Tipe Contoh Pertanyaan Kemampuan


Pertanyaan Berpikir Kritis
yang mungkin
muncul
1. Klarifikasi Apa yang anda maksud dengan…? Interpretasi, analisis,
Dapatkah dengan cara lain? Dapatkah evaluasi
anda memberikan saya sebuah contoh?
2. Asumsi-asumsi Apa yang anda asumsikan? Bagaimana Interpretasi, analisis,
penyelidikan anda bisa memilih asumsi-asumsi itu? evaluasi,
pengambilan
keputusan
3. Alasan-alasan Bagaimana anda bisa tahu? Mengapa Evaluasi, analisis
dan bukti anda berpikir bahwa itu benar? Apa
penyelidikan yang dapat mengubah pemikiran anda?
4. Titik pandang Apa yang anda bayangkan dengan hal Analisis, evaluasi
dan persepsi tersebut? Efek apa yang dapat
diperoleh? Apa alternatifnya?
5. Implikasi dan Bagaimana kita dapat menemukannya? Analisis
Konsekuensi Apa isu pentingnya? Generalisasi apa
Penyelidikan yang dapat kita buat?
6. Pertanyaan Apa maksudnya? Apa yang menjadi Interpretasi, analisis,
tentang poin dari pertanyaan ini? Mengapa pengambilan
pertanyaan anda berpikir saya bisa menjawab keputusan
pertanyaan ini?
Permalink (Yunarti, 2011: 48)

Agar berhasil melaksanakan pembelajaran dengan metode socrates, Menurut


Maxwell (Yunarti, 2011: 59) ada beberapa sikap yang harus dimiliki guru antara
lain (1) sikap terbuka guru dalam menerima kesalahan dan kekurangan diri sendiri

7
(2) sikap tidak menerima begitu saja jawaban siswa (3) sikap rasa ingin tahu yang
tinggi (4) sikap tekun dan fokus dalam penyelidikan.

Guru juga harus menyusun strategi agar pembelajaran dengan metode socrates
dapat berjalan dengan baik. Strategi-strategi yang dimaksud adalah:

a. Menyusun pertanyaan sebelum pembelajaran dimulai

b. Menyatakan pertanyaan dengan jelas dan tepat

c. Memberi waktu tunggu

d. Menjaga diskusi agar tetap fokus pada permasalahan utama

e. Menindaklanjuti respon-respon siswa

f. Melakukan scaffolding

g. Menulis kesimpulan-kesimpulan siswa di papan tulis

h. Melibatkan semua siswa dalam diskusi

i. Tidak memberi jawaban “Ya” atau “Tidak” melainkan menggantinya dengan


pertanyaan-pertanyaan yang menggali pemahaman siswa.

j. Memberi pertanyaan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

Disimpulkan dialog socrates atau metode socrates adalah metode yang di


dalamnya terjadi dialog antara guru dengan siswa yang memuat pertanyaan-
pertanyaan kritis dengan tujuan membangun pola berpikir kritis siswa, menuntun
pada suatu penemuan baru, membuat siswa ingin tahu lebih jauh dan memahami
lebih dalam, menguji validitas keyakinan siswa dan membuat kesimpulan yang
benar akan suatu objek.

8
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 teknik
dalam BK Pribadi Sosial yaitu Teknik Biblioedukasi, Teknik Sinema Edukasi dan
Teknik Dialog Socrates. Teknik-teknik tersebut bertujuan agar membantu peserta
didik agar dapat berkembang dan berpikir kritis.

3.2 Saran
Dalam pembelajaran, hendaknya guru memberikan beberapa teknik yang
dapat menarik perhatian peserta didik agar pembelajaran tersebut menarik dan
tidak membosankan serta dapat berjalan efektif.

9
DAFTAR PUSTAKA

Rosa, Dwi Lestari M. 2016. Sinema Edukasi, Media Belajar Baru Yang Kreatif Bagi
Anak.
http://www.netralnews.com/news/nasional/read/32066/sinema.edukasi.media.
belajar.baru.yang.kreatif.bagi.anak. [Diakses, 23 Februari 2020]

Hidayah, Nur. (2014). Keefektifan Teknik Sinema Edukasi untuk Meningkatkan


Sikap Asertif Siswa MTs Negeri Malang I. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran, 21, 165-172.

Elkasari. 2019. Biblioedukasi. Makalah.

http://digilib.unila.ac.id/1801/8/BAB%20II.pdf
(Diakses, 8 Maret 2020)

iii

Anda mungkin juga menyukai