Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HAKIKAT DAN URGENSI STUDI KASUS ANAK DAN REMAJA

Dosen Pengampu : Eka Putri Ramadhani, M.GZ

Disusun Oleh :

Kelompok 2 Kelas C

1. Aghnes Wulandari (2011080440)


2. Cherly Febry Sartika (2011080224)
3. Diva Azahwa Ananto (2011080055)
4. Lola Sri Gunawan (2011080413)
5. Rizki Hadi Utomo (2011080215)
6. Shery Utami (2011080165)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Mari kita semua hanturkan rasa syukur kepada
Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga kita mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata
kuliah Studi Kasus Anak dan Remaja dengan judul “HAKIKAT DAN URGENSI STUDI
KASUS ANAK DAN REMAJA”.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kami mohon maaf sebesar-besarnya bila ada salah kata kepada Allah kami mohon ampun.
Demikian yang dapat kami berikan, kurang lebihnya kami meminta maaf.

Bandar Lampung, 31 Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 2

A. Hakikat Studi Kasus Anak dan Remaja ............................................................................... 2


1. Pengertian Kasus ........................................................................................................... 2
2. Pengertian Anak dan Remaja ........................................................................................ 2
B. Urgensi Studi Kasus Anak dan Remaja ............................................................................... 3
1. Tujuan Studi Kasus di Sekolah ...................................................................................... 5
2. Ciri-Ciri Studi Kasus ...................................................................................................... 5
3. Keadaan Remaja Pada Masa Kini .................................................................................. 5
4. Karakteristik Umum Perkembangan Remaja ................................................................. 7
5. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Remaja Melakukan Perilaku Menyimpang ............ 8
6. Latar Belakang Perlunya Bimbingan dan Konseling Bagi Remaja ............................... 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 11

Kesimpulan .............................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia remaja adalah dunia yang penuh dengan dinamika yang menarik.Umumnya
mereka menginginkan hal-hal baru yang belum pernah dicobanya selama ini. Sesuatu
yang baru apabila berimplikasi kepada perbuatan yang positif tentu tidak masalah, namun
apabila mengarah kepada perbuatan yang negatif ini akan menimbulkan masalah. Remaja
yang memiliki masalah dan dapat menyelesaikan masalahnya sendiri maka hal tersebut
bernilai positif. Namun, sebaliknya kalau memiliki masalah dan tidak dapat
menyelesaikannya sendiri serta melampiaskannya kepada perbuatan yang negatif ini
berarti perlu bantuan orang lain. Secara sederhana dalam perspektif bimbingan dan
konseling, orang yang membantu menyelesaikan permasalahan orang lain disebut sebagai
konselor. Konselor inilah yang diharapkan dapat membantu remaja yang bermasalah
untuk dicarikan solusinya yang terbaik sesuai dengan ringan dan beratnya problematika
yang dihadapi oleh remaja tersebut.
Adapun upaya pencegahan terhadap perilaku menyimpang remaja yaitu menciptakan
keluarga yang harmonis, tidak menyamaratakan antara remaja satu dengan lainnya,
pengembangan remaja melalui pendidikan, mendorong remaja agar aktif di organisasi,
pengembangan remaja melalui minat dan bakat. Dan selanjutnya teknik penanganan
terhadap perilaku menyimpang remaja yaitu: pertama, penanganan individual yang
meliputi pemberian petunjuk atau nasihat, konseling, dan psikoterapi, kedua, penanganan
keluarga, ketiga, penanganan kelompok dan keempat penanganan pasangan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat studi kasus anak dan remaja ?
2. Bagaimana urgensi studi kasus anak dan remaja?

C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana hakikat studi kasus anak dan remaja ?
2. Mengetahui bagaimana urgensi studi kasus anak dan remaja?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Studi Kasus Anak dan Remaja
1. Pengertian Studi Kasus

Studi kasus adalah deskripsi mendetail tentang kehidupan dan masalah psikologis
seseorang. Studi kasus menggambarkan riwayat individu, keadaan saat ini, dan gejala yang
dialami termasuk menjelaskan dugaan timbulnya gangguan dan bagaimana penanganannya
penanganannya (Comer 2015). Studi kasus termasuk dalam metode penelitian deskriptif
(Jackson 2015).

Metode studi kasus dilakukan dengan cara mengobservasi perbedaan satu orang atau satu
kelompok dengan satu gangguan, satu orang atau kelompok dengan gangguan berbeda.
Selain observasi, data dalam studi kasus juga juga dapat dikumpulkan melalui wawancara
mendalam terhadap subjek penelitian (Barlow & Durand, 2015), yang dapat menungkap lebih
dalam permasalahan yang diteliti. Dengan wawancara mendalam, peneliti dapat mengungkap
riwayat masa kecil, latar belakang keluarga, riwayat pendidikan, riwayat kesehatan, maupun
riwayat pekerjaan. Selain itu, juga dapat mengungkap penghayatan partisipan mengenai
pengalaman hidupnya, seperti emosi yang dirasakan atau pandangan tentang hidupnya.
1. Beberapa contoh penelitian dengan studi kasus:
2. Koping stres pada orangtua yang memiliki anak Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas.
3. Resiliensi pengasuh utama dalam merawat kelurga dengan sakit kronis.

Dukungan keluarga dalam mempercepat kesembuhan remaja yang mengalami depresi.


Kelebihan dalam studi kasus yakni dapat mengungkap hal-hal yang spesifik, unik, dan dapat
memperoleh data penelitian secara mendalam. Studi kasus juga mampu mengungkap makna
dibalik fenomena yang terjadi yang memungkinkan peneliti memahami suatu kondisi dari
sudut pandang orang tersebut. Sementara itu kelemahan studi kasus menurut Yin (2018)
adalah:
(a) Hasil pengamatan bisa jadi bias karena peneliti tidak dapat bersikap netral dan objektif;
(b) Validitasnya rendah, adanya kemungkinan ketidakbenaran informasi yang diberikan
oleh subjek penelitian;
(c) Hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan.

2. Pengertian Anak dan Remaja


a. Pengertian Anak
Anak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan “ Turunan yang kedua
atau manusia yang masih kecil”. Dari pengertian di atas bahwa anak merupakan
manusia yang masih kecil yang merupakan turunan kedua. Karena anak merupakan
manusia kecil tentu ia masih dapat tumbuh dan berkembang baik dari segi fisik maupun
psikis. Selanjutnya anak dipandang sebagai manusia dewasa dalam bentuk-bentuk
ukuran kecil, untuk memberi pemahaman yang jelas berikut ini dikemukakan oleh A.

2
Muri Yusuf dalam bukunya pengantar ilmu pendidikan bahwa “Anak adalah manusia
kecil yang sedang tumbuh dan berkembang baik fisik maupun mental”.
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa anak merupakan manusia kecil yang
mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental. Kemudian
dalam proses perkembangannya, Anak sebagai subjek yang sedang tumbuh dan
berkembang. Hal ini sesuai dengan pendapat Siti Partini suardinan bahwa: “Pada
dasarnya anak merupakan subyek yang sedang tumbuh dan berkembang.sejak saat
konsep di mana sel sperma laki-laki membuahi ovum di uterus sampai saat kematian.
Organisme terus menerus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pada masa awal
kehidupannya pertumbuhan itu bersifat sangat cepat dan mencolok dari tiga berdaya
sama sekali melalui tahap merangkak, berdiri dan akhirnya berjalan dapat dicapai dalam
waktu 1-2 tahun”.
Dengan adanya ketidakberdayaan dan belum mengenal apa-apa maka anak dapat
diserahkan atau dijadikan baik atau buruk oleh orang dewasa lainnya khususnya orang
tua. Dengan demikian, anak merupakan manusia yang masih kecil yang berada pada
taraf perkembangan. Dimana awal kehidupannya ia tidak berada, tidak mengenal
sesuatu apapun sehingga dapat diarahkan kepada perbuatan dan perkembangan yang
positif atau negatif. Batasan umur anak menurut Zakiah Darajat yaitu anak adalah suatu
perkembangan yang berkisar antara 0.0-12.0 tahun. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa batasan umur usia anak dari masih bayi sampai 12 tahun.
b. Pengertian Remaja
Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
Pada masa ini juga memiliki tantangan tersendiri, di mana remaja dianggap sudah lebih
mapan dibandingkan masa sebelumnya yakni saat menjadi masa kanak-kanak, namun di
satu sisi remaja diang gap belum sepenuhnya dapat bertanggung jawab. Masa ini juga
disebut masa mencari identitas diri, jika ditinjau dari teori perkembangan psi. kososial
dari Erik Erikson (1902-1994) maka masa remaja adalah masa mencari jati diri,
menemukan siapa mereka dan arah tujuan hidupnya, bereksplorasi terhadap perannya
(Santrock, 2010). Kondisi ini yang me nyebabkan remaja sering kali mengidentifikasi
dirinya dengan teman sebaya, karena apa yang dilakukannya akan diterima dan diakui
keeksis. tensiannya oleh teman-temannya. Pada masa remaja, peran teman seba ya
sebagai lingkungan terdekat dengan anak akan sangat memengaruhi perilaku positif
maupun perilaku negatif yang ditampilkan anak.
Pada masa ini juga merupakan masa pubertas yakni masa di mana terjadi perubahan
cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal terutama
terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2010), di mana hormon-hormon ini
memengaruhi remaja untuk bereksplorasi.
B. Urgensi Studi Kasus Anak dan Remaja

Penanganan kasus merupakan salah satu bagian tugas keprofesionalan guru Bimbingan
dan Konseling (selanjutnya disingkat dengan guru BK/Konselor). Latar belakang pendidikan
yang mendukung pelaksanaan pelayanan Bimbingan dan Konseling (pelayanan BK) secara
profesional dan didukung kemampuan praktik lapangan. Tanggung jawab guru BK
dicerminkan dalam kemampuan melaksanakan tugas yang berhubungan dengan jenis layanan

3
yang dilakukan di sekolah mapun di luar sekolah. Karena tidak menutup kemungkinan kasus-
kasus yang bermunculan di sekolah hanya karena masalah internal di sekolah, tetapi bisa saja
di dominasi permasalahan yang terjadi di luar sekolah, dan dampaknya semakin jelas terlihat
di sekolah berupa perilaku atau akademik yang tidak sesuai seperti yang diharapkan sekolah,
masyarakat maupun orangtua.

Kepekaan guru Bimbingan Konseling/konselor sangat diharapkan berfungsi optimal,


untuk mampu medeteksi situasi dan kondisi yang terjadi di sekolah. Sehingga dapat
meminimalkan dampak yang ditimbulkan. Melakukannya, tidak bisa hanya berkerja dan
melaksanakan tugas hanya sendiri, tetapi diperlukan kemampuan untuk bekerjasama dengan
seluruh komponen di sekolah dan lingkungan sekolah, orangtua, supaya hasilnya optimal.
Untuk itu, dibutuhkan persepsi yang hampir sama untuk menangani kasus per kasus, supaya
dapat terselesaikan dengan optimal. Kehidupan yang semakin sulit, perkembangan dan
kehidupaan populasi manusia yang semakin banyak memenuhi bumi, serta persaingan yang
semakin ketat dalam menghadapi kehidupan saat ini, tidak ada lagi batas antar negara karena
kemajuan teknologi, dapat dipastikan berdampak masing-masing individu, dan kadar
ketahanan menghadapi kehidupan dari setiap individu sangat berbeda.

Kasus-kasus yang bermunculan semakin banyak dan semakin kompleks yang dihadapi
para konselor profesional dalam melaksanakan tugas dan pangilannya. Karena pada dasarnya
individu memiliki tingkat ketahanan yang berbeda dalam menghadapi setiap permasalahan.
Manusia memiliki potensi dan masing-masing individu memiliki perbedaan dan sangat unik.
Masing-masing memiliki kapasitas yang berbeda baik dalam mengatasi permasalahannya
maupun mencari solusi. Bisa saja permasalahan dengan jalan ke luarnya berbeda, dan
dampak bagi tiap individu kadarnya berbeda. Konselor sangat perlu memahami perbedaan
karateristik dari masing-masing individu yang memerlukan pendampingan atau bantuan.
Untuk melaksanakan tugas sebagai tenaga profesional yang mumpuni maka latar belakang
pendidikan dan pengalaman sangat membantu masing-masing konselor saat menangani
kasus.

Pelayanan guru bimbingan dan konseling memiliki beberapa tujuan, yaitu agar konseli
dapat: merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir dalam kehidupan
untuk masa yang akan datang, menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan
masyarakat serta lingkungan kerja, mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam
studi, menyesuaikan dengan lingkungan pendidikan, masyarakat maupun lingkungan
mencapai tujuan tersebut mereka harus mendapatkan kesempatan untuk mengenal dan
memahami potensi, kekuatan, tugas-tugas perkembangannya, mengenal dan memahamai
potensi dan peluang yang ada dilingkungannya, mengenal dan menentukan tujuan dan
rencana hidupnya serta rencana-rencana untuk mencapai tujuan hidupnya, memahmai dan
mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri, menggunakan kemampuannya untuk kepentingan
dirinya dan kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, menyesuaiakan diri dengan
keadaan dan tuntutan dari lingkungannya, mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang
dimilikinya secara optimal (Modul pendidikan dan latihan Profesi Guru, 2011). Salah satu
metode pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan pendekatan terhadap
permasalahan siswa yang sedang dihadapi yaitu adalah melalui case study.

4
1. Tujuan Studi Kasus di Sekolah

Tujuan utama studi kasus di sekolah adalah untuk memahami masing-masing siswa
sebagai individu dengan keunikannya masing-masing. Konselor profesional dalam
memberikan bantuan untuk setiap siswa dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan di
sekolah secara khusus, dan kehidupan di luar sekolah, sehingga setiap siswa dapat mengatasi
permasalahan yang dapat menghambat dirinya untuk mampu beradaptasi dengan kehidupan
yang berlangsung. Dan sasaran pokok dari pelaksanaan studi kasus adalah memberikan
bantuan penyesuaian diri, dukungan, dan pendampingan supaya setiap permasalahan yang
teridentifikasi atau ada gejala dari siswa serta permasalahan yang serius dapat segera diatasi.

2. Ciri-ciri Studi Kasus

Untuk mengenali kasus dibutuhkan adanya ketrampilan yang mampu mengenali ciri-ciri
berikut, antara lain.

1. Ada data yang menyatakan bahwa individu bermasalah.


2. Data yang terkumpul dapat berkaitan dengan perilaku yang tidak sesuai dengan norma,
mungkin prestasi akademiknya tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki.
3. Perilaku yang merugikan dirinya atau orang lain, sehingga perlu mendapat bantuan
menyelesaikan masalahnya.
4. Data yang tersedia akan memudahkan analisis masalah. Hal ini sangat diperlukan, guna
menghindari kendala maupun hasil analisis yang tidak mendukung penyelesaian
permasalahan,
5. Menghindari treatmen yang tidak sesuai dengan penyelesaian kasus.
6. Bersifat rahasia. Artinya, kode etik dan azas yang berlaku di bimbingan konseling tetap
menjadi rambu-rambu dalam penyelesaian kasus. Misalnya menjaga kerahasian,
kepercayaan klien terhadap konselor, adanya keterbukaan, kemandirian, kekinian,
keharmonisan, keterpaduan, dinamis, keahlian dan alih tangan.
7. Penanganan kasus dilakukan kontinu/berkesinambungan. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui tahap perkembangan atau kemajuan yang terjadi, dengan menggunakan
berbagai instrumen yang sesuai dan akan membantu penyelesaian masalah.
3. Keadaan Remaja Pada Masa Kini dan Problematikanya

Keadaan remaja pada masa kini bila tidak ada bimbingan dan arahan akan semakin
mengkhawatirkan. Era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan diberbagai bidang
termasuk kemajuan teknologi informasi apabila tidak ada pengawasan dan kontrol dari
pemangku kebijakan akan memberikan dampak yang negatif bagi semua pihak. Pada
dasarnya keadaan remaja dari dulu hingga sekarang problematika yang dihadapinya tidak
terlalu jauh berbeda, namun yang membedakan menurut penulis adalah faktor penyebab pada
masa sekarang ini dan pada masa-masa yang akan datang pastinya lebih kompleks lagi.
Adapun beberapa problematika yang dihadapi para remaja adalah sebagai berikut:

a. Masalah Hari Depan

5
Setiap remaja memikirkan hari depannya, ia ingin mendapat kepastian, akan jadi apakah
ia nanti setelah tamat. Pemikiran akan hari depan itu semakin memuncak dirasakan oleh
mereka yang duduk dibangku universitas atau mereka yang berada di dalam kampus. Tidak
jarang kita mendengar kalimat-kalimat yang memantulkan kecemasan akan hari depan itu,
misalnya: “hari depan suram”, “buat apa belajar, toh sama saja yang berijazah dan tidak
berijazah sama-sama tidak dapat bekerja” dan sebagainya. Kecemasan akan hari depan yang
kurang pasti, itu telah menimbulkan berbagai problem lain, yang mungkin menambah
suramnya masa depan remaja itu, misalnya semangat belajar menurun, kemampuan berpikir
berkurang, rasa tertekan timbul, bahkan kadangkadang sampai kepada mudahnya mereka
terpengaruh oleh hal-hal yang tidak baik, kenakalan dan penyalah-gunaan narkotika.
Perhatian mereka terhadap agama semakin berkurang, bahkan tidak jarang terjadi
kegoncangan hebat dalam kepercayaan kepada Tuhan. Contoh dalam hal ini sangat banyak,
dapat anda perhatikan sendiri dalam setiap kampus. Termasuk dalam pemikiran akan hari
depan itu, masalah pembentukan rumah tangga di masa depan yang tidak jauh, kedudukannya
dalam masyarakat dan hari depan masyarakat dan bangsanya

b. Masalah Hubungan dengan Orang Tua

Hal inipun termasuk masalah yang dihadapi oleh remaja dari dulu sampai sekarang.
Seringkali terjadi pertentangan pendapat antara orang-tua dan anak-anaknya yang telah
remaja atau dewasa. Kadang-kadang hubungan yang kurang baik itu timbul, karena remaja
mengikuti arus dan mode: seperti rambut gondrong, pakaian kurang sopan, lagak lagu dan
terhadap orang tua kurang hormat. Dalam pengalaman saya merawat orang-orang yang
menderita jiwa, banyak saya jumpai ketidakserasian hubungan antara remaja dan orang
tuanya; yang menderita bukan remaja saja, tapi orang tua kadang-kadang lebih menderita
lagi. Ada remaja yang patah semangat, mogok belajar, menjadi nakal, melawan kepada orang
tua, merusak barang-barang di rumah, lari dari rumah, benci kepada orang tua, bahkan
kadangkadang samapai kepada niat akan membunuh orang tuanya karena sangat panik.

c. Masalah Moral dan Agama

Tampaknya masalah ini semakin memuncak, terutama di kotakota besar barangkali


pengaruh hubungan dengan kebudayaan asing semakin meningkat melalui film, bacaan,
gambar-gambar dan hubungan langsung dengan orang asing (turis) yang datang dengan
berbagai sikap dan kelakuan. Biasanya kemerosotan moral disertai oleh sikap menjauh dari
agama. Nilai-nilai moral yang tidak didasarkan kepada agama akan terus berubah sesuai
dengan keadaan, waktu dan tempat. Keadaan nilai yang berubah-ubah itu menimbulkan
kegoncangan pula, karena menyebabkan orang hidup tanpa pegangan yang pasti.Nilai yang
tetap dan tidak berubah sepanjang zaman, tidak dipengaruhi oleh waktu, tempat dan keadaan.
Oleh karena itu, maka orang yang kuat keyakinan beragamanyalah yang mampu
mempertahankan nilai agama yang absolut itu dalam kehidupannya sehari-hari dan tidak akan
terpengaruh oleh arus kemerosotan moral yang terjadi dalam masyarakat serta dapat
mempertahankan ketenangan jiwanya. Sesungguhnya masih banyak lagi problema yang
dihadapi oleh pemuda-pemuda kita, baik yang dalam kampus, maupun di luar
kampus.Sekedar contoh kita cukupkan saja sekian.

6
4. Karakteristik Umum Perkembangan Remaja

Remaja dengan segala romantikanya memiliki karakteristik yang unik. Antara satu remaja
dengan remaja lainnya memiliki karakteristik yang hampir sama walaupun pasti ada
perbedaannya juga. Menurut Ali dan Asrori (2005: 16-18) karakteristik umum perkembangan
remaja adalah sebagai berikut:

a. Merasa Gelisah

Sesuai dengan fase perkembangannya, remaja mempunyai banyak idealisme, angan-


angan, atau keinginan yang hendak diwujudkan di masa depan. Namun, sesungguhnya remaja
belum memiliki banyak kemampuan yang memadai untuk mewujudkan semua itu.Seringkali
angan-angan dan keinginannya jauh lebih besar dibandingkan dengan kemampuannya. Selain
itu, di satu pihak mereka ingin mendapat pengalaman sebanyak-banyaknya untuk menambah
pengetahuan, tetapi di pihak lain mereka merasa belum mampu melakukan berbagai hal
dengan baik sehingga tidak berani mengambil tindakan mencari pengalaman langsung dari
sumbernya. Tarik-menarik antara anganangan yang tinggi dengan kemampuannya yang
masih belum memadai mengakibatkan mereka diliputi oleh perasaan gelisah.

b. Pertentangan

Sebagai individu yang sedang mencari jati diri, remaja berada pada situasi psikologis
antara ingin melepaskan diri dari orang tua dan perasaan masih belum mampu untuk
mandiri.Karena itu, pada umumnya remaja sering mengalami kebingungan karena sering
terjadi pertentangan pendapat antara mereka dengan orang tua.Pertentangan yang sering
terjadi pertentangan pendapat antara mereka dengan orang tua.Pertentangan yang sering
terjadi itu menimbulkan keinginan remaja untuk melepaskan diri dari orang tua kemudian
ditentangnya sendiri karena dalam diri remaja ada keinginan untuk memperoleh rasa aman.
Akibatnya, pertentangan yang sering terjadi itu akan menimbulkan kebingungan dalam diri
remaja itu sendiri maupun pada orang lain.

c. Senang Berkhayal

Keinginan untuk menjelajah dan bertualang tidak semuanya tersalurkan.Biasanya


hambatannya dari segi keuangan atau biaya. Sebab, menjelajah lingkungan sekitar yang luas
akan membutuhkan biaya yang banyak, padahal kebanyakan remaja hanya memperoleh uang
dari pemberian orang tuanya. Akibatnya, mereka lalu mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan
menyalurkan khayalannya melalui dunia fantasi. Khayalan remaja putra biasanya berkisar
pada soal prestasi dan jenjang karier, sedang remaja putri lebih mengkhayalkan romantika
hidup. Khayalan-khayalan ini terkadang menimbulkan pemikiran yang konstruktif, semisal
timbul ide-ide yang cemerlang.

d. Senang dengan Aktivitas Berkelompok

Berbagai macam keinginan para remaja seringkali tidak dapat terpenuhi karena
bermacam-macam kendala, dan yang sering terjadi adalah tidak tersedianya biaya. Adanya
bermacam-macam larangan dari orang tua seringkali melemahkan atau bahkan mematahkan

7
semangat para remaja. Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari kesulitannya setelah
mereka berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. Mereka
melakukan suatu kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat diatasi
bersama-sama.

e. Keinginan Mencoba Segala Sesuatu

Remaja pada umumnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Karena didorong oleh rasa
ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin bertualang, menjelajah segala sesuatu, dan
mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya. Akibatnya, tidak jarang secara
sembunyi-sembunyi, remaja pria mencoba merokok karena sering melihat orang dewasa
melakukannya.Remaja putri seringkali mencoba memakai kosmetik baru, meskipun sekolah
melarangnya. Dari sini maka penting bagi orang tua memberikan pengarahan dan bimbingan
kepada putra putrinya yang menginjak remaja. Dengan adanya arahan dan bimbingan kepada
mereka, maka diharapkan para remaja mengerti apa yang harus dilakukan. Yang terpenting
adalah bagaimana kita sebagai orang tua mengajaknya dialog dan diskusi dengan cara yang
santun sehingga mereka tidak menghindar dan melarikan diri dari pembicaraan.

5. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Remaja Melakukan Perilaku Menyimpang

Menurut Samsul Munir Amin (2013: 370-374) ada beberapa faktor yang menyebabkan
remaja melakukan perilaku yang menyimpang, yaitu faktor makro yang berkaitan dengan
faktor sekitar atau lingkungan dan faktor mikro yang berkaitan dengan kepribadian remaja itu
sendiri. Adapun faktor makro yang menyebabkan perilaku menyimpang adalah: pertama,
keadaan ekonomi masyarakat. Keadaan ekonomi masyarakat yang berada di bawah standar
dapat mengakibatkan remaja melakukan perbuatan yang menyimpang, walaupun tidak
semuanya. Kedua, masa atau daerah peralihan. Masa transisi menyangkut dalam segala
bidang, baik ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang kesemuanya ini dapat
menyebabkan terjadinya masalah bagi para remaja. Dan ketiga,keretakan hidup keluarga
(broken home).Keluarga yang tidak harmonis dapat juga mempengaruhi remaja untuk
melakukan tindakan yang menyimpang.

Sedangkan faktor mikro meliputi: pertama,praktik atau cara mengasuh anak.Pengasuhan


anak-anak di dalam keluarga berada di bawah kendali kedua orang tua. Kedua orang
tuanyalah yang bertanggungjawab atas keberhasilannya. Cara mendidik dan mengasuh yang
keliru dapat menimbulkan penyimpangan pada remaja. Karena itu, orang tua harus bijak
ketika mendidik putra-putrinya. Kedua, pengaruh teman sebaya. Teman sebaya juga dapat
mempengaruhi penyimpangan pada remaja. Karena itu para anak-anak yang sudah menginjak
remaja harus diarahkan ketika mereka bergaul dengan teman-temannya. Mereka tidak bisa
dicegahuntuk tidak bergaul, tetapi harus diarahkan dan dibimbing sehingga tidak terjerumus
pada hal-hal yang negatif. Dan ketiga,pengaruh pelaksanaan hukum. Yang tidak kalah
pentingnya adalah masalah hukum. Apabila penegakan hukum tidak berjalan dengan
semestinya dan tidak adil maka hal itu juga menyebabkan para remaja akan mudah
mengulangi perbuatan-perbuatan yang menyimpang.

6. Latar Belakang Perlunya Bimbingan dan Konseling bagi Remaja

8
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia.
Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi
persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yang
lain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam
sifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan
pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak
dibantu orang lain. Khususnya bagi yang terakhir inilah bimbingan dan konseling sangat
diperlukan (Walgito, 2010: 10). Bimbingan dan konseling sebagai salah satu upaya
profesional adalah berdimensi banyak. Jika dilihat latar belakangnya bimbingan dan
konseling muncul karena adanya sejumlah pertanyaan yang perlu dijawab individu dan untuk
itu perlu bantuan profesional. Jika dilihat eksistensinya, bimbingan dan konseling merupakan
salah-satu bantuan profesional yang sejajar dengan misalnya, psikiatris, psikoterapi,
kedokteran, dan penyuluhan sosial. Dilihat kedudukannya dalam proses keseluruhan
bimbingan, guidance, konseling merupakan bagian integral, atau teknik andalan bimbingan
dan konseling (Mappiare, 2011: 9).

Menurut Aunur Rahim Faqih (2001: 13-21) bahwa latar belakang perlunya bimbingan
dan konseling karena manusia memiliki unsur jasmaniah (biologis) dan psikologis atau
mental (ruhaniah), manusia sebagai makhluk individu, sosial, berbudaya, dan sebagai
makhluk Tuhan (religius). Penjelasannya sebagai berikut:

Pertama, segi jasmaniah (biologis). Manusia memiliki berbagai kebutuhan biologis yang
harus dipenuhinya, semisal makan, minum, menghirup udara, berpakaian, bertempat tinggal
dan sebagainya. Upaya untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah tersebut dapat dilakukan
manusia selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, bisa pula tidak, dan penyimpangan
dari ketentuan dan petunjuk Allah itu bisa dilakukan manusia secara sadar maupun tidak.

Kedua, segi rohaniah (psikologis). Sesuai dengan hakikatnya, manusia memerlukan pula
pemenuhan kebutuhan rohaniah dalam arti psikologis. Seperti telah diketahui, manusia
dianugerahi kemampuan rohaniah (psikologis) pendengaran, penglihatan dan kalbu, atau
dalam bahasa sehari-hari dikenal dengan kemampuan cipta, rasa dan karsa. Secara luas untuk
bisa hidup bahagia, manusia memerlukan keadaan mental psikologis yang baik (selaras,
seimbang). Dalam kehidupan nyata, baik karena faktor internal maupun eksternal, apa yang
diperlukan manusia bagi psikologisnya itu bisa tidak terpenuhi atau dicari dengan cara yang
tidak selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah.

Ketiga, sudut individu. Telah diketahui bahwa manusia merupakan makhluk individu.
Artinya seseorang memiliki kekhasannya sendiri sebagai suatu pribadi. Sebagai pribadi
manusia memiliki keadaan jasmaniah dan rohaniah atau psikologisnya bisa membawanya ke
kehidupan yang tidak selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah swt. Problem-problem
yang berkaitan dengan kondisi individual ini akan kerap muncul di hadapan manusia.

Keempat, segi sosial. Manusia juga termasuk makhluk sosial disamping sebagai makhluk
individual. Ia senantiasa berhubungan dengan manusia lain dalam kehidupan bermasyarakat.
Semakin modern kehidupan manusia, semakin kompleks tatanan kehidupan yang harus

9
dihadapi manusia.Kompleksitas kehidupan ini bisa membuat manusia tergoncang, yang pada
akhirnya manusia bisa saling memaksakan kehendak, bertikai, dan bahkan berperang dan
saling membunuh.

Kelima, segi budaya.Manusia hidup dalam lingkungan fisik dan sosial.Semakin maju
tingkat kehidupan, manusia harus berupaya terus meningkatkan berbagai perangkat
kebudayaan dan peradabannya. Ilmu dan teknologi dikembangkan. Seni dan olah raga
dikembangkan. Semuanya, pada dasarnya untuk memperoleh kebahagiaan hidup yang
sebaik-baiknya, kendati kerap kali makna kebahagiaan yang dicari seringkali salah, tidak
selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah swt.

Keenam, segi agama.Agama merupakan wahyu Allah. Walaupun diakui bahwa wahyu
Allah itu benar, tetapi dalam penafsirannya bisa terjadi banyak perbedaan antara berbagai
ulama, sehingga muncul masalah-masalah khilafiyah ini kerap kali buka saja menimbulkan
konflik sosial, tetapi juga menimbulkan konflik batin dalam diri seseorang yang dapat
menggoyahkan kehidupan dan atau keimanannya.

Keenam hal tersebut apabila tiap individu tidak dapat memenuhinya dan kemudian timbul
suatu permasalahan yang cukup pelik, maka diperlukan bimbingan dan konseling agar dalam
upayanya memenuhi semuanya itu manusia senantiasa bertindak dan berperilaku sesuai
dengan ketentuan dan petunjuk Allah swt.

10
BAB III

PENTUTUP

Kesimpulan

Studi kasus adalah metode pengumpulan data yang bersifat integratif dan
komprehensif. Studi kasus adalah salah satu teknik yang digunakan dalam penyelesaian
permasalahan yang telah teridentifikasi berdasarakan data yang akurat. Dapat disimpulkan,
studi kasus adalah upaya yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan
yang telah teridentifikasi yang dialami individu. Tujuan utama studi kasus di sekolah untuk
memahami masing-masing siswa sebagai individu dengan keunikannya masing-masing.
Konselor profesional dalam memberikan bantuan untuk setiap siswa dapat menyesuaikan diri
dengan kehidupan di sekolah secara khusus, dan kehidupan di luar sekolah, sehingga setiap
siswa dapat mengatasi permasalahan yang dapat menghambat dirinya untuk mampu
beradaptasi dengan kehidupan yang berlangsung.

Penanganan kasus merupakan salah satu bagian tugas keprofesionalan guru


Bimbingan dan Konseling. Latar belakang pendidikan yang mendukung pelaksanaan
pelayanan Bimbingan dan Konseling secara profesional dan didukung kemampuan praktik
lapangan. Tanggung jawab guru BK dicerminkan dalam kemampuan melaksanakan tugas
yang berhubungan dengan jenis layanan yang dilakukan di sekolah mapun di luar sekolah.
Karena tidak menutup kemungkinan kasus-kasus yang bermunculan di sekolah hanya karena
masalah internal di sekolah, tetapi bisa saja di dominasi permasalahan yang terjadi di luar
sekolah, dan dampaknya semakin jelas terlihat di sekolah berupa perilaku atau akademik
yang tidak sesuai seperti yang diharapkan sekolah, masyarakat maupun orangtua. Kepekaan
guru Bimbingan Konseling/konselor sangat diharapkan berfungsi optimal, untuk mampu
medeteksi situasi dan kondisi yang terjadi di sekolah. Sehingga dapat meminimalkan dampak
yang ditimbulkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Amalia Hanna, Maria Ulfa, Devi Yanti & Syarifah Zainab. 2021. PSIKOPATOLOGI ANAK
DAN REMAJA. Banda Aceh, Aceh:Syiah Kuala University Press.

Handayani Sandra, dkk. 2020. DINAMIKA PERKEMBANGAN REMAJA : Problematika


dan Sosial. Jakarta:KENCANA.

Limbong, Mesta. 2016. Modul Bahan Ajar Studi Kasus. Jakarta:Universitas Kristen
Indonesia.

Wiguno, A. P. (2013). Kajian Viktimologi Terhadap Anak Sebagai Korban Tindak Pidana
Kesusilaan (Doctoral dissertation, Tadulako University). Diakses dari
https://www.neliti.com/publications/149884/kajian-viktimologi-terhadap-anak-
sebagai-korban-tindak-pidana-kesusilaan

Zaini, A. (2014). Urgensi Bimbingan dan Konseling Bagi Remaja (Upaya Pencegahan
Terhadap Perilaku Menyimpang). KONSELING RELIGI Jurnal Bimbingan
Konseling Islam, 4(2), 371-390. Diakses dari
http://journal.iainkudus.ac.id/index.php/konseling/article/view/1012

12

Anda mungkin juga menyukai